Jawaban
1. Perkembangan lembaga keuangan syariah yang terdapat pada masa keakhalifahan:
1) Pada masa Abu Bakar Sidiq Selama menjadi khalifah kebutuhan keluarga Abu Bkara
diurus oleh kekayaan dari Baitul Maal dan ini terjadi selama sekitr 27 bulan dimasa
kepemimpinanya, Abu Bakar Siddiq telah banyak menangani maslah murtad, cukai dan
orang-orang yang telah menolak membayar zakat kepada negara, Abu bakar Siddiq selau
memperhatikan keakuratan penghitungan zakat dan zakat tersebut selalu di distribusikan
setiap periode tanpa sisa, bahkan hingga beliau wafat hanya terdapat satu dirham di
perbendaharaan negara.
2) Masa kehalifa han Umar bin Khatab Al- Faruqi Ada beberapa hal penting yang berkaitan
dengan masalah kebijakan keuagan negara pada masa khalifah umar, diantaranya adalah :
a. Properti baitul mal di anggap sebagai harta kaum muslim sedangkan khalifah dan amil
nya hanyalah pemegang kepercayaan jadi merupakan tangung jawab negara untuk
menyediakan tunjangan yang berkesinambungan untuk janda, anak yatim, anak
terlantar, membiayai penguburan, orang miskin, membayar utang orang-orang
bangkrut, membayar uang diyat untuk kasus-kasus tertentu dan untuk memberikan
pinjaman tanpa bunga untuk urusan komersial. Bersamaan dengan reorganisasi Baitul
Maal, Umar mendirikan lembaga keuangan negara pertama yang disebut Al-diwan.
sebenarnya itu adalah sebuah kantor yang ditunjukkan untuk mengurusi pembayaran
tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pension serta tunjangan-tunjangan lainnya
dalam basis regular dan tepat.
b. Kepemilikan Tanah Pada masa pemerintahan Umar banyak daerah yang ditaklukkan
melaui perjanjian damai. disinilah mulai timbul permasalahan bagaimana
pembagiannya, diantaranya ada sahabat yang menuntut agar kekayaan tersebut di
distribusikan pada para pejuang sementara yang lainnya menolak. Oleh karena itu,
dicarilah suatu rencana yang cocok bik untuk mereka yang dating pertama baik yang
terakhir. Setelah melakukan proses syura, Umar memutuskan untuk memperlakukan
tanah- tanah sebagai fay dan prinsip yang sama diadopsi untuk kasus yang akan
datang.
c. Zakat dan Ushr Pada masa Umar gubernur taif melaporkan bahwa pemilik sarang-
sarang tawon tidak membayar ushr, tetapi menginginkan sarang-sarang tersebut
dilindungi secara resmi. Umar katakan bila bahwa mereka mau membayar ushr, maka
sarang tawon mereka akan dilindungi. Apabila tidak, tidak akan mendapat
perlindungan. Menurut laporan Abu Ubayd, Umar membedakan madu yang diperoleh
dari daerah pergunugan dan yang diperoleh dari ladang. Zakat yang tetapkan adalah
seper dua puluh untuk madu yang pertama dan seperduapuluh untuk madu jenis kedua.
Sebelum Islam, setiap suku atau kelompok suku yang tinggal dipedesaan bisa
membayar pajak (ushr) pembelian dan penjualan (maqs). Setelah Negara Islam berdiri
di Arabia, Nabi mengambil inisiatif untuk mendorong usaha perdagangan dengan
menghapus bea masuk antar provinsi yang masuk dalam daerah kekuasaan dan masuk
dalam perjanjian yang ditandatagani oleh beliau bersama dengan suku- suku yang
tunduk kepada kekuasaannya. Secara jalas dikatakan bahwa pembebanan sepersepuluh
hasil pertanian kepada pedagang Manbij (Hierapolis) dikatakan sebagai yang pertama
dalam mausia umum.
d. Pembayaran sedekah oleh non-Muslim Tidak ada ahli kitab yang membayar sedekah
atau ternaknya kecuali orang Kristen Banu Taghlib yang kseluruhan kekayaan terdiri
dari ternak. Mereka membayar dua kali lipat dari yang dibayar kaum Muslimin. Banu
Taghlib adalah suku Arab Keristen yang menderita akibat peperangan. Umar menganal
jizyah kepada mereka, tetapi mereka terlalu gengsi sehingga menolak membayar
jizyah dan malah membayar sedekah. la mengatakan bahwa pada dasarnya tidaklah
bijaksana memperlakukan mereka seperti musuh dan seharusnya keberanian mereka
menjadi aset negara. Umar pun memanggil mereka dan menggandakan sedekah yang
harus mereka bayar, dengan syarat mereka setuju untuk tidak membaptis seorang anak
atau melaksanakannya untuk menerima kepercayaan mereka. mereka dan menyetujui
dan menerima membayar sedekah ganda.
3) Masa Usman bin Affan Kholifah Usman tidak mengambil upah dari kantornya. Sebaliknya
beliau meingankan beban pemerintah da lam hal yang serius bahkan menyimpan uangnya di
bendahara negara. Hal ini menimbulkan kesalahpahaman antara kholifah dan abdulah bin
arqam, salah satu seprang sahabat nabi yang terkemuka, yang berwenang melaksanakan
kegiatan bitul mal menigkatkan pengeluaran pertahanan dan kelautan, menigkatkan dana
pensiun dan pembangunan di wilayah taklukan baru, kholifah membuat beberapa perubahan
pusat. Beliau juga berusaha administerasi.
4) Kholifah Ali bin Abi Thalib Dalam hal penerimaan negara, Ali masih membebankan
pemungutan khums atas ikan atau hasil hutan. berbeda degan kholifah umar, kholifah Ali
mendisteribusikan seluruh pendapatan dibaitul mal keprovinsi yang ada di baitul mal di
madinah, busro dan kufah. Dalam hal alokasi pengeluaran masih tetap sama sebagaimana
halnya pada masa kepemimpinan Umar. Pengeluaran untuk angkatan laut yang ditambah
jumlahnya pada masa kepemimpinan Usman hampir dihilangkan seluruhnya kerena
sepanjang pantai peperti Sirya, Palestina dan Mesir berada dikekuasaan Muawiyah.
9. Peran pemerintah dalam perbankan syariah sudah semakin nampak. Hal ini terbukti adanya
UU No.7 Tahun 1992 dan peruba hannya UU perbankan No. 10 Tahun 1998 yang mengatur
dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah. Tidak hanya sebatas itu peran pemerintah juga
memberikan kontribusi dana untuk dikelola oleh bank syariah yaitu tentang dana haji yang
sebelumnya dikelola oleh bank-bank nasional. Disamping itu pemerintah telah memberikan izin
kepada bank-bank syariah dan konvensional untuk membuka cabang atau unit yang lebih luas.
Dengan demikian diharapkan bank syariah mampu tumbuh dan berkembang dengan pesat dan
memberikan perubahan kepada perekonomian nasional sehingga Indonesia menjadi Negara yang
lebih maju. Untuk mencapai hal tersebut Pemerintah harus proaktif mengundang investor
mancanegara (terutama dari Timur Tengah) untuk berinvestasi di industri perbankan syariah
Indonesia. Pemerintah Indonesia dapat mencontoh pemerintah Singapura yang rajin melakukan
pendekatan personal ke pada para investor Timur Tengah. Terkait dengan hal ini, Pemerintah
terlebih dulu harus merevisi Undang-undang tentang Pajak Pertamba han Nilai agar transaksi
murabahah di bank syariah tidak dikenakan pajak ganda. Karena untuk menjaring investor asing,
Indonesia perlu membuat regulasi yang mengakomodasi pertumbuhan perbankan syariah. Selain
itu, agar peran Pemerintah bisa optimal maka diperlukan juga sinergi antar instansi Pemerintah
dan stakeholder perbankan syariah (seperti Bank Indonesia) untuk bergotong royong
mengembangkan industri perbankan syariah Indonesia