Anda di halaman 1dari 12

PEMBAHASAN

2.1  Investasi Dalam Pembangunan di Indonesia

Pemerintah menargetkan 10,7 juta lapangan kerja baru, serta menurunkan tingkat

kemiskinan menjadi sekitar 8-10% pada akhir tahun 2014. target itu bisa tercapai

asalkan setiap tahunnya perekonomian meningkat 30% lebih tinggi dari pada tahun

sebelumnya. Untuk mendorongnya, pemerintah harus fokus pada tiga hal, yaitu

ekspor, investasi pemerintah dan publik, serta konsumsi. Di samping itu, investasi

yang dikembangkan pun harus lebih memihak pada penciptaan lapangan kerja.

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 sebesar 6,3-6,4%

pemerintah menargetkan pertumbuhan laju investasi sebesar 10% pada tahun 2011.

Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan perkiraan realisasinya pada tahun

2010 yang sebesar 8%. Membaiknya likuiditas keuangan global akan semakin

mendorong masuknya aliran modal dari luar negeri sehingga menggerakkan kinerja

investasi domestik dan daya saing perekonomian nasional. Kebutuhan investasi

nominal tahun 2011 diperkirakan mencapai Rp2.243,8 triliun. Kebutuhan investasi

tersebut akan bersumber dari PMA dan PMDN sebesar 26,8%, kredit perbankan

17,4%, pasar modal 16,7%, belanja modal pemerintah 12,4%, dan sumber-sumber

investasi lainnya.

Sektor pertanian masih menjadi mayoritas dalam struktur perekonomian Indonesia,

sesuai data BPS 2009 masih menyerap 42,76 persen dari tenaga kerja di Indonesia.

Namun, pertumbuhan sektor pertanian kecil, yaitu rata-rata 0,29 persen. Di sisi lain

sektor perdagangan, hotel dan restoran menyerap 20,05 persen tenaga kerja dengan

pertumbuhan yang lebih besar, yaitu 1,36 persen.Dengan memperhatikan data ini,

maka dua sektor tersebut perlu menjadi perhatian dalam peningkatan perekonomian

Indonesia. Strategi untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri

dengan mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki merupakan target utama
yang sangat relevan dengan upaya mengentaskan kemiskinan. 

Sektor perdagangan di sisi lain merupakan sektor dengan pertumbuhan yang tinggi.

Optimalisasi sektor ini dapat dilakukan dengan meningkatkan konektivitas

antardaerah, sehingga berbagai sumber daya yang ada di daerah dapat dimobilisasi

ke berbagai daerah lainnya. Pemenuhan kebutuhan dalam negeri melalui

perdagangan dalam negeri akan memberikan multiplier effect bagi perekonomian di

daerah. Pembukaan jalur transportasi terbukti merupakan faktor yang penting dalam

menumbuhkembangkan perekonomian suatu daerah.

Selain faktor yang disampaikan di atas, faktor persaingan eksternal, seperti

perdagangan bebas, memberikan pengaruh bagi perkembangan sektor riil di

Indonesia. Perdagangan bebas ini akan memberikan tantangan bagi perkembangan

industri di dalam negeri. Peluang dan hambatan dihadapi oleh pelaku usaha di

Indonesia. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan daya saing pelaku usaha di

Indonesia, sehingga mereka memperoleh kemampuan untuk bersaing. Penyediaan

kebutuhan mendasar, seperti infrastruktur, adalah faktor utama yang harus

disediakan. Selain itu perangkat soft structure, seperti birokrasi dan perizinan, juga

perlu ditingkatkan oleh pemerintah. 

Penurunan suku bunga juga harus dikedepankan untuk menggairahkan investasi.

Kendala/ seretnya lalu lintas kredit sangat komplex. Tidak hanya dilihat dari suku

bunga saja. Dengan pendekatan ekonomi industri, structure, perilaku dan

performance diluar intermediasi mencari keuntungan, menyebabkan uang yang yang

beredar bisa dikendalikan, inflasi juga terkendali, kurs dollar pun stabil. Searah

dengan tujuan utama Bank Indonesia, menurut data Bank Indonesia, dapat

menghimpun dana mencapai 2000 trilyun. Tetapi hanya 75% dari dana tersebut,yang
disalurkan ke kredit. Sehingga terdapat 25% dana (+- 500Trilyun) yang tidak tersalur

ke kredit. Suku bunga kredit yang sampai saat ini masih tinggi dalam kisaran 12%

pada bank umum, walaupun BI rate sudah turun di 6,5%, ternyata kurang berhasil

menekan suku bunga tabungan dan suku bunga kredit. Dengan melihat struktur

pasar yang cenderung oligopolistik, menyebabkan kaku dalam penetapan suku

bunga. Walaupun dipacu dengan BI rate melalui suku bunga sertifikat BI,yang

menentukan tingkat bunga adalah persaingan antar bank itu sendiri.

2.2 Pentingya investasi  bagi pertumbuhan ekonomi

Investasi menjadi salah satu kata kunci dalam setiap upaya menciptakan

pertumbuhan ekonomi baru bagi perluasan penciptaan lapangan kerja, peningkatan

pendapatan dan  penanggulangan kemiskinan. Melalui peningkatan kegiatan

investasi, baik dalam bentuk akumulasi kapital domestik maupun luar negeri, akan

menjadi faktor pengungkit yang sangat dibutuhkan bagi suatu negara dalam

menggerakan mesin ekonomi mengawal pertumbuhan yang berkelanjutan.

Peningkatan investasi  diharapkan akan berperan sebagai medium transfer teknologi

dan  manajerial yang pada akhirnya akan berkonstribusi terhadap meningkatnya

produksi dan produktivitas,  serta daya saing ekonomi suatu bangsa. Secara

sederhana,  pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan sebagai proses perubahan

kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan ke kondisi yang 

lebih  baik.

Kegiatan investasi telah memberikan kontribusi yang besar dalam mendorong kinerja

laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, mendorong timbulnya industri pasokan bahan

baku lokal, proses alih teknologi dan manajemen, serta manfaat bagi investor lokal.

Manfaat yang paling menonjol adalah berkembangnya kolaborasi yang saling

menguntungkan dan terjalin antar investor asing dengan kalangan pebisnis lokal, 

bisnis dan industri komponen berkembang dengan pesat, termasuk berbagai

kegiatan usaha yang berorientasikan ekspor.


2.3 Kinerja investasi di Indonesia

Pada Tahun 2012 tampaknya merupakan tonggak emas sejarah kinerja  investasi

Indonesia,  meskipun dibayang-bayangi kondisi perekonomian global yang kurang

menguntungkan bagi ekspansi peningkatan kegiatan investasi,   namun kinerja

investasi di Indonesia dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang

sangat menggembirakan.

Data yang dilansir Kantor BKPM (22/10), membuktikan hal tersebut, hal ini terlihat

dari kinerja investasi pada triwulan II atau hingga September 2012, yang  telah

menembus angka Rp 229 triliun  atau 81,1% dari target tahun ini, realisasi investasi

tersebut meningkat sekitar 27% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.  Hal ini

berdampak positip terhadap penambahan pendapatan (produk domestik bruto/PDB)

Salah satu hal yang menggembirakan dalam struktur realisasi investasi di Indonesia

tersebut adalah mulai terjadinya pemerataan, tercermin dari porsi investasi di luar

Jawa yang terus naik. Pada Januari–September 2012, investasi di luar Jawa

mencapai Rp107,0 triliun atau 46,5 persen di antara total investasi. Angka tersebut

naik jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu Rp81,1 triliun atau 44,8

persen di antara total realisasi investasi, pemerataan investasi ini sangat penting

untuk mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Capaian kinerja investasi tersebut di atas,   sesungguhnya menunjukkan indikator

mulai berhasilnya berbagai upaya perbaikan iklim investasi yang telah dilakukan

pemerintah  dalam meningkatkan investasi dan memberikan nilai tambah  dan daya

saing perekonomian nasional,  di sisi lain, kinerja investasi  menunjukkan

meningkatkan kepercayaan dunia usaha kepada Indonesia, jumlah penduduk  yang

besar serta meningkatnya jumlah kelas menengah  menjadi daya tarik utama bagi

kegiatan investasi,  disamping terus membaiknya makro ekonomi Indonesia.

Jujur harus diakui bahwa capaian kinerja di bidang investasi sebagaimana yang

dijelaskan di atas bukanlah tanpa hambatan, masih banyak pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan dalam memanfaatkan  “golden opportunity”  yang kita miliki   dan

memelihara   “angsa bertelur emas”, yang  ada,  perlu mempersiapkan diri secara

dini agar kita tidak tergilas oleh derasnya gelombang  globalisasi dan jelang

berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean Tahun 2015  mendatang.

Trend ke depan,  investasi di Indonesia tak lagi mengacu pada asumsi makro,

melainkan pada iklim investasi atau tempat tujuan investasi itu berada, sungguh-

sungguh  dan kerja keras semua pihak untuk memastikan kesiapan kita dalam

menghadapi persaingan global, kasus “pemerasan”  dalam pengembangan lahan

perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Buol,  maraknya aksi unjuk rasa di DKI akhir-

akhir ini pasca penetapan UMP DKI Jakarta, serta berbagai  masalah kebijakan di

daerah, seperti; pembebasan lahan, pungutan, izin usaha, telah menimbulkan rasa

was-was kalangan investor terhadap masa depan investasinya, bahkan berkembang

wacana untuk merelokasi kegiatan investasi ke tempat yang lebih menguntungkan.

Maraknya aksi demo buruh melakukan mogok kerja dan penyimpangan kewenangan

pemerintah daerah secara kumulatif akan  memukul iklim investasi nasional. 

Alasannya, para investor akan melihat Indonesia bukan sebagai negara yang

kondusif untuk menanamkan modal. Padahal, datangnya investasi akan menyerap

tenaga kerja oleh karena itu orientasi pada pembangunan ekonomi nasional dan

lokal perlu dibuat agar lebih mendekatkan pada kepentingan kehadiran calon

investor.

Penyaluran aspirasi buruh agar dilakukan dengan tertib dan kepala dingin serta

mengefektifkan forum bipartit, tripartit dan saluran resmi lainnya agar tidak

ditunggangi untuk kepentingan jangka pendek, tekanan-tekanan yang menuntut

keadilan dan perbaikan kesejahteraan karyawan didasari atas  upaya mencari titik

temu, mencari solusi-solusi kompromi demi kepentingan kelangsungan hidup usaha.

Janganlah tujuan-tujuan politik dan kepentingan dari segelintir kelompok dicampur-

adukkan dalam proses pemberian perijinan investasi dan usaha dengan


memperpanjang jalur birokrasi.

Proses otonomi daerahpun perlu dilakukan dengan bijak tanpa membebani

kepentingan dunia usaha secara berkelebihan. Proses pencarian dan penetapan

sumber-sumber keuangan pemerintahan daerah hendaknya dapat dilakukan dengan

memperhatikan keberlangsungan dan eksistensi perusahaan-perusahaan yang telah

bermukim lama di daerah. Budaya melayani kepentingan calon investor baru perlu

ditanamkan diseluruh jajaran aparat birokrasi pemerintahan.

Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa wilayah atau kawasan tempat berusaha tidak

lagi dapat ditawarkan dan dipromosikan dengan mudah. Masih ada ratusan alternatif

tempat usaha di berbagai lokalitas di penjuru dunia yang memiliki aksesibilitas ke

pasar global. Tidak ada cara yang lebih baik apabila birokrat pemerintahan

memberikan pelayanan yang terbaik, memangkas birokrasi, mengurangi beban-

beban usaha yang berlebihan, menciptakan iklim investasi dan usaha.   

2.4 Mempersiapkan Masa Depan mengoptimalkan “Golden Opportunity”

Budaya melayani kepentingan calon investor baru perlu ditanamkan diseluruh jajaran

aparat birokrasi pemerintahan. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa wilayah atau

kawasan tempat berusaha tidak lagi dapat ditawarkan dan dipromosikan dengan

mudah. Ancaman hendaknya para pengusaha dari tanah air perlu disikapi dengan

arif dan bijaksana dan tidak dianggap sebagai ancaman kosong belaka, mengingat

dalam era globalisasi  alternatif tempat usaha di berbagai lokalitas di penjuru dunia

yang memiliki aksesibilitas ke pasar global merupakan suatu keniscayaan.

Pemerintah daerah juga dituntut untuk dapat memelihara iklim usaha yang baik dan

tidak memberatkan dunia usaha dan para calon investor di kawasannya masing-

masing. Akhirnya bagi masyarakat, pada era demokratisasi saat ini yang sedang

marak akhir-akhir ini dengan berbagai tuntutan-tuntutan yang berlebihan janganlah

mengorbankan iklim usaha yang telah terbina. Pengusaha dan calon investor di

manapun menuntut kenyamanan, keamanan dan kepastian berusaha dari proses


penanaman modalnya di daerah. Kemajuan dan peningkatan volume produksi dari

kegiatan-kegiatan investasi yang diunggulkan sudah pasti lambat laun akan

memberikan efek pengganda pada perekonomian lokal dan pendapatan rumah

tangga masyarakat disekitarnya.

Intinya diperlukan adanya percepatan sinergitas para pemangku kepentingan  para

pelaku bisnis, calon investor, pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta tak

kalah pentingnya adalah para buruh/pekerja dalam membangun  iklim investasi yang

kondusif untuk terselengaranya investasi pada tataran implementasi, karena sebaik

apapun  grand design dalam bentuk kebijakan dan program akan sangat ditentukan

oleh political will untuk menerjemahkan gagasan besar tersebut,  agar dapat

diimplementasikan pada tataran praksis, Pemerintah daerah melalui mesin birokrasi

yang ada  dituntut untuk dapat memelihara iklim usaha yang baik dan tidak

memberatkan dunia usaha dan para calon investor di kawasannya masing-masing.  

Perbaikan iklim investasi akan berkonstribusi positif terhadap meningkatnya kegiatan

investasi yang semata-mata tidak hanya mengandalkan kemampuan keuangan

negara, dengan meningkatnya ditengah keterbatasan kemampuan keuangan

negara, kegiatan investasi selanjutnya akan berkonstribusi terhadap pertumbuhan

ekonomi sebagai prasarat menuju peningkatan kesejahteraan rakyat, oleh karena itu

sangat diperlukan komitmen dan dukungan kongkrit  para pemegang kepentingan

(birokrasi, pengusaha dan pekerja  serta masyarakat)  dalam membangun akselerasi

sinergitas menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi investasi, agar  “golden

opportunity”  yang kita miliki dapat ditranformasi menjadi salah satu faktor pengungkit

pertumbuhan ekonomi.

Kondisi kehidupan perekonomian dan tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera

merupakan harapan yang banyak ditunggu oleh putra-putri Indonesia dalam

menyongsong masa depannya. Harapan yang mereka sangat tunggu adalah

kapankah lapangan kerja di sekitar mereka dapat tersedia dengan cukup dan
memadai. Mereka telah melihat sendiri dan turut serta dalam menggulirkan berbagai

reformasi, tentunya dengan harapan pada suatu saat akan dapat mewujudkan cita-

cita tersebut.

Lapangan kerja yang memadai dan penerapan sistem balas jasa di perusahaan

secara berkecukupan dapat terselenggara apabila proses investasi secara langsung

dapat bergulir seperti sediakala. Bahkan untuk mengejar keterlambatan dalam

memacu mesin perekonomian kita, ternyata masih diperlukan lagi lonjakan jumlah

investasi yang besar dan dahsyad. Kondisi perekonomian di negara kita yang

berangsur baik dalam beberapa tahun terakhir masih perlu didorong lebih lanjut

dengan memacu kehadiran dan tambahan investasi yang berasal dari masyarakat,

investasi PMDN maupun investasi PMA.

Orientasi pada pembangunan ekonomi nasional dan lokal perlu dibuat agar lebih

mendekatkan pada kepentingan kehadiran calon-calon investor di berbagai pelosok

tanah air. Demikian juga perusahaan-perusahaan yang sudah ada harus dijaga

eksistensinya, agar mereka tetap betah dan dapat menjalankan kegiatan usahanya

di lokasi-lokasi tersebut. Tekanan-tekanan yang menuntut keadilan dan perbaikan

kesejahteraan karyawan perlu dilakukan dengan sopan, senantiasa mencari solusi-

solusi kompromi demi kepentingan kelangsungan hidup usaha. Janganlah tujuan-

tujuan politik dan kepentingan dari segelintir kelompok dicampur-adukkan dalam

proses pemberian perijinan investasi dan usaha dengan memperpanjang jalur

birokrasi.

Proses otonomi daerahpun perlu dilakukan dengan bijak tanpa membebani

kepentingan dunia usaha secara berkelebihan. Proses pencarian dan penetapan

sumber-sumber keuangan pemerintahan daerah hendaknya dapat dilakukan dengan

memperhatikan keberlangsungan dan eksistensi perusahaan-perusahaan yang telah

bermukim lama di daerah.

Budaya melayani kepentingan calon investor baru perlu ditanamkan diseluruh jajaran
aparat birokrasi pemerintahan. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa wilayah atau

kawasan tempat berusaha tidak lagi dapat ditawarkan dan dipromosikan dengan

mudah. Masih ada ratusan alternatif tempat usaha di berbagai lokalitas di penjuru

dunia yang memiliki aksesibilitas ke pasar global. Tidak ada cara yang lebih baik

apabila birokrat pemerintahan memberikan pelayanan yang terbaik, memangkas

birokrasi, mengurangi beban-beban usaha yang berlebihan, menciptakan iklim

investasi dan usaha serta mempersiapkan putra-putri di daerah untuk dapat

berpartisipasi dalam proses kegiatan investasi.     Dengan cara demikian maka kita

telah memberikan warisan terbaik baik putra-putri bangsa, antara lain melalui

penciptaan lapangan kerja yang lebih baik dan lebih luas.

2.5  Arti GDB Sebagai Indikator Kemakmuran

Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu

negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada

dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara)

secara geografis.

GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh

sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu,

biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian

dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu

saat. GDP digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan perekonomian sebuah

negara. Namun demikian GDP seringkali dikritik karena tidak mencantumkan

transaksi ekonomi pada level bawah .Dalam forex trading GDP merupakan salah

satu indikator penting yang dapat memicu volatilitas harga terutama untuk Core

GDP. Dalam skala A sampai E dengan A adalah sangat penting dan E tidak penting

sama sekali, GDP merupakan indikator berskala B yang dapat menyebabkan

perubahan volatilitas mata uang.  

GDP dirilis per kuarter, dan angka data ini menunjukkan persentase pertumbuhan
dari kuarter sebelumnya. Laporan GDP terbagi dalam 3 rilis: 1) advanced – rilis

pertama; 2) preliminary – revisi pertama; dan 3) final – revisi kedua dan terakhir.

Revisi-revisi inilah yang biasanya berdampak signifikan bagi market.

Jika GDP (persentase)  naik dibandingkan dengan data pada periode sebelumnya

maka nilai mata uang negara yang bersangkutan cenderung mengalami kenaikan.

Hal ini disebabkan karena GDP menggambarkan nilai seluruh transaksi suatu negara

secara umum. Jika siklus transaksi perekonomian stabil maka dapat dipastikan

perekonomian akan berjalan dengan lancar. Sentimen positif ini dapat memicu

kenaikan nilai mata uang lokal.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pembangunan di investasikan pada sektor pertanian, sektor perdagangan, serta

sektor diluar negeri sebagai sektor perdaganan luar. Dengan memperhitungkan

gross domestic product dalam ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasional,

yang mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber

daya yang ada dalam suatu negara.


SARAN

  

1.    Indonesia harus bisa membenahi terlebih dahulu sistem politik dan hukum agar

para investor akan lebih banyak yang tertarik untuk menginvestasi di Indonesia.

2.    Tidak mempersulit para investor dengan peraturan – peraturan yang

menyebabkan mereka tidak mau berinvestasi.

3.    Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya dengan memberikan pelatihan

– pelatihan tentang industrilialisasi.

4.    Jangan selalu menjadi pekerjanya saja tapi cobalah untuk menjadi seseorang

yang mengendalikan para pekerja dari luar.

5.    Memperbaiki infrastruktur yang dapat dimanfaatkan bagi para investor maupun

para pekerjanya
DAFTAR PUSTAKA

1.      Wikipedia. 2012 Investasi dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Investasi diunduh

pada 10 April 2013 jam 14.15

2.      Nurul Dini Hardiani. 2010 Investasi Dalam Pembangunan Ekonomi dalam

http://nuruldinihardiani.blogspot.com/2010/12/investasi-dalam-pembangunan-

ekonomi.html diunduh pada 10 April 2013 jam 14.22

Anda mungkin juga menyukai