Anda di halaman 1dari 3

Nama : Joe Herdhian

NIM : 01970213235
Jurusan/Semester : D3 Manajemen Perusahaan Semester 3
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen : Ere Mardella Arbiani, S.Pd,. M.Pd.

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

A. Ejaan
Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat,
dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.

B. Sejarah dan Perkembangan Ejaan


Sejauh ini, telah ada tujuh kali pengubahan pedoman ejaan, yaitu :
1. Ejaan van Ophuisjen
Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun
1901. Fyi, bahasa Indonesia waktu itu masih disebut sebagai bahasa
Melayu. Bisa ditebak dari namanya, ejaan ini disusun oleh orang Belanda
bernama Charles A. van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar
Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

2. Ejaan Soewandi
Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada
tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A.
Kenapa disebut Ejaan Soewandi? Karena penyusunnya adalah Mr. Raden
Soewandi yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan. Ejaan ini dikenal juga sebagai Ejaan
Republik.
Pembaharuan dari Ejaan Soewandi terletak dalam penggunaan diftong
(gabungan dua huruf vokal) oe yang diganti menjadi huruf u, dan
dihapuskannya tanda apostrof. Tanda apostrof ini diganti menjadi huruf k
atau tidak dituliskan sama sekali

3. Ejaan Pembaharuan
Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof. M.
Yamin menyarankan agar ejaan Soewandi disempurnakan. Pembaharuan
yang disarankan panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo antara lain:
membuat standar satu fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi dieja
menjadi ay, aw, dan oy. Selain itu, tanda hubung juga tidak digunakan
dalam kata berulang yang memiliki makna tunggal seperti kupukupu dan
alunalun.

4. Ejaan Melindo
Melindo ini akronim dari Melayu-Indonesia. Draft penyusunan ejaan ini
disusun pada tahun 1959 atas kerja sama Indonesia dan Persekutuan Tanah
Melayu, yang dalam hal ini adalah Malaysia. Perubahan yang diajukan
dalam ejaan ini nggak jauh berbeda dari Ejaan Pembaharuan.
Ejaan Melindo ini bertujuan untuk menyeragamkan ejaan yang
digunakan kedua negara. Secara ‘kan ya Indonesia dan Malaysia bahasanya
mirip-mirip gitu. Tapi sayang, ejaan ini pun gagal diresmikan akibat
ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia waktu itu.

5. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan).


Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan dari Ejaan Melindo yang nggak
jadi itu. Panitianya masih campuran antara Indonesia dan Malaysia dan
dibentuk pada tahun 1967. Isinya juga nggak jauh berbeda dari Ejaan yang
Disempurnakan (yang akan dijelaskan selanjutnya), hanya ada perbedaan di
beberapa kaidahnya saja.

6. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


Ejaan ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Di antara deretan ejaan
di atas, EYD ini yang paling awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap
tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara lain: tentang unsur
bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”.
penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak miring.

7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia, EBI pun resmi berlaku sebagai ejaan baru Bahasa Indonesia.
Katanya, latar belakang diresmikan ejaan baru ini adalah karena
perkembangan pengetahuan, teknologi, dan seni sehingga pemakaian
bahasa Indonesia semakin luas. Ejaan ini menyempurnakan EYD, terutama
dalam hal penambahan diftong, penggunaan huruf kapital, dan cetak tebal.

C. Penerapan Kaidah EBI


Ada duapuluhdelapan poin dalam penerapan kaidah EBI, yaitu :
1. Huruf Kapital ( A – Z )
2. Huruf Miring
3. Huruf Tebal
4. Kata dasar : makan
5. Kata berimbuhan : dianalisis
6. Bentuk kata ulang : buku-buku
7. Penulisan gabungan kata : mata kuliah
8. Kata depan
9. Partikel : -lah, -kah, -tah
10. Singkatan dan Akronim
11. Angka dan Bilangan
12. Kata ganti : -ku, -mu, -nya dan -kau
13. Kata sandang : si & sang
14. Tanda titik ( . )
15. Tanda koma ( , )
16. Tanda titik koma ( ; )
17. Tanda titik dua ( : )
18. Tanda hubung ( - )
19. Tanda pisah ( — )
20. Tanda tanya ( ? )
21. Tanda seru ( ! )
22. Tanda elipsis ( … )
23. Tanda petik ( “…” )
24. Tanda petik tunggal ( ‘…’ )
25. Tanda kurung ( (…) )
26. Tanda kurung siku ( […] )
27. Tanda garis miring ( / )
28. Tanda penyingkat atau Afostrop ( ' )

Anda mungkin juga menyukai