Anda di halaman 1dari 47

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CIKUPA
Jl. Raya Otonom Cikupa – Pasar Kemis RT 01/01 Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab.
Tangerang Telp (021) 22018896
Notulen
OJT PONED BISMILLAH PUSKESMAS CIKUPA
Bukti Inovasi
Tanggal: 27 Februari 2020 Pukul: 9.00 s/d selesai
Susunan Acara 1. Pembukaan
2. Simulasi Maternal dan Perinatal
3. Tanya Jawab
4. Diskusi (tanya jawab)
5. Penutupan
Pembahasan 1. Neonatal
Kasus : bayi usia kehamilan 28 minggu, berat badan bayi
1400 gram
Tim Merah: Leader
Tim Kuning : Alat dan Obat
Tim Hijau : Evaluasi
Persiapan Alat dan Obat (Tim Kuning)
- Sebelum di pake di cek dulu alat-alat nya
- Obat-obat kecil di pisahkan
- Sungkup : No 0 untuk bayi premature
No 1 untuk bayi cukup bulan
- Epineprin dan lain-lain yang belum mampu kita pakai,di
pisahkan
- Stetoscope di cek berfungsi atau tidak
- Selang O2
- Saturasi O2
- 3 kain
- Sound timer
- Plastik untuk BBLR
- Lampu sudah di siapkan sebelum bayi dating
- Infarm Warmer sudah disiapkan
Persiapan Rujukan (Tim Hijau)
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan pada keluarga pasien, jelaskan bahwa
kondisi bayi nya jelek,paru-paru nya belum
matang,pernafasan tidak sempurna
Lakukan Langkah Awal:
- Jaga Kehangatan (bayi langsung di bungkus plastik)
- Atur posisi
- Isap lendir
- Keringkan ( muka bayi)
- Atur posisi
- Nilai , Yang di nilai:
1.2 bayi menangis atau tidak
2.2 Tonus otot baik atau tidak
Tim Kuning atur Timer
Perawatan rutin pada resusitasi ada 3:
1. Pastikan bayi tetap hangat
2. Keringkan bayi, bila bayi premature langsung masuk plastik
3. Laju nafas, jantung,tonus otot

Selama resusitasi Tim Kuning memberikan kode bahwa di pastikan


ventilasi yang dilakukan masuk atau tidak,kanan kiri sama atau
tidak,dada mengembang,paru-paru kanan kiri simetris
(menggunakan stetoskope)

Bila merujuk pasien bayi harus menggunakan DOWN SCORE

O2 Blender: tabung O2 + tabung udara disambungkan dengan


menggunakan selang Y, guna nya sebagai pengganti mixsafe, karena
bayi merintih membutuhkan oksigen.tergantung saturasi oksigen

1. MATERNAL
Penyebab perdarahan:
1. Tonus
2. Tear
3. Tissu
4. Trombin
5. Inversio Uteri
6. Infeksi

TATALAKSANA PERDARAHAN POST PARTUM


1.Lakukan anamnesa,riwayat kehamilan,persalinan,riwayat
perdarahan dan jumlah perdarahan

2.Lakukan pemeriksaan keadaan umum,tanda-tanda vital dan


pemeriksaan obstetric

3.pastikan penyebab perdarahan

4.panggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan


( MERAH,KUNING,HIJAU)

5.Tanda-tanda syok: Kesadaran menurun,mengantuk,akral


dingin,nadi lebih dari 100 x/menit,tekanan darah kurang dari 90
mmhg.

6.segera lakukan stabilisasi; berikan oksigen 10


liter/menitpasang dua jalur intravenaengan menggunakan jarum
terbesar ,no.16 atau 18.perbaiki kekurangan cairandan darah
sesuai dengan jumlah perdarahan.

7. Lakukan pengawasan tekanan darah,nadi dan pernafasan


setiap 15 detik ( lakukan pemeriksaan dengan menggunakan
daftar kontrol istimewa ( DKI )

8.Periksa kondisi abdomen ,kontraksi,nyeri tekan,tinggi fundus


uteri

9.periksa jalan lahir

10.periksa kelengkapan plasenta

11. Tentukan penyebab perdarahan dan lakukan tatalaksana


sesuai penyebab

PRE EKLAMPSIA
Tatalaksana :

- Berikan MGS04 dosis awal : bolus 4 gr larutan MGSO4


(10 ml larutan MgSO4 40 %) yang diencerkan dengan 10
ml aquabides, secara berlahan IV selama 10-15 menit
- Bila akses intravena sulit, berikan masing- masing 5 gr
MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40 %) IM dibokong kiri
dan kanan
- Kemudian berikan dosis rumatan : 6 gr MgSO4 (15 ml
larutan MgSO4 40%), dengan kecepatan tetesan 28
tetes / menit.
- Bila sadar berikan nifedipine 10 mg oral
- Siapkan untuk rujukan pasien dg Sijariemas dan
Baksokudo

SKRINING PRE EKLAMSIA

Dilakukan pada usia kehamilan 12 – 14 mgg

1. Pemeriksaan anamnesis dan fisik


a. Riwayat keluarga pre eklamsia
b. Primi gravida
c. Kehamilan kembar
d. Primitua sekunder (jarak antar kehamilan > 10 thn )
e. Usia > 35 thn
f. Body mass index > 30/ obesitas
g. Mean Arterial Pressure (sistolik + 2 diastolik /3) >90
h. Roll Over Test ( perbandingan diastolik miring kiri dan
posisi terlentang) >15 mmHg

Jika > 2 hasil (+)

2. Riwayat Khusus
a. Riwayat hypertensi dalam kehamilan atau pre eklamsia
b. Hypertensi kronis
c. Kelainan ginjal
d. Diabetes
e. Penyakit auto imun
Jika ada salah satu hasil (+)
3. Doppler velocimetry
a. Peningkatan resistensi
b. Notching +
Jika salah satu hasil (+)
 Jika scrining + rujuk untuk evaluasi di faskes sekunder

ALUR PENANGANAN HYPERTENSI DALAM KEHAMILAN

DIFASKES PRIMER

 Usia kehamilan > 20 mgg TD > 140/90 mmhg → hypertensi


kronis → rujuk polyklinik
 Usia kehamilan < 20 mgg TD > 140/90 mmhg
a. cek protein → protein (-) = hypertensi Gertasional → rujuk
polyklinik
b. protein urine (+1/ +2) = PER tanpa gejala berat → rujuk
polyklinik
c. jika TD .160/ 110 mmhg = PEB dg gejala berat → rujuk
segera kamar bersalin → berikan SM ( MgSO4 loading
dose ) sebelum merujuk
Kesimpulan - Tatalaksana pertolongan bayi dg aspiksia harus cepat dan tepat
karena berpacu dg waktu
- Untuk masing- masing tim harus tahu tugas masing- masing
- Pasien dg HDK dan Pre eklamsia sebelum dirujuk wajib
dilakukan tatalaksana
- Ibu hamil usia 12 – 14 mgg wajib untuk dilakukan skrinning pre
eklamsia
- Puskesmas mampu poned harus siap alat, obat dan kemampuan
petugas
- Pendokumentasian harus lengkap
- Harus ada tim yang solid dan kompak
- Drill harus rutin dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan

Rekomendasi - Dengan dilakukannya OJT maka diharapkan ada peningkatan


pengetahuan dan keterampilan
- Untuk kegiatan OJT diharapkan dilaksanakan dg rutin
- Dengan diadakannya OJT ini maka diharapkan ilmu dan
keterampilan menjadi up date
- Dengan diadakannya OJT maka dr dan bidan dapat mengenal
lebih dekat sehingga terjalin tali silaturahim

Mengetahui, Tangerang, 27 Februari 2020


Kepala UPT Puskesmas Cikupa Notulen

dr. Shelmi Johan ( )


NIP. 19750824 200801 2 010
PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CIKUPA
Jl. Raya Otonom Cikupa – Pasar Kemis RT 01/01 Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab.
Tangerang Telp (021) 22018896
Notulen
Sosialisasi Program Kesehatan Jiwa tingkat Desa Talagasari
Bukti Inovasi Tanggal: 16 Desember 2019 Pukul: 13.30 s/d selesai
Susunan Acara 1. Pembukaan
2. Penyampaian Materi oleh Bd. Periswati dan Bd Detty herawati
3. Arahan dari Bapak SekDes
4. Diskusi (tanya jawab)
5. Penutupan
Notulen Sebelumnya

Pembahasan 2. Sambutan dari Bapak Sekdes :


Kesehatan jiwa merupakan kesehatan yang dibutuhkan oleh
setiap manusia, sama seperti kesehatan fisik jadi dengan
diadakannya sosialisasi ini agar masyarakat peduli dengan
kesehatan jiwa.

3. Penyampaian materi oleh Bd. Detty herawati


 Kesehatan Jiwa adalah : Suatu kondisi dimana seseorang dapat
berkembang secara pisik,mental,social dan spiritual dan
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri,dapat mengatasi tekanan,dapat bekerja secara
produktif,dan mampu berkontribusi untuk kepentingan banyak
orang (UU KESWA NO 18 THN 2014)
 Gangguan Jiwa adalah gangguan pikiran, gangguan perasaan
atau tingkah laku, sehingga menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari serta lingkungan.
 Tanda-tanda untuk mengenali adalah dari segi prilaku yaitu
kebingungan kacau, bicara sendiri, perawatan diri kacau,
menarik diri dari lingkungan, fungsi terganggu
 RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri
 Tujuan Umum RW Siaga adalah terwujudnya masyarakat RW
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalah kesehatan
diwilayah RW nya.
 RW SIAGA SEHAT JIWA (RW SSJ) adalah yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri.
 Karakteristik RW SSJ adalah memiliki Kader Kesehatan Jiwa
(KKJ), memiliki Kelompok Tokoh Agama, Pengobat
tradisional, Guru, Petugas Keamanan, memiliki Kantor RW
SSJ, mempunyai survey keluarga kondisi KESWA
KELUARGA, memiliki Sistem Rujukan KESWA, memiliki
Dana Masyarakat, menerapkan Perilaku Sehat Jiwa
 Sasaran RW Siaga dibagi menjadi tiga yaitu sasaran primer,
sasaran sekunder dan sasaran tertier
 Peran kader kesehatan jiwa yaitu mendeteksi keluarga di RW
SSJ: sehat, risiko, sakit, menggerakkan keluarga sehat untuk
penyuluhan sehat jiwa, menggerakkan keluarga risiko untuk
penyuluhan risiko gangguan jiwa, menggerakkan keluarga
sakit jiwa untuk penyuluhan cara merawat, menggerakkan
pasien untuk TAK & Rehabilitasi, melakukan Home Visit,
merujuk Kasus ke perawat jiwa di PKM (CMHN),
mendokumentasikan kegiatan
 Pertanyaan :
1. Bapak Aep ( Jaro ) : Ada seorang anak sedang bermain
dengan kotoran kambing dibuat seperti sate, apakan ini
merupan tanda – tanda ODGJ ?
Jawab : Bisa saja dikatakan ODGJ bila sudah terlalu lama
berprilaku seperti itu dan didiamkan, sebaiknya kita rujuk
kerumah sakit umum Balaraja untuk dikonsultasikan, sehingga
menpankan pengobatan
2. Ibu Roylina : Ada penderita ODGJ dibawa ke pengobatan
alternatif, apakan bisa menyembuhkan?
 Jawab : setiap pasien ODGJ tetap harus dirujuk ke dokter
spesialis jiwa, bila dibawa ke alternatif sepertinya kurang tepat
Kesimpulan - Bila ditemukan penderita ODGJ diharapkan dilaporkan kepada
kader
- Pendampingan oleh aparat desa untuk kunjungan rumah
- Ada Kordinasi dari aparat desa ke kecamatan bila ada pasien
ODGJ yang akan dirujuk ke RS Jiwa
- Lebih ditangkatkan lagi kerjasama untuk penangan ODGJ dari
kader, petugas kesehatan, staf desa, dan pihak kecamatan
- Dibuatnya perstaratan yang lengkap untuk rujukan ODGJ ke RS
jiwa

Rekomendasi - ODGJ pasung adalah penderita yang dikurung, diikat, dirantai,


dan dipisahkan dari keluarga atau dikucilkan
- ODGJ pasung diharapkan tidak ada lagi
- ODGJ sangat membutuhkan keperdulian dari pihak keluarga dan
lingkungan
- Pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa [ODGJ]
merupakan hak asasi manusia berat, karena di lakukan pada
orang dengan disabilitas yang mengakibatkan tidak mampu
mengakses layanan yang dapat mengurangi tingkat
disabilitasnya.
- Tindakan pemasungan adalah upaya pengikatan atau
pengekangan fisik pada orang dengan gangguan jiwa dan orang
agresif [ berbahaya ] di komunitas yang berakibat hilangnya
kebebasan untuk mengakses layanan yang dapat membantu
pemulihan fungsi ODGJ tersebut.

Mengetahui, Tangerang, …………………………..


Kepala UPT Puskesmas Cikupa Notulen

dr. Shelmi Johan (………………………………………)


NIP. 19750824 200801 2 010
PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CIKUPA
Jl. Raya Otonom Cikupa – Pasar Kemis RT 01/01 Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab.
Tangerang Telp (021) 22018896
Notulen
Sosialisasi Program Kesehatan Jiwa tingkat Desa Sukamulya
Bukti Inovasi
Tanggal: 04 Desember 2019 Pukul: 9.00 s/d selesai
Susunan Acara 1. Pembukaan
2. Sambutan dari Bapak Sekdes
3. Penyampaian Materi oleh Bd. Detty Herawati
4. Diskusi (tanya jawab)
5. Penutupan
Notulen Sebelumnya

Pembahasan
4. Sambutan dari Bapak Sekdes :
Kesehatan jiwa merupakan kesehatan yang dibutuhkan oleh
setiap manusia, sama seperti kesehatan fisik jadi dengan
diadakannya sosialisasi ini agar masyarakat peduli dengan
kesehatan jiwa.

5. Penyampaian materi oleh Bd. Detty herawati


 Kesehatan Jiwa adalah : Suatu kondisi dimana seseorang dapat
berkembang secara pisik,mental,social dan spiritual dan
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri,dapat mengatasi tekanan,dapat bekerja secara
produktif,dan mampu berkontribusi untuk kepentingan banyak
orang (UU KESWA NO 18 THN 2014)
 Gangguan Jiwa adalah gangguan pikiran, gangguan perasaan
atau tingkah laku, sehingga menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari serta lingkungan.
 Tanda-tanda untuk mengenali adalah dari segi prilaku yaitu
kebingungan kacau, bicara sendiri, perawatan diri kacau,
menarik diri dari lingkungan, fungsi terganggu
 RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri
 Tujuan Umum RW Siaga adalah terwujudnya masyarakat RW
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalah kesehatan
diwilayah RW nya.
 RW SIAGA SEHAT JIWA (RW SSJ) adalah yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri.
 Karakteristik RW SSJ adalah memiliki Kader Kesehatan Jiwa
(KKJ), memiliki Kelompok Tokoh Agama, Pengobat
tradisional, Guru, Petugas Keamanan, memiliki Kantor RW
SSJ, mempunyai survey keluarga kondisi KESWA
KELUARGA, memiliki Sistem Rujukan KESWA, memiliki
Dana Masyarakat, menerapkan Perilaku Sehat Jiwa
 Sasaran RW Siaga dibagi menjadi tiga yaitu sasaran primer,
sasaran sekunder dan sasaran tertier
 Peran kader kesehatan jiwa yaitu mendeteksi keluarga di RW
SSJ: sehat, risiko, sakit, menggerakkan keluarga sehat untuk
penyuluhan sehat jiwa, menggerakkan keluarga risiko untuk
penyuluhan risiko gangguan jiwa, menggerakkan keluarga
sakit jiwa untuk penyuluhan cara merawat, menggerakkan
pasien untuk TAK & Rehabilitasi, melakukan Home Visit,
merujuk Kasus ke perawat jiwa di PKM (CMHN),
mendokumentasikan kegiatan
 Pertanyaan :
1. Ibu nurul hasanah : bila ditemukan pasien ODGJ , tetapi

pasien tidak punya jaminan apa2

Jawab : Bila ditemukan lapor saja langsung ke Bidan Desa,


dan siapkan data2nya dan akan di buatkan jamkesda bila akan
di rujuk ke rsj .
2. Bapak Mulyadi : Bagaimana tindak lanjutnya stelah pasien
mendapat perwatan di rs
Jawab : pasien dianjurkan berobat rutin ke Puskesmas dan
membawa jaminan yang sudah ada .
Kesimpulan - Bila ditemukan penderita ODGJ diharapkan dilaporkan kepada
kader
- Pendampingan oleh aparat desa untuk kunjungan rumah
- Ada Kordinasi dari aparat desa ke kecamatan bila ada pasien
ODGJ yang akan dirujuk ke RS Jiwa
- Lebih ditangkatkan lagi kerjasama untuk penangan ODGJ dari
kader, petugas kesehatan, staf desa, dan pihak kecamatan
- Dibuatnya perstaratan yang lengkap untuk rujukan ODGJ ke RS
jiwa

Rekomendasi - ODGJ pasung adalah penderita yang dikurung, diikat, dirantai,


dan dipisahkan dari keluarkan atau dikucilkan
- ODGJ pasung diharapkan tidak ada lagi
- ODGJ sangat membutuhkan keperdulian dari pihak keluarga dan
lingkungan
- Pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa [ODGJ]
merupakan hak asasi manusia berat, karena di lakukan pada
orang dengan disabilitasyang mengakibatkan tidak mampu
mengakses layanan yang dapat mengurangi tingkat
disabilitasnya.
- Tindakan pemasungan adalah upaya pengikatan atau
pengekangan fisik pada orang dengan gangguan jiwa dan orang
agresif [ berbahaya ] di komunitas yang berakibat hilangnya
kebebasan untuk mengakses layanan yang dapat membantu
pemulihan fungsi ODGJ tersebut.

Mengetahui, Tangerang, …………………………..


Kepala UPT Puskesmas Cikupa Notulen

dr. Shelmi Johan (………………………………………)


NIP. 19750824 200801 2 010
PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CIKUPA
Jl. Raya Otonom Cikupa – Pasar Kemis RT 01/01 Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab.
Tangerang Telp (021) 22018896
Sosialisasi Program Kesehatan Jiwa tingkat Desa cikupa
Notulen
Bukti Inovasi
Tanggal: 09 Desember 2019 Pukul: 9.00 s/d selesai
Susunan Acara 1. Pembukaan
2. Sambutan dari Bapak Lurah Kelurahan Sukamulya
3. Penyampaian Materi oleh Bd. Hj Mastika
4. Diskusi (tanya jawab)
5. Penutupan
Notulen Sebelumnya

Pembahasan
6. Sambutan dari Bapak Sekdes :
Kesehatan jiwa merupakan kesehatan yang dibutuhkan oleh
setiap manusia, sama seperti kesehatan fisik jadi dengan
diadakannya sosialisasi ini agar masyarakat peduli dengan
kesehatan jiwa.

7. Penyampaian materi oleh Bd. Hj Mastika


 Kesehatan Jiwa adalah : Suatu kondisi dimana seseorang dapat
berkembang secara pisik,mental,social dan spiritual dan
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri,dapat mengatasi tekanan,dapat bekerja secara
produktif,dan mampu berkontribusi untuk kepentingan banyak
orang (UU KESWA NO 18 THN 2014)
 Gangguan Jiwa adalah gangguan pikiran, gangguan perasaan
atau tingkah laku, sehingga menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari serta lingkungan.
 Tanda-tanda untuk mengenali adalah dari segi prilaku yaitu
kebingungan kacau, bicara sendiri, perawatan diri kacau,
menarik diri dari lingkungan, fungsi terganggu
 RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri
 Tujuan Umum RW Siaga adalah terwujudnya masyarakat RW
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalah kesehatan
diwilayah RW nya.
 RW SIAGA SEHAT JIWA (RW SSJ) adalah yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri.
 Karakteristik RW SSJ adalah memiliki Kader Kesehatan Jiwa
(KKJ), memiliki Kelompok Tokoh Agama, Pengobat
tradisional, Guru, Petugas Keamanan, memiliki Kantor RW
SSJ, mempunyai survey keluarga kondisi KESWA
KELUARGA, memiliki Sistem Rujukan KESWA, memiliki
Dana Masyarakat, menerapkan Perilaku Sehat Jiwa
 Sasaran RW Siaga dibagi menjadi tiga yaitu sasaran primer,
sasaran sekunder dan sasaran tertier
 Peran kader kesehatan jiwa yaitu mendeteksi keluarga di RW
SSJ: sehat, risiko, sakit, menggerakkan keluarga sehat untuk
penyuluhan sehat jiwa, menggerakkan keluarga risiko untuk
penyuluhan risiko gangguan jiwa, menggerakkan keluarga
sakit jiwa untuk penyuluhan cara merawat, menggerakkan
pasien untuk TAK & Rehabilitasi, melakukan Home Visit,
merujuk Kasus ke perawat jiwa di PKM (CMHN),
mendokumentasikan kegiatan
 Pertanyaan :
1. Bapak sumarno: bila ditemukan pasien ODGJ apakah pasien
bisa menggunakan jaminan bpjs ?
k Jawab : Bila ditemukan lapor saja langsung ke Bidan Desa,
siapkan data pasien dan siapkan jaminan pasien jika pasien
siap di rujuk, kemudian bila sudah dilaporkan ke petugas
program Keswa di Puskesmas maka akan dikunjungi ke rumah
pasien. Dan bisa memakai jaminan bpjs
2. Bapak Diding S : Rumah sakit mana aja yang bisa
menampung pasien ODGJ ?
Jawab : Rumah sakit umum balaraja bisa buat konsul
Rumah sakit umum tangerang bisa buat konsul
Rumah sakit jiwa grogol bisa buat perawatan
Rumah sakit marzuki mahdi di bogor bisa buat perawatan
Kesimpulan - Bila ditemukan penderita ODGJ diharapkan dilaporkan kepada
kader
- Pendampingan oleh aparat desa untuk kunjungan rumah
- Ada Kordinasi dari aparat desa ke kecamatan bila ada pasien
ODGJ yang akan dirujuk ke RS Jiwa
- Lebih ditangkatkan lagi kerjasama untuk penangan ODGJ dari
kader, petugas kesehatan, staf desa, dan pihak kecamatan
- Dibuatnya perstaratan yang lengkap untuk rujukan ODGJ ke RS
jiwa

Rekomendasi - ODGJ pasung adalah penderita yang dikurung, diikat, dirantai,


dan dipisahkan dari keluarkan atau dikucilkan
- ODGJ pasung diharapkan tidak ada lagi
- ODGJ sangat membutuhkan keperdulian dari pihak keluarga dan
lingkungan
- Pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa [ODGJ]
merupakan hak asasi manusia berat, karena di lakukan pada
orang dengan disabilitasyang mengakibatkan tidak mampu
mengakses layanan yang dapat mengurangi tingkat
disabilitasnya.
- Tindakan pemasungan adalah upaya pengikatan atau
pengekangan fisik pada orang dengan gangguan jiwa dan orang
agresif [ berbahaya ] di komunitas yang berakibat hilangnya
kebebasan untuk mengakses layanan yang dapat membantu
pemulihan fungsi ODGJ tersebut.

Mengetahui, Tangerang, …………………………..


Kepala UPT Puskesmas Cikupa Notulen

dr. Shelmi Johan (………………………………………)


NIP. 19750824 200801 2 010
PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CIKUPA
Jl. Raya Otonom Cikupa – Pasar Kemis RT 01/01 Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab.
Tangerang Telp (021) 22018896
Sosialisasi Program Kesehatan Jiwa tingkat Desa Talaga
Notulen
Bukti Inovasi
Tanggal: 16 Desember 2019 Pukul: 9.00 s/d selesai
Susunan Acara 1. Pembukaan
2. Sambutan dari Bapak SekDes
3. Penyampaian materi oleh Bidan Periswati
4. Diskusi ( tanya jawab )
5. Penutupan
Notulen Sebelumnya

Pembahasan 8. Sambutan dari Bapak Sekdes :


Kesehatan jiwa merupakan kesehatan yang dibutuhkan oleh
setiap manusia, sama seperti kesehatan fisik jadi dengan
diadakannya sosialisasi ini agar masyarakat peduli dengan
kesehatan jiwa.

9. Penyampaian materi oleh Bd. Periswati


 Kesehatan Jiwa adalah : Suatu kondisi dimana seseorang dapat
berkembang secara pisik,mental,social dan spiritual dan
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri,dapat mengatasi tekanan,dapat bekerja secara
produktif,dan mampu berkontribusi untuk kepentingan banyak
orang (UU KESWA NO 18 THN 2014)
 Gangguan Jiwa adalah gangguan pikiran, gangguan perasaan
atau tingkah laku, sehingga menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari serta lingkungan.
 Tanda-tanda untuk mengenali adalah dari segi prilaku yaitu
kebingungan kacau, bicara sendiri, perawatan diri kacau,
menarik diri dari lingkungan, fungsi terganggu
 RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri
 Tujuan Umum RW Siaga adalah terwujudnya masyarakat RW
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalah kesehatan
diwilayah RW nya.
 RW SIAGA SEHAT JIWA (RW SSJ) adalah yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri.
 Karakteristik RW SSJ adalah memiliki Kader Kesehatan Jiwa
(KKJ), memiliki Kelompok Tokoh Agama, Pengobat
tradisional, Guru, Petugas Keamanan, memiliki Kantor RW
SSJ, mempunyai survey keluarga kondisi KESWA
KELUARGA, memiliki Sistem Rujukan KESWA, memiliki
Dana Masyarakat, menerapkan Perilaku Sehat Jiwa
 Sasaran RW Siaga dibagi menjadi tiga yaitu sasaran primer,
sasaran sekunder dan sasaran tertier
 Peran kader kesehatan jiwa yaitu mendeteksi keluarga di RW
SSJ: sehat, risiko, sakit, menggerakkan keluarga sehat untuk
penyuluhan sehat jiwa, menggerakkan keluarga risiko untuk
penyuluhan risiko gangguan jiwa, menggerakkan keluarga
sakit jiwa untuk penyuluhan cara merawat, menggerakkan
pasien untuk TAK & Rehabilitasi, melakukan Home Visit,
merujuk Kasus ke perawat jiwa di PKM (CMHN),
mendokumentasikan kegiatan
 Pertanyaan :
1. Ibu encam: bila ditemukan pasien ODGJ apakah pasien
tersebut dibawa langsung ke Puskesmas ?
Jawab : Bila ditemukan lapor saja langsung ke Bidan Desa,
siapkan data pasien dan siapkan jaminan pasien jika pasien
siap di rujuk, kemudian bila sudah dilaporkan ke petugas
program Keswa di Puskesmas maka akan dikunjungi ke rumah
pasien.
2. Bapak Rupandi : Bagaimana penaganan bila pasien sudah
berobat tetapi tidak dilanjutkan ?
 Jawab : pasien dianjurkan berobat ulang ke Puskesmas dan
membawa jaminan yang sudah ada
Kesimpulan - Bila ditemukan penderita ODGJ diharapkan dilaporkan kepada
kader
- Pendampingan oleh aparat desa untuk kunjungan rumah
- Ada Kordinasi dari aparat desa ke kecamatan bila ada pasien
ODGJ yang akan dirujuk ke RS Jiwa
- Lebih ditangkatkan lagi kerjasama untuk penangan ODGJ dari
kader, petugas kesehatan, staf desa, dan pihak kecamatan
- Dibuatnya perstaratan yang lengkap untuk rujukan ODGJ ke RS
jiwa

Rekomendasi - ODGJ pasung adalah penderita yang dikurung, diikat, dirantai,


dan dipisahkan dari keluarkan atau dikucilkan
- ODGJ pasung diharapkan tidak ada lagi
- ODGJ sangat membutuhkan keperdulian dari pihak keluarga dan
lingkungan
- Pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa [ODGJ]
merupakan hak asasi manusia berat, karena di lakukan pada
orang dengan disabilitasyang mengakibatkan tidak mampu
mengakses layanan yang dapat mengurangi tingkat
disabilitasnya.
- Tindakan pemasungan adalah upaya pengikatan atau
pengekangan fisik pada orang dengan gangguan jiwa dan orang
agresif [ berbahaya ] di komunitas yang berakibat hilangnya
kebebasan untuk mengakses layanan yang dapat membantu
pemulihan fungsi ODGJ tersebut.

Mengetahui, Tangerang, …………………………..


Kepala UPT Puskesmas Cikupa Notulen

dr. Shelmi Johan (………………………………………)


NIP. 19750824 200801 2 010
PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CIKUPA
Jl. Raya Otonom Cikupa – Pasar Kemis RT 01/01 Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab.
Tangerang Telp (021) 22018896
Notulen
Sosialisasi Program Kesehatan Jiwa tingkat Desa Dukuh
Bukti Inovasi
Tanggal: 17 Desember 2019 Pukul: 9.00 s/d selesai
Susunan Acara 1. Pembukaan
2. Sambutan Bapak SekDes
3. Penyampaian Materi oleh Bd. Periswati
4. Diskusi (tanya jawab)
5. Penutupan
Notulen Sebelumnya

Pembahasan 10. Sambutan dari Bapak Sekdes :


Kesehatan jiwa merupakan kesehatan yang dibutuhkan oleh
setiap manusia, sama seperti kesehatan fisik jadi dengan
diadakannya sosialisasi ini agar masyarakat peduli dengan
kesehatan jiwa.

11. Penyampaian materi oleh Bd. Periswati


 Kesehatan Jiwa adalah : Suatu kondisi dimana seseorang dapat
berkembang secara pisik,mental,social dan spiritual dan
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri,dapat mengatasi tekanan,dapat bekerja secara
produktif,dan mampu berkontribusi untuk kepentingan banyak
orang (UU KESWA NO 18 THN 2014)
 Gangguan Jiwa adalah gangguan pikiran, gangguan perasaan
atau tingkah laku, sehingga menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari serta lingkungan.
 Tanda-tanda untuk mengenali adalah dari segi prilaku yaitu
kebingungan kacau, bicara sendiri, perawatan diri kacau,
menarik diri dari lingkungan, fungsi terganggu
 RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri
 Tujuan Umum RW Siaga adalah terwujudnya masyarakat RW
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalah kesehatan
diwilayah RW nya.
 RW SIAGA SEHAT JIWA (RW SSJ) adalah yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri.
 Karakteristik RW SSJ adalah memiliki Kader Kesehatan Jiwa
(KKJ), memiliki Kelompok Tokoh Agama, Pengobat
tradisional, Guru, Petugas Keamanan, memiliki Kantor RW
SSJ, mempunyai survey keluarga kondisi KESWA
KELUARGA, memiliki Sistem Rujukan KESWA, memiliki
Dana Masyarakat, menerapkan Perilaku Sehat Jiwa
 Sasaran RW Siaga dibagi menjadi tiga yaitu sasaran primer,
sasaran sekunder dan sasaran tertier
 Peran kader kesehatan jiwa yaitu mendeteksi keluarga di RW
SSJ: sehat, risiko, sakit, menggerakkan keluarga sehat untuk
penyuluhan sehat jiwa, menggerakkan keluarga risiko untuk
penyuluhan risiko gangguan jiwa, menggerakkan keluarga
sakit jiwa untuk penyuluhan cara merawat, menggerakkan
pasien untuk TAK & Rehabilitasi, melakukan Home Visit,
merujuk Kasus ke perawat jiwa di PKM (CMHN),
mendokumentasikan kegiatan
 Pertanyaan :
1. Bapak A Juwani : ada warganya yang awalnya setres karena
di phk oleh perusahaannya, kemudian sering dimarahin
istrinya , sekarang sudah mengurung diri dan seperti ODGJ,
Apakah bisa di konsultasikan ke pkm cikupa ?
Jawab : Bisa di konsultasi ke pkm cikupa, dan tidak hanya
suaminya saja tetapi untuk istrinya pun harus ikut.
2. Bapak jenal : Bagaimana penanganan bila pasien sudah
berobat tetapi tidak dilanjutkan ?
 Jawab : pasien dianjurkan berobat ulang ke Puskesmas dan
membawa jaminan yang sudah ada
Kesimpulan - Bila ditemukan penderita ODGJ diharapkan dilaporkan kepada
kader
- Pendampingan oleh aparat desa untuk kunjungan rumah
- Ada Kordinasi dari aparat desa ke kecamatan bila ada pasien
ODGJ yang akan dirujuk ke RS Jiwa
- Lebih ditangkatkan lagi kerjasama untuk penangan ODGJ dari
kader, petugas kesehatan, staf desa, dan pihak kecamatan
- Dibuatnya perstaratan yang lengkap untuk rujukan ODGJ ke RS
jiwa

Rekomendasi - ODGJ pasung adalah penderita yang dikurung, diikat, dirantai,


dan dipisahkan dari keluarkan atau dikucilkan
- ODGJ pasung diharapkan tidak ada lagi
- ODGJ sangat membutuhkan keperdulian dari pihak keluarga dan
lingkungan
- Pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa [ODGJ]
merupakan hak asasi manusia berat, karena di lakukan pada
orang dengan disabilitasyang mengakibatkan tidak mampu
mengakses layanan yang dapat mengurangi tingkat
disabilitasnya.
- Tindakan pemasungan adalah upaya pengikatan atau
pengekangan fisik pada orang dengan gangguan jiwa dan orang
agresif [ berbahaya ] di komunitas yang berakibat hilangnya
kebebasan untuk mengakses layanan yang dapat membantu
pemulihan fungsi ODGJ tersebut.
Mengetahui, Tangerang, …………………………..
Kepala UPT Puskesmas Cikupa Notulen

dr. Shelmi Johan (………………………………………)


NIP. 19750824 200801 2 010

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CIKUPA
Jl. Raya Otonom Cikupa – Pasar Kemis RT 01/01 Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab.
Tangerang Telp (021) 22018896
Notulen
Sosialisasi Program Kesehatan Jiwa tingkat Desa Bojong
Bukti Inovasi
Tanggal: 09 Desember 2019 Pukul: 13,30 s/d selesai
Susunan Acara 1. Pembukaan
2. Sambutan Bapak SekDes
3. Penyampaian materi oleh Bd Hj Dewi susanti
4. Tanya jawab
5. Penutup

Notulen Sebelumnya

Pembahasan 12. Sambutan dari Bapak Sekdes :


Kesehatan jiwa merupakan kesehatan yang dibutuhkan oleh
setiap manusia, sama seperti kesehatan fisik jadi dengan
diadakannya sosialisasi ini agar masyarakat peduli dengan
kesehatan jiwa.

13. Penyampaian materi oleh Bd. Hj Dewi susanti


 Kesehatan Jiwa adalah : Suatu kondisi dimana seseorang dapat
berkembang secara pisik,mental,social dan spiritual dan
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri,dapat mengatasi tekanan,dapat bekerja secara
produktif,dan mampu berkontribusi untuk kepentingan banyak
orang (UU KESWA NO 18 THN 2014)
 Gangguan Jiwa adalah gangguan pikiran, gangguan perasaan
atau tingkah laku, sehingga menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari serta lingkungan.
 Tanda-tanda untuk mengenali adalah dari segi prilaku yaitu
kebingungan kacau, bicara sendiri, perawatan diri kacau,
menarik diri dari lingkungan, fungsi terganggu
 RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri
 Tujuan Umum RW Siaga adalah terwujudnya masyarakat RW
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalah kesehatan
diwilayah RW nya.
 RW SIAGA SEHAT JIWA (RW SSJ) adalah yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri.
 Karakteristik RW SSJ adalah memiliki Kader Kesehatan Jiwa
(KKJ), memiliki Kelompok Tokoh Agama, Pengobat
tradisional, Guru, Petugas Keamanan, memiliki Kantor RW
SSJ, mempunyai survey keluarga kondisi KESWA
KELUARGA, memiliki Sistem Rujukan KESWA, memiliki
Dana Masyarakat, menerapkan Perilaku Sehat Jiwa
 Sasaran RW Siaga dibagi menjadi tiga yaitu sasaran primer,
sasaran sekunder dan sasaran tertier
 Peran kader kesehatan jiwa yaitu mendeteksi keluarga di RW
SSJ: sehat, risiko, sakit, menggerakkan keluarga sehat untuk
penyuluhan sehat jiwa, menggerakkan keluarga risiko untuk
penyuluhan risiko gangguan jiwa, menggerakkan keluarga
sakit jiwa untuk penyuluhan cara merawat, menggerakkan
pasien untuk TAK & Rehabilitasi, melakukan Home Visit,
merujuk Kasus ke perawat jiwa di PKM (CMHN),
mendokumentasikan kegiatan
 Pertanyaan :
1. Ibu lia H : bila ditemukan pasien ODGJ apakah pasien
tersebut dibawa langsung ke Puskesmas ?
Jawab : Bila ditemukan lapor saja langsung ke Bidan Desa,
siapkan data pasien dan siapkan jaminan pasien jika pasien
siap di rujuk, kemudian bila sudah dilaporkan ke petugas
program Keswa di Puskesmas maka akan dikunjungi ke rumah
pasien.
2. Bapak H Gunawan : Bagaimana penanganan bila pasien
sudah berobat tetapi tidak dilanjutkan ?
Jawab : pasien dianjurkan berobat ulang ke Puskesmas dan
membawa jaminan yang sudah ada
Kesimpulan - Bila ditemukan penderita ODGJ diharapkan dilaporkan kepada
kader
- Pendampingan oleh aparat desa untuk kunjungan rumah
- Ada Kordinasi dari aparat desa ke kecamatan bila ada pasien
ODGJ yang akan dirujuk ke RS Jiwa
- Lebih ditangkatkan lagi kerjasama untuk penangan ODGJ dari
kader, petugas kesehatan, staf desa, dan pihak kecamatan
- Dibuatnya perstaratan yang lengkap untuk rujukan ODGJ ke RS
jiwa
Rekomendasi - ODGJ pasung adalah penderita yang dikurung, diikat, dirantai,
dan dipisahkan dari keluarkan atau dikucilkan
- ODGJ pasung diharapkan tidak ada lagi
- ODGJ sangat membutuhkan keperdulian dari pihak keluarga dan
lingkungan
- Pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa [ODGJ]
merupakan hak asasi manusia berat, karena di lakukan pada
orang dengan disabilitasyang mengakibatkan tidak mampu
mengakses layanan yang dapat mengurangi tingkat
disabilitasnya.
- Tindakan pemasungan adalah upaya pengikatan atau
pengekangan fisik pada orang dengan gangguan jiwa dan orang
agresif [ berbahaya ] di komunitas yang berakibat hilangnya
kebebasan untuk mengakses layanan yang dapat membantu
pemulihan fungsi ODGJ tersebut.

Mengetahui, Tangerang, …………………………..


Kepala UPT Puskesmas Cikupa Notulen

dr. Shelmi Johan (………………………………………)


NIP. 19750824 200801 2 010

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CIKUPA
Jl. Raya Otonom Cikupa – Pasar Kemis RT 01/01 Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab.
Tangerang Telp (021) 22018896
Notulen
Sosialisasi Program Kesehatan Jiwa tingkat Desa Bitung jaya
Bukti Inovasi
Tanggal: 11 Desember 2019 Pukul: 9.00 s/d selesai
Susunan Acara 1.Pembukaan
2. Sambutan dari Bapak SekDes
3. Penyampaian Materi oleh Bd Periswati
4. Tanya jawab
5. Penutupan
Notulen Sebelumnya

Pembahasan 14. Sambutan dari Bapak Sekdes :


Kesehatan jiwa merupakan kesehatan yang dibutuhkan oleh
setiap manusia, sama seperti kesehatan fisik jadi dengan
diadakannya sosialisasi ini agar masyarakat peduli dengan
kesehatan jiwa.

15. Penyampaian materi oleh Bd. Periswati


 Kesehatan Jiwa adalah : Suatu kondisi dimana seseorang dapat
berkembang secara pisik,mental,social dan spiritual dan
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri,dapat mengatasi tekanan,dapat bekerja secara
produktif,dan mampu berkontribusi untuk kepentingan banyak
orang (UU KESWA NO 18 THN 2014)
 Gangguan Jiwa adalah gangguan pikiran, gangguan perasaan
atau tingkah laku, sehingga menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari serta lingkungan.
 Tanda-tanda untuk mengenali adalah dari segi prilaku yaitu
kebingungan kacau, bicara sendiri, perawatan diri kacau,
menarik diri dari lingkungan, fungsi terganggu
 RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri
 Tujuan Umum RW Siaga adalah terwujudnya masyarakat RW
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalah kesehatan
diwilayah RW nya.
 RW SIAGA SEHAT JIWA (RW SSJ) adalah yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri.
 Karakteristik RW SSJ adalah memiliki Kader Kesehatan Jiwa
(KKJ), memiliki Kelompok Tokoh Agama, Pengobat
tradisional, Guru, Petugas Keamanan, memiliki Kantor RW
SSJ, mempunyai survey keluarga kondisi KESWA
KELUARGA, memiliki Sistem Rujukan KESWA, memiliki
Dana Masyarakat, menerapkan Perilaku Sehat Jiwa
 Sasaran RW Siaga dibagi menjadi tiga yaitu sasaran primer,
sasaran sekunder dan sasaran tertier
 Peran kader kesehatan jiwa yaitu mendeteksi keluarga di RW
SSJ: sehat, risiko, sakit, menggerakkan keluarga sehat untuk
penyuluhan sehat jiwa, menggerakkan keluarga risiko untuk
penyuluhan risiko gangguan jiwa, menggerakkan keluarga
sakit jiwa untuk penyuluhan cara merawat, menggerakkan
pasien untuk TAK & Rehabilitasi, melakukan Home Visit,
merujuk Kasus ke perawat jiwa di PKM (CMHN),
mendokumentasikan kegiatan
 Pertanyaan :
1. Bapak H Abdulloh: bila ditemukan pasien ODGJ apakah
pasien tersebut dibawa langsung ke Puskesmas ?
Jawab : Bila ditemukan lapor saja langsung ke Bidan Desa,
siapkan data pasien dan siapkan jaminan pasien jika pasien
siap di rujuk, kemudian bila sudah dilaporkan ke petugas
program Keswa di Puskesmas maka akan dikunjungi ke rumah
pasien.
2. Bapak H Ata : Bagaimana penanganan bila pasien sudah
berobat tetapi tidak dilanjutkan ?
Jawab : pasien dianjurkan berobat ulang ke Puskesmas dan
membawa jaminan yang sudah ada
Kesimpulan - Bila ditemukan penderita ODGJ diharapkan dilaporkan kepada
kader
- Pendampingan oleh aparat desa untuk kunjungan rumah
- Ada Kordinasi dari aparat desa ke kecamatan bila ada pasien
ODGJ yang akan dirujuk ke RS Jiwa
- Lebih ditangkatkan lagi kerjasama untuk penangan ODGJ dari
kader, petugas kesehatan, staf desa, dan pihak kecamatan
- Dibuatnya perstaratan yang lengkap untuk rujukan ODGJ ke RS
jiwa

Rekomendasi - ODGJ pasung adalah penderita yang dikurung, diikat, dirantai,


dan dipisahkan dari keluarkan atau dikucilkan
- ODGJ pasung diharapkan tidak ada lagi
- ODGJ sangat membutuhkan keperdulian dari pihak keluarga dan
lingkungan
- Pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa [ODGJ]
merupakan hak asasi manusia berat, karena di lakukan pada
orang dengan disabilitasyang mengakibatkan tidak mampu
mengakses layanan yang dapat mengurangi tingkat
disabilitasnya.
- Tindakan pemasungan adalah upaya pengikatan atau
pengekangan fisik pada orang dengan gangguan jiwa dan orang
agresif [ berbahaya ] di komunitas yang berakibat hilangnya
kebebasan untuk mengakses layanan yang dapat membantu
pemulihan fungsi ODGJ tersebut.

Mengetahui, Tangerang, …………………………..


Kepala UPT Puskesmas Cikupa Notulen
dr. Shelmi Johan
NIP. 19750824 200801 2 010

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CIKUPA
Jl. Raya Otonom Cikupa – Pasar Kemis RT 01/01 Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab.
Tangerang Telp (021) 22018896
Notulen
Sosialisasi Program Kesehatan Jiwa tingkat Desa Cibadak
Bukti Inovasi
Tanggal:10 Desember 2019 Pukul: 13.00 s/d selesai
Susunan Acara 1.Pembukaan
2. Sambutan dari Bapak SekDes
3. Penyampaian Materi oleh Bd Periswati
4. Tanya jawab
Notulen Sebelumnya

Pembahasan 16. Sambutan dari Bapak Sekdes :


Kesehatan jiwa merupakan kesehatan yang dibutuhkan oleh
setiap manusia, sama seperti kesehatan fisik jadi dengan
diadakannya sosialisasi ini agar masyarakat peduli dengan
kesehatan jiwa.

17. Penyampaian materi oleh Bd. Periswati


 Kesehatan Jiwa adalah : Suatu kondisi dimana seseorang dapat
berkembang secara pisik,mental,social dan spiritual dan
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri,dapat mengatasi tekanan,dapat bekerja secara
produktif,dan mampu berkontribusi untuk kepentingan banyak
orang (UU KESWA NO 18 THN 2014)
 Gangguan Jiwa adalah gangguan pikiran, gangguan perasaan
atau tingkah laku, sehingga menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari serta lingkungan.
 Tanda-tanda untuk mengenali adalah dari segi prilaku yaitu
kebingungan kacau, bicara sendiri, perawatan diri kacau,
menarik diri dari lingkungan, fungsi terganggu
 RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri
 Tujuan Umum RW Siaga adalah terwujudnya masyarakat RW
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalah kesehatan
diwilayah RW nya.
 RW SIAGA SEHAT JIWA (RW SSJ) adalah yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri.
 Karakteristik RW SSJ adalah memiliki Kader Kesehatan Jiwa
(KKJ), memiliki Kelompok Tokoh Agama, Pengobat
tradisional, Guru, Petugas Keamanan, memiliki Kantor RW
SSJ, mempunyai survey keluarga kondisi KESWA
KELUARGA, memiliki Sistem Rujukan KESWA, memiliki
Dana Masyarakat, menerapkan Perilaku Sehat Jiwa
 Sasaran RW Siaga dibagi menjadi tiga yaitu sasaran primer,
sasaran sekunder dan sasaran tertier
 Peran kader kesehatan jiwa yaitu mendeteksi keluarga di RW
SSJ: sehat, risiko, sakit, menggerakkan keluarga sehat untuk
penyuluhan sehat jiwa, menggerakkan keluarga risiko untuk
penyuluhan risiko gangguan jiwa, menggerakkan keluarga
sakit jiwa untuk penyuluhan cara merawat, menggerakkan
pasien untuk TAK & Rehabilitasi, melakukan Home Visit,
merujuk Kasus ke perawat jiwa di PKM (CMHN),
mendokumentasikan kegiatan
 Pertanyaan :
1. Ibu Rina : bila ditemukan pasien ODGJ apakah pasien
tersebut dibawa langsung ke Puskesmas ?
Jawab : Bila ditemukan lapor saja langsung ke Bidan Desa,
siapkan data pasien dan siapkan jaminan pasien jika pasien
siap di rujuk, kemudian bila sudah dilaporkan ke petugas
program Keswa di Puskesmas maka akan dikunjungi ke rumah
pasien.
2. Bapak Abdul Rohim : Bagaimana penanganan bila pasien
sudah berobat tetapi tidak dilanjutkan ?
1. Jawab : pasien dianjurkan berobat ulang ke Puskesmas
dan membawa jaminan yang sudah ada
Kesimpulan - Bila ditemukan penderita ODGJ diharapkan dilaporkan kepada
kader
- Pendampingan oleh aparat desa untuk kunjungan rumah
- Ada Kordinasi dari aparat desa ke kecamatan bila ada pasien
ODGJ yang akan dirujuk ke RS Jiwa
- Lebih ditangkatkan lagi kerjasama untuk penangan ODGJ dari
kader, petugas kesehatan, staf desa, dan pihak kecamatan
- Dibuatnya perstaratan yang lengkap untuk rujukan ODGJ ke RS
jiwa

Rekomendasi - ODGJ pasung adalah penderita yang dikurung, diikat, dirantai,


dan dipisahkan dari keluarkan atau dikucilkan
- ODGJ pasung diharapkan tidak ada lagi
- ODGJ sangat membutuhkan keperdulian dari pihak keluarga dan
lingkungan
- Pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa [ODGJ]
merupakan hak asasi manusia berat, karena di lakukan pada
orang dengan disabilitasyang mengakibatkan tidak mampu
mengakses layanan yang dapat mengurangi tingkat
disabilitasnya.
- Tindakan pemasungan adalah upaya pengikatan atau
pengekangan fisik pada orang dengan gangguan jiwa dan orang
agresif [ berbahaya ] di komunitas yang berakibat hilangnya
kebebasan untuk mengakses layanan yang dapat membantu
pemulihan fungsi ODGJ tersebut.

Mengetahui, Tangerang, …………………………..


Kepala UPT Puskesmas Cikupa Notulen

dr. Shelmi Johan


NIP. 19750824 200801 2 010

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CIKUPA
Jl. Raya Otonom Cikupa – Pasar Kemis RT 01/01 Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab.
Tangerang Telp (021) 22018896
Notulen
Sosialisasi Program Kesehatan Jiwa tingkat Desa Sukanagara
Bukti Inovasi
Tanggal: Juni 2019 Pukul: 9.00 s/d selesai
Susunan Acara 1.Pembukaan
2. Sambutan Kepala Puskesmas Cikupa
3. Penyampaian Materi
4. Tanya jawab
Notulen Sebelumnya
Pembahasan 18. Sambutan dari Bapak Sekdes :
Kesehatan jiwa merupakan kesehatan yang dibutuhkan oleh
setiap manusia, sama seperti kesehatan fisik jadi dengan
diadakannya sosialisasi ini agar masyarakat peduli dengan
kesehatan jiwa.

19. Penyampaian materi oleh Bd. Periswati


 Kesehatan Jiwa adalah : Suatu kondisi dimana seseorang dapat
berkembang secara pisik,mental,social dan spiritual dan
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri,dapat mengatasi tekanan,dapat bekerja secara
produktif,dan mampu berkontribusi untuk kepentingan banyak
orang (UU KESWA NO 18 THN 2014)
 Gangguan Jiwa adalah gangguan pikiran, gangguan perasaan
atau tingkah laku, sehingga menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari serta lingkungan.
 Tanda-tanda untuk mengenali adalah dari segi prilaku yaitu
kebingungan kacau, bicara sendiri, perawatan diri kacau,
menarik diri dari lingkungan, fungsi terganggu
 RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri
 Tujuan Umum RW Siaga adalah terwujudnya masyarakat RW
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalah kesehatan
diwilayah RW nya.
 RW SIAGA SEHAT JIWA (RW SSJ) adalah yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri.
 Karakteristik RW SSJ adalah memiliki Kader Kesehatan Jiwa
(KKJ), memiliki Kelompok Tokoh Agama, Pengobat
tradisional, Guru, Petugas Keamanan, memiliki Kantor RW
SSJ, mempunyai survey keluarga kondisi KESWA
KELUARGA, memiliki Sistem Rujukan KESWA, memiliki
Dana Masyarakat, menerapkan Perilaku Sehat Jiwa
 Sasaran RW Siaga dibagi menjadi tiga yaitu sasaran primer,
sasaran sekunder dan sasaran tertier
 Peran kader kesehatan jiwa yaitu mendeteksi keluarga di RW
SSJ: sehat, risiko, sakit, menggerakkan keluarga sehat untuk
penyuluhan sehat jiwa, menggerakkan keluarga risiko untuk
penyuluhan risiko gangguan jiwa, menggerakkan keluarga
sakit jiwa untuk penyuluhan cara merawat, menggerakkan
pasien untuk TAK & Rehabilitasi, melakukan Home Visit,
merujuk Kasus ke perawat jiwa di PKM (CMHN),
mendokumentasikan kegiatan
 Pertanyaan :
1. Ibu icah : bila ditemukan pasien ODGJ apakah pasien
tersebut dibawa langsung ke Puskesmas ?
Jawab : Bila ditemukan lapor saja langsung ke Bidan Desa,
siapkan data pasien dan siapkan jaminan pasien jika pasien
siap di rujuk, kemudian bila sudah dilaporkan ke petugas
program Keswa di Puskesmas maka akan dikunjungi ke rumah
pasien.
2. Bapak Suryadi : Bagaimana penanganan bila pasien sudah
berobat tetapi tidak dilanjutkan ?
2. Jawab : pasien dianjurkan berobat ulang ke Puskesmas
dan membawa jaminan yang sudah ada
Kesimpulan - Bila ditemukan penderita ODGJ diharapkan dilaporkan kepada
kader
- Pendampingan oleh aparat desa untuk kunjungan rumah
- Ada Kordinasi dari aparat desa ke kecamatan bila ada pasien
ODGJ yang akan dirujuk ke RS Jiwa
- Lebih ditangkatkan lagi kerjasama untuk penangan ODGJ dari
kader, petugas kesehatan, staf desa, dan pihak kecamatan
- Dibuatnya perstaratan yang lengkap untuk rujukan ODGJ ke RS
jiwa

Rekomendasi - ODGJ pasung adalah penderita yang dikurung, diikat, dirantai,


dan dipisahkan dari keluarkan atau dikucilkan
- ODGJ pasung diharapkan tidak ada lagi
- ODGJ sangat membutuhkan keperdulian dari pihak keluarga dan
lingkungan
- Pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa [ODGJ]
merupakan hak asasi manusia berat, karena di lakukan pada
orang dengan disabilitasyang mengakibatkan tidak mampu
mengakses layanan yang dapat mengurangi tingkat
disabilitasnya.
- Tindakan pemasungan adalah upaya pengikatan atau
pengekangan fisik pada orang dengan gangguan jiwa dan orang
agresif [ berbahaya ] di komunitas yang berakibat hilangnya
kebebasan untuk mengakses layanan yang dapat membantu
pemulihan fungsi ODGJ tersebut.

Mengetahui, Tangerang, …………………………..


Kepala UPT Puskesmas Cikupa Notulen

dr. Shelmi Johan (Detty Herawaati 8)


NIP. 19750824 200801 2 010
DOKUMENTASI KEGIATAN SOSIALISASI SURVEI MAWAS DIRI (SMD) TINGKAT KADER
BULAN APRIL 2019
DOKUMENTASI KEGIATAN SOSIALISASI SURVEI MAWAS DIRI (SMD) TINGKAT KADER
BULAN APRIL 2019
DOKUMENTASI KEGIATAN DESIMINASI INFORMASI ISPA DIARE
BULAN JUNI 2019
DOKUMENTASI KEGIATAN SOSIALISASI PENDATAAN PHBS DALAM RUMAH TANGGA
DOKUMENTASI DISEMINASI INFORMASI SDIDTK KEPADA KADER
KEGIATAN BOK TAHUN 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CIKUPA
Jl. Raya Otonom Cikupa – Pasar Kemis RT 01/01 Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab.
Tangerang Telp (021) 22018896
Notulen
SBH (Sosialisasi PHBS di sekolah)
Bukti Inovasi
Tanggal: 8 Februari 2020 Pukul: 09.00 s/d 11.30
Susunan Acara 1. Pembukaan
2. Pre test
3. Penyampaian Materi oleh petugas promkes (Teni)
4. Diskusi (tanya jawab)
5. Post test
6. Penutupan
Notulen Sebelumnya

Pembahasan 1. Pengertian PHBS di sekolah


Kebiasaan/perilaku positif yang dilakukan oleh setiap siswa,
guru, penjaga sekolah, petugas kantin sekolah, orang tua siswa
dan lain-lain yang dengan kesadarannya untuk mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya serta aktif dalam menjaga
lingkungan sehat di sekolah
2. Indikator PHBS di sekolah
a. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan
memakai sabun
b. Jajan di kantin sekolah yang sehat
c. Membuang sampah pada tempatnya
d. Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah
e. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan secara
teratur setiap bulan
f. Bebaskan dirimu dari asap rokok
g. Memberantas jentik nyamuk di sekolah
h. Buang air kecil dan buang air besar di jamban sekolah
3. Manfaat PHBS di sekolah
Agar siswa, guru, penjaga sekolah, petugas kantin sekolah,
orang tua siswa dan lain-lain terlindungi dari berbagai gangguan
dan ancaman penyakit, sekolah menjadi bersih dan sehat
sehingga meningkatkan semangat proses belajar-mengajar dan
akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Waktu mencuci tangan
a. Sebelum dan sesudah makan
b. Sebelum memegang makanan
c. Sebelum melakukan kegiatan apapun memasukkan jari-jari
kedalam mulut atau mata
d. Setelah buang air kecil (BAK) dan buang air bersih (BAB)
e. Setelah bermain dengan hewan/unggas termasuk hewan
peliharaan
Kesimpulan - PHBS di sekolah perlu diterapkan agar terciptanya sekolah yang
bersih dan sehat sehingga siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan
ancaman penyakit
- Semua pihak sekolah mulai dari siswa/I, guru, penjaga sekolah,
petugas kantin sekolah harus peduli, sadar dan menerapkan
PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) di sekolah
Rekomendasi - Bagi semua siswa/I agar membiasakan diri untuk mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun
- Bagi semua siswa/I agar jajan dikantin sekolah yang bersih dan
sehat
- Bagi semua siswa/I agar membuang sampah pada tempatnya
- Bagi semua siswa/I agar mengikuti kegiatan olahraga di sekolah
- Bagi semua siswa/I agar menimbang berat badan dan mengukur
tinggi badan setiap bulan
- Bagi semua siswa/I agar tidak merokok
- Bagi semua siswa/I agar memberantas jentik nyamuk 1 kali
dalam seminggu
- Bagi semua siswa/I agar buang air besar dan buang air kecil di
jamban sekolah
Mengetahui, Tangerang, Februari 2020
Kepala UPT Puskesmas Cikupa Petugas Promkes

dr. Shelmi Johan (Teni Sulistiowati, SKM)


NIP. 19750824 200801 2 010

Anda mungkin juga menyukai