Korupsi
Kata korupsi secara bahasa berasal dari bahasa Latin “koruptio” yang berarti
“penyuapan”, atau “corrumpere” artinya “merusak”. Hal ini terjadi dimana para pejabat
badan-badan negara menyalah gunakan jabatan mereka sehingga memungkinkan terjadinya
penyuapan, pemalsuan, serta berbagai ketidakberesan lainnya1.
Dalam kamus besar bahasa indonesia kata korupsi pertama di gunakan oleh
Poerwadarminta yang merupakan terjemah dari bahasa belanda “corruptive”. Dan kemudian
diartikan sebagai “ penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaanuntuk
keuntungan pribadi atau orang lain2.
Mengutip pendapat dari Schorder, Pilto dkk dalam bukunya mengatakan bahwa tidak
ada definisi yang mengikat terhadap korupsi dan korupsi sendiri didefinisikan menurut
masyarakat yang satu sama lainya berbeda. Selanjutnya pilto dkk mencoba memberikan
batasan pengrtian korupsi bedasar konsep dasar ilmu pengetahuan
1
Lihat Ensiklopedi Indonesia, Ichtiar Baru van Hove, Jilid 4, Jakarta, 1983, hal. 1876
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan keempat, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hal. 527
3
Pitlo, dkk, Mengenai Teori-teori Politik dari Sistem Politik Sampai Korupsi, Nuansa, Jakarta, 2006, hal. 404 - 405
Dari berbagai pengertian diatas maka dapat kita simpulkan bahwa korupsi merupakan
perilaku penyalahgunaan kekuasaan dengan tujuan mendapat keuntungan pribadi baik
secara politik maupun ekonomi serta berdampak merugikan bagi masyarakat luas.
Pasal 1: “semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-
hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani, dan hendaknya
bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan”.
Pasal 2: “setiap orang berhak atas setiap hak dan kebebasan yang tercantum
dalam dklarasi ini tanta keterkecualian seperti perbedaan ras, warna kulit, enis
kelamin, bahasa, agama, dan politik”.
4
Affandi Hernadi, Konsepsi Korelasi, dan Implementasi Hak Aasasi Manusia dan Good
Governance, tulisan alam Mengenal Kompleksitas Hak Asasi Manusia (Kajian Multi Perspektif),
“hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati, universal
dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk
hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak
kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan dan kesejahteraan, yang
oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun”.
5
Lihat Ifdal Kasim, Implementasi Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Kerangka Normatif dan Standar, Makalah disampaikan
dalam Seminra Nasional Menuju Perlindungan dan Pemantauan yang Efektif Hak-hak Ekonomi, Sosial , dana Buaday di Indonesia,
dilaksanakan oleh Kerjasama Pusata Studi HAM Universitas Islam Jogyakarta dengan Norwegian Centre for Human Rights, Yogyakarta,
16 – 18 April 2007.
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh Negara, Hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”. Dan hak-hak yang diatur
dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999, adalah6:
Pembahasan Korupsi dan HAM kali ini adalah tentang pemenuhan-pemenuhan Hak-hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya. Hak-hak tersebutlah yang secara langsung akan terdampak
ketika terjadi tindak pidan korupsi seperti fasilitas umum, pendidikan, perumahan dan
pekerjaan yang memungkinkan sebagai instrumen kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
Tanggung jawab pemenuhan hak dasar tersebut tentu harus diimbangi dengan rasa tanggung
jawab yang besar dan mekanisme akuntabilitas negara sebagai pelaksananya.
6
Lihat Undang-undang Nomor 39 tahun 1999, tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 9 – 52, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia republic
Indonesia, Jakarta, 2010, hal. 47 - 74
Akan tetapi jika dana yang dialokasikan tersebut dikorupsi maka akan langsung
berdampak signifikan terhadap masyarakat. Hal tersebut dapat langsung kita lihat dengan
tingginya angka kriminalitas mempunyai koletrasi yang erat dengan kemiskinan dimana
harusnya program-program dalam mengentaskan kemiskinan maksimal namun dengan
adanya korupsi menjadi tidak maksimal. Rendahnya tingkat pendidikan dengan sarana
prasarana serta tak terjangkaunya biaya yang dibebankan padahal dengan anggaran besar
pada APBN masalah dana harusnya dapat terakomodir. Semuanya ini dapat dikatakan
sebagai asal dari kebutuhan akan hidup. Selain itu terjadi juga kemiskinan, kekurangan
gisi, anak-anak putus sekolah, lapangan kerja semakin kurang, dan lain-lain. Hal ini
dikarenakan uang yang disediakan oleh APBN dan APBD telah dikorupsi oleh para
pelaksana/penguasa yang bekerja sama dengan para pengusaha.
Paparan diatas menunjukan bahwa korelasi antara tindak pidana korupsi dengan
pemenuhan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, khusausnya Hak Atas Pekerjaan, Hak
Atas Rasa Aman bagi masyarakat, Hak untuk mendapatkan standard kehidupan yang
layak, Hak Atas Kesehatan, Hak Pendidikan, Hak Atas Perumahan dan Hak Atas
7
Allan McChesney, Memajukan dan Membela Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Insist Press, Cetakan Pertama, Yogyakarta, 2003,
hal. 34
Lingkungan Bersih dan Sehat, Hak untuk mengembangkan budaya yang dimiliki
berpengaruh dengan signifikan karena dengan korupsi dampak laten maupun
nyatanya akan langsung menghambat upaya pemenuhan-pemenuhan hak-hak dasar
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ensiklopedi Indonesia, Ichtiar Baru van Hove, Jilid 4, Jakarta.
2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan
keempat, Balai Pustaka, Jakarta.
3. Pitlo, dkk, Mengenai Teori-teori Politik dari Sistem Politik Sampai
Korupsi, Nuansa, Jakarta, 2006.
4. Affandi Hernadi, Konsepsi Korelasi, dan Implementasi Hak Aasasi Manusia dan
Good Governance, tulisan alam Mengenal Kompleksitas Hak Asasi Manusia (Kajian
Multi Perspektif), PUSHAM UII Yogyakarta, Yogyakarta.
5. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999, tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 9 –
52, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia republic Indonesia, Jakarta, 2010.
6. Allan McChesney, Memajukan dan Membela Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya, Insist Press, Cetakan Pertama, Yogyakarta.