Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Komunikasi Massa
Dosen Pengajar :
Eneng Purwanti, M.A
Disusun oleh :
Alfarhatun (191510082)
Ilham hamami (191510083)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas limpahan karunia,
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Komunikasi Massa ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen mata kuliah
KOMUNIKASI MASSA,selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Ciri-ciri/Karakteristik Komunikasi Massa bagi para pembaca maupun penulis.
Terima kasih saya sampaikan pula kepada Ibu Eneng Purwanti, M.A selaku dosen mata
kuliah ini yang memberi arahan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini, masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif dari pembaca. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi Massa adalah pesan yang dikomunikasikannya melalui media massa pada
sejumlah besar orang (mass communication is massage communicated through a mass medium
to a large number of people). (Rahmat, 2003: 188). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa
Komunikasi Massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun Komunikasi itu
disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar dilapangkan luas yang dihadiri
oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan
Komunikasi Massa.
Pembahasan dalam makalah ini, akan membahas membahas tentang ciri-ciri dan karakteristik
Komunikasi Massa.
B. Rumusan Masalah
➢ Bagaimana Ciri-ciri atau Karakteristik Komunikasi Massa ?
C. Tujuan
➢ Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Dakwah pada Prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
➢ Untuk mengetahui ciri-ciri atau karakteristik Komunikasi Massa.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Ciri Komunikasi massa yang pertama adalah komunikatormya. Kita sudah memahami
bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun elektronik.
Dengan mengingat kembali pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan
lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks, mari kita bayangkan
secara kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh
komunikan.
Apabila pesan itu akan disampaikan melalui surat kabar, maka prosesnya adalah sebagai
berikut :
➢ Komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel, apakah atas keinginannya, atau
atas permintaan media massa yang bersangkutan.
➢ Selanjutnya, pesan tersebut diperiksa oleh penanggung jawab rubrik.
➢ Dari penanggung jawab rubrik, diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa baik
tidaknya pesan itu untuk dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan
dari lembaga media massa itu.
➢ Ketika sudah baik, pesan dibuat setting-nya, lalu diperiksa oleh kolektor, disusun oleh
lay-out man, agar komposisinya bagus, dibuat plate, kemudian masuk mesin cetak.
➢ Tahap akhir setelah dicetak merupakan tugas bagian distribusi untuk mendistribusikan
surat kabar yang berisi pesan itu kepada pembacanya.
Itu hanya gambaran satu pesan saja. Masih banyak pesan-pesan lain yang memenuhi rubrik
surat kabar seperti tajuk rencana, karikatur, Feature, dan berbagai berita yang yang dibuat oleh
reporter media massa yang bersangkutan. Jadi, beberap orang yang terlibat dalam proses
komunikasi massa itu, beberap macam peralatan yang digunakan, dan beberapa biaya yang
diperlukan, sifatnya relatif. Namun yang pasti, Komunikasi Massa itu kompleks, tidak seperti
Komunikasi antarpersona yang begitu sederhana.
Apabila media komunikasi yang digunakan adalah televisi, tentu akan lebih banyak orang
lagi yang terlibat, seperti juru kamera (lebih dari satu), juru lampu, pengarah acara, bagian
5
makeup, floor manager, dan lain-lain. Selain itu, peralatan yang digunakan lebih banyak serta
dana yang diperlukan lebih besar. 1
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditunjukkan untuk
semua orang dan tidak ditunjukkan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan
komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau
opini. Namun tak semua fakta dan peristiwa yang terjadi disekeliling kita dapat dimuat dalam
media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi
kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.
Dengan demikian, kriteria pesan yang penting dan menarik itu mempunyai ukuran tersendiri,
yakni bagi sebagian besar komunikan. Ada peristiwa yang mempunyai kategori penting, tetapi
hanya penting bagi sekelompok orang. Peristiwa tersebut tentu saja tidak dapat disampaikan
melalui media massa. Misalnya, berita pemilihan lurah dikelurahan Sukapada Kotamadya
Bandung, dapat dianggap memenuhi kriteria penting bagi masyarakat setempat, tapi tidak
penting bagi Kotamadya Bandung, apalagi Jawa Barat. Dengan demikian, peristiwa pemilihan
lurah itu laik muat bagi media massa yang ada di Bandung. Lain halnya apabila pemilihan lurah
Sukapada itu mengandung sesuai yang khas, unik, dan dapat menarik perhatian banyak orang,
maka peristiwa itu dapat dimuat dalam surat kabar atau ditayangkan melalui televisi atau
disiarkan melalui radio siaran. 2
Komunikasi pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi
antarpersona, komunikator akan mengenal komunikasinya, mengetahui identitas nya, seperti :
nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan
perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan
(anonim), karena Komunikasi nya menggunakan media tidak tatap muka. Disamping anonim,
komunikan Komunikasi masa adalah Heterogen, karena terdiri dari beberapa lapisan
masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. Hal ini dapat kita
1 Dr. Elvinaro Ardianto, M.Si., dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media). Hal.7
2 Dr. Elvinaro Ardianto, M.Si., dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. (Bandung: Simbiosa
6
buktikan dengan melihat acara “Seputar Indonesia” yang di tayangkan RCTI dan ditonton oleh
jutaan, bahkan puluhan juta pemirsa di Indonesia yang tersebar di berbagai kota. Mereka itu
terdiri dari wanita dan pria; remaja, dewasa, dan orang tua; agama Islam, Kristen, Katholik,
Hindu dan Budha; pendidikan akhir SMP, SMU, akademi dan perguruan tinggi; etnik Sunda,
Jawa, Minangkabau, Batak, Dayak, dan lain-lain. Keadaan itu tentu sudah harus disadari oleh
komunikator komunikasi massa.3
Sekarang mari kita perhatikan contoh berikut ini: acara “Indonesiaan Idol” yang
ditayangkan stasiun televisi RCTI ditonton oleh jutaan pemirsa. Mereka secara serempak
dalam waktu yang sama menonton acara tersebut selama hampir 120 menit, padahal mereka
berada diberbagai tempat di seluruh Indonesia. Contoh lain, berita-berita yang memenuhi
kolom surat kabar atau yang disiarkan radio atau televisi secara serempak dapat diterima oleh
pembaca dan pendengar/ pemirsa diberbagai tempat. Bayangkan apabila berita tersebut tidak
di sampaikan melalui media massa, tetapi dilakukan secara antarpersona, untuk mencapai
jumlah komunikan yang banyak akan membutuhkan waktu yang cukup lama dan diterimanya
pun tidak bersamaan. Mungkin pada saat menyampaikan berita pertama, sudah muncul lagi
berita-berita lainnya yang terbaru. Inilah salah satu ciri Komunikasi Massa yang sekaligus juga
merupakan kelebihan Komunikasi Massa dari Komunikasi Antarpersona dan kelompok. 4
3Dr. Elvinaro Ardianto, M.Si., dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media). Hal.8-9
4Dr. Elvinaro Ardianto, M.Si., dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media). Hal.9
7
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Salah satu prinsip Komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan
dimensi hubungan (Mulyana, 2000:99). Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi.
Yaitu, apa yang dikatakan, sedang dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara
mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu.
Sementara Rakhmat (2003) menyebutkan sebagai proporsi unsur isi dan unsur hubungan.
Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa dibandinkan dengan
komunikasi lainnya, ada juga ciri komunikasi yang merupakan kelemahannya. Karena
komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat
melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif
menerima pesan, namun di antara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya
terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan kata lain, komunikasi massa itu bersifat satu
arah.
Untuk memahami lebih jelas tentang sifat komunikasi massa yang satu arah, penulis
mengutip penjelasan Rakhmat (19960 dalam buku psikologi komunikasi yang memandingkan
5Dr. Elvinaro Ardianto, M.Si., dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media). Hal.10
8
system komunikasi massa dengan komunikasi antar persona dalam hal pengendalian arus
informasi.
Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi
alat indra yang terbatas. Pada komunikasi antarpersona yang bersifat tatap muka, maka seluruh
alat indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal.
Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam
komunikasi massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran
dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televise dan film, kita
menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan feedback merupakan faktor
penting dalam proses komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.
Efektivitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh
komunikan.
9
Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi
antarpesona. Bila penulis memberikan kuliah pada anda secara tatap muka, penulis akan
memperhatikan bukan saja ucapan anda, tetapi juga kedipan mata, gerak bibir, posisi tubuh,
intonasi suara, dan gerakan lainnya yang dapat penulis artikan.
Semua symbol tersebut merupakan timbal balik yang penulis terima lewat seluruh alat indra
penulis. Umpan balik ini bersifat langsung (direct), atau segera (immediate). Sedangkan dalam
proses komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda
(delayed). Artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui
bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya. Tanggapan khalayak bisa
diterima lewat telepon, e-mail, atau surat pembaca. Proses penyampaian feedback komunikasi
massa bersifat indirect. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan telepon,
menulis surat pembaca, mengirim e-mail, itu menunjukan bahwa feedback komunikasi massa
bersifat tertunda (delayed).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, ditunjukkan untuk semua orang dan tidak
ditunjukkan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa
bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini.
Komunikasi pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi
antarpersona, komunikator akan mengenal komunikasinya, mengetahui identitas nya,
seperti : nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan
perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal
komunikan (anonim), karena Komunikasi nya menggunakan media tidak tatap muka.
Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa dibandinkan dengan
komunikasi lainnya, ada juga ciri komunikasi yang merupakan kelemahannya. Karena
komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat
melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun
aktif menerima pesan, namun di antara keduanya tidak dapat melakukan dialog
sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan kata lain, komunikasi
massa itu bersifat satu arah.
11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
12