PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perawat seringkali menjadi orang yang pertama mendeteksi perubahan pada kondisi klien
tanpa memperhatikan latar belakangnya. Oleh karena itu kemampuan berpikir dan
menginterpretasi secara kritis tentang arti perilaku klien dan perubahan fisik yang
ditampilkan merupakan hal yang sangat penting bagi perawat, keterampilan pengkajian dan
pemeriksaan fisik menjadi alat kuat bagi perawat untuk mendeteksi perubahan baik halus
maupun nyata yang terjadi pada kesehatan klien. Pengkajian fisik memungkinkan perawat
Perawat bekerja diberbagai tempat, mencari informasi tentang status kesehatan klien.
keperawatan yang berfokus pada respon yang ditimbulkan pasien akibat adanya masalah
kesehatan atau dengan kata lain pemeriksaan fisik keperawatan harus mencerminkan
diagnosa fisik yang secara umum perawat dapat membuat tindakan untuk mengatasinya.
B. Rumusan Masalah
2. Untuk megetahui apa tujuan dari pemeriksaan fisik head toe toe.
6. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan dari pemeriksaan fisik head to toe.
D.Ruang Lingkup
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menggunakan berbagai macam metode seperti
mencari informasi dari buku-buku sumber yang berhubungan dengan tema, dan juga
PEMBAHASAN
Adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang
di anggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematis dan komprehensif, memastikan
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan
akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan pada dasarnya sama denan pemeriksaan fisik
kedokteran biasanya diklasifikasikan menurut sisitem tubuh manusia yaitu palpasi, inspeksi,
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki.
Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut
dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum,
ektremitas.
B. Tujuan
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
C. Manfaat
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi
a. Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata dilakukan untuk mendeteksi
tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik. Mulailah melakukan inspeksi pada
saat pertama kali bertemu dengan pasien. Amati secara cermat mengenai tingkah laku dan
keadaan tubuh pasien. Amati dari hal-hal yang umum kemudian ke hal-hal yang khusus.
Fokus pemeriksaan pada setiap bagian tubuh adalah ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi dan penonjolan atau pembengkakan. Perlu di bandingkan hasil normal dan
3. Buka bagian yang di inspeksi dan yakinkan bahwa bagian tersebut tidak tertutup baju,
selimut dsb
6. Perhatikan kesan pertama pasien yang meliputi : prilaku, ekspresi, penampilan umum,
7. Lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandinkan satu bagian sisi tubuh dengan sisi
yang lain.
b. Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba seperti tangan dan jari-
jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri j aringan atau organ seperti temperatur, keelastisan, bentuk
1. palpasi ringan, banyak di gunakan dalam pengkajian. Dengan cara ujung-ujung jari pada satu
atau dua tangan digunakan secara simultan. Tangan di letakkan pada area yang akana di
2. palpasi dalam, di keijakan untuk merasakan isi abdomen. Dapat dilkaukan dengan dua
tangan sehingga di sebut bimanual. Satu tangan diguanakan untuk merasakan bagian yang di
palpasi, tangan lainya untuk menekan kebawah. Dengan posisi releks, jari-jari tangan kedua
diletakan melekat pada jari-jari pertama. Tekanan dilakukan oleh pucuk tangan ke sendi
interpalangeal distal. Tekanan di lepaskan sebelum pindah area kecuali untuk mengetahui
4. Secara prinsip palpasi dapat dilakukan dengan semua jari, tetapi jari telunjuk dan ibu jari
lebih sensitive.
5. Untuk mendeterminasi bentuk dan struktur organ gunakan jari 2,3 dan 4 secara bersamaan
untuk palpasi abdomen gunakan telapak tangan dan beri tekanan dengan jari-jari secara
ringan.
7. Perhatikan dengan seksama muka pasien selama palpasi untuk mengetahui adanya nyeri
tekan.
8. Lakukan palpasi secara sistematis dan uraikan ciri-ciri tentang ukuran, bentuk, konsistensi
dan permukaannya.
c. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan
suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
2. Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada
pneumonia.
3. Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah j antung, perkusi daerah
hepar.
4. Hipersonor/timpani : suaran perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya
daerah cavern persiapan yang diperlukan paru, pada klien asma kronik.
5. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan
oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
1. Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia,
TBC.
2. Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.
Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
3. Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii....k”, bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
4. Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada
kayu.
E. Indikasi
F. Prosedur Tindakan
Note: sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat harus melakukan kontrak dengan
pasien, yang didalamnya ada penjelasan maksud dan tujuan, waktu yang di perlukan dan
terminasi/ mengakhiri.
Tahap-tahap pemeriksaan fisik haruskan dilakukan secara urut dan menyeluruh dan dimulai
6. Genetalia
Tujuan :
Tindakan:
P = Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus, suhu : akral
b. Rambut
Tujuan :
Tindakan :
c. Kuku
Tujuan :
Tindakan:
I = catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing
karena hypoxia pada kangker paru, beau's lines pada penyakit difisisensi fe/anemia fe.
P = catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat
s/d 5-15 detik.
1. Pemeriksaan Kepala
Tujuan:
Tindakan:
I = Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke kanan atau ke
kebutuhan.
a. Mata
Tujuan:
1) Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan pengelihatan, visus dan otot-otot mata).
Tindakan:
I = Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip baik/tidak,
hepar, pupil: isokor ka,ki (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL),
3) Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi.
4) Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala pasien
tetap lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
2) Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa.
3) Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik pandang,
4) Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian tarik
atau jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik mana benda
mulai tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil akurat).
2) Atur kursi pasien, dan tuntukan j arak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai kebijakkan
4) Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan dan kiri.
5) Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar sampai
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih bisa melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat/dibaca
pada jarak 5 m.
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih dapat melihat/membaca yang seharusnya di baca pada
jarak 2 m.
P =Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada
peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya nyeri
tekan.
b. Hidung
Tujuan :
Tindakan :
c. Telinga
Tujuan :
Tindakan :
Telinga luar:
I = Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy.
P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
Telinga dalam:
Note :
Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
I = Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan memberan timpani (warna, bentuk) adanya
Pemeriksaan pendengaran:
b) Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
c) Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar.
d) Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi, telinga dan suruh pasien menyatakan
Tes Rinne
a) Pegang garpu tala (GT) pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan
d) Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm,
Tes Weber
a) Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau jari.
c) Tanayakan pada klien apakah bunyi terdengar saama jelas antara telinga kaki atau hanya jelas
b) Dekatkan GT pada telinga klien kemudian dengan cepat di dekatkan ke telinga pemeriksa.
Tujuan :
Tindakan:
I = Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakkan, lesi.
Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
1) Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan adanya
lesi.
3) Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta
klien menjulurkan lidah dan berkata “AH” amati ovula/epiglottis simetris tidak terhadap
P = Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan
nyeri.
Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk dengan memekai
handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata “EL” sambil menjulurkan lidah, pegang
ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu jari menahan dagu.
e. Leher
Tujuan :
Tindakkan :
Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping kanan dan kiri.
Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi kanan dan kiri), dan merotasi -
amati apakah bisa dengan mudah dan apa ada respon nyeri.
P = Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan adanya
Tujuan :
3) Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil fremitus.
Tindakkan :
I = Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
1) Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla,
anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru kiri dan kanan.
2) Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-
10, ibu j ari kanan dan kiri di dekatkan j angan samapai menempel, dan j ari-j ari di regangkan
lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan amati gerkkan
1) Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra
3) Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan
ke posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal
ke-12.
Pe/Perkusi =
batas paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan
jantung: redup).
Aus/auskultasi =
I = Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah
xifoideus.
1) Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium
2) Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati
adanya pulsasi.
3) Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri dimana
akan ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls) temukkan
4) Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
Pe =
1) Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,
2) Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
3) Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung.
Aus =
2) Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil
Bunyi SI: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitrai (bikuspidalis)
Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris (aorta dan
Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE...” S4: pada pasien hipertensi “DEE..-
LUB-DUB”.
Tujuan :
Tindakkan :
I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak
P = Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak
tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan
a. Hepar
1) Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan,
2) Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji
hepatomegali.
b. Limpa
2) Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta
pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa.
c. Renalis
1) Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4
2) Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
3) Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk,
4. Genetalia
Tujuan :
Tindakkan :
a. Genetalia laki-laki:
Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi.
Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran.
P = Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan
Tujuan :
Tindakkan :
a. Posisi pria sims/ berdiri setengah membungkuk, wanita dengan posisi litotomi/terlentang
b. Inspeksi jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji adanya lesi dan ulkus.
c. Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke rectal dan rasakan adanya nodul dan
6. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Tujuan :
b. Untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan gangguan-gangguan pada daerah tertentu.
Tindakkan :
a. Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada
b. Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya kelemahan
d. Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah,
suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah
Tujuan :
Untuk mengetahui integritas sistem persyrafan yang meliputi fungsi nervus cranial, sensori,
Tindakkan:
1) Olfaktorius/penciuman:
Meminta pasien membau aroma kopi dan vanilla atau aroma lain yang tidak menyengat.
2) Opticus/pengelihatan:
Meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali benda-benda disekitar, j elas atau
tidak.
Kaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya dan akomodasinya.
4) Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah:
Sentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji reflek kornea (reflek nagatif
Ukur sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada wajah kaji nyeri menyilang pada kulit
wajah.
Kaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi otot-otot rahang.
Kaji arah tatapan, minta pasien melihat kesamping kiri dan kanan.
8) Auditorius/pendengaran:
Kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, suruh klien mengulangi kata/kalimat.
Meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh
12)Hipoglosal/posisi lidah:
Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan menggerakkan ke berbagai
sisi.
Tindakkan :
Nyeri superficial: gunakkan jarum tumpul dan tekankan pada kulit pasien pada titik-titik yang
pemeriksa inginkan, minta pasien untuk mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian mana
Suhu: sentuh klien dengan botol panas dan dingin, suruh pasien mengatakkan sensasi yang
direasakan.
Vibrasi: tempelkan garapu tala yang sudah di getarakan dan tempelkan pada falangeal/ujung
Posisi: tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan gerakkan naik-turun kemudian berhenti
Stereognosis: berikkan pasien benda familiar ( koin atau sendok) dan berikkan waktu
beberapa detik, dan suruh pasien untuk mengatakkan benda apa itu.
c. Pengkajian reflex:
Refleks Bisep
1) Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan pronasi
(menghadap ke bawah).
2) Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari lain
Refleks Trisep
1) Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa
Refleks Patella
2) Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada
Refleks Brakhioradialis
2) Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi
3) Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar harmmer, catat reflex.
Reflex Achilles
1) Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada pemeriksaan
patella
1) Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick harmmer.
2) Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki sampai
dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif telapak kaki akan
tertarik ke dalam.
Refleks Kutaneus
1) Gluteal
a) Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya
b) Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas
2) Abdominal
b) Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke medial, kaji gerakkan
c) Ulangi pada ke-4 kuadran (atas kiri dan kanan dan bawah kiri dan kanan)
3) Kremasterik/pada pria
a) Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas
G. Dokumentasi
Merupakan aspek yang penting dalam pengkajian data riwayat kesehatan dan
pengkajian fisik, setelah pengumpulan data selesai dilakukan, maka perawat harus dapat
mengorganisasikan data dan mencatatnya dengan cara yang tepat dan benar.
catatan atau status kesehatan pasien, merupakan sumber informasi yang penting bagi perawat
merencanakan tindakan keperawatan dan memonitor respon pasien terhadap perlakuan yang
diberikan, catatan atau status kesehatan juga merupakan dokumentasi legal yang dapat
digunakan untuk keperluan pengadilan, untuk ini data harus ditulis secara sah, akurat dan
Untuk menghindari lupa atau kesalahan maka data harus segera di catat setelah data
terkumpul. Sebaiknya di hindari menunda mencatat data sampai selesai mengkaji beberapa
Data riwayat kesehatan harus di tulis secara lengkap dan hindari menggunakan istilah
positif, negatif, normal, dan tidak normal karena hal ini dapat di interprestasikan berbeda oleh
orang lain.
Data hasil pengkajian fisik harus di catat dengan urutan yang jelas. Untuk pengkajian fisik
lengkap yang meliputi semua bagian tubuh, data di tulis dari kepala samapai dengan kaki.
Untuk setiap bagian tubuh (mis. Kepala) di uraikan menjadi bagian-bagian lebih kecil
Untuk mempeijelas lokasi suatu gangguan pada tubuh maka setiap gangguan pada tubuh
harus dijelaskan sesuai dengan letak anatomisnya, misalnya terasa benjolan padat tidak dapat
di gerakan dengan diameter 3 cm di dada depan padaa spasi interkostal ketiga, kiri 3 cm dari
sternum
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan head to toe adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang di anggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematis dan
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai
dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan
tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum,
ektremitas.
Tehnik yang diperlukan dalam pengkajian fisik ada 4 yaitu : palpasi, inspeksi, auskultsi
dan perkusi.
Indikasi mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada : 1. klien yang baru masuk ke
tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat. 2. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
dan Kuku. 3. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher. 4.
ekstermitas atas (bahu, siku, tangan). 7. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut,
pergelangan kaki dan telapak kaki). 8. Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
B. Saran - Saran
Diharapkan kepada perawat agar dapat melakukan pemeriksaan fisik head toe secara
benar, sesuai dengan persiapan, teknik, dan prosedur yang telah ditentukan.