ABSTRACT
Penelitian mengenai ekologi pemangsaan ikan oskar (Astronotus ocellatus Agassiz) ini bertujuan untuk
mengetahui pola waktu makan, pengaruh ukuran mangsa terhadap tingkat pemangsaan, pengaruh kepadatan mangsa
terhadap tingkat pemangsaan, perilaku pemangsaan, dan mengkaji potensi dampak introduksi ikan oskar. Penelitian
dilaksanakan di Danau Rawa Pening, Ambarawa, dan di Laboratorium Biologi Universitas Diponegoro. Pola waktu
makan diuji dengan mencatat jumlah mangsa yang dikonsumsi setiap 2 jam. Pengujian pengaruh ukuran mangsa
terhadap tingkat pemangsaan oskar dilakukan dengan memberi mangsa berbagai ukuran. Pengujian pengaruh kepadatan
mangsa terhadap tingkat pemangsaan untuk uji satu mangsa, dilakukan dengan memberi mangsa secara bertahap sampai
tercapai jumlah optimum. Untuk uji dua mangsa, jumlah mangsa diberikan dalam berbagai proporsi (16:4, 12:8, 10:10,
8:12, 4:16). Sifat pemangsaan ikan oskar diuji dengan mendedahkannya selama 1 hari di stasiun lapangan, kemudian
dilakukan analisis saluran pencernaan. Sedangkan di laboratorium dicatat tingkat konsumsi tujuh jenis mangsa setiap 24
jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan oskar bersifat diurnal. Ukuran mangsa (hambatan morfologi),
mempengaruhi tingkat pemangsaan ditunjukkan dengan konsumsi mangsa yang berukuran lebih kecil dari ukuran mulut
ikan oskar (< 1,4 cm). Tingkat pemangsaan dipengaruhi secara nyata oleh pertambahan tingkat kepadatan mangsa (y =
-0,0233x2 + 1,4471x – 1,6357; r2 = 0,959; p>0,05 dan y = -0,0348x2 + 1,9155x–4,7821; r2=0,855; p>0,05) dan
menunjukkan adanya respon fungsional (I dan II). Ikan oskar menunjukkan sifat pergeseran mangsa dari proporsi
mangsa (16:4) ke (4:16), mengikuti kepadatan mangsa yang lebih tinggi. Ikan oskar mengkonsumsi semua jenis mangsa
(tujuh jenis) sehingga dapat disebut sebagai karnivora generalis. Berdasarkan hasil percobaan dan studi literatur, dapat
dinyatakan bahwa ikan oskar berpotensi untuk menjadi mantap dan invasif, dan menimbulkan gangguan terhadap
komponen biotik lokal pada komunitas perairan.
Uji satu mangsa dilakukan dengan lima Pengujian pola waktu makan ikan oskar
ulangan. Setiap ikan oskar diberi mangsa 5 ekor, menunjukkan tingkat pemangsaan tertinggi antara
kemudian dievaluasi selama periode makan atau jam 14.00-16.00, sebesar 2,73 individu. Tingkat
24 jam. Perlakuan diulang pada seri yang sama, pemangsaan terendah sebanyak 0,30 individu
dengan menambah lima individu mangsa. terjadi antara jam 20.00-22.00. Secara umum
Pengulangan dihentikan bila pada seri perlakuan nampak bahwa pemangsaan di siang hari lebih
tersebut masih ada ± 50% sisa ikan hidup setelah banyak daripada di malam hari.
periode 24 jam (Murdoch & Oaten 1975). Uji dua Hasil uji statistik pada hubungan antara
mangsa dilakukan dengan memberikan dua jenis tingkat konsumsi mangsa dengan waktu (jam)
mangsa (P. reticulata dan M. rosenberghii) dalam didapatkan regresi polinomial yang signifikan
berbagai proporsi yaitu 16:4, 12:8, 10:10, 8:12, pada orde tingkat tiga, y=0,0184x3-
2 2
dan 4:16. Pengujian dilakukan sebanyak 5 0,352x +1,7553x-1,559 (r = 0,8482; p > 0,05 dan
ulangan, dan diujikan selama tiga hari. Data hasil n = 36) (Gambar 1). Berdasarkan nilai koefisien
pengamatan kemudian dianalisis dengan regresi yang cukup besar maka dapat dinyatakan
persamaan yang dikemukakan oleh Murdoch & bahwa hubungan antara tingkat konsumsi mangsa
Oaten (1975). Pengujian sifat pemangsaan ikan dengan waktu (jam) cukup erat dan nyata.
oskar dilakukan baik pada kondisi semi alamiah di
lapangan, maupun di laboratorium.
Uji lapangan dilakukan dengan lima kali
ulangan. Setelah didedahkan selama 24 jam, ikan
oskar diambil dan dibawa ke laboratorium untuk
dianalisis isi lambung. Analisis isi lambung yang
dilakukan mencakup pengukuran tingkat
kepenuhan, macam dan persentase komposisi
pakan dengan prosedur yang dikemukakan dalam
Wootton (1994). Uji laboratorium dilakukan
dengan tiga kali ulangan. Setiap ikan oskar diberi
mangsa P. reticulata, M. rosenberghii, O.
niloticus (L.), O. mossambicus, Cyprinus carpio
L., Trichogaster pectoralis (Regan), Clarias
batrachus (L.), masing-masing 5 ekor. Perlakuan
kemudian dievaluasi setiap 24 jam selama 10 hari Gambar 1. Kurva regresi pola waktu makan ikan
berturut-turut, dicatat jenis serta jumlah mangsa oskar.
yang dikonsumsi.
Untuk memperkirakan kemungkinan ikan Dari kurva grafik regresi dapat diketahui
oskar untuk menjadi mantap, invasif, dan bahwa ikan oskar cenderung untuk aktif makan
menimbulkan dampak, digunakan rangkuman pada siang hari (diurnal). Puncak aktivitas makan
kriteria dalam metode-metode yang dikemukan ikan oskar berkisar antara jam 10.00 sampai jam
oleh Crawley (1989), Levin (1989), dan Anonim 16.00. Apabila dibandingkan tingkat pemangsaan
(2002b). Pada penilaian ini dilakukan pencocokan antara siang dan malam hari, maka terlihat
data antara karakter ikan oskar dengan kriteria perbedaan yang nyata. Fakta ini menunjukkan
yang telah ditentukan pada metode tersebut. bahwa ikan oskar mengandalkan kemampuan
visual untuk mendeteksi dan menangkap mangsa.
Hal ini sesuai dengan penelitian Andison and
HASIL DAN PEMBAHASAN Sivak (1996) yang menyatakan ikan oskar
termasuk kelompok teleostei yang mempunyai
A. Pola Waktu Makan
kemampuan visual tinggi.
Ikan oskar juga dijumpai melakukan aktivitas
makan pada malam hari. Adanya aktivitas makan
pada malam hari yang dibatasi oleh faktor visual,
didukung oleh kemampuan ikan oskar untuk
mendeteksi adanya getaran akustik. Dengan
kemampuan mendeteksi getaran akustik ini, ikan
oskar mampu mendeteksi adanya gerakan mangsa
di sekitarnya, meskipun dalam kondisi gelap (Lu
et al. 1996). Meskipun demikian kemampuan
LINA HERLINA – Potensi Trichoderma harzianum
4 BIOSAINTIFIKA Vol. 1, No.1, Oktober 2008, hal. 1 - 8
pendengaran ikan oskar termasuk kurang baik di ikan oskar, karena memiliki niche yang berbeda
antara teleostei lain (Yan & Popper 1993). sehingga tidak akan berkompetisi secara
Adanya aktivitas makan pada malam hari tidak langsung.
mengubah status ikan oskar sebagai hewan
B. Pengaruh Ukuran Mangsa
diurnal, karena puncak aktivitas tertinggi ada pada
siang hari. Pengujian pengaruh variasi ukuran mangsa
(O. niloticus) terhadap tingkat pemangsaan oleh
Ikan oskar yang bersifat diurnal ini, memiliki ikan oskar menunjukkan ada pengaruh yang
potensi negatif terhadap jenis lokal. Apabila ikan nyata. Mangsa yang paling banyak dimangsa oleh
oskar lepas diperairan bebas, maka akan ikan oskar adalah yang berukuran terkecil (K),
berpotensi untuk memangsa atau bersaing dengan yang berukuran sedang (S) dimangsa sebagian
jenis-jenis lokal, yang memiliki pola aktivitas oleh ikan oskar, sedangkan mangsa ukuran
makan siang hari juga. Untuk jenis lokal yang terbesar (B) tidak dimangsa oleh ikan oskar
aktif pada malam hari (nokturnal) kurang (Tabel 2).
terpengaruh secara langsung terhadap kehadiran
Tabel 2. Rerata ukuran morfologi mangsa dan pemangsa serta konsumsi mangsa
Kategori Rerata ukuran mangsa Individu mangsa yang
mangsa * Panjang (cm) Tinggi (cm) dikonsumsi
Nila (K) 1,6 ± 0,1 0,8 ± 0,1 3,4 ± 0,5
Nila (S) 2,6 ± 0,2 1,3 ± 0,1 0,4 ± 0,3
Nila (B) 5,7 ± 0,1 2,2 ± 0,1 0 ± 0,0
Rerata ukuran pemangsa
Panjang (cm) Tinggi Mulut Max (cm)
Oskar 10,3 ± 0,2 1,4 ± 0,1
*K = kecil, S = sedang, B = besar
Pada ikan karnivora sering dijumpai adanya memerlukan energi yang besar pula. Dari
hubungan antara ukuran maksimum mangsa pengujian ini terlihat bahwa ikan oskar
dengan ukuran mulut pemangsa. Pada ikan menggunakan strategi untung-rugi (trade-off)
karnivora, termasuk ikan oskar, bentuk mulutnya dalam memilih mangsanya. Strategi untung-rugi
cenderung melebar ke arah lateral. Mangsa yang ini menentukan nilai optimal bagi energi yang
mudah dikonsumsi adalah yang ukuran tingginya didapat dibanding energi yang dikeluarkan (catch
kurang dari ukuran tinggi mulut ikan oskar. per unit effort). Sifat pemangsaan optimal
Adanya hubungan antara ukuran morfologi mulut (optimal foraging) pada ikan oskar ini sesuai
dengan ukuran mangsa ini sesuai dengan dengan yang dikemukakan oleh Begon et al.
pernyataan Piet (1996) dan Wootton (1994). (1996).
Pada pengujian terdahulu mengenai
Konsumsi P. reticulata
pemangsaan ikan oskar terhadap beberapa pada Beberapa Kelompok Umur (minggu)
kelompok umur P. reticulata menunjukkan
adanya sifat pemangsaan optimal. Pada Gambar 2
Dikonsumi (ekor/hari)
Individu Mangsa yang
20
terlihat bahwa ikan oskar cenderung memilih P. 15 15
reticulata pada kelompok umur 1 dan 3 minggu. 15
Ikan oskar sedikit memangsa kelompok umur 5 10 6
dan 7 minggu meskipun berukuran lebih besar
5 2
(Baskoro 1999).
Ikan oskar cenderung lebih memilih 0
mangsa berukuran kecil dibanding mangsa 1 Minggu 3 Minggu 5 Minggu 7 Minggu
berukuran besar. Individu yang berukuran lebih Kelompok Umur Mangsa
kecil lazimnya memiliki kandungan energi yang
lebih kecil, bila dibandingkan dengan individu
yang berukuran lebih besar (Begon et al. 1996). Gambar 2. Pemangsaan ikan oskar terhadap
Meskipun demikian energi yang dikeluarkan P. reticulata pada beberapa kelompok
pemangsa untuk menangkap juga sedikit, umur (minggu) (Baskoro, 1999)
sedangkan untuk menangkap mangsa besar
LINA HERLINA – Potensi Trichoderma harzianum
BIOSAINTIFIKA Vol. 1, No.1, Oktober 2008, hal. 1 - 8 5
Dikonsumsi
0,5833x2 + 7,2357x-1,6357 (r2 = 0,959; p > 0,05). 15
Untuk pengujian di lapangan didapatkan regresi y 10
= -0,8702x2 +9,5774x-4,7821 (r2 = 0,8851; p > 5
0,05). Untuk pengujian dengan mangsa P. 0
reticulata baik di laboratorium maupun di 5 10 15 20 25
lapangan, kurva grafik regresi menuju asymptote Kepadatan Mangsa
pada nilai ± 20 ekor. Peningkatan kepadatan
mangsa tidak lagi diikuti dengan peningkatan laju
pemangsaan. Kurva regresi yang didapat Konsumsi Mangsa
(M. rosenberghii ) di Laboratorium
menunjukkan respon fungsional tipe II.
15
Individu Mangsa yang
y = 0,38x + 1,6
Konsumsi Mangsa r2 = 0,992
Dikonsumsi
r2 = 0,855
30
Dikonsumsi
0
20 5 10 15
10 Kepadatan Mangsa
0
Gambar 4. Hubungan kepadatan mangsa M.
5 10 15 20 25 30 35 40
rosenberghii dan pemangsaan oleh
Kepadatan Mangsa ikan oskar di laboratorium, dan di
lapangan.
Konsumsi Mangsa
(P. reticulata ) di Laboratorium Pada pengujian ini didapat dua macam
respon fungsional, yaitu tipe I dan tipe II. Tipe I
40 y = -0,0233x 2 + 1,4471x - 1,6357 ini biasanya dijumpai pada hubungan mangsa-
Individu Mangsa yang
Rerata Mangsa
M. rosenberghii
8.0
Mangsa M. rosenberghii mempunyai tubuh
6.0 5.9
yang relatif jernih sehingga mudah melakukan 5.5
4.0
penyamaran. M. rosenberghii menunjukkan 3.7
2.0 1.9 2.1
2.0
respon pasif dengan tidak bergerak bila ada 1.9 1.8
0.0 0.5
pemangsa di sekitarnya. Mangsa ini bahkan
1 2 3 4 5
mempunyai mekanisme anti pemangsaan, dengan
Kombinasi Mangsa
berperilaku seperti mati saat diserang pemangsa.
Mangsa yang tertangkap umumnya yang sedang
aktif bergerak mendekat ikan oskar. Perilaku Pergeseran Mangsa
semacam ini yang biasa disebut dengan perilaku
cryptic merupakan strategi anti pemangsaan yang 16.0
dilakukan oleh hewan mangsa (Krebs & Davies 14.0 14.3
1978)
Rerata Mangsa
12.0 12.1
11.0 10.5
10.0
Hasil pengujian dengan dua jenis mangsa (P. 8.1
P. reticulata
8.0
reticulata dan M. rosenberghii) pada berbagai 6.0 6.3
7.1 M. rosenberghii
5.3
kombinasi, menunjukkan adanya pergeseran 4.0
2.6
pemilihan mangsa baik di laboratorium maupun di 2.0 1.9
0.0
lapangan (Gambar 5). Saat P. reticulata 1 2 3 4 5
kelimpahannya lebih tinggi (proporsi 16:4),
Kombinasi Mangsa
mangsa ini lebih banyak dikonsumsi oleh ikan
oskar. Saat kelimpahan P. reticulata seimbang
dengan M. rosenberghii (proporsi 10:10), kedua Gambar 5 Pergeseran mangsa dengan variasi
mangsa tersebut dikonsumsi hampir berimbang kombinasi (P. reticulata :
oleh ikan oskar. Saat proporsi mangsa diubah M. rosenberghii) di laboratorium, dan
dengan M. rosenberghii yang lebih banyak di lapangan.
(proporsi 4:16), ikan oskar mengganti mangsa
sasarannya dengan jenis ini. Pergeseran mangsa ini dapat mengakibatkan
Pada ikan oskar sebagai pemangsa, adanya adanya destabilitasisasi pada populasi-populasi
mekanisme pergeseran mangsa merupakan mangsa yang ada (Begon et al.1996). Dengan
tanggapan atas variasi kelimpahan mangsa yang demikian tidak akan ada populasi yang sangat
tersedia (frequency dependent). Bagi pemangsa tinggi, dan tidak ada populasi mangsa habis
perilaku pergeseran mangsa ini akan memberi keseluruhan. Dari hasil pengujian ini semakin
nilai positif, dengan menangkap mangsa yang jelas bahwa ikan oskar memiliki sifat polifag.
lebih bernilai. Mangsa yang melimpah mungkin Pemilihan mangsa oleh ikan oskar tidak
memiliki kandungan energi yang lebih sedikit bila berdasarkan jenis tertentu, namun lebih
dibanding mangsa yang rendah kelimpahannya, berdasarkan pada kelimpahan mangsa.
namun energi yang dikeluarkan akan lebih sedikit Fungsi respon fungsional telah terlihat pada
karena akan lebih mudah untuk menangkap uji pengaruh kepadatan mangsa ini. Pada uji satu
mangsa yang melimpah. Ikan oskar sebagai mangsa terlihat adanya respon fungsional tipe I
pemangsa telah mempertimbangkan nilai untung- dan II. Respon fungsional untuk uji dua mangsa
rugi pada pemilihan mangsa, sesuai dengan termasuk dalam tipe III, meskipun grafiknya tidak
konsep yang dinyatakan oleh Murdoch dan Oaten begitu baik. Hal ini disebabkan jumlah kombinasi
(1978). mangsa yang diujikan terbatas. Apabila jumlah
kombinasi lebih banyak, akan didapatkan bentuk
kurva yang lebih halus. Untuk uji satu mangsa
tidak didapatkan respon fungsional tipe III. Hal
ini diduga karena hanya diuji dengan dua jenis
mangsa. Apabila diujikan dengan jenis mangsa
yang lebih beragam, kemungkinan akan
didapatkan respon fungsional tipe III.
Tabel 3. Hasil uji pemilihan berbagai jenis mangsa oleh ikan oskar.
Jenis Mangsa
Ulangan O. O. T. M. P. C. C. batrachus
mossambicus nilotica pectoralis rosenberghii reticulata Carpio
1 5 5 2 5 5 5 5
2 5 5 2 5 5 5 5
3 5 5 4 5 5 5 5
Rerata 5±0 5±0 2,7 ± 1,2 5±0 5±0 5±0 5±0
Adanya variasi dalam memilih mangsa ini memudahkan ikan oskar untuk memangsanya.
berkaitan dengan faktor morfologi mangsa Jenis-jenis mangsa lain memiliki bentuk tubuh
maupun pemangsa (Piet 1996, Wootton 1994). pipih dorso-ventral, yang menyebabkan ikan
Dari ke tujuh jenis mangsa yang diujikan oskar kesulitan untuk memangsanya. Hal ini
memiliki ukuran panjang yang hampir sama, terjadi karena ikan oskar memiliki bentuk mulut
namun memiliki ukuran tinggi yang berbeda. yang melebar ke arah lateral (Kullander 1999),
Kondisi morfologi mangsa semacam ini diduga sehingga lebih mudah untuk mengkonsumsi
sebagai penyebab adanya perbedaan urutan dalam mangsa yang berbentuk lateral pula.
pemangsaan oleh ikan oskar. C. batrachus yang Dari pengujian ini terlihat jelas bahwa ikan
pertama kali dikonsumsi, memiliki bentuk tubuh oskar bersifat karnivora generalis. Apabila ikan
melebar lateral. Bentuk tubuh mangsa semacam oskar sampai masuk ke perairan bebas, dapat
LINA HERLINA – Potensi Trichoderma harzianum
8 BIOSAINTIFIKA Vol. 1, No.1, Oktober 2008, hal. 1 - 8
berpotensi untuk memangsa hampir semua jenis fisiologis yang menunjang ikan oskar untuk
ikan lokal. Jenis-jenis ikan lokal yang sesuai adaptif adalah adanya kemampuan untuk bertahan
dengan batasan morfologi ikan oskar, dapat dalam kondisi oksigen terlarut yang minim dan
dipastikan akan menjadi mangsa potensial. kisaran pH yang luas (Lowe-McConnel 1991).
Kesuksesan ikan oskar untuk mantap dan
3.5. Perkiraan Dampak Introduksi Ikan Oskar menyebar telah terlihat paling sedikit terjadi di
Untuk memperkirakan dampak introduksi dua negara bagian Amerika Serikat, yaitu Florida
ikan oskar digunakan data hasil pengujian dan dan Hawai. Di kedua negara bagian tersebut, ikan
dari sumber pustaka lain. Dari data hasil oskar telah menjadi mantap dan bersifat invasif
pengujian dan pustaka maka didapatkan semenjak diintroduksi pertamakali (Anonim
rangkuman karakter ikan oskar seperti tersaji pada 2000c, Anonim 2002a).
Tabel 4.
Ikan oskar juga memiliki potensi untuk
Pada rangkuman karakter tersebut, untuk menimbulkan gangguan terhadap jenis lokal.
karakter nomer 1 - 7 bagi jenis introduksi, secara Karakter yang paling penting adalah sifatnya
umum merupakan keunggulan apabila bernilai sebagai pemangsa generalis dan agresif, yang
positif. Untuk karakter nomer 8 - 10 bagi jenis ditunjukkan dari data hasil pengujian baik di
introduksi merupakan keuntungan bila bernilai laboratorium maupun lapangan. Apabila ikan
negatif, dan sebaliknya merugikan bila bernilai oskar masuk di habitat yang rentan terhadap jenis
positif. Untuk karakter nomer 11 dan 12 asing akan berpotensi mempengaruhi populasi
merupakan nilai tambah bila bernilai positif. Hasil jenis lokal. Untuk penelitian ini belum dapat
secara umum menunjukkan dari 12 karakter yang dilakukan kuantifikasi tingkat dampak negatif
diuji, ikan oskar memiliki nilai positif sebanyak 8 karena keterbatasan skala pengujian. Berdasarkan
karakter (75%), sedangkan nilai negatif dan tanpa fakta-fakta diatas maka dapat dinyatakan ikan
data sebanyak 4 karakter (25%). oskar berpotensi untuk dapat mantap, menyebar
dan menimbulkan gangguan terhadap jenis lokal.
Suatu kebijakan untuk meregulasi jenis-jenis
Tabel 4. Rangkuman karakter ikan oskar.
ikan asing yang belum tercantum dalam SK.
No Karakter Data Sumber Menteri Pertanian No. 179/KPTS/UM/3/1982
1 Rentang toleransi kondisi tentang Pelarangan Pemasukan Beberapa Jenis
Ya 2, 3
lingkungan luas Ikan Berbahaya (Anonim 1982) perlu diadakan.
2 Plastisitas fenotip besar - - Usulan yang diajukan adalah meninjau kembali
3 Kisaran distribusi di ijin impor ikan oskar pada khususnya, dan ikan
Ya 2, 3
daerah asal luas
pemangsa lain pada umumnya. Selain itu
4 Laju pertambahan
Tidak 2 diperlukan juga upaya pembuatan rencana
intrinsik (r) tinggi
5 Pergerakan yang aktif Ya 1 pengeloaan introduksi jenis akuatik yang lebih
6 Bersifat agresif Ya 1 menyeluruh di Indonesia.
7 Pola makan polifag atau Mengingat potensi dampak negatif dari ikan
Ya 1, 2, 3
generalis
pemangsa asing yang beberapa di antaranya telah
8 Memerlukan vektor
Tidak 2, 3 dapat dibudidayakan di Indonesia, maka diajukan
penyebaran
9 Mutualisme obligatif Tidak 2, 3 beberapa usulan pengelolaan resiko sebagai
10 Pemangsa spesialis Tidak 1, 2, 3 berikut.
11 Populasi besar diawal
introduksi
- 1. Menghapus atau membatasi izin impor
12 Frekuensi tinggi diawal jenis baru dari negara lain
- 2. Membatasi jumlah penangkaran ikan
introduksi.
Keterangan : (1) data primer, (2) Froese and Pauly pemangsa yang sudah ada
(2000), (3) Lowe-McConnel (1991) 3. Membuat kebijakan pelarangan pelepasan
ikan pemangsa ke dalam habitat alami
Potensi ikan oskar untuk menjadi mantap dan
4. Membuat kebijakan sanksi pelanggaran
menyebar ke suatu habitat baru cukup besar.
terhadap kebijakan larangan
Karakter ikan oskar yang mendukung di antaranya
5. Menyusun unit kerja yang melibatkan
adalah memiliki rentang toleransi kondisi
lintas sektoral dalam menangani masalah
lingkungan yang luas, dicirikan oleh kisaran
jenis introduksi
distribusi yang luas di daerah asal. Di daerah
asalnya, ikan oskar menempati berbagi tipe
perairan baik sungai, rawa, dan danau. Faktor
LINA HERLINA – Potensi Trichoderma harzianum
BIOSAINTIFIKA Vol. 1, No.1, Oktober 2008, hal. 1 - 8 9
Baskoro, K. 1999. Data tidak dipublikasikan. Piet GJ. 1996. On the ecology of a tropical fish
community. PhD Thesis. University of
Begon M, Harper JL, Townsend CR. 1996. Wageningen.
Ecology: Individuals, Populations, and
Communities. Blackwell Science Ltd., Post DM, Conners ME, Goldber DS. 2000.
Cambridge. Prey preference by a top predator and the
stability of linked food chains. Ecology
Crawley MJ. 1989. Chance and timing in 81(1).
biological invasion. In Drake JA (ed)
Biological Invasions: a Global Perspective. Tsutsui ND, Suarez AV, Holway DA, Case
John Willey & Sons. TJ. 2000. Reduced genetic variation and the
success of an invasive species. Proceeding
Girsang MA, Hadi AN, Wijono A. 1994. National Academic Science 97 (11): 5948-
Perkembangan dan lalu lintas perdagangan 5953.
LINA HERLINA – Potensi Trichoderma harzianum
10 BIOSAINTIFIKA Vol. 1, No.1, Oktober 2008, hal. 1 - 8