Anda di halaman 1dari 6

“ PENGERTIAN DAN PENGUNAAN AKUNTANSI FORENSIK DI INDONESIA”

Indra Trisna Septiawan


1810104058
K3 S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Tidar

I.PENDAHULUAN
I.Latar belakang

Seperti yang kita ketahui, kasus korupsi seperti di negara indonesia semakin banyak. Bahkan
korupsi terjadi tidak hanya pada kasus korupsi kecil saja namun hingga kasus korupsi besar yang
dapat mengancam negara tersebut. Arti dari Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari
kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok)
adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang
terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Hubungannya kasus korupsi dengan Akuntansi Forensik yaitu akuntansi forensik dapat
digunakan sebagai pemecahan masalah atau sebagai investigasi untuk memecahkan masalah
seperti masalah korupsi, sengketa uang atau dugaan fraud yang pada akhirnya akan diputuskan
oleh pengadilan/ arbitrase/ tempat penyelesaian perkara lainnya. Contohnya seperti kasus mantan
Dirjen pajak Bapak Hadi Poernomo,ahli akuntansi forensik akan diajukan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam sidang praperadilan mantan Dirjen PajakHadi Poernomo.

Hadi merupakan tersangka kasus dugaan korupsi permohonan keberatan pajak BCA tahun 1999.
Soal rencana menghadirkan ahli akutansi forensik itu diungkapkan Anggota Biro Hukum KPK,
Yudi Kristiana. Menurut Yudi, langkah akan ditempuh untuk meyakinkan Hakim tunggal
Haswandi, sehingga menyatakan penetapan tersangka Hadi sudah sesuai porsedur. Yakni,
berdasarkan dua alat bukti permulaan yang cukup. "Kita nanti menghadirkan ahli akuntansi
forensik," ucap Yudi Kristiana usai sidang praperadilan Hadi di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan, Selasa (19/5/2015).
Pada kesempatan ini Yudi mejelaskan jika pihaknya tidak menyerahkan seluruh isi 3 boks
(kontainer) dan 3 koper bukti yang terdiri dari berbagai dokumen dan lainnya, kepada Hakim
Haswandi. Pasalnya, kata Yudi, penyidik masih memerlukan bukti atau dokumen tersebut untuk
proses penyidikan. Atas dasar itu, KPK hanya menunjukkan bukti atau dokumen tersebut kepada
hakim. "Tidak (diserahkan semua). Jadi kami menunjukan. Kalau kami serahkan, kami tidak bisa
mempergunakan untuk pemeriksaan terhadap para saksi. Jadi memang, karena ada dokumen-
dokumen yang sifatnya urgent, penting (untuk) strategi penyidikan. Jadi hanya memunjukan di
depan persidangan, bahwa dokumen itu akan mendukung, dan itu masih kita pergunakan untuk
audit investigatif penghitungan kerugian keuangan negara," terang Yudi.

Menurut Yudi, bukti atau dokumen tersebut juga masih digunakan untuk kepentingan akuntansi
forensik transaksi keuangan. Sebab itu, kembali ditekankan Yudi, pihaknya akan menghadirkan
ahli akutansi forensik. "Jadi, bahan-bahan itu dipakai untuk akutansi forensik. Nah, kita nanti
menghadirkan ahli akutansi forensik," tandas Yudi.

II.PEMBAHASAN
I. Pengertian Akuntansi Forensik

Akuntansi Forensik adalah praktik khusus bidang akuntansi yang menggambarkan keterlibatan
yang dihasilkan dari perselisihan aktual atau yang diantisipasi atau litigasi serta termasuk sebagai
auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan
maupun yang bersifat pribadi. Atau bisa dikatakan juga Akuntansi Forensik adalah perpaduan
antara hukum dan akuntansi dimana dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah seperti
pembagian hak gono gini (warisan), sengketa tanah, dan juga dapat digunakan untuk
mengungkapkan kasus pembunuhan.

a. Akuntansi Forensik menurut para ahli

1. Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA),


mengatakan secara sederhana, akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok) untuk
tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses
pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif”.
2. Menurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary (edisi ke 10) dapat diartikan
”berkenaan dengan pengadialan” atau ”berkenaan dengan penerapan pengetahuan ilmiah pada
masalah hukum”. Oleh karena itu akuntasi forensik dapat diartikan penggunaaan ilmu akuntansi
untuk kepentingan hukum.

3. Hopwood, Leiner, & Young (2008), menyatakan bahwa Akuntan Forensik adalah Akuntan
yang menjalankan kegiatan evaluasi dan penyelidikan, dari hasil tersebut dapat digunakan di
dalam pengadilan hukum.

b. Tugas Akuntansi Forensik

1. memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation).

2. membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara.

3. menguasai pengetahuan tentang akuntansi mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan


penipuan, dan misinterpretasi.

4. menjalani pelatihan untuk kebutuhan akan adanya spesialis forensik untuk membantu
memecahkan masalah.

c. Akuntansi Forensik dibagi menjadi 2 bagian,diantaranya :

1. Jasa penyelidikan (investigative services) yaitu mengarahkan pemeriksa penipuan atau


auditor penipuan, yang mana mereka menguasai pengetahuan tentang akuntansi mendeteksi,
mencegah, dan mengendalikan penipuan, dan misinterpretasi.

2. Jasa litigasi (litigation services) yaitu merepresentasikan kesaksian dari seorang pemeriksa
penipuan dan jasa-jasa akuntansi forensik yang ditawarkan untuk memecahkan isu-isu valuasi,
seperti yang dialami dalam kasus perceraian.

d. Bidang-bidang keterampilan Akuntan Forensik

1. Keterampilan auditing.

2. keterampilan investigasi.

3. Kriminologi.

4. Pengetahuan akuntansi.
5. Pengetahuan hukum.

6. keterampilan bidang Teknologi informasi (TI).

7. Keterampilan berkomunikasi.

e. Keahlian Akuntansi Forensik

James (2008) menggunakan 9 (sembilan) item kompentensi keahlian akuntansi forensic yang
digunakan dalam penilaian perbedaan persepsi dari pihak Akademisi akuntansi, Praktisi
akuntansi, dan pengguna jasa Akuntan forensik yaitu:

1. Analisis deduktif: kemampuan untuk menganalisis kejanggalan yang terjadi dalam laporan
keuangan, yakni kejadian yang tidak sesuai dengan kondisi yang wajar.

2. Pemikiran yang kritis : kemampuan untuk membedakan antara opini dan fakta

3. Pemecahan masalah yang tidak terstruktur: kemampuan untuk melakukan pendekatan


terhadap masing-masing situasi (khususnya situasi yang tidak wajar) melalui pendekatan yang
tidak terstruktur.

4. Fleksibilitas penyidikan: kemampuan untuk melakukan audit di luar ketentuan/prosedur yang


berlaku.

5. Keahlian analitik: kemampuan untuk memeriksa apa yang seharusnya ada (yang seharusnya
tersedia) bukan apa yang telah ada (yang telah tersedia).

6. Komunikasi lisan: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif secara lisan melalui
kesaksian ahli dan penjelasan umum tentang dasar-dasar opini.

7. Komunikasi tertulis: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan tulisan melalui
laporan, bagan, gambar, dan jadwal tentang dasar-dasar opini.

8. Pengetahuan tentang hukum: kemampuan untuk memahami proses-proses hokum dasar dan
isu-isu hukum termasuk ketentuan bukti (rules of evidence).

9. Composure: kemampuan untuk menjaga sikap untuk tetap tenang meskipun dalam situasi
tertekan.
III.PENUTUP
Jadi, akuntansi forensik ialah semacam kegiatan yang berhubungan dengan hukum. Diantaranya
kasus akuntansi forensik seperti kasus korupsi, sengketa uang, kasus pembagian hak warisan,dan
sebagainya. Namun akuntan forensik (orang yang bertugas) harus memiliki keterampilaln yang
dapat mendukungnya dalam dunia akuntansi forensik. Selain itu, akuntan forensik memiliki
tugas untuk menyelesaikan masalah-masalah, salah satunya adalah memberikan pendapat hukum
dalam pengadilan (litigation) dan membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara.
DAFTAR PUSTAKA
http://coud.m.oxcyad.co.id/news/2015/05/1y/hadapi-hadi-purnomo-kpk-akan-hadirkan-ahli-
akuntansi-forensik/printpage
https://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_forensik
http://akuntansi.nscpolteksby.ac.id/2013/03/melihat-akuntansi-forensik-dari_5.html

Anda mungkin juga menyukai