Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH UNDANG-UNDANG DAN ETIKA PROFESI

“SEJARAH KODE ETIK PROFESI APOTEKER”

Disusun oleh:
Anisa Dhyah Purtiyanti 2008062081
Muhammad Fathurrahman 2008062082
Laila Nurrohma 2008062083
Gita Aprillia Berahim 2008062084
Elinda Fitriana 2008062085

Dosen :
Dr. Moch. Saiful Bachri S.Si., M.Si., Apt.

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah dan rahmat-
Nya yang diberikan kepada kami berupa kesehatan rohani dan jasmani sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah Undang-Undang dan Etika Profesi yang berjudul
“Sejarah Kode Etik Apoteker“, yang dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami banyak menemukan
hambatan, tetapi berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu,
kami dapat menyelesaikannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada orang-orang yang telah membantu dalam membuat makalah ini hingga
makalah Undang-Undang dan Etika Profesi ini dapat terselesaikan dengan baik
Tidak lupa kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para
pembaca pada umumnya, serta dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menjadi
pedoman bagi mata kuliah Undang-Undang dan Etika Profesi.

Yogyakarta, 26 Maret 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesi adalah suatu jabatan atau juga pekerjaan yang menuntut keahlian atau
suatu keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan dari “profesi” selalu dapat
dikaitkan dengan pekerjaan atau juga jabatan yang dipegang oleh seseorang, namun
tidak semua pekerjaan atau suatu jabatan dapat disebut dengan profesi, disebabkan
karena profesi menuntut keahlian. Sedangkan Profesionalisme adalah suatu komitmen
dari para anggota suatu profesi untuk dapat meningkatkan kemampuannya dengan
secara terus menerus atau berkelanjutan. “Profesionalisme” ialah sebutan yang
mengacu ke arah suatu sikap mental didalam bentuk komitmen dari para anggota
suatu profesi untuk dapat senantiasa mewujudkan serta meningkatkan kualitas
profesionalnya (Netty, 2016).
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
melakukan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku serta memenuhi
standar profesi dan etik kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker (Depkes RI, 2006).
Dalam melaksanakan tugasnya apoteker haruslah berlandaskan pada nilai ilmiah,
keadilan, kemanusiaan, serta keselamatan pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan.
Untuk itu apoteker haruslah berpraktik sebagai tenaga kesehatan sesuai dengan
standar profesi dan etika kefarmasian.
Kata etik atau etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang artinya
karakter, watak, kesusilaan, atau adat. Etika akan berkaitan dengan konsep individu
ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan yang dilakukan baik atau buruk.
Sedangkan kode dapat diartikan sebagai kumpulan peraturan yang sistematik. Kode
etik dibuat sebagai pedoman untuk melakukan pengabdiannya kepada masyarakat,
seluruh tenaga kesehatan mempunyai standar etika tersendiri yang dibuat oleh
kelompok atau perkumpulan atau organisasi yang menaungi profesinya di indonesia
dengan berkaca pada standar yang diterapkan dunia. Tidak terkecuali untuk profesi
apoteker, profesi ini pun memiliki standar dalam bekerja agar para profesionalnya
dapat mengabdi dengan nyaman dan terarah.
Menurut UU No.8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok kepegawaian
menyatakan bahwa kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode Etik
Apoteker Indonesia adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
dan nilai-nilai yang dianut dan menjadi pegangan dalam praktik kefarmasian. Kode
Etik Apoteker Indonesia ditetapkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dalam
Kongres ISFI ke XVIII pada tahun 2009. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)
memutuskan bahwa kode etik apoteker/farmasis Indonesia terbagi dalam 3 kewajiban
yaitu kewajiban umum, kewajiban apoteker terhadap penderita, dan kewajiban
apoteker terhadap teman sejawat petugas kesehatan lainnya (ISFI, 2005).
Berdasarkan Permenkes No.184 tahun 1995 pasal 18 disebutkan bahwa
“Apoteker dilarang melakukan perbuatan yang melanggar Kode Etik Apoteker”.
Sehingga dikatakan bahwa kode etik merupakan pedoman bagi apoteker dalam
menjalankan profesinya secara baik dan benar tanpa melakukan perbuatan yang
menyimpang dan tercela.
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi dan Profesionalisme

Kata “profesi” diadaptasi dari bahasa Inggris, yaitu“profession” yang berasal dari
bahasa Latin “professus”. Kedua kata tersebut memiliki arti yang sama, yaitu mampu
atau ahli dibidang tertentu. Sehingga pengertian profesi adalah suatu pekerjaan yang
membutuhkan keahlian tertentu yang didapat dari pendidikan tinggi, dimana
umumnya mencakup pekerjaan mental yang didukung dengan kepribadian dan sikap
profesional. Secara etimologi profesi dari kata profession yang berarti pekerjaan.
Professional artinya orang yang ahli atau tenaga ahli. Professionalism artinya sifat
professional (JohnM.Echols&HassanShadily, 1990).
B. Pengertian Etika dan Apoteker
Etik/etika berasal dari kata ethos (Yunani) yang artinya Karakter, Watak
kesusilaan atau Adat Istiadat atau kebiasaan. Etika berkaitan dengan
a. nilai-nilai,
b. tata cara hidup yang baik,
c. aturan hidup yang baik
d. dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari generasi ke generasi

Etika Moralitas

Sistem Nilai (Norma)

Bagaimana manusia harus hidup baik

Adat kebiasaan

Perilaku yang ajeg dan berulang


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004,
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesa sebagai apoteker. Adapun
kewajiban Apoteker: 
1. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan memberikan contoh yang baik di dalam
lingkungan kerjanya. 
2. Seorang Apoteker dalam raga kepribadian profesinya harus bersedia untuk
menyumbangka keahlian dan pengetahuannya. 
3. Seorang Apoteker hendaknya selalu melibatkan diri di dalam pembangunan
Nasional khususnya di bidang kesehatan.
4. Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya bagi
masyarakat dalam rangka pelayanan dan pendidikan kesehatan.

C. Kode Etik

Kode etik dalah perbuatan Apa yang benar / salah, perbuatan apa yang harus
dilakukan serta juga apa yang harus dihindari (Suhrawardi lubis, 1994).
1. Fungsi Kode Etik
a. Memberikan arahan bagi suatu pekerjaan profesi
b. Menjamin mutu moralitas profesi di mata masyarakat
(Suhrawardi lubis, 1994).
2. Tuntutan bagi anggota profesi:
a. Keharusan menjalankan profesinya secara bertanggung jawab
b. Keharusan untuk tidak melanggar hak-hak orang lain
(Suhrawardi lubis, 1994).
3. Kode etik harus disosialisasikan karena :
a. Sebagai sarana kontrol social.
b. Mencegah campur tangan yang dilakukan oleh pihak luar yang bukan
kalangan profesi
c. Mengembangkan petunjuk baku dari kehendak manusia yang lebih tinggi
berdasarkan
d. moral.
(Suhrawardi lubis, 1994).
4. Tujuan Kode Etik
a. Melindungi anggota organisasi untuk menghadapi persaingan pekerjaan
profesi yang tidak jujur dan untuk mengembangkan tugas profesi sesuai
dengan kepentingan masyarakat.
b. Menjalin hubungan bagi anggota profesi satu sama lain dan menjaga nama
baik profesi kualifikasi
c. Merangsang pengembanganprofesi pendidikan yang memadai
d. Mencerminkan hubungan antara pekerjaan profesi dengan pelayanan
masyarakat dan kesejahteraan social
e. Mengurangi kesalahpahaman dan konflik baik dari antar anggota maupun
dengan masyarakat umum
f. Membentuk ikatan yang kuat bagi seuma anggota dan melindungi profesi
terhadap pemberlakuan norma hukum yang bersifat imperatif sebelum
disesuaikan dengan saluran norma moral profesi.
(Suhrawardi lubis, 1994).
D. Kode Etik Profesi
Etika profesi adalah cara hidup yang berwujud keadilan untuk memberikan
pelayanan profesional kepada masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian
sebagai pelayanan untuk melaksanakan tugas dalam bentuk kewajiban kepada
masyarakat (Suhrawardi lubis, 1994).
Kode etik apoteker merupakan salah satu pedoman untuk membatasi, mengatur,
dan sebagai petunjuk bagi apoteker dalam menjalankan profesinya secara baik dan
benar serta tidak melakukan perbuatan tercela (Suhrawardi lubis, 1994).
E. Sejarah Organisasi Profesi Kefarmasian di Indonesia
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia adalah satu-satunya Organisasi Profesi
Kefarmasian di Indonesia yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 41846/KMB/121 tertanggal 16 September 1965. Nama Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia ditetapkan dalam Kongres VII Ikatan Apoteker Indonesia
di Jakarta pada tanggal 26 Februari 1965 dan merupakan kelanjutan dari Ikatan
Apoteker Indonesia yang didirikan pada tanggal 18 Juni 1955, untuk jangka waktu
yang tidak ditentukan (IAI, 2016) .
Pada tahun 1955, beberapa apoteker di Jakarta mulai merasakan perlunya suatu
organisasi apoteker yang dapat memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan-
kepentingan farmasi pada umumnya dan kepentingan-kepentingan apoteker pada
khususnya (IAI, 2016).
Sehubungan dengan keinginan di atas, pada 20 April 1955 dibentuklah suatu
Panitia Persiapan untuk mempersiapkan dan melaksanakan pembentukan
perhimpunan apoteker nasional. Anggota Panitia Persiapan tersebut adalah Drs. E.
Looho, Drs. Liem Tjae Ho (Wim Kalona), Drs. Kwee Hwat Djien dan Drs. Ie Keng
Heng. Tugas dari panitia tersebut ialah menyiapkan Rancangan Anggaran Dasar,
nama organisasi, dan lambangnya, Rancangan Anggaran Rumah Tangga dan
menyiapkan urgensi program untuk diajukan pada Muktamar I (IAI, 2016).
Muktamar 1
Para apoteker Indonesia berhasil melaksanakan Muktamar I pada tanggal 17-18
Juni 1955 dengan mengambil tempat Gedung Metropole (Gedung Megaria, red).
Hasil dari Kongres I itu ialah :
 Pengesahan nama organisasi "Ikatan Apoteker Indonesia" yang disingkat IKA.
 Pengesahan lambang IKA.
 Pengesahan Anggaran Dasar IKA.
 Menetapkan Urgensi Program : Penyusunan Daftar Kebutuhan Obat, mengatur
distribusi obat dan mempersiapkan industri farmasi.
 Pemilihan anggota
Pengurus Besar Pertama, yakni :
Ketua : Drs. E. Looho.
Sekretaris : Drs. Moh. Kamal.
Bendahara : Drs. Tio Tiang Hoey.
Anggota : Drs. Yap Tjwan Bing, Drs. Liem Tjae Ho, Drs. Kho Han Yao, Drs.
Zakaria Raib.
Alamat sekretariat : Jl. Teuku Umar 66, Jakarta (IAI, 2016).
Muktamar II
Muktamar ke II IKA berlangsung di Jakarta tahun 1956 dengan mengambil
tempat di Gedung PB IDI, Jl. Sam Ratulangi. Pada Muktamar tersebut dilakukan
pengesahan Anggaran Rumah Tangga yang tidak sempat disahkan dalam Muktamar I.
Muktamar juga berhasil memilih Pengurus Baru, yakni :
Ketua : Drs. E. Looho
Sekretaris : Drs. M. Kamal
Bendahara I : Drs. Tio Tiang Hoey
Bendahara II: Drs. Liem Oei Yam Djien
Anggota :Drs. Zakaria Raib dan Drs. Liem Tjae Ho
Sekretariat masih di Jl. Teuku Umar 66 (Rumah Drs. M. Kamal) (IAI, 2016).
Muktamar III.
Muktamar ke III IKA dilangsungkan di gedung Perhimpunan Ilmu Pengetahuan
Alam, Jl. Surapati No. 1, Bandung, pada 31 Agustus - 2 September 1957. Pada
Muktamar tersebut dilakukan pengesahan Laporan Tahunan 1956 - 1957, pengesahan
Laporan Keuangan, pembentukan Panitia Verifikasi, menetapkan Muktamar ke IV di
Jawa Tengah pada tahun 1958 dan memindahkan Redaksi dan administrasi Majalah
Suara Farmasi dari Jakarta ke Bandung di bawah pimpinan DR. Poey Seng Bouw.
Muktamar ke III IKA ini menghasilkan pengurus baru sebagai berikut :
Ketua : Drs. Zakaria Raib
Wakil : Drs. Soemartojo
Sekretaris : Drs. Agus Garmana
Bendahara : Drs. Liem Oey Jam Djien
Anggota : Tjae Ho, dan Drs. Ruskanda
Alamat Sekretariat pengurus IKA Pindah Ke Jl. Tebah III no. 25, Blok E, Kebayoran
Baru, Jakarta (IAI, 2016).
Muktamar IV.
Muktamar ke IV IKA diselenggarakan di Salatiga Jawa Tengah tahun 1958.
Tidak ada dokumen tentang hasil keputusannya (IAI, 2016).
Muktamar V.
Muktamar V IKA dan Lustrum I IKA dilangsungkan di Cipayung pada 19 sampai
dengan 22 Agustus 1960. Pada acara tersebut ditetapkan Program Kerja di bidang
Organisasi, Pendidikan, Produksi dan Distribusi Obat, Undang Undang Farmasi,
Farmakope Indonesia dan penyebaran tenaga apoteker. Muktamar berhasil memilih
pengurus baru sebagai berikut :
Ketua : Drs. Zakaria Raib
Wakil : Drs. E. Looho
Sekretaris : Drs. Purnomo Singgih
Bendahara : Drs. Liem Oey Jam Djien
Anggota : Drs. Liem Tjae Ho, Dra. Sri Sugati Sjamsuhidajat, Drs. Goei Tjong Tik
dan Drs. Surastomo Hadisumarno (IAI, 2016).
Muktamar VI.
Muktamar ke VI ini dilangsungkan di Murnayati - Lawang (Jawa Timur) pada 31
Agustus - 4 September 1961, dan memilih Pengurus Besar baru yang terdiri dari
Ketua : Drs. Zakaria Raib
Wakil : Drs. E. Looho
Sekretaris : Drs. Purnomo Singgih
Komisaris : Drs. Lim Tjae Ho
Bendahara : Drs Tjoa Kian Kie
Muktamar juga mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang
baru dan menetapkan tempat berlangsungnya Muktamar ke VII / Perayaan Windon ke
I pada tahun 1963 di Jawa Barat (IAI, 2016).
Muktamar VII.
Muktamar ke VII ini mempunyai arti khusus karena tidak lagi menggunakan sebutan
Muktamar IKA melainkan Kongres Nasional Sarjana Farmasi. Pada Kongres ini
diputuskan beberapa hal penting antara lain :
 Mengubah nama, bentuk dan sifat organisasi para apoteker dari Ikatan Apoteker
Indonesia (IKA)
menjadi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI).
 Keanggotaan ISFI terdiri atas Sarjana Farmasi Apoteker dan Sarjana Farmasi
Non Apoteker.
 Membentuk Korps Sarjana Farmasi menurut bidangnya masing-masing : Korps
Sarjana Farmasi Produksi, Korps Sarjana Farmasi Distribusi, Korps Sarjana
Farmasi Rumah Sakit, Korps Sarjana Farmasi ABRI (TNI, red) dan lain-lain.
Muktamar ke VII ini juga telah memilih Drs. Purnomo Singgih sebagai Ketua
Umum ISFI. Beberapa bulan kemudian terjadi perubahan dalam pengurus dimana
Drs. Heman diangkat sebagai Ketua Sementara BPP ISFI. Karena kesibukan
dalam pekerjaannya tidak memungkinkan Drs. Heman mencurahkan seluruh
perhatiannya bagi organisasi, Drs. Heman kemudian digantikan oleh Drs.
Soerastomo Hadisoemarno. Kemudian jabatan Ketua Sementara ini dipindahkan
lagi kepada Drs. Soekaryo hingga dilaksanakan (IAI, 2016).
Kongres Nasional ISFI VIII di Jakarta, tanggal 30 Oktober hingga 3 Nopember 1967.
Kongres Nasional ke VIII di Jakarta ini mempunyai arti penting karena dilaksanakan
ketika permulaan era kepemimpinan orde baru. Banyak keputusan dan rekomendasi
yang dihasilkan antara lain adalah dipilihnya Drs. Soekaryo terpilih sebagai Ketua
Umum (IAI, 2016)..
Semenjak itu pula lewat beberapa kongres berkali-kali Drs. Soekaryo terpilih sebagai
Ketua Umum BPP ISFI, jabatan ini dipegangnya terus sampai kini. (dikutip oleh
Ahmad Subagiyo dari buku Profil Sarjana Farmasi Indonesia 1981)
Pada Kongres XVIII Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia di Jakarta pada tanggal 07-09
Desember 2009, nama organisasi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) berubah
menjadi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
F. Kongres ISFI XVIII/2009
Tentang pekerjaan kefarmasian yang pada intinya tenaga kefarmasian
melaksanakan pekerjaan kefarmasian harus menerapkanstandar profesi dan mematuhi
kode etik yang telah diatur dalam organisasi profesi sesuai dengan peraturan
perundang-undanan. Hasil dari kongres tersebut adalah sebagai berikut:
Menimbang :
1. Bahwa kongres nasional XVIII ISFI sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
organisasi telah ditetapkan penyelenggaraannya pada tanggal 07 s/d 09 Desember
2009
2. Bahwa dalam rangka pengabdian profesi anggota ISFI sebagai apoteker, maka
diperlukan Kode Etik Apoteker Indonesia yang bisa diukur pelaksanaannya.
3. Bahwa kongres nasional XVIII ISFI, mempunyai wewenang untuk menetapkan
Kode Etik Apoteker Indonesia.
4. Bahwa berhubung dengan butir a, b dan c diatas, perlu ditetapkan keputusan
kongres nasional XVIII ISFI tentang Kode Etik Apoteker Indonesia.
Mengingat:
1. Keputusan Kongres Nasional XVIII ISFI nomor : 002/KONGRES XVII/ISFI/2009
tentang Tata Tertib Kongres Nasional XVII ISFI
2. Keputusan Kongres Nasional XVIII ISFI nomor : 003/KONGRES XVII/ISFI/2009
tentang Psidium Kongres Nasional XVII ISFI
3. Keputusan Kongres Nasional XVIII ISFI nomor : 006/KONGRES XVII/ISFI/2009
tentang AD/ART
Memperhatikan :
Permusyawaratan untukmencapaki mufakat pada Kongres Nasional XVIII ISFI dalam
membahas Kode Etik Apoteker Indonesia
Memutuskan :
Pertama
Keputusan Kongres Nasional XVIII ISFI tentang Kode Etik Apoteker Indonesia,
sebagaimana tercantum dalamlampiran surat keputusan ini
Kedua
Kode Etik Apoteker Indonesia, merupakan pedoman organisasi untukmelakukan
pembinaan terhadap anggota serta pedoman anggota dalam melaksanakan pengabdian
profesinya sebagai Apoteker
Ketiga
Menugaskan kepada majelis Pembinaan Etik Apoteker Pusat untuk :
1. Mneyusun dan menetapkan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Apoteker
Indonesia
2. Melakukan sosialisasi dan pembinaan etik bagi apoteker
3. Melakukan pengawasan dan penilaian pelaksanaan Kode Etik Apoteker
Indonesia
Mukodimah
bawasannya seorang Apoteker didalam menjalankan tugas dan kewajibannya serta
dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan
keridhaan Tuhan Yang Maha Esa
Apoteker didalam pengabdiannya serta dalammengamalkan keahliannya selalu
berpegang teguh pada sumpah/janjiApoteker
Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman
pada satu ikatan moral yaitu Kode Etik Apoteker Indonesia
BAB I - Kewajiban Umum
1. Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah / Janji Apoteker
2. Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia
3. Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
4. Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang
kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya
5. Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian
6. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain
7. Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya
8. Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya
BAB II - Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien
9. Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insani
BAB III - Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien
10. Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan
11. Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik
12. Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya
BAB IV - Kewajiban Apoteker Terhadap Sejawat Petugas Kesehatan Lain
13. Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun
dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati sejawat petugas kesehatan lain
14. Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain
BAB V - PENUTUP
15. Seorang Apoteker bersungguhsungguh menghayati dan mengamalkan kode etik
Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai