Anda di halaman 1dari 2

Nama : Devi Permata Sari

NIM : 180621100074

KESALAHAN BERBAHASA TATARAN WACANA

Penyebab Kesalahan Penggunaan Alat Koherensi

Paragraf yang tidak koheren dapat disebabkan karena adanya a. Kesalahan penalaran dan logika
berbahasa, b. Kesalahan karena Generalisasi Terlalu Luas, c. Kesalahan karena Hubungan Sebab
Akibat Tidak Memadai.

a) Kesalahan Penalaran dan Logika Berbahasa

Bahasa sebagai salah satu sarana utama dalam penalaran ilmiah memiliki banyak kelemahan. Kata-
kata yang digunakan kadang-kadang maknanya tidak transparan, tidak tegas, bahkan seringkali
sebuah kata dapat diartikan bermacam-macam. Demikian juga kalimat, seringkali dapat ditafsirkan
dengan beberapa cara dan maknanya relatif berlainan. Dalam penyajian kesalahan koherensi,
Soeparno (1997, 45-47) membagi atas kesalahan karena bahasa dan kesalahan karena proses
penalaran atau dinamakan kesalahan formal. Jenis berpikir yang pertamalah yang disebut berpikir
nalar (penalaran), yaitu proses berpikir untuk mencapai simpulan atas dasar logika berpikir tertentu.
Sebuah karangan tentunya perlu penalaran agar karangan tersebut menjadi koheren. Penalaran
pada paragraf dalam sebuah karangan digunakan agar kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut
saling berkait, membembentuk suatu logika tertentu, dan membentuk kesatuan pikir atau ide.
Melalui penalaran juga, sebuah ide pokok dalam paragraf dijadikan dasar atau titik tolak
pengembangan paragraf.

b) Kesalahan karena Generalisasi Terlalu Luas

Generalisasi merupakan proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah fakta atau
gejala untuk mengambil simpulan mengenai semua atau sebagian gejala yang memiliki sifat serupa
atau sejenis. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai seseorang membuat generalisasi atas
dasar satu atau beberapa fakta/ gejala yang dikenal. Misalnya, “Ayu azhari adalah bintang iklan, dan
ia berparas cantik”. “Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik”. Sudah tepatkah
generalisasi tersebut. Untuk menentukan tepat atau tidaknya generalisasi itu ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu 1) jumlah fakta atau gejala yang diamati harus memadai, 2) fakta atau gejala yang
diamati harus representative, yaitu cukup mewakili keseluruhan atau bagian yang dikenai
generalisasi, dan 3) fakta atau gejala yang diamati tidak terlalu banyak perkecualiannya. Jumlah
gejala yang harus diamati untuk membuat generalisasi memang belum ada ketentuan yang pasti.
Pengamatan terhadap semua gejala yang ada yang sering disebut sensus dapat menghasilkan
simpulan induktif yang baik.

Namun demikian, hal itu tidak selalu dapat dilakukan. Oleh sebab itu, sebelum melakukan
generalisasi, seseorang harus memahami keadaan fakta atau gejala yang diamati, yaitu homogen
atau heterogen. Jika gejala bersifat homogen maka jumlah gejala yang harus diamati relatif tidak
perlu banyak, sedangkan jika bersifat heterogen, maka penentuan jumlah gejala yang akan diamati
harus cermat agar gejala yang diambil representatif. Untuk itu diperlukan proses klasifikasi. Gejala
atau fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya bersifat heterogen. Oleh sebab itu,
dalam penarikan generalisasi terhadap sejumlah gejala yang dihadapi, hendaknya seseorang
menghindari pemakaian kata “setiap” dan “semua”, sebaiknya digunakan kata-kata seperti “pada
umumnya, rata-rata, cenderung, mayoritas”, dan sejenisnya.

c) Kesalahan karena Hubungan Sebab Akibat Tidak Memadai

Atas dasar prinsip umum hubungan sebab akibat, semua gejala atau peristiwa yang terjadi tentu ada
penyebabnya. Walaupun demikian, sering terjadi kesalahan dalam pengambilan simpulan karena
seseorang tidak mengikuti proses penalaran yang benar, yaitu penalaran ilmiah. Misalnya, seseorang
mengaitkan antara kerusakan hasil panen dengan kutukan dewa atau tempat/benda yang dianggap
keramat. Oleh sebab itu, agar simpulan yang tepat yang diperoleh atas dasar hubungan sebab akibat
itu benar, seseorang harus memahami pola penalaran yang logis dan analitis serta tidak dipengaruhi
oleh perasaan pribadi, kepercayaan, atau prasangka.

Anda mungkin juga menyukai