MODUL III
NAMA : Muhmmat Nur Salam
KELOMPOK :5
JUDUL PERCOBAAN : Pembuatan Metil Jingga
JURUSAN : Kimia
PRODI/KELAS : Kimia/B
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GOROTALO
2018
A. JUDUL :
Pembuatan Metil Jingga
B. TUJUAN :
Mahasiswa dapat melakukan beberapa cara sintesis senyawa metil jingga
C. DASAR TEORI :
Metil jingga adalah indikator pH yang sering digunakan dalam titrasi karena
perubahan warnanya yang jelas dan kontras. Oleh karena ia berubah warna pada pH
sedikit asam, maka biasa digunakan dalam titrasi asam. Tidak seperti indikator universal,
metil jingga tidak memiliki spektrum perubahan warna yang lengkap, tetapi memiliki
titik akhir yang lebih tajam. Dalam larutan yang agak asam, metil jingga berubah dari
merah menjadi jingga dan akhirnya menjadi kuning, dan sebaliknya jika keasaman
larutan bertambah. Seluruh perubahan warna terjadi dalam kondisi asam. Metil jingga
termodifikasi, suatu indikator yang berisi larutan metil jingga dan xylena sianol, berubah
warna dari abu-abu menjadi hijau ketika larutan menjadi basa (Sandberg, 1972).
Proses esterifikasi adalah suatu reaksi reversible antara suatu asam karboksilat
dengan suatu alkohol. Produk esterifikasi disebut ester yang mempunyai sifat yang khas
yaitu baunya yang harum. Sehingga pada umumnya digunakan sebagai pengharum
(essence) sintetis. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversible yang sangat lambat.
Tetapi bila menggunakan katalis asam sulfat atau asam klorida, kesetimbangan reaksi akan
tercapai dalam beberapa jam. Persamaan reaksinya diringkas sebagai berikut :
Interaksi atau reaksi antara asam karboksilat dengan alcohol merupakan proses
reaksi dapat balik dan merupakan reaksi yang berlangsung lambat, untuk mempercepat
terjadinya reaksi perlu ditambahkan katalis. Biasanya katalis yang digunakan adalah asam
(asam sulfat atau asam klorida). Pengaturan temperaturpun perlu dilakukan untuk
mempercepat reaksi pembentukan ester.
Sesuai dengan hukum aksi massa, kesetimbangan dapat bergeser ke arah
pembentukan ester dengan adanya kelebihan salah satu pereaksi, Reaksi esterifikasi ini
akan memberi hasil yang lebih baik untuk alcohol primer dan cukup baik untuk alcohol
sekunder, tetapi untuk alcohol tersier tidak memberikan hasil yang baik.
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung pada halangan sterik dalam
alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan
peranan kecil dalam laju pembentukkan ester (Fessenden, 1989).
Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks
sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang
digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat atau asam Lewis seperti
skandium(III) triflat.
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol,
seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida asam
(ekonomi atom yang rendah) atau asil klorida (sensitif terhadap kelembapan). Kelemahan
utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus
diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi
hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean-Stark atau penggunaan
saringan molekul.
Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa tetrabutilamonium tribromida (TBATB)
adalah katalis yang amat efektif. Misalnya, asilasi 3-fenil propanol dengan asam asetat
glasial dan TBATB dengan refluks menghasilkan ester dalam 15 menit, dengan rasio hasil
95%, tanpa harus memisahkan air. Para ahli percaya bahwa asam bromida yang dihasilkan
oleh TBATB dapat memprotonasi alkohol terhadap asam karboksilat sehingga
karboksilatnya-lah yang bertindak sebagai nukleofil, tidak seperti mekanisme esterifikasi
standar (Wiliamson,1999).
Senyawa-senyawa ester secara komersial telah banyak diproduksi oleh industri.
Salah satu diantaranya adalah ester asetat dari alkohol yang diperlukan untuk berbagai
kegunaan misal etil, butil, isopropil, dan amyl asetat yang digunakan sebagai pelarut untuk
selulosa nitrat dan lacquer-type coating. Untuk polyurethan coating system dipakai butil
dan hexyl asetat karena kedua ester ini mempunyai sifat sebagai pelarut yang baik. Pada
industri makanan dan minuman, etil dan butil asetat secara rutin dugunakan sebagai salah
satu komponen yang dipakai untuk memberi rasa (flavorings). Sedangkan untuk
pembuatan parfum ditambahkan isopropyl, benzyl, dan metil asetat sebagai zat-zat aditif
(Ahmad,2011).
Senyawa azo merupakan senyawa yang dihasilkan dari reaksi antara garam
diazonium dan senyawa turunan alkohol dengan menggunakan reaksi penyambungan dan
menghasilkan turunan zat warna. Senyawa azo yang dibuat dalam percobaan ini adalah
metil jingga yang digunakan sebagai indikator. Pada proses penyambungan ini terjadi
reaksi subtitusi, dimana reaksinya adalah reaksi elektropilik aromatik subtitusi. Berikut
struktur metil jingga
Senyawa intermediet dalam pembentukan senyawa ozo. Senyawa aromatik amina
bila direaksikan dengan asam nitrit pada suhu 0-5o C pada kondisi asam akan
menghasilkan garam diazonim ion
Diazonium diatas adalah elektrofil lemah 9 miskin elektron ) yang hanya akan
bereaksi baik dengan senyawa aromatik yang sangat reaktif seperti fenol dan amina. Pada
kondisi asam, garam diazonium sangat mudah terhidrolisa menjadi senyawa nitrogen dan
fenol. Sedangkan perlakuan garam diazonium ion dengan larutan potasium iodida akan
menghasilkan arenediazonium iodida yang akan mengalami dekomposisi dengan sedikit
pemanasan membentuk senyawa aromatik iodida dan nitrogen.
Amina aromatik primer bereaksi dengan asam nitrit mendapatkan garam
arendiazonium. Salah satu contoh senyawa amina aromatic primer adalah Anilin. Anilin
merupakan bahan dasar pembuatan zat-zat warna diazo. Garam diazo dapat dibentuk
melalui bantuan asam nitrit dan asam klorida. Garam diazonium diubah menjadi berbagai
zat warna, misalnya Red No. 2 (Anggraeni, 2014).
-
+ NCl
NH2 NH 2HCl N
+ H2 O
N
N
SO3Na
NaO 3S
Untuk mengukur
3 Gelas ukur 1
volume larutan
Untuk memanaskan
4 Penangas 2
larutan
Untuk memindahkan
Corong
7 1 larutan dari satu tempat
biasa
ke tempat lain
Neraca Menimbang bahan yang
8 2
analitik berbentuk padat
Untuk mengambil
10 Spatula 1
bahan padatan
2. Bahan
- Padatan kristal
- Beracun
berwatna putih
- Dapat
- Titik lebur :
1 Na2CO3 Khusus digunakan sebagai
851oC
pembersih
- Densitas
- Pelunak air
(anhydrous) : 2,5 Kg/L
sadah
pada 20oC
- Pada suhu
- Golongan
kamar, berbentuk kristal
asam yang sangat
padat berwarna putih
Asam Khusus kuat
2 - Titik didih : 172-
sulfanilat - Higroskopis
187oC
- Mudah larut
- Titik lebur :
dalam air panas
288oC
- Cairan bening - Pelarut polar
tak berwarna, tak berbau - Merupakan
3 Aquadest Umum - Titik didih 1000 ion H+ , yang
C berasosiasi dengan
- Titik beku 00 C OH-
- Cairan tak
berwarna - Larut dalam
- Massa molar : air
4 HCl Khusus 36,46 g/mol - Merupakan
- Titik didih 110oC asam kuat
- Titik lebur : - - Beracun
27,32oC
- Berwujud cair
- Berbau khas
Khusus - Berwarna coklat
5 Anilin - Toksik
bening
- Densitas : 1,022
g/ml pada 20 0 C
- Rumus
kimia : (C2H4O2)
- Dapat
- Cairan tak berwarna
Asam bereaksi dengan
Khusus - Berbau menyengat
6 asetat alkohol
- Titik lebur : 16oC
glasial - Cukup larut
- Titik didih: 118o C
dalam air
- Pembentuk
ester
- Massa molar : - Sangat basa
7 NaOH Khusus 39,9971 g/mol dan mudah
- Titik lebur : terionisasi
318oC - Mudah larut
- Titik didih : dalam air
1390oC
- Massa molar :
32,04 g/mol - Rumus
- Cairan tak kimis : CH3OH
Diazotisasi
Na2CO3 5%
Coupling (penggabungan)
Filtrat Residu
No Perlakuan Hasil
1 Menimbang 11 gr asam sulfanilat Asam sulfanilat tidak larut dalam
dan melarutkan dalam 50 mL Na2CO3, masih terdapat kristal asam
larutan Na2CO3 5% kemudian sulfanilat yang tidak larut
memanaskan perlahan-lahan diatas
penangas air
2 Menambahkan 6 mL larutan Asam sulfanilat larut dalam Na2CO3
Na2CO3 5% membentuk larutan bening
3 Menimbang 3,5 gram gr NaNO2 NaNO2 larut dalam air membentuk
dan melarutkan dalam 20 mL air larutan bening
4 Menambahkan larutan NaNO2 Larutan bercampur dan membentuk
kedalam campuran asam sulfanilat larutan bening
dan Na2CO3
5 Mendinginkan larutan dalam air es Larutan berubah warna menjadi putih
dan menambahkan tetes demi tetes susu dan terdapat endapan putih (larutan
6 mL HCl diazotisasi)
6 Mencampur 6,3 mL anilin dan 3mL Larutan tidak bercampur, lapisan bawah
asam asetat glacial dalam tabung berwarna merah darah, dan lapisan atas
reaksi bening
7 Menambahkan campuran anilin dan Terbentuk koloid berwarna merah bata
asam asetat glacial kedalam larutan didasar gelas kimia dengan larutan
diazotisasi kemudian mendiamkan bening diatasnya
selama 10 menit
8 Menambahkan 20 mL NaOH Terjadi perubahan warna pada koloid
kedalam campuran menjadi lebih pekat
9 Menambahkan garam pada Garam larut dalam campuran, setelah
campuran dan menyaring disaring koloid berwarna merah bata
terpisah dari campuran
10 Menambahkan 100 mL air pada Koloid larut dalam air membentuk
koloid dan memanaskan campuran larutan berwarna jingga dan perlahan-
tersebut lahan terbentuk kristal berwarna hitam
11 Mendinginkan dan menyaring Kristal berwarna hitam terpisah dari
kristal larutan
12 Mencuci kristal dengan metanol Kotoran pada kristal larut dalam metanol
dan n-heksan dan n-heksan
13 Menimbang kristal yang diperoleh Berat kristal= (Berat kertas saring +
kristal ) – (berat kertas saring kosong)
= 1,7506 – 1,1826
= 1,5985 gram
14 Menguji titik leleh kristal dengan Titik leleh kristal : 159 0C, 160 0C,
memasukkan kristal kedalam pipa 1610C
kapiler kemudian mencelupkan
kedalam minyak panas kemudian
mengukur suhu
G. PEMBAHASAN
Metil jingga adalah indikator pH yang sering digunakan dalam titrasi karena
perubahan warnanya yang jelas dan kontras. Oleh karena ia berubah warna pada pH
sedikit asam, maka biasa digunakan dalam titrasi asam. Tidak seperti indikator universal,
metil jingga tidak memiliki spektrum perubahan warna yang lengkap, tetapi memiliki
titik akhir yang lebih tajam. . Metil jingga termodifikasi, suatu indikator yang berisi
larutan metil jingga dan xylena sianol, berubah warna dari abu-abu menjadi hijau ketika
larutan menjadi basa
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan metil orange yang diperoleh dari reaksi
diazotisasi antara asam sulfanilat (asam p-amino bensenasulfonat) dengan dimetil anilin.
Pada tahap pertama, 11 gram asam sulfonilat direaksikan dengan natrium
karbonat (Na2CO3) 50% sebanyak 50 Ml yang diencerkan dalam 100 mL dan 3,5 gram
sodium nitrit (NaNO2). Pada saat direaksikan, asam sukfonilat dan Natrium Karbonat
dipanaskan diatas penangas untuk mempercepat pelarutan asam sufanilat, apabila tetap
tidak larut juga maka ditambahkan lagi 5-10 mL Natrium karbonat, sehingga asam
sulfanilat akan karut seperti pada gambar 1.
Natrium karbonat bertujuan untuk deprotonasi gugus amino, dimana proton yang
didapat atau dihasilkan berasal dari disosiasi natrium karbonat tersebut. Hasil
penambahan ini membuat kristal asam sulfanilat larut menjadi larutan tidak berwarna.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
O + O
Na
Na 2CO 3 -
HO S NH2 2 O S NH2
O O
+ CO 2 + H2O
Kemudian ke dalam campuran ini ditambahkan NaNO2 dan HCl juga es batu dan
diaduk, penambahan asam klorida dan natrium nitrit akan membentuk asam nitrit di
dalam larutan. Penambahan es batu dalam reaksi tersebut bertujuan untuk mepercepat endapan
dari garam diazonium. Asam klorida pekat akan menghidrolisis natrium nitrit sehingga
terbentuk asam yang akan dihidrolisis oleh larutan HCl pekat menjadi asam nitrit. Asam
nitrit dengan adanya ion H3O+ akan membentuk ion nitrosonium (N=O) yang bersifat
elektrolit. Adanya ion nitrosonium akan bereaksi dengan memberikan gugus N-nya pada
3-nitroanilin, dengan asam sulfanilat membentuk garam benzena diazonium. Persamaan
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O O
+ -
CO2 2 HCl - + -
2 Na O S NH2 O S N N Cl
O H2O NaNO2
O
Reaksi diazotasi ini bertujuan untuk membentuk garam diazonium dengan amina
aromatis dengan asam nitrit harus dibuat dari NaNO2 dan HCL karena asam nitrit bersifat
mudah terurai (tidak stabil). Kereaktifan garam diazonium sangat tinggi, disebabkan oleh
kemampuan pereaksi yang bagus dari gugus N2, sehingga gugus diazonium dapat ditukar
oleh berbagai nukleofil.
Tahapan selanjutnya adalah sintesis dengan pembuatan larutan dimetil aniline dan
asam asetat glasial dengan NaOH dingin menghasilkan pasta merah yang disebut sebagai
helianthin. Saat aniline ditambahkan dengan asam asetat glasial direaksikan dengan hasil
pada tahap diazotisasi maka akan terbentuk 2 lapisan seperti pada gambar 2.
Garam diazonium tersebut dapat dibuat menjadi pewarna (terutama tekstil) karena
memiliki warna-warna yang cerah. Ditambahkan NaOH karena dalam suasana basa
helianthin akan berubah menjadi metil orange. Pada saat ditambahkan NaOH terbentuk
endapan berwarna merah bata seperti pada gambar 3.
Pada percobaan ini dilakukan pemanasan karena helianthin dengan basa lebih
cepat bereaksi pada suhu tinggi. Selain itu pemanasan juga berfungsi menguapkan air
yang ada dalam larutan baik yang berasal dari pembilasan alat dengan akuades maupun
molekul air yang dilepaskan oleh asam sulfonilat saat reaksi dalam bentuk anhidrat.
Dengan pemanasan, molekul air yang dilepaskan akan menguap dan bercampur dengan
udara bebas sehingga dapat mengurangi kandungan air dalam metil orange.
Koloid/endapan menjadi larut dalam air dan larutan berwarna jingga. Nyala api yang
digunakan selama pemanasan tidak boleh terlalu besar dan juga terus diaduk agar metil
orange yang terbentuk tidak hangus.
Dari hasil pemanasan, diperoleh Kristal yang berwarna hitam kemudian. Setelah
dilakukan pemanasan, larutan didinginkan hingga suhu ruang. Setelah dilakukan
pendinginan, larutan disaring menggunakan kertas saring. Saat pendinginan, jangan
sampai larutan dingin dibawah suhu ruang, hal ini bisa menyebabkan Kristal garam
terbentuk seperti yang terjadi pada percobaan kali ini dengan (Gambar 4). Apabila Kristal
garam terbentuk maka, segera panaskan kebali dengan menambahkan air untuk
menghilangkan/melarutkan Kristal garam.
Tujuan dari penggunaan kertas saring ini adalah untuk memisahkan filtrat dan
residu (air dan kristal metil orange). Sebelum proses penyaringan dilakukan, kertas saring
yang akan digunakan dibasahi terlebih dahulu dengan NaCl jenuh. Pada saat penyaringan
juga dilakukan penambahan NaCl jenuh (endapan metil orange yang masih tersisa dalam
beaker glass dibilas dengan NaCl jenuh).
Pembilasan dilakukan dengan NaCI jenuh berfungsi untuk memberikan efek
salting out karena NaCl jenuh akan menarik air yang masih terdapat dalam Metil Orange.
Apabila dibilas dengan air maka metil orange akan larut dan tidak ikut tersaring (menjadi
filtrat). Hal itu akan mengurangi massa endapan yang terbentuk. Dengan penambahan
NaCl jenuh, pengendapan metil orange akan lebih maksimal karena NaCl jenuh dapat
mengendapkan metil orange sehingga jumlah endapan metil orange yang diperoleh akan
lebih banyak.
Berdasarkan hasil percobaan dan beberapa teori dapat disimpulkan bahwa dalam
larutan yang agak asam, metil jingga berubah dari merah menjadi jingga dan akhirnya
menjadi kuning, Metil jingga termodifikasi, suatu indikator yang berisi larutan metil
jingga dan xylena sianol, berubah warna dari abu-abu menjadi hijau ketika larutan
menjadi basa, Metil jingga diperoleh melalui 3 tahapan yaitu pembentukan ion
diazonium, pengaktivasi ion diazonium dan penggabungan ion diazonium. Kristal yang
didapatkan berwarna hitam sebanyak 1.5859 g dengan titik lelehnya 159oC. 160oC, 161
o
C.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F., dkk.. 2011. Perancangan dan Pembuatan Modul ECG dan EMG Dalam Satu
Unit PC Sub Judul: Pembuatan Rangkaian ECG dan Software ECG Pada PC.
Jurnal Generic, 1-6.
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S.. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta: Bina
Aksara.
Sandberg, Richard G.; Henderson, Gary H.; White, Robert D.; Eyring, Edward M. (1972).
"Kinetics of acid dissociation-ion recombination of aqueous methyl orange". The
Journal of Physical Chemistry. 76 (26): 4023–4025.