NURJANNAH
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
SKRIPSI
NURJANNAH
A311 08889
Kepada
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
SKRIPSI
Pembimbing I Pembimbing II
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Nama : Nurjannah
Jurusan : Akuntansi
adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah
skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar
pustaka.
Apabila dikemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(UU No.20 tahun 2003 , pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Nurjannah
iv
ABSTRAK
Nurjannah
Deng Siraja
Haerial
Key words: Tax Planning, Tax Savings, and the Income Tax
v
KATA PENGANTAR
SWT yang telah melimpahkan Taufik, Rahmat serta Hidayah-Nya kepada penulis.
Pada PT. Semen Bosowa Maros”.. Dalam penyelesaian penulisan laporan akhir ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
1. Bapak DR. Darwis Said, SE, M,SA,AK, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
2. Bapak DR. H. Abd Hamid Habbe, SE, M.Si,selaku Ketua Jurusan Akuntansi
3. Bapak Drs. Deng Siraja, M.Si, Ak, selaku Pembimbing I dan Drs. Haerial, M. Si,
Ak, selaku Pembimbing II, yang telah membimbing penulis sampai terselainya
Skripsi ini.
5. Bapak Andi Nurhadi, selaku Pembimbing pada bagian Accounting and Tax.
7. Pimpinan dan seluruh staf PT Semen Bosowa Maros bagian Accounting and Tax
terkhususkan kepada Pak Ipul, Ibu Tari, Ibu Novi, Pak Arfa, Pak Amri, Ibu Ira
vi
8. Ka’ Uni, Ka Rina dan Ade Vira yang selalu memberi dukungan dan menemani
10.Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang
dengan segenap hati tanpa tuntutan serta memberikan dorongan baik moril
Penulis menyadari bahwa laporan akhir penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu yang dimiliki penulis.
Oleh sebab itu dengan tangan terbuka dan penuh kerendahan hati, penulis
mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman. Semoga
laporan akhir penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
2.8 Pengertian Penghematan Pajak ......................................................... 36
2.9 Pemilihan Metode Akuntansi ............................................................ 37
2.10 Koreksi Fiskal ………. ....................................................................... 40
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rincian Laporan Laba Rugi PT. Semen Bosowa Maros untuk Tahun
yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2010 ...................................... 75
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
penerimaan negara yang layak dan dapat diandalkan, maka untuk pertama
perpajakan untuk penetapan dan pemungutan pajak, yakni dari sistem official
self assessment tersebut, peranan positif dari Wajib Pajak untuk memenuhi
Wajib pajak tidak mungkin dapat menghindari pajak karena pajak dapat
1
2
benar.
mutlakdiperlukan oleh Wajib Pajak karena dengan itu Wajib Pajakakan dapat
dan dengan cara yang legal.Tax planning merupakan upaya legal yang bisa
dilakukan Wajib Pajak. Tindakan itu legal karena penghematan pajak tersebut
dilakukan dengan cara yang tidak melanggar ketentuan yang berlaku. Tax
pajak yang dibayarkan, agar tidak terjadi kelebihan dalam membayar pajak.
2
3
suatu transaksi atau fenomena terkena pajak. Kalau fenomena tersebut terkena
pembayarannya dan lain sebagainya. Oleh karena itu Wajib Pajak akan
membuat rencana pengenaan pajak atas setiap tindakan (taxable events) secara
seksama. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa tax planning adalah proses
pengambilan tax factor yang relevan dan non taxfactor yang material untuk
tercapainya beban pajak pada tax event yang serendah mungkin dan sejalan
lain dengan cara penggelapan pajak (tax evasion) dan penghindaran pajak (tax
palsu dan menyembunyikan data. Cara ini sering disebut penggelapan pajak
3
4
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa apakah strategi tax planning
4
5
Berikut ini penulis sajikan uraian singkat materi pokok yang akan dibahas
BAB I : Pendahuluan
perusahaan.
5
6
BAB V : Pembahasan
Bosowa Maros”.
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber daya yang berasal dari dalam
pendapatan utama yang diperoleh dari sumber dana dalam negeri, merupakan
iuran rakyat untuk kas negara yang tidak mendapat balas jasa secara langsung
pengeluaran umum”.
7
8
rakyat”.
UU PPh).
Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
8
9
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk
BerdasarkanUU PPh pasal 2 ayat (1) No. 36 Tahun 2008, yang menjadi
a. Orang pribadi
Orang pribadi sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal atau berada
c. Badan
9
10
Yang dimaksud dengan Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk :
c. Laba usaha
pengembalian utang
g. Dividen
10
11
n. Premi asuransi
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dikenakan pajak
r. Imbalan bunga
yang dikenakan atau dipotong pajak penghasilan yang bersifat final yang tidak
diperhitungkan sebagai kredit pajak, yang berarti tidak dapat dikurangkan dari
jumlah pajak yang terutang, baik untuk wajib pajak perseorangan maupun wajib
pajak badan”.
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
11
12
bangunan, usaha jasa kontruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Diatas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima 25% (dua puluh lima persen)
puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Diatas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta 30% (tiga puluh persen)
rupiah)
12
13
Tarif pajak untuk Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha
tetap (BUT) sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Tarif PPh tersebut
menjadi 25% (dua puluh lima persen) mulai berlaku tahun pajak 2010.
Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang
paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham
persen) lebih rendah dari pada tarif sebagaimana di maksud pada ayat
(1) huruf b dan ayat (2) huruf a yang di atur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah
dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah paling tinggi
sebesar 50% dari tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf b
dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian
Penghasilan Kena Pajak (PhKP) yang bersumber dari laporan keuangan Wajib
Pajak (laporan laba rugi/Profit and loss statement). Penghasilan Kena Pajak
dihasilkan dari laba sebelum pajak dan penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
Badan diperoleh dari koreksi fiskal atas laba sebelum pajak yang berasal dari
13
14
laporan laba rugi wajib Pajak. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
Orang Pribadi atau Wajib Pajak Badan. Untuk menghitung Penghasilan Kena
Pajak Orang Pribadi dalam negeri, maka penghasilan nettonya dikurangi terlebih
a. Rp. 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah)
b. Rp. 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan
c. Rp. 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah)
penghasilan suami.
d. Rp. 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan
garis keturunan garis lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan
Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri. Bagi Wajib Pajak Badan
14
15
berada di Indonesia untuk jangka waktu secara berturut-turut yang lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dianggap sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
dan wajib memenuhi kewajiban dan haknya selaku Wajib Pajak dalam
negeri. Wajib Pajak yang meninggalkan Indonesia untuk jangka waktu yang tidak
lebih dari 1 (satu) tahun, masih merupakan Wajib Pajak dalam negeri dan masih
bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, dan wajib pula membayar pajak
eksteritorilitas” tersebut.
subjek pajak luar negeri yang memperoleh atau menerima penghasilan yang
berasal dari wilayah Republik Indonesia atau yang mempunyai kekayaan yang
terletak di wilayah Republik Indonesia”. Wajib Pajak luar negeri hanya dikenakan
pajak dari penghasilan yang diterima atau diperoleh atau berasal dari (sumber-
15
16
memenuhi kewajiban perpajakan dengan banar tetapi jumlah pajak dapat ditekan
kewajiban pajak.
Jika tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax
berbeda dengan tujuan pembuat Undang-Undang maka tax planning di sini sama
merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada
dapat dilakukan dengan berbagai cara baik yang masih memenuhi ketentuan
16
17
jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak
yang besar.
b. Tax avoidance, yaitu upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan
Suandy (2008:7), tujuan tax planning secara lebih khusus ditujukan untuk
17
18
sebagai berikut :
berlaku.
tinggi.
penghasilannya.
b) Subjek Pajak.
c) Objek Pajak.
18
19
19
20
pembayaran pajak. Oleh sebab itu, pengendalian dan pengaturan arus kas
yang terjadi antara Penghasilan Sebelum Pajak (PSP) dengan Penghasilan Kena
Pajak (PKP) dan secara potensial juga menyebabkan perbedaan antara Beban
20
21
perundang-undangan perpajakan.
sebagai biaya.
merupakan perbedaan yang mutlak yang tidak ada titik temunya atau saldo
tandingnya (Counterbalance).
Zain dan Sari (2006:39), pada perusahaan yang ada Penghasilan Tidak
Objek Pajak dan tidak ada Biaya Fiskal yang tidak boleh dikurangkan, PPh
pada perusahaan terdapat banyak koreksi Biaya Fiskal yang tidak boleh
dengan Beban PPh. Perbedaan permanen ini berkaitan juga dengan rekonsiliasi.
21
22
yaitu :
pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat
differences dikalikan dengan tarif PPh (Pasal 17), maka akan terdapat
laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan
22
23
(Pasal 17) maka akan terdapat future tax refundable. Jumlah future tax
dengan tarif PPh (Pasal 17), merupakan jumlah deffered tax asset.
entity) yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha. Bila dilihat
yakni pada saat penghasilan diperoleh oleh pihak perseroan dan pada
23
24
Juni 1995.
perbaikan kantor, biaya pemasaran dan masih banyak biaya lainnya yang
dapat dimanfaatkan.
24
25
5. Mendirikan perusahaan ada yang sebagai profit center dan ada yang
hanya berfungsi sebagai cost center. Dari hal tersebut dapat diperoleh
beberapa wajib pajak didalam satu grup begitu juga terhadap biaya
dan kenikmatan (fringe Benefit) dapat sebagai salah satu pilihan untuk
metode masuk pertama keluar pertama (first in first out). Dalam kondisi
dengan metode masuk pertama keluar pertama (first in first out). Harga
pokok penjualan (HPP) yang lebih tinggi akan mengakibatkan laba kotor
karena jangka waktu leasing umumnya lebih pendek dari umur aktiva dan
25
26
mengurangi laba kena pajak dan sebaliknya jika diperkirakan pada awal-
memberikan biaya yang lebih kecil (garis lurus) supaya biaya penyusutan
transaksi yang bukan objek pajak. Sebagai contoh: untuk jenis usaha
yang PPh Badannya dikenakan pajak secara final, maka efesiensi PPh
11. Mengoptimalkan kredit pajak yang di perkenankan, untuk ini wajib pajak
26
27
yang dapat diperoleh sebesar 70% dari nilai pajak yang dikreditkan
b. SPT rugi
27
28
berikut :
28
29
Contoh : Laba tahun 2009 besar, dan perkiraan laba tahun 2010 akan
Jika diketahui bahwa PKP (laba) perusahaan besar akan dikenakan tarif
yang dilakukan dalam tax planning adalah dengan memaksimalkan biaya fiskal.
dikurangkan dari penghasilan Bruto. Semakin besar biaya fiskal yang dapat
Dalam tax planning selain memaksimalkan fiskal, hal lain yang harus
akan lebih besar dan hal itu menyebabkan pajak terutang juga lebih besar.Oleh
29
30
karena itu, dalam melakukan tax planning kita harus mengetahui biaya
pengurang.
Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap, ditentukan berdasarkan
d) Biaya Perjalanan;
f) Premi asuransi;
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
Menteri Keuangan;
30
31
Indonesia;
komersial;
keuangan;
31
32
peraturan pemerintah;
bruto bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap, sesuaiUU PPh
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
a) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha
lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
piutang;
32
33
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi. Kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan didaerah tertentu dan yang
h. Pajak Penghasilan;
No. 36 Tahun 2008, membantu kita menciptakan peluang untuk melakukan tax
33
34
28 %
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat
(2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran
34
35
perpajakan sudah dapat diatasi. Hal ini berarti bahwa beberapa “loopholes”
diingat bahwa tidak ada satu pasal pun di dalam Undang-undang Perpajakan di
pajak untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar, seperti yang dikemukakan
beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian, orang
terhadapnya.
35
36
peraturan perpajakan.
yang ada.
pajak yang harus dibayar oleh perusahaan dapat sehemat mungkin untuk dapat
“Suatu cara yang dilakukan oleh wajib pajak dalam mengelakkan utang pajaknya
dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak
pertambahan nilainya, pajak penjualan atau dengan sengaja mengurangi jam
kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi
kecil dan terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar.”
Pajak adalah usaha legal yang dilakukan oleh wajib pajak untuk mengupayakan
36
37
1. Penyusutan
kecil.
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dapat
37
38
untuk keperluan pajak perlu diperhatikan dasar hukum penyusutan fiskal, karena
dilakukan secara individual per aktiva, tidak lagi secara gabungan seperti yang
berlaku sebelumnya kecuali untuk alat-alat kecil yang sejenis masih boleh
Dalam UU PPh pasal 11 ayat (6), semua aktiva tetap berwujud yang
2 golongan :
Tebel 2.9
Harta Berwujud
Tarif Penyusutan
Kelompok Harta Masa
Metode Garis Metode Saldo
Berwujud Manfaat
Lurus Menurun
I. Bukan
Bangunan 4 tahun 25%
50%
Kelompok 1 8 tahun 12,5%
Kelompok 2 16 tahun 6,25% 25%
Kelompok 3 20 tahun 5%
12,5%
Kelompok 4
10%
II. Bangunan 20 tahun 5%
Permanen 10 tahun 10%
Tidak
Permanen
(Sumber : UU No. 36 Tahun 2008)
38
39
perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus
Dalam PSAK penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap
untuk digunakan, yaitu pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi
yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud
a. Aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual atau aset
tersebut masuk dalam kelompok aset yang tidak dipergunakan lagi dan
a) Dilepaskan; dan
Oleh karena itu, penyusutan tidak berhenti pada saat aset tersebut tidak
39
40
menjadi nol bila tidak ada produksinya (PSAK : 16, Revisi 2007)
2.10Koreksi Fiskal
manfaat, dan umur, dalam menghitung laba secara komersial dengan secara
diperoleh Wajib Pajak ketika menghitung besarnya PPh terutang pada akhir
tahun”. Apabila koreksi fiskal tidak dilakukan oleh Wajib Pajak, perhitungan
Laba secara komersial akan sama dengan laba secara fiskal hanya
apabila semua unsur dalam perhitungan pajak telah dilakukan oleh Wajib Pajak
berdasarkan ketentuan perpajakan. Bagi Wajib Pajak, hal ini sangat sulit
pajak tidak akan sama, dan cenderung berkebalikan. Wajib pajak menghendaki
40
41
(SAK).
secara akuntansi komersial dengan akuntansi secara pajak, baik dalam rangka
Kena Pajak.
komersial dan secara fiskal adalah atas besarnya pajak terutang yang diakui
berupa:
a. Beda Tetap : terjadi apabila terdapat transaksi yang diakui oleh Wajib
41
42
yang dijadikan dasar perhitungan secara komersial dan secara fiskal akan dapat
yang berupa :
pengurangan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi secara
komersial menjadi semakin kecil apabila dilihat secara fiskal, atau yang
komersial menjadi semakin besar apabila dilihat secara fiskal, atau yang
atau equality. Prinsip keadilan atau equality adalah: “ Pemungutan pajak yang
dilakukan oleh negara harus seuai dengan kemampuan dan penghasilan Wajib
Pajak. Dalam hal ini, negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap Wajib
Pajak”.
42
43
BAB III
METODE PENELITIAN
ataukenyataan sosial.
Penelitian ini dilakukan pada PT. Semen Bosowa Maros yang bergerak
Oktober 2012.
43
44
Objek penelitian ini adalah Laporan Laba Rugi PT. Semen Bosowa Maros
1. Data Kualitatif, yaitu data yang berisi kondisi perusahaan seperti latar
2. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk dokumen, daftar atau angka-
ini.
44
45
yang dianggap mengetahui informasi yang dibutuhkan, dalam hal ini yang
a. Perencanaan Pajak ( X )
b. Pajak Penghasilan ( Y )
perpajakan.
45
46
yaitu untuk mengumpulkan data secara terencana. Dalam penelitian ini, penulis
kebutuhan data yang diperlukan untuk tujuan penulisan PT. Semen Bosowa
elektronik.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Bosowa Maros.
2010, laporan laba/rugi fiskal tahun 2010, neraca tahun 2010, daftar
dengan perpajakan.
46
47
peraturan perpajakan.
47
48
BAB IV
GAMBARAN UMUM
bidang pembuatan atau produksi semen yang didirikan dengan Akta Nomor 29
Januari 1991 dari Notaris Ny. Mestariany Habie, S.H., Notaris di Makassar.
Berita Acara Rapat yang diaktakan dengan Nomor 3 dari Uus Sumirat, S.H.,
Perubahan anggaran dasar ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum
Maret 2006.
Tanggal 6 April 1978. Latar belakang pilihan nama Bosowa yang berasal dari
singkatan Bone, Soppeng, Wajo adalah didasarkan pada latar belakang sejarah
Kerajaan Bugis yang dikenal dengan nama “Telle Poccoe” (tiga serangkai).
bersaudara, dan saling membantu dalam segala hal. Selain itu, ketiga kerajaan
48
49
bagus.
melimpah dan,
tinggi.
yang semakin meningkat khususnya di kawasan Indonesia Timur dan dunia pada
regional dan nasional dengan mmbangun pabrik semen baru yang didukung oleh
Investasi untuk proyek ini telah dilakukan sejak tahun 1990. Pabrik semen baru di
Makassar dan 10 km dari kota Maros. Areal konsesi meliputi 1.000 Ha untuk
49
50
1994 dari Gubernur KDH Tingkat I Sulawesi Selatan. Lokasi areal pertambangan
bahan baku semen (limestone)/batu gamping terletak pada kawasan seluas 750
II Maros.
perusahaan berkantor pusat di. Jl. Urip Sumohardjo No.188, PO. BOX 273,
memberikan peluang kerja yang cukup besar bagi pembangunan nasional pada
tenaga kerja sekitar 1.500 orang. Pada tanggal 31 Desember 2011 perusahaan
50
51
Pemasaran semen dilakukan di pasar dalam negeri sebesar 60% dan bila
kebutuhan semen dalam negeri telah terpenuhi, maka 40% untuk pasar ekspor.
Kapasitas produksi ini adalah 1,8 juta ton per tahun dan dapat dioptimalkan
Adapun visi dan misi PT Semen Bosowa Maros adalah sebagai berikut:
Visi: PT Semen Bosowa Maros yang tumbuh dan berkembang di era reformasi,
Misi: Memberikan produk yang berkualitas, Semen Portland Tipe I (jenis satu)
yang dibuat dengan pabrik teknologi canggih yang sesuai dengan standar mutu
internasional serta didukung oleh sumber daya manusia yang handal, ramah
masyarakat.
51
52
organisasi tersebut. Struktur organisasi yang baik merupakan salah satu syarat
ekonomi dan bersifat fleksibel sehingga bila ada perluasan keadaan, tidak akan
mengganggu susunan yang telah ada. Dalam hal ini struktur organisasi PT
1. President Director
2. Management Representative
52
53
3. Internal Audit
4. Vice President
Director.
5. Marketing Director
6. Finance Director
7. Administration Director
Purchasing Departement.
53
54
8. Teknical Directorat
54
55
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut tentang struktur
Gambar 4.4
Struktur Organisasi PT. Semen Bosowa Maros
Presiden Direktur
Departement Departement
Warehouse Accounting
Departement Departement
Administrasi Purchasing
55
56
BAB V
PEMBAHASAN
lain :
basis.
average.
perpetual.
penghasilan bunga /jasa giro, karena penghasilan bunga dikenai pajak final.
56
57
a. Biaya Makan/Minum
b. Transportasi Karyawan
c. Tunjangan Asuransi
57
58
pihak-pihak tertentu. Pemungutan PPh pasal 22 ada yang bersifat final dan tidak
final. Jika pemungutan PPh pasal 22 bersifat final, maka jumlah pajak yang telah
dibayar pada tahun berjalan tersebut dapat dikreditkan dari total PPh terutang
pada akhir tahun pada saat pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pihak yang dipungut PPh
yang bersifat final. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengoptimakan kredit
pajak adalah :
final.
4. Pastikan bahwa SSP atau bukti pungut telah dkreditkan dalam SPT
Tahunan.
a. Biaya Makanan/Minum
58
59
pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan
b. Transportasi Karyawan
59
60
menurut UU PPh No.36 Tahun 2008 pasal ayat (1) huruf a, dapat
gaji karyawan.
c. Tunjangan Asuransi
Pajak Nomor KEP- 57/PJ/2009 tentang Objek Pajak PPh pasal 21,
60
61
yang bersangkutan.
karyawan.
61
62
Perpajakan, yaitu metode garis lurus (straight line) dan metode saldo menurun
membantu dalam penyusunan laporan laba rugi fiskal karena tidak perlu
yang tentu saja pilihan masing-masing Wajib pajak dapat berbeda mengingat
metode ini akan berbeda kalau dinilai secara future value. Mana yang dipilih dari
dipihak lain dengan adanya laba tinggi itu maka PPh juga menjadi tinggi. Di akhir
metode garis lurus lebih rendah dibanding salado menurun, dalam arti metode
garis lurus menghasilkan laba yang lebih tinggi dibanding metode saldo menurun
62
63
serta akan menghasilkan PPh terutang yang lebih tinggi pula. Jadi, apabila dinilai
secara future value, penggunaan saldo menurun akan lebih menghemat PPh
terhutang.
5.2.3 Perbandingan Laba Rugi Fiskal Sebelum dan Setelah Tax Planning
Berikut adalah perbandingan laporan laba rugi fiskal sebelum tax planning
Tabel 5.2.3
PT. Semen Bosowa
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari – 31 Desember 2010
(dalam rupiah)
Beban Usaha
Beban Penjualan
63
64
64
65
Pendapatan/Beban Lain-Lain
Pendapatan Lain-Lain
Beban Lain-Lain
65
66
Beda Waktu
Beda Permanen
66
67
Rp 19.295.093,00
Rp 19.295.093,00
67
68
meniadakan fasilitas mobil dinas bagi direksi berdampak positif terhadap biaya
perusahaan. Dan temuan lainnya yang digunakan untuk menghemat pajak yaitu
biaya sebesar Rp. 700.000.000,00 yang berasal dari jamuan perusahaan pada
Selama tahun 2010, PT. Semen Bosowa Maros memiliki kewajiban PPh
perhitungan tahun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan SPT Tahunan 2010 yang
Tabel 5.2.4
Tinjauan Pembayaran Utang Pajak
PT. Semen Bosowa
(Sebelum Tax Planning)
Keterangan 2010
Penghasilan Kena Pajak Rp 54.762.506.112,00
PPh Terutang (25%) Rp 13.690.626.528,00
Kredit Pajak :
PPh Pasal 22 dan 25 Rp 1.871.526.601,00
PPh Terutang Tahun 2010 Rp 11.819.099.927,00
68
69
Tabel 5.2.5
Tinjauan Pembayaran Utang Pajak
PT. Semen Bosowa
(Setelah Tax Planning)
Keterangan 2010
Penghasilan Kena Pajak Rp 53.952.697.838,00
PPh Terutang (25%) Rp 13.488.174.460,00
Kredit Pajak :
PPh Pasal 22 dan 25 Rp 1.871.526.601,00
PPh Terutang Tahun 2010 Rp 11.616.647.859,00
69
70
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Penerapan tax planning yang dilakukan oleh PT. Semen Bosowa Maros
a. Biaya makan/minum
b. Transportasi karyawan
c. Tunjangan asuransi
Kemudian dapat pula dilihat dai hasil penerapan tax planning yang
meniadakan fasilitas mobil dinas bagi direksi berdampak positif terhadap biaya
70
71
37.795.186.993,00.
Begitu pula halnya dengan kredit pajak terhutang yang awalnya sebesar
202.452.068,00.
maka wajib pajak sudah memiliki kesadaran untuk membayar pajak sebesar
jumlah yang sudah direncanakan atau dengan kata lain wajib pajak badan akan
lebih patuh dalam melunasi ataupun membayar pajak tepat pada waktunya.
6.2 Saran
dan-data yang diperoleh dari perusahaan serta teori yang ada maka penulis
memberikan saran agar penerapan tax planning pada PT. Semen Bosowa Maros
71
72
maka tingkat kepatuhan wajib pajak pada PT. Semen Bosowa Maros menjadi
semakin baik.
72
73
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP – 51/PJ/2009 tentang Tata Cara
Pemberian dan Penetapan Besaran Kupon Makanan dan/atau Minuman
Bagi Pegawai. Kriteria dan Tata Cara Penetapan Daerah Tertentu dan
Batasan Mengenai Saran dan Fasilitas di Lokasi Kerja. Jakarta.
Http://www.klinikpajak.com
M Zain dan Diana Sari, 2006. Perpajakan Lanjutan. Salemba Empat, Jakarta.
Nur, Musdalifah 2008. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) dalam Upaya
Efisiensi Pembayaran Beban Pajak Penghasilan PT Makassar Indah
73
74
Resmi, Sitti. 2009. Perpajakan : Teori dan Kasus, Edisi 5 Buku 1. Salemba
Empat. Jakarta.
74
75
LAMPIRAN
75
76
76
77
77
78
BEBAN USAHA
Beban Penjualan Rp 111.164.802.235
Pengiriman Penjualan 32.359.882.951
Pengapalan 48.086.689.316
Pengepakan dan Pengelolaan Gudang 18.915.567.518
Promosi dan Humas Penjualan 8.773.670.270
Gaji, Upah dan Tunjangan Lainnya 1.748.181.637
Perjalanan Dinas 418.600.454
Kantor 614.489.404
Pendidikan, Pengembangan & Rekruitment 175.295.890
Lainnya 72.424.795
78
79
Beda Permanen:
Jamuan, Sumbangan dan Promosi 1.367.228.946
Pajak 448.696.468
Beban Handphone 44.122.339
Pemeliharaan 87.747.105
Jasa Giro (92.345.923)
Taksiran Laba (Rugi) Fiskal Rp 45.066.284.474
Laba Fiskal Setelah Pembulatan Rp 45.066.284.000
79
80
80