Pengaruh Penerapan Terapi Tawa
Pengaruh Penerapan Terapi Tawa
anggun.resdasari@gmail.com; harlina_nc@yahoo.com
Abstrak
Kesuksesan secara psikologis seperti merasakan kepuasan, kenyamanan dan kebahagiaan dalam bekerja
dibutuhkan oleh setiap pekerja, akan tetapi dalam kenyataan banyak pekerja yang mengalami stres kerja. Salah satunya
pegawai PT. Kereta Api bagian SDM DAOP IV Semarang yang memiliki tuntutan harus menangani masalah-masalah
pengembangan sistem dan tata kelola ketenagakerjaan di perusahaan. Penanganan stres dapat menggunakan terapi
tawa, yaitu metode terapi dengan humor dan tawa untuk membantu individu menyelesaikan masalah dan gangguan fisik
maupun mental. Sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, yang melibatkan 36 orang karyawan.
Analisis data penelitian menggunakan statistik nonparametrik Mann-Whitney U-Test. Terlihat bahwa nilai p
hitung berdasarkan statistik z adalah 0,000 yang lebih kecil dari taraf nyata (p<0,05). Hal ini menunjukkan data
posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki perbedaan yang signifikan, dengan demikian
hipotesis penelitian dapat diterima.
Kesuksesan dalam pekerjaan pasti dibutuhkan menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang tidak
oleh setiap pekerja, bukan hanya secara materi sesuai dengan tuntutan tersebut. Hal ini
ataupun hasil pekerjaan tetapi juga kesuksesan terutama disebabkan oleh benturan-benturan,
psikologis. Kesuksesan psikologis adalah ketegangan, tekanan atau penyesuaian dirinya
pekerja merasakan kepuasan, kenyamanan, yang kurang harmonis dengan lingkungan
dan kebahagiaan di dalam pekerjaan. Tetapi yang pada akhirnya menimbulkan stres dan
kenyataan yang dihadapi adalah banyak mempengaruhi efektivitas organisasi
pekerja yang berdasarkan berbagai macam (Setiawan, 2009).
hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja
mengalami stres kerja. Stres kerja dapat terjadi PT. Kereta Api Indonesia (KAI), menuntut
ketika individu-individu tersebut dituntut lebih karyawannya untuk mengutamakan pelayanan
banyak menciptakan keunggulan kompetitif dan keselamatan pada konsumen (Yuhans,
melalui peningkatan pengetahuan, 2010). Di sisi lain, kinerja karyawan PT. KAI
pengalaman, keahlian dan komitmen serta sering disorot karena dalam satu dekade
hubungan dengan rekan sekerja maupun pihak terakhir ini sering terjadi kecelakaan yang
lain di luar perusahaan (Stranks, 2005). merenggut nyawa manusia hingga ratusan
Namun dalam kenyataannya, seringkali jiwa.
dijumpai individu atau kelompok individu
Akar persoalan human factor tersebut adalah manajemen yang masih kurang terhadap beban
masalah sistem dan tata kelola ketenagakerjaan kerja dan hak-hak normatif karyawan PT KAI
di PT KAI yang masih amburadul (Yuhans, seperti masalah pembagian shift, tekanan
2010). Kondisi ini terlihat dari perhatian waktu, kesejahteraan pegawai, S teknologi dan
115
19 Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2, Oktober 2011
informasi yang masih terbatas seperti sistem 3. Lapis ketiga ~ Tertiary prevention,
informasi dan komunikasi untuk pegawai menangani dampak stres yang terlanjur ada,
kereta api front liner (masinis, PPKA, teknisi kalau diperlukan meminta bantuan jaringan
lokomotif dan gerbong, serta teknisi suportif dan terapis.
persinyalan dan emplasemen stasiun).
Masalah-masalah pengembangan sistem dan Penanganan stres yang akan diberikan adalah
tata kelola ketenagakerjaan tersebut merupakan pada Lapis ketiga ~ Tertiary prevention, yaitu
tugas kerja yang harus diselesaikan oleh strategi untuk menurunkan tingkat stress
pegawai bagian SDM. Beban atau tuntutan dengan menerapkan terapi tawa. Firmanto
pekerjaan yang tinggi pada pegawai bagian (2006), membuktikan bahwa terapi tawa
SDM PT. KAI itulah yang dapat menyebabkan efektif menurunkan stres keja pada Pegawai
stres kerja. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya di
Desa Kebon Agung Kecamatan Porong.
Tingkat stres kerja berlebihan dapat
berdampak negatif terhadap prestasi kerja Terapi Tawa merupakan metode terapi dengan
karyawan PT. KAI yang pada akhirnya dapat menggunakan humor dan tawa, yang
merugikan perusahaan. Apalagi jika stres kerja dikombinasikan dengan yoga dan meditasi,
tersebut berada dalam taraf tinggi tentu akan untuk membantu individu mengurangi
memberikan dampak negatif. gangguan fisik maupun gangguan mental.
Penggunaan tawa dalam terapi akan
Dampak negatif tersebut dapat berupa menghasilkan perasan lega pada individu
rendahnya tingkat produktivitas, minimnya karena tawa secara alami menghasilkan pereda
kreativitas, kurangnya motivasi, pengambilan stres dan rasa sakit (psikologizone, 2010).
keputusan yang tidak efektif, kualitas
komunikasi antar karyawan yang rendah, Stres Kerja
tingkat absensi atau ketidakhadiran pegawai
yang tinggi, bahkan munculnya tindakan Maramis (2004) menjelaskan bahwa stres
kekerasan dalam lingkungan kerja (Stranks, dapat didefinisikan sebagai semua jenis
2005). Untuk itu, agar pekerja bisa perubahan yang menyebabkan fisik, emosi atau
menemukan kebahagiaan dan kesuksesan di tekanan psikologis. Riggio (2003) mengatakan
dalam pekerjaannya yaitu dapat bahwa stres adalah suatu reaksi fisiologis
mengembangkan kondisi psikologisnya terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di
sehingga kinerjanya bisa optimal, maka lingkungan yang dirasakan mengancam.
pekerja perlu dibekali ketrampilan manajemen Reaksi fisiologis seperti meningkatnya kerja
stres (Mindtools, 2008). Secara umum, ada 3 jantung, tekanan darah dan meningkatnya
macam manajemen stres (Budiningwati & pengeluaran keringat dari tubuh. Reaksi
Meuraksa, 2010), yaitu: psikologis meliputi kecemasan, ketakutan,
1. Lapis pertama ~ primary prevention, yaitu frustrasi.
dengan mengubah atau melakukan
perbaikan manajemen diri. Dengan Aamodt (2004) menyebutkan stres kerja
memiliki ketrampilan yang relevan. sebagai reaksi psikologis dan fisik terhadap
Misalnya: manajemen waktu, ketrampilan kejadian-kejadian atau situasi-situasi (stressor)
mendelegasikan, ketrampilan yang berasal dari lingkungan kerja. Sedangkan
mengorganisasikan, menata. Stranks (2005) menjelaskan bahwa stres kerja
2. Lapis kedua ~ Secondary prevention, adalah keadaan psikologis yang dapat
menyiapkan diri menghadapi stressor, menyebabkan seseorang menjadi disfungsional
dengan cara exercise, diet, rekreasi, di dalam pekerjaan, merupakan respon
istirahat, meditasi, dan lain-lain. individu karena ketidakseimbangan antara
Prasetyo, Nurtjahjanti, Pengaruh Penerapan Terapi Tawa 20
terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja pada Pegawai Kereta Api
c. Hilangnya: kreatifitas, gairah dalam Individu yang sedang stres akan lebih
penampilan, minat terhadap orang lain. sensitif dibandingkan dengan yang tidak,
3. Gejala-gejala di tempat kerja, antara lain: seperti menyalahartikan suatu keadaan,
a. Kepuasan kerja rendah. pendapat dan penilaian, kritik, nasehat,
b. Kinerja yang menurun. bahkan perilaku orang lain sehingga
c. Semangat dan energi hilang. memunculkan depresi, kehilangan rasa
d. Komunikasi tidak lancar. percaya diri dan harga diri.
e. Pengambilan keputusan jelek.
f. Kreatifitas dan inovasi berkurang. Coping atau proses adaptasi terhadap stres
g. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak yang tepat akan membuat individu semakin
produktif. berkembang, merasa bahagia, dan merasa
aman sehingga kemungkinan mereka untuk
Gejala-gejala stres kerja selain itu dapat berupa bertahan di dalam pekerjaan semakin besar.
letih dan lelah, kecewa, perasaan tidak Jika potensi stres kerja tersebut tidak dicegah
berdaya, gangguan tidur, kegelisahan, atau segera ditangani maka akan berdampak
ketegangan, kecemasan, cepat marah, bagi keadaan psikologis, perilaku dan kognitif,
kehilangan rasa percaya diri, perasaan kesepian (Stranks, 2005).
atau keterasingan, makan terlalu sedikit,
mudah tersinggung, berdebar-debar dan sulit Dampak psikologis antara lain merasa
berkonsentrasi (Tarupolo, 2002). kelelahan, berkurangnya motivasi dan
kecemasan. Dampak perilaku akibat stres kerja
Dampak Stres Kerja seperti ketidakmampuan beradaptasi, hambatan
dalam hubungan dengan orang lain dan rekan
Menurut Jacinta (2002), stres kerja dapat juga kerja, lebih sering absen, merokok, makan
mengakibatkan hal-hal atau memiliki dampak yang berlebihan dan konsumsi alkohol.
sebagai berikut: Sedangkan dampak kognitif adalah pekerja
1. Dampak terhadap perusahaan yaitu menjadi kurang berkonsentrasi sehingga
a. Terjadinya kekacauan, hambatan baik memperbesar kemungkinan untuk melakukan
dalam manajemen maupun operasional kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan.
kerja Selain dampak-dampak yang dijelaskan diatas,
b. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja stres kerja bisa mengakibatkan beberapa
c. Menurunnya tingkat produktivitas penyakit fisik pada pekerja (Stranks, 2005).
d. Menurunkan pemasukan dan keuntungan Laporan dari The HSE (200, dalam Stranks,
perusahaan. 2005) yaitu Work Environment, Alcohol
2. Dampak terhadap individu. Consumption and Ill Health, The Whitehall II
a. Kesehatan Study CRR 422/2002 menjelaskan bahwa
Seperti penyakit jantung, gangguan situasi dan beban pekerjaan yang penuh
pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, tekanan akan menyebabkan penyakit jantung
dan beberapa penyakit lainnya. koroner.
b. Psikologis
Stres berkepanjangan akan menyebabkan Penanganan Stres Kerja
ketegangan dan kekuatiran yang terus
menerus yang disebut stres kronis. Stres Stranks (2005) menjelaskan ada beberapa
kronis bersifat menggerogoti dan strategi manajemen stres kerja. Strategi
menghancurkan tubuh, pikiran dan pertama, mengidentifikasi faktor-faktor
seluruh kehidupan penderita secara penyebab stres seperti budaya kerja, jadwal
perlahan-lahan. kerja, proses komunikasi, inkompetensi
c. Interaksi interpersonal manajer, dan lain-lain. penyebab stres kerja,
23 Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2, Oktober 2011
meskipun tidak lucu. Itu karena lingkaran yang ekspresi yang berkaitan dengan kesukacitaan
juga merupakan pusat emosi manusia itu dapat menghasilkan efek positif yang
terputus. Kalau salah satu bagian dari berdampak pada sistem saraf. Paul Ekman
lingkaran ini rusak, maka memori dapat hilang. (Terapi Tawa, 2010), peneliti utama dalam
Hal ini terjadi pada orang yang sudah pikun bidang ini, meyakini bahwa mekanika gerakan
(Terapi Tawa, 2010). otot-otot wajah sangat berkaitan dengan sistem
saraf otonom, yang mengatur denyut jantung,
Menurut Dr. Lee Berk (Terapi Tawa, 2010), pernapasan, dan fungsi-fungsi yang tidak bisa
seorang imunolog dari Loma Linda University dikendalikan secara sadar (Terapi Tawa,2010).
di California USA, tertawa bisa mengurangi
peredaran dua hormon dalam tubuh, yaitu Terapi Tawa merupakan metode terapi dengan
efinefrin dan kortisol (hormon yang menggunakan humor dan tawa dalam rangka
dikeluarkan ketika stres) yang dikeluarkan oleh membantu individu menyelesaikan masalah
hipotalamus. jika kedua hormon tersebut mereka, baik dalam bentuk gangguan fisik
dikeluarkan maka bisa menghalangi proses maupun gangguan mental. Penggunaan tawa
penyembuhan penyakit. Jadi dalam keadaan dalam terapi akan menghasilkan perasan lega
bahagia ataupun tertawa, maka hipotalamus pada individu. Ini disebabkan tawa secara
akan mengeluarkan hormon endorpine, yang alami menghasilkan pereda stres dan rasa sakit
berfungsi mengurangi rasa sakit dan (Terapi Tawa, 2010).
meningkatkan kekebalan tubuh.
Pemberian stimulasi humor dalam pelaksanaan
Zajonc (Terapi Tawa, 2010) menyatakan terapi diperlukan untuk membantu beberapa
bahwa terapi ini dapat digunakan untuk orang yang mengalami kesulitan memulai
membantu merawat pasien yang mengalami tertawa tanpa adanya alasan yang jelas.
gangguan psikosomatis dan kondisi-kondisi Stimulasi humor yang dimaksud dapat
negatif seperti depresi dan kecemasan. Jika diberikan dalam bentuk berbagai media, seperti
pasien yang cemas dan depresi dapat diajari VCD, notes, badut, dan komik. Apabila
untuk mengendalikan otot-otot wajah yang stimulasi humor tersebut diberikan sebagai
tepat sehingga terlihat bahagia, maka individu satu-satunya stimulus untuk menghasilkan
menyadari bahwa perasaan individu benar- tawa dalam setting terapi, maka terapi yang
benar berubah lebih baik, tanpa harus diberikan akan disebut sebagai terapi humor,
mengubah apapun. namun jika dikombinasikan dengan hal-hal
lain dalam rangka menciptakan tawa alami
Terapi tawa atau humor adalah cara alami (misalnya dengan yoga atau meditasi) akan
untuk menghadapi sakit mental dan perasaan disebut sebagai terapi tawa (Kataria, 2004).
tertekan. Meskipun cara ini tidak dijamin Jadi dalam pelaksanaannya, terapi tawa
berhasil untuk semua kasus, dan melibatkan proses humor, tawa, yoga tawa,
keberhasilannya tergantung pada seberapa relaksasi, dan meditasi.
lama gangguan itu telah dialami dan seberapa
besar, akan tetapi setidak-tidaknya tersenyum Terapi tawa modern terjadi sekitar tahun 1930-
akan membuat penderita lebih riang dan dan an. Beberapa rumah sakit mengundang badut
secara sementara terbebas dari masalah. untuk menghibur anak-anak penderita polio.
Tahun 1964, Norman Cousins menerbitkan
Hasil-hasil penelitian ilmiah terbaru Anatomy of an Illness (Terapi Tawa, 2010; &
memperlihatkan bahwa kebahagiaan bukan Muhammad, 2011) yang mendokumentasikan
hanya terletak dalam pikiran, tetapi terkandung kasus nyata tentang dampak positif
dalam otot-otot dan hormon. Tindakan penggunaan humor terhadap penyakit. Pada
menggerakkan otot-otot wajah membentuk waktu itu, Norman Cousins didiagnosa
25 Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2, Oktober 2011
11. Langkah Kesebelas: Tawa Ayunan. tertawa dan saling menuding dengan jari
Peserta berada dalam formasi melingkar telunjuk kepada kelompok yang
dan harus mendengar aba-aba tutor. dihadapannya. Gerakan ini sangat menarik
Kemudian peserta mundur dua meter para peserta karena mereka akan bisa
sambil tertawa, untuk memperbesar tertawa lepas. Setelah selesai tarik napas
lingkaran dan kembali maju sekaligus dalam dan pelan agar kembali segar dan
mengeluarkan ucapan, ae ae aeeeeeeee....... tenang.
Seluruh peserta mengangkat tangan dan 15. Langkah Kelimabelas: Tawa Memaafkan.
serempak tertawa lepas dan pada saat yang Perserta klub memegang cuping telinga
sama semua bertemu di tengah-tengah dan masing-masing sekaligus menyilangkan
melambaikan tangan masing-masing. lengan dan berlutut diikuti dengan tawa.
Tahap berikutnya, peserta kembali pada Muatan dari tawa ini adalah saling
posisi semula, dan melanjutkan gerakan memaafkan jika ada perselisihan. Setelah
maju ke tengah dan mengeluarkan ucapan, selesai tarik napas dalam dan pelan.
Aee..... Oooo.... Ee-Uu...... dan sekaligus 16. Langkah Keenambelas: Tawa Bertahap.
tertawa lepas dan serupa dilakukan bisa Di sini tutor menginstruksikan agar peserta
sampai emapat kali. Setelah selesai mendekatinya. Tutor mengajak peserta
kembali menarik napas dalam dan pelan. untuk tersenyum kemudian secara bertahap
12. Langkah Keduabelas: Tawa Singa. menjadi tertawa ringan, berlanjut menjadi
Ini merupakan tawa yang sangat tawa sedang dan terakhir menjadi tertawa
bermanfaat buat otot-otot wajah, lidah, dan lepas penuh semngat. Tawa ini dilakukan
memperkuat kerongkongan serta selama satu menit. Setelah selesai tarik
memperbaiki saluran dan kelenjar tiroid napas dalam pelan.
sekaligus peserta dapat menghilangkan rasa 17. Langkah Ketujuhbelas: Tawa dari Hati ke
malu dan takut. Dalam gerakan ini mulut Hati
dibuka lebar-lebar dan lidah dijulurkan ke Tawa ini merupakan sesi terakhir dari
luar semaksimal mungkin, mata dibuka tahapan terapi. Semua peserta terapi saling
lebar seperti melotot, seolah-olah seperti berpegangan tangan sambil berdekatan
singa mau mencakar mangsanya. Pada saat sekaligus bersama-sama tertawa dengan
itula peserta tertawa dari perut. Setelah saling bertatapan dengan perasaan lega.
selesai lakukan kembali gerakan menarik Peserta juga bisa saling bersalaman atau
napas secara dalam dan pelan. berpelukan sehingga terjalin rasa
13. Langkah Ketigabelas: Tawa Ponsel. keakraban yang mendalam.
Peserta dibagi dalam dua kelompok yang
saling berhadapan dan masing-masing Hipotesis
seolah-olah memegang handphone. Tutor
meminta peserta saling menyeberang Hipotesis yang diajukan adalah adanya
sambil memegang handphone. Pada saat penurunan tingkat stres kerja pegawai Kereta
itulah peserta tertawa sambil saling Api DAOP IV semarang, setelah diberi
berpandangan dan setelah itu kembali lagi perlakuan terapi tawa.
ke posisi semula. Setelah selesai tarik
napas dalam dan pelan. METODE
14. Langkah Keempatbelas: Tawa Bantahan.
Anggota kelompok dibagi dalam dua Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
bagian yang bersaing dengan dibatasi jarak. penerapan terapi tawa. Sedangkan variabel
Biasanya mereka dibagi dengan kelompok tergantung dalam penelitian ini adalah stres
pria dan wanita. Dalam kelompok itu kerja.
mereka saling berpandangan sekaligus
29 Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2, Oktober 2011
Penelitian ini menggunakan 36 orang yang terganggu,letih yang tak beralasan, sakit
terbagi atas kelompok eksperimen dan kepala, gelisah.
kelompok kontrol yang berjumlah sama. Gejala perilaku: yaitu gejala stres dalam wujud
Penentuan subjek penelitian menggunakan perilaku yang mencakup: perasaan negatif,
sampling jenuh. Untuk menyamakan kesulitan dalam berkonsentrasi, sulit berfikir
karakteristik kelompok eksperimen dan jernih, sukar membuat keputusan,
kelompok kontrol menggunakan dasar bahwa berkurangnya kreatifitas, berkurangnya gairah
subjek berasal dari divisi yang memiliki beban dalam penampilan, kepuasan kerja minat
kerja sama. terhadap orang lain, kepuasan kerja rendah,
kinerja yang menurun, semangat dan energi
Alat ukur yang digunakan adalah skala stres hilang, dan komunikasi tidak lancar.
kerja berdasarkan indikator-indikator atau
gejala- gejala stres sebagai berikut: Perlakuan yang diberikan berupa terapi tawa
Gejala fisik: yaitu gejala stres yang dialami dengan tutor yang berkompeten di bidangnya
oleh pekerja yang berdampak pada fisik berupa dengan dibantu asisten yang telah dilatih
otot tegang, nafas menjadi lebih cepat, merasa sebelumnya.
panas, nafsu makan dan pencernaan
Uji coba skala stres kerja adalah dengan Teknik statistik yang digunakan dalam
menggunakan uji coba terpakai. Skala stres penelitian ini statistik nonparametrik, yaitu
kerja yang sudah diujicobakan tersebut Mann-Whitney U-Test. Perhitungan U-Test
kemudian dilakukan pengukuran dengan dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi
menggunakan pendekatan alpha cronbach. 16.00, yaitu dengan membandingkan (1) nilai
Item-item yang dipilih untuk dipergunakan pretest antara kelompok eksperimen dan
sebagai ala ukur pretes dan postes adalah yang kontrol, dan (2) nilai posttest antara kelompok
memiliki koefisien daya beda minimal 0,28. eksperimen dan kontrol.
Dari 40 item berdasarkan hasil seleksi daya
beda item menunjukkan ada 12 item yang Perhitungan U-Test pada data posttest antara
gugur. kelompok eksperimen dan kelompok, terlihat
bahwa nilai p hitung berdasarkan statistik z
adalah 0,000. Nilai p hitung lebih kecil dari
taraf nyata (p) sebesar 0,05 hipotesis penelitian
dapat diterima yaitu ada pengaruh penerapan
terapi tawa terhadap penurunan stres kerja.
Tabel 1.2 . Tabulasi data pretest dan posttest kelompok kontrol dan eksperimen
60 42 61 61
71 46 54 56
50 40 88 85
60 39 85 86
55 51 81 84
68 47 67 71
64 56 73 75
64 38 52 56
46 59 76 74
79 55 53 55
51 47 57 60
Test Statisticsb
pretest posttest
Mann-Whitney U 155.000 40.500
Wilcoxon W 326.000 211.500
Z -.222 -3.849
Asymp. Sig. (2-tailed) .825 .000
a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .839 .000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
dan kesediaan subyek penelitian dalam
menerapkan terapi tawa. Terapi tawa juga
KESIMPULAN DAN SARAN akan lebih efektif memberikan manfaat jika
diterapkan sebagai program yang kontinu.
Simpulan
Saran
Berdasarkan hasil analisis data peneliti dan
evaluasi pelaksanaan terapi tawa, dapat Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan
disimpulkan bahwa terapi tawa dapat penelitian, maka saran yang diajukan adalah
diberikan untuk menurunkan stres kerja yang sebagai berikut:
dialami oleh pegawai PT. KAI. Penurunan
stres kerja tersebut dipengaruhi oleh komitmen 1. Subyek penelitian
31 Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2, Oktober 2011
Mindtools. (2008). Career Skills and Setiawan, Imam. (2009). Analisis Pengaruh
workplace happiness. Retrieved from Faktor-Faktor Pemicu Stres (Stressors)
www.mindtools.com/whitepapers/JobH Terhadap Stres Kerja Internal Auditor
appiness-MindToolsWhitePaper. PT Bank Negara Indonesia
(PERSERO) TBK. Tesis. Tidak
Muhammad, A. (2011). Tertawalah biar diterbitkan. Semarang: Program
Sehat. Jakarta: Diva Press. Magister Akuntansi Program
Pascasarjana Univesitas Diponegoro.
Pasiak, T. 2004. Membangunkan raksasa tidur
optimalkan kemampuan otak anda Stranks, J. (2005). Stress at work, management
dengan metode alissa. Jakarta: and prevention. Elsevier: Burlington.
Gramedia.
Suprihanto, J. M. Agung, T.H, Prakoso H, H.
Plutchik, R. (2002). Emotions and Life 2003. Perilaku organisasional.
perspective from psychology, biology, Yogyakarta : STIE YKPN Yayasan
and evolution. Washington, DC:
Keluarga Pahlawan Negara
American Psychological Association.
Tarupolo, B. (2002). Warta Kesehatan Kerja
Psikologizone. (2010). Terapi tawa hilangkan Media Komunikasi Kesehatan Kerja
stres cegah penyakit. Diunduh dari edisi 2.
http://www.psikologizone.com/terapi-
tertawa-hilangkan-stres-cegah- Terapi Tawa. (2010). Terapi Tawa. Diunduh
penyakit. dari http://www.holistic-
online.com/Humor_Therapy/humor_th
Retnaningtyas, D. (2005). Hubungan antara erapy_introduction.htm.
stres kerja Dengan produktivitas kerja
di bagian linting rokok PT Gentong Yuhans. 2010. Beban kerja Pegawai Front
Gotri Semarang. Skripsi. Tidak Liner Kereta Api. Diunduh pada
Diterbitkan. Semarang: Ilmu Kesehatan tanggal 11 Maret 2011 dari
Masyarakat S1, Fakultas Ilmu http://fpks.or.id/2010/10/beban-kerja-
Keolahragaan Universitas Negeri front-liner-kereta-api/.
Semarang.