Anda di halaman 1dari 13

NAMA :SUCI INDRAYANI

NIM :1814201038

TUGAS ASKEP DM PADA ANAK

 I.     PENGERTIAN DM

 Menurut American Diabetes Association (ADA) 2002, diabetes melitus merupakan suatu kelompok


penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan
pembuluh darah. Penyakit diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik
progresif, dengan gejala hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan kerja
insulin, atau keduanya (Darmono, 2007).

 II.     KLASIFIKASI DIABETES MELITUS

Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :

1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)

2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya

4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

Menurut ADA (American Diabetes Association) tahun 2002 diabetes melitus dibagi menjadi  :

I. Diabetes Melitus Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut,
baik melalui proses imunologik atau idiopatik.
II. Diabetes Melitus Tipe 2 Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
III. Diabetes Melitus Tipe Lain
a) Defek genetik fungsi sel beta kromosom 12, kromosom 7, kromosom 20, deoxyribonucleid
acid (DNA) Mitokondria.
b) Defek genetik kerja insulin Resistance insulin type A, leprechaunism,  sindrom Rabson-
Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya.
c) Penyakit Eksokrin Pankreas Pankreatitis, trauma/pankreatektomi, Neoplasma, Cystic fibrosis,
hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus.
d) Endokrinopati Akromegali, sindroma cushing, feokromositoma, hipertiroidisme,
somatostatinoma, aldosteronoma.
e) Karena Obat/Zat kimia Vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, tiazid,
dilantin, interferon alfa, diazoxide, agonis β-adrenergic.
f) Infeksi Rubella kongenital dan cytomegalovirus (CMV).
g) Imunologi (jarang) antibodi anti reseptor insulin, sindrom ”Stiff-man”.
h) Sindroma genetik lain Sindrom Down, Klinefelter, Turner, Huntington, Chorea, Sindrom Prader
Willi, ataksia friedreich’s, sindrom laurence-Moon-Biedl.

 III.            ETIOLOGI

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering terjadi pada usia sebelum 15 tahun. Biasanya juga
disebut Juvenille Diabetes ( DM Tipe I ), gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia
(meningkatnya kadar glukosa darah plasma >200mg/dl). Etiologi DM tipe I adalah sebagai berikut :

1.      Faktor genetic

Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Brunner & Suddart,
2002). Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi
atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)  tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya. Resiko
terjadinya diabetes tipe 1 meningkat 3 hingga 5 kali lipat pada individu yang memiliki salah satu dari
kedua tipe HLA (DR3 atau DR4).

Diabetes melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan yang diturunkan secara resesif, dengan
kekerapan gen kira-kira 0,30 dan penetrasi umur kira-kira 70% untuk laki-laki dan 90% untuk wanita.

2.      Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi
virus (dari lingkungan). Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel.
Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam
sel beta.

Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau langerhans pankreas, yang membuat
kehilangan produksi insulin.

3.      Faktor imunologi

Respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas.

 IV.            PATOFISIOLOGI

Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang retroperitoneal.
Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput
pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang
lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada dileher pankreas
bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua
jaringan utama yaitu :

1)        Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.

2)        Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun sebaliknya
mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.

Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya berdiameter
0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler.

Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta. Sel beta yang
mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau dan mensekresikan
insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi
antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer yang juga
kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam
ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B,
kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran.
Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin
ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta kapiler 
berdekatan dan endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah (Ganong, 1995). Sel alfa yang
mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari
seluruh sel mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000)

Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon yang
disekresikan oleh sel – sel dipulau langerhans.  Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai
hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan
glukosa darah yaitu glukagon.

  V.            MANIFESTASI KLINIS

Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak ( diabetes melitus juvenil)
mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat, tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil.
Penderita biasanya datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas penyandang
DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:

 Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).


 Poliuria
 Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe 1 pada anak.
 Polidipsia
 Poliphagia
 Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
 Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
 Ketonemia dan ketonuria
 Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat katabolisme abnormal
lemak sebagai sumber energy. Ini dapat mengakibatkan asidosis dan koma.
 Mata kabur
 Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan
karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukan katarak.
 Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton, nyeri atau kekakuan
abdomen dan gangguan kesadaran ( koma )

Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:

1.         Fase Inisial

Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase ini sering didahului oleh infeksi,
goncangan emosi maupun trauma fisik.

2.         Fase Penyembuhan

Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit ini telah teratasi dan sudah
terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.

3.         Fase Remisi (Honeymoon period)

Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan insulin menurun sehingga dapat
terjadi hipoglikemia bila insulin tidak disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih
menyebabkan hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan. Pada fase ini perlu observasi dan
pemeriksaan urin reduksi secara teratur untuk memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung
selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada penyandang DM atau
orangtua bahwa fase ini bukan berarti penyembuhan penyakitnya.

4.         Fase Intensifikasi

Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini terjadi kekurangan insulin endogen

 VI.            KOMPLIKASI

Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang menyerang beberapa organ dan yang
lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu alat saja, tetapi berbagai organ secara
bersamaan. Komplikasi ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart, 2006):

A.    Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :

1.      Hipoglikemia

Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda
rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa
darah kurang dari  80 mg/dl. Hipoglikemi sering membuat anak emosional, mudah marah, lelah, keringat
dingin, pingsan, dan kerusakan sel permanen sehingga mengganggu fungsi organ dan proses tumbuh
kembang anak. Hipoglikemik disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu
tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.

2.      Koma Diabetik

Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600
mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah:

o Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar)
o Minum banyak, kencing banyak
o Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta berbau
aseton
o Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik harus
segara dibawa ke rumah sakit

B.     Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi setelah tahun ke-5) berupa :

1.      Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik dijumpai pada 1 diantara 3


penderita DM tipe-1.

2.      Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.

Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988 ) :

o Gangguan pertumbuhan dan pubertas


o Katarak
o Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
o Hepatomegali

VII.            PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.       Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa

1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

b.      Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok

c.       Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

d.       Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l


e.       Elektrolit :

 Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun


 Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
 Fosfor : lebih sering menurun

f.       Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis
metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

g.      Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan


respon terhadap stress atau infeksi.

h.       Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)

i.         Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal sampai
tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .
( autoantibody)

j.        Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.

k.      Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.

VIII.            PENATALAKSANAAN MEDIS

Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan/mengurangi keluhan/gejala


DM. Sedangkan untuk tujuan  jangka panjangnya adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut
dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah
tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan
mengajarkan kegiatan mandiri.Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang
mayoritas diderita anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak insulin. Terapi DM tipe 1 lebih
tertuju pada pemberian injeksi insulin.

Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :

1.      Fase akut/ketoasidosis

2.      Fase subakut/ transisi

3.      Fase pemeliharaan

Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam penatalaksanaan
penyandang DM tipe 1, diantaranya :

1.      Bebas dari gejala penyakit


2.      Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya

3.      Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya

Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya, yaitu diusahakan supaya anak-
anak :

1.Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal


2.Mengalami perkembangan emosional yang normal
3.Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah serendah
mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia
4.Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi dalam
kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5.Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun oleh
lingkungan
6.Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk mengurus
dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya

 Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai penyakit dan
diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut:

a.      Pemberian insulin

Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat memproduksi hormon insulin.
Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang
tinggi. Tujuan terapi insulin ini terutama untuk :

1.      Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati normal.

2.      Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.

Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :

a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)


dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan
diet (perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif
maksimal.

Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa terutama bersumber dari karbohidrat
walaupun protein dan lemak juga bisa menaikan glukosa. Secara terus menerus pankreas melepaskan
insulin pada saat makan atau tidak. Setelah makan, kadar insulin meningkat dan membantu
penimbunan glukosa di hati. Pada saat tidak makan, insulin turun. Maka hati akan memecah glikogen
menjadi glukosa dan masuk ke darah sehingga glukosa darah dipertahankan tetap dalam kadar yang
normal.

Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan sehingga insulin tidak bisa diberikan
melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan, bisa suntikan di
bawah kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau suntukan ke dalam
pembuluh vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus dengan pompa (insulin
pump/CSII) atau sistem tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin medijector).

Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja insulin tersebut, yakni :

1.      Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)

2.      Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)

3.      Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)

4.      Mixed Insulin

5.      Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)

6.      Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)

b.      Perencanaan Makanan.

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat,
protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :

1) Karbohidrat sebanyak                  60 – 70 %

2) Protein sebanyak                          10 – 15 %

3) Lemak sebanyak                           20 – 25 %

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani.
Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal =
(TB-100)-10%, sehingga didapatkan =

1)      Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal

2)      Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal

3)      Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal

4)      Gemuk = > 120% dari BB Ideal.


Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal yaitu untuk laki-laki 30
kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30%
untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk
menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan.

Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi
yaitu :

1) Makanan pagi sebanyak   20%

2) Makanan siang sebanyak 30%

3) Makanan sore sebanyak    25%

4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.

c.       Latihan Jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.

Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang berjalan
cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.

d.      Edukasi

                    Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien
akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan
psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan
diabetes

IX.            ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN

1.      Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,dll.

2.      Riwayat Keperawatan

a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit sekarang.
c. Riwayat penyakit dahulu.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
3.      Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas / istrahat.
b. Sirkulasi
c. Pernapasan
d. Neurosensori
e. Nyeri / Kenyamanan
f. Keamanan
g. Eliminasi
h. Integritas Ego
i. Makanan / Cairan

4.      Psikososial

Dapat menyelesaikan tugas – tugasnya sampai menghasilkan sesuatu

Belajar bersaing dan koperatif dengan orang lain

5.      Pemeriksaan Diagnostik

a. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.


b. Aseton plasma : positif secara menyolok.
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari
330 m osm/l.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1        Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis meningkat, hiperglikemia, diare, muntah,


poliuria, evaporasi.

2        Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral
: anoreksia, mual, muntah, abnominal pain, gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan
hormone stress, epinefrin, cortisol, GH atau karena proses luka.

3         Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka ( trauma ).

4        Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan dengan perubahan fungsi fisiologis
akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin atau karena ketidakseimbangan elektrolit.
5        Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi, perubahan kimia darah,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, infeksi, hipermetabolik.

6        Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).

7        Defisit perawatan diri  berhubungan dengan kelemahan.

8        Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kesalahan interprestasi (Doengoes, 2001)

C.     PERENCANAAN

1)      Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis meningkat, hiperglikemia, diare, muntah,


poliuria, evaporasi.

Intervensi :

·         Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik

·         Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul

·         Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas

2)      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia,
mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.

Intervensi :

·         Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.

·         Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.

·         Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan
yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.

·         Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika
pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.

3)      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka ( trauma )

Intervensi :

·         Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.

·         Kaji tanda vital

·         Kaji adanya nyeri


·         Lakukan perawatan luka

·         Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.

·         Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

4)      Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan sirkulasi

Intervensi :

·         Kaji keadaan kulit yangrusak

·         Kaji keadaan kulit yangrusak

·         Bersihkan luka dengan teknik septic dan antiseptic

5)      Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan dengan perubahan fungsi fisiologis
akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin atau karena ketidakseimbangan elektrolit.

 Intervensi :

·         Kaji derajat dan tipe kerusakan

·         Latih klien untuk membaca.

·         Orientasi klien dengan lingkungan.

·         Gunakan alat bantu penglihatan.

6)      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi, perubahan kimia darah,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, infeksi, hipermetabolik.

              Intervensi :

·         Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktivitas

·         Berikan aktivitas alternative

·         Pantau tanda tanda vital

7)      Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).

 Intervensi :

·         Kaji tingkat nyeri

·         Observasi tanda-tanda vital

·         Ajarkan klien tekhnik relaksasi


8)      Defisit perawatan diri  berhubungan dengan kelemahan.

Intervensi :

·      Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan rawat diri

·      Berikan aktivitas secara bertahap

9)      Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kesalahan interprestasi

Intervensi :

·           Pilih berbagai strategi belajar

·           Diskusikan tentang rencana diet

·           Diskusikan tentang faktor-faktor yang memegang peranan dalam kontrol DM

D.    IMPLEMENTASI

Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi. Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan
secara mandiri maupun kolaborasi dan rujukan.

E.     EVALUASI

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan
keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :

a. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.


b. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-
tanda malnutrisi.
c. Infeksi tidak terjadi
d. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
e. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai