NIM :1814201038
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Faktor Predisposisi
Menurut Abdoerrachman,dkk (1985:736) bahwa faktor-faktor predisposisi yang
berpengaruh pada timbulnya demam rematik terdapat pada individu dan
lingkungan tempat tinggal individu tersebut. Faktor-faktor pada individu:
1. Faktor Genetik.
2. Jenis kelamin.
3. Golongan etnik dan ras.
4. Umur.
5. Keadaan gizi.
6. Reaksi autoimun.
D. Patofisiologi
7. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas adalah fase akut dan kronik
dengan karditis.
E. Komplikasi
1. Karditis
2. Penyakit jantung reumatik
3. Gagal jantung (CHF)
F. Manifestasi Klinis
Stadium I
Stadium ini berupa infeksi saluran nafas bagian atas oleh kuman-Beta-
Streptococcus hemolyticus grup A. Seperti infeksi saluran nafas pada umumnya,
keluhan biasanya demam, batuk, rasa sakit saat menelan, tidak jarang disertai
muntah dan bahkan pada anak kecil dapat terjadi diare. Pada pemeriksaan fisis
sering didapatkan eksudat di tonsil yang menyertai tanda-tanda peradangan
lainnya. Kelenjar getah bening submandibular seringkali membesar. Infeksi ini
biasanya berlangsung 2-4 hari dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Para
peneliti, mencatat 50-90% riwayat infeksi saluran nafas bagian atas pada
penderita demam rematik/ penyakit jantung rematik, yang biasanya terjadi 10-14
hari sebelum manifestasi pertama demam reumatik/penyakit jantung reumatik.
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi Streptococcus
dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1-3
minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbula-bulan
kemudian.
Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat
timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik atau penyakit jantung
reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan
umum dan manifestasi spesifik demam reumati/penyakit jantung reumatik.
Biasanya penderia mengalami demam yang tidak tinggi tanpa pola tertentu. Anak
menjadi lesu, anoreksia, lekas tersinggung dan berat badan tampak menurun.
Anak kelihatan pucat karena anemia akibat tertekannya entropoesis,
bertambahnya volume plasma serta memendeknya umur eritrosit. Dapat pula
terjadi epitaksis dan bila banyak dapat menambah berat derajat anemia.
Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa
kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup
tidak menunjukkan gejala apa-apa. Pada penderita penyakit jantung reumatik
dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis
serta beratnya kelainan. Pada fase ini baik penderita demam reumatik maupun
penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi
penyakitnya.
G. Pemeriksaan Diagnostik
H. Penatalaksanaan Perawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit
b. Monitor komplikasi jantung (CHF dan arrhythmia)
c. Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama
derap diastole.
d. Vital Sign.
e. Kaji nyeri.
f. Kaji adanya peradangan sendi.
g. Kaji adanya lesi pada kulit.
h. Status nutrisi
i. Toleransi terhadap aktivitas dan sikap klien terhadap
pembatasan aktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri b.d respon inflamasi pada sendi (poliarthritis).
b. Penurunan Curah Jantung b.d stenosis katub.
c. Intoleransi aktivitas b.d penurunan cardiac output,
ketidakseimbangan suplai O2 dan kebutuhan.
d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,
mual, muntah, rasa sakit waktu menelan dan peradangan pada
tonsil disertai eksudat.
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi