Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

ANAK A DENGAN EPISPADIA POST OPERASI URETRA

OLEH

Reisti Aan Savitri

04064822124007

PEMBIMBING

Antarini Inriansari, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An

NIP. 198104182006042003

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021

Skenario Anak Epispadia

Seorang anak A laki-laki berusia 3 tahun tanggal 28 Maret 2021 datang ke RSMH bersama
dengan ibu nya bernama A yang berasal dari desa terpencil bernama desa Mawar. Anak A datang
dengan keluhan ketika anak A buang air kecil, pancaran urin tidak keluar dari ujung penis
melainkan dari atas namun tidak terasa nyeri. Hal ini diketahui ketika di desa tersebut
kedatangan perawat untuk melaksanakan pengabdian masyarakat yaitu sunat gratis. Saat
dilakukan pemeriksaan perawat mengatakan lubang uretra anak A mengalami kelainan
kongenital yaitu lubang uretra berada di bagian atas punggung penis. Diketahui ayah dari anak A
sudah meninggal sebelum anak A lahir, anak A hanya tinggal bersama Ibunya yang hanya
lulusan SD. Dilakukan pengkajian pada Ibu A yang berusia 25 tahun dan bekerja sebagai petani.
Ibu A mengatakan saat hamil tidak nafsu makan dan mengalami mual mutah. Ibu A mengatakan
tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan karena tinggal di desa terpencil.
Ibu A mengatakan melakukan persalinan normal di bantu oleh dukun beranak di desanya dengan
presentasi kepala. Ibu A mengatakan adik laki-lakinya juga memiliki lubang uretra yang berada
pada bagian atas penis, sehingga ibu A menganggap hal yang terjadi pada anaknya adalah hal
yang normal.

Dilakukan pengkajian pada anak A tanggal 28 Maret 2021, TB 120 cm, BB 30 kg, lubang
uretra berada di bagian atas penis, warna urin kuning jernih tidak ada darah, tidak nyeri dan tidak
demam. Anak A di diagnosa epispadia. Pada tanggal 30 Maret 2021 anak A dilakukan operasi
pembedahan untuk membuat saluran uretra ke ujung penis dengan hasil pemeriksaan TTV, TD
110/70 mmHg, HR 80 x/menit, suhu 37°C, RR 18 x/menit.

Pada tanggal 31 Maret 2021 pukul 09.00 perawat melakukan pengkajian, anak A tampak
lemah, diketahui pasien mengeluhkan nyeri pada area operasi, nyeri skala 6 nyeri sambil
memegangi selimutnya takut kalau tubuhnya disentuh semakin bertambah ketika akan bergerak,
nyeri seperti di remas-remas, rasa nyeri menetap dan menjalar sampai ke area perut dan paha.
Anak A tampak meringis dan gelisah serta tidak nafsu makan dan minum karena nyeri yang di
rasakan. Anak A terpasang kateter dan seharian hanya berada di tempat tidur, anak A hanya
menghabiskan makan setengah porsi dan minum hanya 5 gelas/ hari. Ditemikan adnaya dstensi
kandung kemih. Didapatkan TTV, TD 120/80 mmHg, HR 90 x/menit, RR 18x/menit, suhu 38°C.
Anak A mengatakan ingin kembali bermain bersama teman-temannya lagi di desanya.
LAPORAN KASUS ANAK A DENGAN EPISPADIA

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien
Inisial pasien : Anak A
Usia : 3 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Dianosa medis : Epispadia
Operasi : Post operasi uretra
Tanggal masuk rumah sakit : 28 Maret 2021
Tanggal pengkajian : 31 Maret 2021
Nama Ayah/Ibu : Ayah A/Ibu A
Pendidikan Ayah/Ibu : SD/SD
Alamat : Desa Mawar

2. Keluhan Utama
Anak A tampak lemah, anak A mengeluh nyeri pada area operasi, nyeri skala 6
sambil memegangi selimutnya takut kalau tubuhnya disentuh, nyeri semakin bertambah
ketika akan bergerak, nyeri seperti di remas-remas, rasa nyeri menetap dan menjalar
sampai ke area perut dan paha. Anak A tampak meringis dan gelisah serta tidak nafsu
makan dan minum karena nyeri yang di rasakan. Anak A terpasang kateter dan seharian
hanya berada di tempat tidur, anak A hanya menghabiskan makan setengah porsi dan
minum hanya 5 gelas/ hari.
P: Anak A mengatakan nyeri akan bertambah ketika bergerak
Q: Anak A mengatakan nyeri seperti diremas-remas
R: Anak A mengatakan nyeri pada area operasi dan menjalar sampai ke area perut dan
paha
S: Anak A mengatakan skala nyeri 6
T: Anak A mengatakan rasa nyeri menetap

3. Riwayat Kehamilan
a. Prenatal : Ibu anak A mengatakan saat hamil mengalami mual dan muntah. Ibu A
mengatakan tidak pernah memeriksakan kehamilaknnya ke tenaga kesehatan
karena tingal di desa terpencil. Ibu A tidak memiliki riwayat trauma, tidak
mengonsumsi vitamin dan zat besi. Ibu A mengonsumsi makanan yang tersedia di
kebunnya.
b. Intranatal: Ibu anak A mengatakan persalinan dilakukan di rumahnya sedniri
dibantu oleh dukun beranak, persalinan dilakukan secara pervegina dengan
presentasi kepala, tidak ada penyulit selama persalinan.
c. Postnatal : Ibu anak A mengatakan tidak ada keluhan setelah melahirkan. Anak A
belum diberikan imuniasi

4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


a. Riwayat yang pernah diderita :
Ibu anak A mengatakan anak A tidak pernah sakit sebelumnya, hanya sakit ringan
seperti demam.
b. Riwayat dirawat di RS :
Ibu anak A mengatakan anak A tidak pernah dirawat dirumah sakit sebeumnya.
c. Obat-obatan yang digunakan :
Ttidak ada
d. Riwayat operasi :
Tidak ada riwayat operasi
e. Riwayat alergi :
Tidak ada riwayat alergi
f. Riwayat imunisasi :
Ibu anak A mengatakan anak A belum diimunisasi.
g. Lain lain

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu A mengatakan adik laki-lakinya juga memiliki lubang uretra yang berada pada bagian
atas penis, sehingga ibu A menganggap hal yang terjadi pada anaknya adalah hal yang
normal. Suami ibu A sudah meninggal dunia sebelum anak A lahir. Ibu A hanya tinggal
berdua dengan anaknya.

6. Genogram

X X

ANAK A

: perempuan

: laki-laki
: meninggal
X
: tinggal serumah
7. Riwayat Sosial
Anak A tinggal bersama Ibu nya, anak A belum bersekolah. Anak A senang bermain
dengan teman sebayanya, biasanya anak A bermain bola kaki dan kejar-kejaran. Anak A
pandai menyebutkan angka 1-5, menyebutkan huruf alfabet A-J, anak A mengatakan
ingin cepat sembuh dan bermain bersama teman-temannya lagi.

8. Kebutuhan Dasar
Makan Minum Tidur Eliminasi Aktivitas
Sebelum Sebelum sakit Minum 8 Sebelum Anak A BAK Anak A
sakit anak A gelas sakit, anak 4-5x sehari. belum
menghabiskan 1 sehari, 250 A tidur Tidak terasa bersekolah
porsi piring CC malam nyeri namun suka
makan selama 8 pancaran urin bermain
jam sehari keluar dari bola kaki
bagian atas dan kejar-
penis. kejaran
BAB 1-2x bersama
sehari teman-
teman
tsebaya di
desanya.
Saat Setelah di Minum 5 Setelah Setelah Hanya
sakit lakukan operasi gelas dioperasi operasi, anak ditempat
anak A tidak sehari, total anak A A terpasang tidur
nafsu makan dna 150 CC mengalami kateter untuk
hanya kesulitan mengeluarkan
menghabiskan tidur karena urin. Volume
setengah porsi nyeri, anak urin yang di
piring makan A merasa keluarkan
yang di antarkan gelisah 300 CC,
oleh perawat. warna urin
kuning pekat,
tidak ada
darah.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Kesadaran komposmentis pasien tampak lemah, meringis,
mengeluh nyeri pada area operasi sambil memegangi selimutnya takut kalau
tubuhnya disentuh.
b. Lingkar kepala : tidak terkaji
c. Tanda vital :
- TD : 120/80 mmhg
- HR : 90 x/menit
- RR : 18 x/menit
- Suhu : 38 °C

d. Mata :
Inspeksi : Mata bersih, mata kanan dan kiri simetris konjungtiva
tidak anemis, tidak ada edema pada palpebra, tidak ada kemerahan, pandangan
mata fokus, reflek kornea (mata berkedip).

e. Hidung
Inspeksi : Tidak ditemukan sekret pada saluran pernapasan, tidak
ada sumbatan jalan napas, septum nasal sejajar, tidak ada napas cuping hidung.

f. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir pucat, gigi tidak berlubang, lidah bersih,
jumlah gigi susu 20 buah.

g. Telinga
Inspeksi : Telinga bersih, bentuk imetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada pina dan tidak ada benjolan
dibelakang telinga

h. Dada (paru-paru)
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada pergerakan otot bantu
pernapasan
Palpasi : Vokal fremitus teraba kanan kiri
Perkusi : Suara paru sonor
Auskultasi : Suara vesikuler

i. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis teratur
Palpasi : Tidak ada pulpasi
Auskultasi : Suara jatung 1

j. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembengkakan, tidak ada kemerahan, kulit
bersih
Auskultasi : Bising usus 20x/menit
Palpasi : Ada distensi kandung kemih, nyeri apabila di tekan,
hepar tidak teraba.
Perkusi : Terdengar suara timpani

k. Punggung
Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk

l. Genetalia
Inspeksi : Genetalia laki-laki, terpasang kateter, are aluk aoperasi
terpasang kasa steril tampak bersih, warna kemerahan
Palpasi : ada nyeri

m. Ekstremitas
Inspeksi : lengkap, tidak ada lesi, adanya edema pada ekstremitas
karena adanya kelebihan beban sirkulasi yang diakibatkan oleh retensi natrium
dan air.
Kekuatan otot
4 4
4 4
n. Kulit
Inspeksi : Warna kulit kemerahan, turgor kulit elastis
Palpasi : Teraba hangat

o. Lain-lain :

10. Pemeriksaan Status Nutrisi


IMT : 20
Interpretasi : berat badan normal
Z skor IMT/U : nilai rill- nilai median
nilai median – (1 SD)
: (20 – 15,4)
( 16,8- 15,4)
: 4,6
1,4
: 3,2
Status gizi anak adalah obesitas

11. Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 28 Maret 2021

1) USG : Ditemukan distensi kandung kemih, saluran uretra tidak


sampai ke ujung penis. Saluran uretra ada pada bagian atas penis
Terapi yang di dapat, tanggal 30 Maret 2021
1) Kateter : Anak A terpasang kateter setelah dilakukan pembedahan.

12. Pemeriksaan Riwayat Tingkat Perkembangan Sebelum Dirawat


a. Kemandirian dalam bergaul
Anak A suka bermain dengan anak-anak sebayanya di desa. Anak A suka bermain
bola kaki dan kejar-kejaran.
b. Motorik halus
Anak A dapat menyebutkna angka 1-5 dan menyebutkan huruf alfabet A-J.
c. Motorik kasar
Anak A suka bermain bola kaki dan kejar-kejaran
d. Kognitif dan bahasa
Anak A dapat berbicara dengan suara yang jelas dan intonasi sedang.

13. Rumusan Masalah

a. Analisa data
No. Data Analisa data Masalah
Keperawatan
1. DS: Kelaninan genetika: kelainan Nyeri Akut
- Anak A mengeluh pada kromosom
nyeri pada area
operasi
- P: Anak A Mutasi gen sehingga ekspresi
mengatakan nyeri gen tidak terjadi
akan bertambah ketika
akan bergerak
- Q: Anak A
mengatakan nyeri kegagalan sintesis androgen
seperti diremas-remas
- R: Anak A
mengatakan nyeri Proliferasi sel tidka adekuat
pada area operasi dan defisiensi jaringan organ
(penis) menjalar ke kelamin tidak sempurna
area perut dan paha
- S: Anak A
mengatakan skala Malformasi kongenital
nyeri 6
- T: Anak A
mengatakan rasa nyeri Pertumbuhan meatus uretra
menetap abnormal

DO:
- Wajah anak A tampak Epispadia
meringis
- Anak A memegangi
selimutnya takut kalau Pembedahan uretra
tubuhnya disentuh
- Anak A tampak
gelisah Luka
- Setelah dioperasi anak
A mengalami
kesulitan tidur karena Terputusnya kontinuitas
nyeri jaringan

Menekan persarafan

Impuls disampaikan ke korteks


serebri
Thalamus

Nyeri Akut
2. DS: Kelaninan genetika: kelainan Hipertermi
- Anak A mengatakan pada kromosom
tidak nafsu makan
dan minum setelah
operasi Mutasi gen sehingga ekspresi
DO: gen tidak terjadi
- Suhu tubuh 38°C
- Kulit teraba hangat
- Warna kulit kegagalan sintesis androgen
kemerahan
- Minum 5 gelas sehari,
(total 150 CC) Proliferasi sel tidak adekuat
dan defisiensi jaringan organ
kelamin tidak sempurna

Malformasi kongenital

Pertumbuhan meatus uretra


abnormal

Epispadia
Pembedahan uretra

Penurunan nafsu makan dan


minum

Kekurangan cairan

Dehidrasi

Hipertermi
3. DS: Kelaninan genetika: kelainan Gangguan
- Anak A mengatakan pada kromosom Eliminasi Urin
nyeri pada area
operasi
DO: Mutasi gen sehingga ekspresi
- Distensi kandung gen tidak terjadi
kemih
- Anak A terpasang
kateter karena belum kegagalan sintesis androgen
mampu berkemih
secara mandiri
- Volume urin yang di Proliferasi sel tidka adekuat
keluarkan 300 CC, dan defisiensi jaringan organ
warna urin kuning kelamin tidak sempurna
pekat, tidak ada darah.

Malformasi kongenital
Pertumbuhan meatus uretra
abnormal

Epispadia

Pembedahan uretra

Gangguan eliminasi urin


4. DS: - Kelaninan genetika: kelainan Risiko infeksi
DO: pada kromosom
- Penis anak A masih
terpasang kasa
menutup luka post Mutasi gen sehingga ekspresi
operasi gen tidak terjadi
- Anak A terpasang
kateter
kegagalan sintesis androgen

Proliferasi sel tidka adekuat


dan defisiensi jaringan organ
kelamin tidak sempurna

Malformasi kongenital

Pertumbuhan meatus uretra


abnormal
Epispadia

Pembedahan uretra

Pemasangan kateter

Terpajan patogen dari


lingkungan

Risiko infeksi

b. Masalah Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik prosedur operasi d.d


DS:
- Anak A mengeluh nyeri pada area operasi
- P: Anak A mengatakan nyeri akan bertambah ketika akan bergerak
- Q: Anak A mengatakan nyeri seperti diremas-remas
- R: Anak A mengatakan nyeri pada area operasi (penis) menjalar ke area perut dan
paha
- S: Anak A mengatakan skala nyeri 6
- T: Anak A mengatakan rasa nyeri menetap

DO:
- Wajah anak A tampak meringis
- Anak A memegangi selimutnya takut kalau tubuhnya disentuh
- Anak A tampak gelisah
Setelah dioperasi anak A mengalami kesulitan tidur karena nyeri

2. Hipertermi b.d dehidrasi d.d


DS:
- Anak A mengatakan tidak nafsu makan dan minum setelah operasi
DO:
- Suhu tubuh 38°C
- Kulit teraba hangat
- Warna kulit kemerahan
Minum 5 gelas sehari, (total 150 CC)

3. Gangguan eliminasi urin b.d efek tindakan medis dan diagnostik operasi saluran kemih
d.d
DS:
- Anak A mengatakan nyeri pada area operasi

DO:

- Distensi kandung kemih


- Anak A terpasang kateter karena belum mampu berkemih secara mandiri
Volume urin yang di keluarkan 300 CC, warna urin kuning pekat, tidak ada darah.

4. Risiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme patogen lingkungan d.d


DS: -
DO:
- Penis anak A masih terpasang kasa menutup luka post operasi
Anak A terpasang kateter
14. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatn Luaran/ kriteria hasil Intervensi keperawatan


1. Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen nyeri
fisik prosedur operasi d.d 1x24 jam maka tingkat nyeri pasien Observasi
DS: menurun dengan kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- Anak A mengeluh - Keluhan nyeri menurun frekuensi kualitas, intensitas nyeri (PQRST)
nyeri pada area operasi - Skala nyeri menurun dari 6 - Identifikasi skala nyeri
- P: Anak A mengatakan menjadi 1 - Identifikasi respon nyeri nonverbal seperti
nyeri akan bertambah - Meringis tidak ada meringis dan bersikap protektif
ketika akan bergerak - Sikap protektif memegangi - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Q: Anak A mengatakan selimut takut kalau tubuhnya meringankan nyeri
nyeri seperti diremas- disentuh tidak ada Terapeutik
remas - Gelisah tidak ada - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
- R: Anak A mengatakan - Kesulitan tidur menurun mengurangi rasa nyeri (distraksi visual
nyeri pada area operasi seperti menonton film kartun atau animasi)
(penis) menjalar ke - Fasilitasi istirahat dan tidur
area perut dan paha Edukasi
- S: Anak A mengatakan - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
skala nyeri 6 nyeri kepada pasien dan keluarga
- T: Anak A mengatakan - Jelaskan strategi meredakan nyeri kepada
rasa nyeri menetap keluarga.
DO: Teknik distraksi
- Wajah anak A tampak Observasi
meringis - Identifikasi pilihan teknik distraksi yang
- Anak A memegangi diinginkan seperti menonton, bermain,
selimutnya takut kalau mendengarkan cerita, bernyanyi
tubuhnya disentuh Terapeutik
- Anak A tampak gelisah - Gunakan teknik distraksi menonton film
- Setelah dioperasi anak kartun dan animasi
A mengalami kesulitan Edukasi
tidur karena nyeri - Jelaskan manfaat teknik distraksi kepada
keluarga, yakni dapat mengalihkan
perhatian atau mengurangi emosi dan
pikiran negatif terhadap sensasi yang tidak
diinginkan.
2. Hipertermi b.d dehidrasi d.d Setelah dilakukan intervensi 2x24 jam Manajemen hipertermia
DS: maka termogulasi membaik dengan Observasi
- Anak A mengatakan kriteria hasil: - Identifikasi penyebab hipertermia yaitu karena
tidak nafsu makan dan - Suhu tubuh membaik dengan nilai dehidrasi
minum setelah operasi normal 36,5-37,5°C - Monitor suhu tubuh
DO: - Kulit tidak teraba hangat Terapeutik
- Suhu tubuh 38°C - Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Kulit teraba hangat - Basahi permukaan tubuh
- Warna kulit kemerahan - Berikan cairan oral
Minum 5 gelas sehari, - Ingatkan kepada pasien dan keluarga untuk
(total 150 CC) minum cukup 8 gelas sehari
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
3. Gangguan eliminasi urin b.d Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen eliminasi urin
efek tindakan medis dan 2x24 jam maka eliminasi urin Observasi
diagnostik operasi saluran membaik dengan kriteria hasil: - Monitor eliminasi urin (frekuensi, konsistensi,
kemih d.d - Distensi kandung kemih tidak ada aroma, volume dan warna)
DS: - Selang kateter dilepas dan dapat Terapeutik
- Anak A mengatakan BAK secara mandiri - Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
nyeri pada area operasi Edukasi
DO: - Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Distensi kandung kepada keluarga
kemih Kolaborasi
- Anak A terpasang - Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra,
kateter karena belum jika perlu
mampu berkemih Perawatan kateter urin
secara mandiri Observasi
- Volume urin yang di - Monitor kepatenan kateter urin
keluarkan 300 CC, - Monitor tanda dan gejala infeksi saluran kemih
warna urin kuning - Monitor tanda dan gejala adanya obstruksi
pekat, tidak ada darah aliran urin, jika ada gelembung atau sumbatan
- Monitor kebocoran kateter, selang dan kantong
urin
Terapeutik
- Gunakan teknik aseptik selama perawatan
kateter urin, mencuci tangan, menggunakan
handscoon
- Pastikan selang kateter dan kantung urin
terbebas dari lipatan
- Pastikan kantung urin diletakkan dibawah
ketinggian kandung kemih dan tidak di lantai
- Kosongkan kantung urin jika kantung urin telah
terisi setengahnya
- Ganti kateter dan kantung urin secara rutin.
Kantung urin diganti paling lama 1 minggu
sekali dan kateter diganti paling lama 3 bulan
setelah pemasangan.
4. Risiko infeksi d.d peningkatan Setelah dilakukan intervensi selama Pencegahan infeksi
paparan organisme patogen 2x24 jam maka tingkat infeksi Observasi
lingkungan menurun dengan kriteria hasil: - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
- Kebersihan badan meningkat sistemik pada area penis post operasi uretra.
pada area penis yang terpasang Tanda infeksi antara lain:
kasa post operasi uretra Redness (kemerahan)
- Kebersihan penggunaan selang Edema (bengkak)
kateter terjaga Echimosis
- Tidak ada tanda-tanda infeksi Drainage (rembes)
seperti: Approximatly (jahitan tidak menyatu)
1. Tidak ada kemerahan pada Terapeutik
area post operasi - Batasi jumlah pengunjung
2. Tidak ada bengkak - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
3. Tidak ada lebam dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Tidak ada rembesan pada are - Pertahankan teknik aseptik
luka Edukasi
5. Jahitan post operasi menyatu - Jelaskan tanda dan gejala infeksi pada orang
. tua
- Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
kepada pasien dan keluarga

Anda mungkin juga menyukai