Isnaini Argo. I (LP Pneumonia)
Isnaini Argo. I (LP Pneumonia)
Hari/Tanggal :
Tanda tangan
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh :
04064881921026
FAKULTASKEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
Pneumonia pada Anak
1. Definisi
Pneumonia merupakan sebuah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Dahlan, 2006). Pneumonia adalah penyakit yang terjadi pada parenkim paru, dimana
terjadi proses radang atau inflamasi yang disebabkan karena mikroorganisme virus,
jamur atau bakteri dan beberapa hal lain seperti aspirasi dan radiasi (Udin, 2019).
Pneumonia dapat menimbulkan gejala batuk yang disertai dengan sesak nafas (Nurarif
& Kusuma, 2016).
2. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
streptoccus pneumonia. Selain itu, penyebaran infeksi pneumonia juga dapat
disebabkan oleh staphylococcus aureus (selang infus) dan P. Aeruginosa serta
enterobacter (pemakaian ventilator). Perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh, penyakit kronis, polusi ligkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat
juga merupakan etiologi pneumonia. Setelah masuk paru-paru organism
bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengahlahkan mekanisme pertahanan paru
maka akan terjadi pneumonia (Nurarif & Kusuma, 2016).
Faktor risiko yang dapat menyebabkan pneumonia pada bayi dan anak adalah
sebagai berikut (udin, 2019):
a. Pada bayi
• Early onset
1) Terlambat pecahnya membran fetus (>18 jam)
2) Amnionitis maternal
3) Persalinan prematur
4) Takikardi fetus
5) Demam maternal intrapartum
• Late onset
1) Adanya bantuan ventilasi
2) Anomali pada jalur napas
3) Masa rawat rumah sakit yang lama
4) Kelainan neurologis akibat aspirasi pencernaan
5) Infeksi nosokomial
b. Pada anak
• Faktor lingkungan
1) Status ekonomi yang rendah
2) Akses layanan kesehatan yang sulit
3) Polusi udara
4) Malnutrisi
5) Kurang efektif pemberian ASI
6) Merokok (pasif atau aktif)
• Faktor kardio dan paru
1) Penyakit jantung bawaan
2) Penyakit paru kronis
3) Diabetes mellitus
4) Gangguan pencernaan
5) Kondisi imunodefisiensi (kongenital atau didapat)
3. Patofisiologi
Alveoli
Cairan edema dan Permukaan lapisan pleura
leukosit ke alveoli tertutup tebal eksudat
Sel darah merah, leukosit, trombus vena pulmonalis
pneumokokus mengisi
alveoli
Konsolidasi Nekrosis
paru hemoragik
Leukosit + fibrin
mengalami konsolidasi
Kapasitas vital,
compliance menurun,
hemorogik Leukositosis
Suhu tubuh
Intoleransi aktivitas meningkat
Hipovolemia
Hipertermi
Virus Semua usia; lebih sering Muncul gejala ISPA, demam ringan
terjadi pada usia 3 bulan- atau tidak ada demam, wheezing,
5 tahun. infiltrate diffuse pada x-ray dada
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan pneumonia
adalah sebagai berikut (Misnadiarly, 2008):
a) Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan abses luas
atau infiltrate, empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada
mungkin bersih.
b) GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan
penyakit paru yang ada.
c) JDL
Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
d) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik,
atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
e) Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan serologi dapat dilakukan untuk membantu dalam membedakan
diagnosis organisme khusus
f) Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik,
karakteristik sel raksasa.
g) Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas mungkin meningkat dan
complain menurun, mungkin terjadi perembesan.
h) LED : Meningkat
i) Elektrolit : Natrium dan klorida mungkin rendah
j) Bilirubin : Mungkin meningkat
b) Penatalaksanaan Medis
Penderita yang mengalami pneumonia tidak terlalu berat bisa diberikan
antibiotik per-oral dan tetap tinggal di rumah. Bagi penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru
lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu
diberikan oksigen tambahan, cairan intervena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu (Nurarif & Kusuma, 2016),
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
1) Oksigen 1-2L/menit.
2) IVFD dekstrose 10%: NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan
kesimbangan asam basa dan elektrolit.
Dahlan, Z. (2006). Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis: Berdasarkan Penerapan
Diagnosa NANDA, NIC, NOC dalam berbagai Kasus ed. Revisi Jilid 2. Yogyakarta:
Medication Publishing.
Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa,
Usia Lanjut, Pneumonia Atipik dan Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta:
Pustaka Obor Popular.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.