Anda di halaman 1dari 181

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS


NARAPIDANA PECANDU NARKOTIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:
Elsa Yuninda Pasaribu
119114174

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

“Sejauh Mana Kaki Melangkah, Sejauh Itu pula


Kesempatan Menimba Ilmu”
-Bene, 2018-

Sudahi apa yang harus berakhir

Mulai yang harus dilakukan

Menoleh ke belakang untuk maju kedepan

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kepada Tuhanku, Yesus Kristus

Untuk keluargaku Pak Elsa, Mak Elsa

Untuk adikku Oktavian Brasila Pasaribu

Untuk sahabat-sahabatku TYPOLICYUS yang

memberikan semangat hingga akhir

Untuk semua orang yang membantu dan

menyemangatiku

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS NARAPIDANA

PECANDU NARKOTIKA

Elsa Yuninda Pasaribu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kesejahteraan psikologis narapidana pecandu
narkotika, faktor-faktor yang mempengaruhi, serta upaya-upaya yang dilakukan oleh narapidana untuk
mencapai kesejahteraan psikologisnya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan
metode analisis tematik dari data wawancara semi terstruktur. Penelitian ini melibatkan tiga orang
informan yang sedang menjalani masa pidana kasus penyalahgunaan narkotika atau sebagai pecandu
narotika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan memiliki pandangan yang kontradiktif
pada pengalamannya selama menjalani masa pidana. Ketiganya memandang secara positif masa pidana
sebagai masa pembelajaran dan memandang negatif pada diri dan memandang hidup sebagai beban.
Dukungan sosial dari keluarga dan spritualitas sebagai koping juga muncul pada hasil penelitian. Ada tiga
dimensi yang mampu dicapai ketiga informan, yaitu dimensi pertumbuhan pribadi, relasi positif dengan
orang lain dan penerimaan diri, sedangkan tiga dimensi lainnya tidak mampu dicapai ketiga informan
selama menjalani masa pidana.

Kata Kunci: Kesejahteraan Psikologis, Narapidana, Pecandu Narkotika

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING OF NARCOTICS OFFENDERS

Elsa Yuninda Pasaribu

Abstract

This research aims to view psychological well-being of narcotics offenders, the factors of the
psychological well-being of the narcotic offenders, and the efforts that has been being done by the
narcotics offenders in order to achieve their psychological well-being. This research is qualitative
research that uses thematic analysis method based on the data from semi-structured interview. Three
informants are narcotics offenders. Researcher found that all informants have contradictive perspective
about their experience in doing their penalty. They positively see penalty as a learning period, perceive
themselves negatively and life as a burden. Family support and spirituality are found in this research as
the informants coping. There are three dimensions of psychological well-being have been achieved by all
informants, which are personal growth, positive relationship with others, and self acceptance, whereas
the others three dimensions have not been achieved by all informants.

Key Words: Psychological Well-Being, Convict, Narcotics Offenders

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus atas anugerah dan

penyertaannya yang sangat luar biasa, sehingga penelitian yang berjudul GAMBARAN

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS NARAPIDANA PECANDU NARKOTIKA ini

telah selesai. Penelitian ini merupakan syarat untuk mendapat gelar Strata Satu (S1)

Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Penulisan penelitian ini banyak mengalami proses naik turun, dimana penulis

selalu mendapatkan semangat dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada:

1. Pak Elsa. Terima kasih pa, telah memberikan segalanya kepadaku, terutama

kepercayaan hingga aku bisa melewati proses ini dengan baik. Semoga dengan

gelar yang aku dapatkan, aku mampu untuk menjadi individu yang lebih baik

dengan memberikan senyuman diwajahmu yang sudah tidak muda lagi.

2. Mak Elsa. Terimakasih ma, atas segala dukungan dan semangat yang selalu kau

kobarkan untukku tanpa mengenal lelah. Walau aku sering mengeluh dan

membantah, semoga dengan gelar ini, aku dapat memenuhi harapanmu untuk

menjadi individu mapan dan mampu menopang hari tuamu.

3. Adekku Vian. Terimakasih de katas semangat yang kau berikan selama proses

aku menyelesaikan tulisan ini. Semoga dengan gelar yang aku dapatkan, aku

mampu menjadi sosok dan panutan yang cukup baik, sehingga kita dapat

berkembang bersama.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Bu Monic. Terimakasih bu, sudah mau membimbing dan mengajariku dengan

sabar. Terimakasih ibu mau meluangkan waktu dan pikiran untuk terus

mendampingi aku, sehingga aku mampu melewati salah satu proses dalam

hidupku ini.

5. Cino-ku tersayang Agnes Wijaya, dimana dia selalu dapat meluangkan waktu

untuk menjawab pertanyaan atau menenangkanku selama proses pengerjaan

skripsi

6. Partner for Justice Olivia Indah Larasati, yang selalu menemani dengan

mengerjakan tanggung jawab ini bersama-sama. Saling melengkapi kesepian

dan saling menyemangati.

7. Mayang dan Ticrot. Trimakasih sudah memberi semangat dan bantuan selama

proses melewati masa-masa sulit penuh perjuangan ini wqwqwq

8. Anak-anakku Zico, Aiko, Tampan dan anak-anak mereka. Trimakasih selalu

menemani dan memberikan warna selama proses pengerjaan skripsi ini,

sehingga aku selalu merasa tidak kesepian dan terhibur dengan kenakalan kalian

9. Saudari-saudaraku TYPOLICIOUS. Terimakasih sudah mau menjadi bagian

dari hidupku, tidak pernah lelah mendampingi dan menyemangati aku.

Terimakasih sudah membantuku selama berproses diperkuliahan. Semoga gelar

ini mampu membuat kita secara matang bersama untuk berkembang menjadi

lebih baik.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10. Kenan, Epek, Yogi. Terimakasih telah menunjukkan kepedulian kalian

kepadaku dengan tetap mendukungku dan memberiku semangat dalam

menyelesaikan penelitian ini.

11. Valen dan Redha. Terimakasih sudah mau melengkapi kekuranganku dalam hal

teknis penulisan pada penelitian ini. Trimakasih sudah mau meluangkan waktu

untuk menemani dan memberikan semangat kepadaku selama proses penulisan

hingga akhir.

12. Pak Cahyo dan Bu Ari. Terimakasih untuk kedua dosen idolaku yang sudah mau

aku repotkan dan sudah mau meluangkan waktu untukku untuk beberapa saat.

Tanpa bimbingan dan ajaran dari kalian, aku tidak akan mampu melewati proses

awal penulisan sehingga tulisan ini menjadi lebih baik.

13. Kedua dosen penguji yang terkasih. Trimakasih telah menyediakan waktu dan

pikiran untuk mendengar hasil penelitian saya, sehingga saya mampu

memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi pada penelitian saya.

14. Kepada keluarga besar Dolan Ndeso. Trimakasih sudah memberi kesempatan

untukku belajar disana, namun tetap memberiku semangat untuk menyelesaikan

penelitian ini.

15. Informan dalam penelitian ini. Terimakasih atas cerita yang telah dibagikan

dalam penelitian ini. Semoga apa yang menjadi tujuan dan manfaat dari

penelitian ini dapat terpenuhi, sehingga individu lainnya dapat memiliki

kesempatan yang lebih baik.

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16. Kosan nugroho, kosan Palagan, dan tempat-tempat lain yang memberikan udara

segar saat proses menyelesaikan skripsi ini

17. Untuk keluarga PSIKOLOGI 2011, terimakasih banyak atas semuanya. Semoga

proses ini merupakan langkah awalku untuk kembali bersama dan menyusul

kalian untuk lebih berkembang di dunia.

Peneliti menyadari banyaknya kekurangan dalam penelitian itu. Oleh sebab itu,

peneliti menerima segala bentuk kritik maupun saran yang diberikan untuk

penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan para narapidana pecandu narkotika.

Yogyakarta,

(Elsa Yuninda Pasaribu)

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ..................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................................... vii

ABSTRACT .................................................................................................................... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....... ix

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xvii

DAFTAR SKEMA…………………………………………………………………...xviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xix

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 7

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 8

1) Manfaat Teoritis ................................................................................................. 8

2) Manfaat Praktis .................................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 9

A. NARAPIDANA PECANDU NARKOTIKA ........................................................ 9

1 Pengertian Narkotika, Ciri-ciri Ketergantungan dan Pecandu Narkotika .......... 9

2) Dampak Ketergantungan Narkotika ................................................................ 14

3) Narapidana Pecandu Narkotika ....................................................................... 16

B. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS ................................................................... 19

1) Pengertian Kesejahteraan Psikologis ............................................................... 19

2) Dimensi Kesejahteraan Psikologis................................................................... 20

3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis......................... 24

C. DINAMIKA KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS NARAPIDANA PECANDU

NARKOTIKA ............................................................................................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 34

A. Jenis Penelitian .................................................................................................... 34

B. Informan Penelitian ............................................................................................. 37

C. Metode Pengambilan Data................................................................................... 38

D. Analisis Data ....................................................................................................... 39

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. Kredibilitas Penelitian ......................................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 42

A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................ 42

B. Gambaran Informan ............................................................................................. 43

1. Informan I……………………………………………………………….………..43

2. Informan II……..…………………………………………………………….…..46

3. Informan III……..……………………………………………………………….47

C. Hasil Penelitian: Informan I ................................................................................ 49

D. Hasil Penelitian: Informan II ............................................................................... 60

E. Hasil Penelitian: Informan III .............................................................................. 71

F. Pembahasan ......................................................................................................... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 89

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 89

B. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 90

C. Saran .................................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 96

LAMPIRAN ................................................................................................................. 101

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Tingkat Ketergantungan .................................................................. 13


Tabel 4.1 Tabulasi Tema Informan I .............................................................................. 51
Tabel 4.2 Tabulasi Tema Informan II ............................................................................. 61
Tabel 4.3 Tabulasi Tema Informan III ........................................................................... 72
Tabel 4.4 Tabulasi Tema Ketiga Informan..................................................................... 81

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SKEMA

Skema 4.1 Tema Gabungan Ketiga Informan ............................................................... 82


Skema 4.2 Tema Gabungan Ketiga Informan ................................................................ 84
Skema 4.3 Tema Gabungan Ketiga Informan ............................................................... 86

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Persetujuan (Informed Consent) Informan I ................................................... 102

Lembar Persetujuan (Informed Consent) Informan II .................................................. 104

Lembar Persetujuan (Informed Consent) Informan III................................................. 106

Berita Acara Penelitian ................................................................................................. 107

Koding Data Hasil Wawancara Informan I .................................................................. 110

Pengelompokkan Tema Informan I .............................................................................. 131

Koding Data Hasil Wawancara Informan II ................................................................. 134

Pengelompokkan Tema Informan II ............................................................................. 146

Koding Data Hasil Wawancara Informan III ............................................................... 149

Pengelompokkan Tema Informan III ........................................................................... 159

xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia secara lantang melakukan perang melawan narkotika, dengan

menjatuhkan hukuman mati para pengedar narkotika yang tertangkap. Hal

tersebut disertai dengan sosialisasi pemerintah mengenai pemberian rehabilitasi

kepada para pecandu narkotika. Saat ini, ada dua jenis penanganan bagi pecandu

narkotika, yaitu menjalani rehabilitasi dan menjalani hukuman pidana di dalam

lembaga pemasyarakatan (lapas). Penelitian ini akan berfokus pada individu

yang menjalani hukuman pidana di dalam lapas.

Penelitian ini akan dilakukan di sebuah lapas Klas II B Kaban Jahe.

Lapas ini merupakan lapas umum yang tidak hanya membina narapidana kasus

narkotika, tetapi membina narapidana dari berbagai macam kasus, walaupun

lebih banyak membina narapidana kasus narkotika. Berdasarkan hasil observasi,

lapas Kaban Jahe memiliki bangunan yang tidak terlalu luas sehingga terlihat

sesak dengan banyaknya narapidana yang ada di dalamnya. Ruangan di lapas

terdiri dari kamar tahanan, ruang kepala lapas, ruang kerja karyawan, kantin,

ruang kesehatan, gereja dan mushola. Kegiatan yang disediakan oleh lapas yaitu,

olahraga rutin, kegiatan pendalaman agama, pemeriksaan kesehatan dan

seminar-seminar pada waktu tertentu. Kegiatan-kegiatan yang diberikan oleh

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pihak lapas, tidak bersifat wajib, karena narapidana bisa memilih untuk

mengikuti kegiatan atau tidak.

Lembaga pemasyarakatan di dalam sistem pemasyarakatan, selain

berfungsi sebagai tempat pelaksanaan pidana, juga berfungsi sebagai lembaga

pendidikan dan lembaga pembangunan (Dwiatmodjo, 2013). Menurut Undang-

Undang Nomor 12 tahun 1995, lapas merupakan tempat melaksanakan

pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Individu yang

mendapatkan pembinaan di dalam lapas akan mendapatkan sebutan sebagai

seorang narapidana. Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan, narapidana merupakan terpidana yang menjalani hukuman di

dalam lembaga pemasyarakatan sehingga kehilangan kebebasan dalam bertindak

dan melakukan sesuatu. Sesuai dengan pengertian ini, maka individu yang

menjalani pidana akan kehilangan kemerdekaannya.

Banyak faktor yang menyebabkan individu menggunakan narkotika.

Afrinisna (2013) menemukan bahwa ketidakmampuan individu dalam

menyelesaikan masalah secara bertanggung jawab, membuat individu berusaha

memenuhi kebutuhan dengan jalan pintas, yaitu dengan menggunakan narkotika.

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Indiyah (2005) yang

menemukan bahwa ada tujuh faktor utama penyebab seseorang menggunakan

narkotika, beberapa di antaranya merupakan ketakutan dan untuk menghindari

rasa sakit. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu

menggunakan narkotika sebagai kompensasi dari rasa sakit dan ketakutan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menghadapi sesuatu. Individu yang menggunakan narkotika sebelumnya telah

mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, ketika menjadi narapidana maka

stigma tersebut semakin buruk. Hal ini menunjukkan bahwa sejak awal pecandu

narkotika telah memiliki kondisi psikologis yang tidak stabil, dimana pecandu

cenderung menggunakan narkotika sebagai koping dalam menghadapi berbagai

permasalahan yang mereka alami.

Tantangan individu pecandu narkotika dalam mencapai sebuah

kesejahteraan psikologis semakin besar ketika pecandu kemudian menjalani

masa pidana di dalam lapas, dimana pada penelitian yang dilakukan oleh

Handayani (2010) menemukan bahwa narapidana memiliki kekhawatiran akan

stigma sosial ketika keluar dari lapas, di mana stigma tersebut memengaruhi

masa depan mereka. Penelitian lain yang dilakukan oleh Azani (2012)

menemukan bahwa tidak jarang, narapidana juga mengalami penolakan dari

keluarga mereka sendiri, dan hal tersebut memengaruhi narapidana dalam

bersosialisasi dengan lingkungannya.

Kesempatan narapidana pecandu narkotika untuk sembuh dari

kecanduannya juga semakin kecil, karena menurut laporan dari BNN (2015)

ketika berada di dalam lapas, mereka tetap bisa mendapatkan akses narkotika.

Hal ini membuat narapidana pecandu narkotika semakin larut dalam kecanduan

dan tidak mampu untuk kembali dalam masyarakat.

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa kesempatan yang diberikan

kepada narapidana, terutama narapidana pecandu narkotika untuk kembali ke


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam masyarakat masih sangat kecil, padahal narapidana sebagai individu yang

terenggut kebebasannya memerlukan penanganan dan rehabilitasi untuk

meningkatkan kesejahteraan psikologisnya agar kejahatan yang dilakukan tidak

terulang kembali (Pratiwi & Utami, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa

menjalani masa pidana dapat memengaruhi kualitas kesejahteraan psikologis

narapidana pecandu narkotika. Meski mengusung konsep rehabilitasi, pada

praktiknya lapas masih sering dijalankan dengan konsep punitive daripada

rehabilitative. Orientasi pembinaan lebih bersifat top down approach, yaitu

program sudah ditetapkan dan seluruh narapidana harus berpartisipasi. Hasil dari

pembinaan tersebut membuat narapidana hanya sebagai objek program,

sehingga kebutuhan narapidana dalam membangun diri dan kelompok tidak

diperhatikan (Yunardhani, 2009). Akibatnya, praktik-praktik yang bersifat

represif masih sering terjadi. Konsekuensinya kesejahteraan psikologis

narapidana menjadi cenderung kurang diperhatikan. Narapidana sebagai

manusia memiliki hak dan kebutuhan dasar untuk mencapai kesejahteraan

psikologisnya. Hal inilah yang melatarbelakagi ketertarikan peneliti untuk

mengangkat topik tentang kesejahteraan psikologis narapidana pecandu

narkotika.

Penelitian ini akan menggunakan tinjauan teori kesejahteraan psikologis

yang dikemukakan oleh Ryff. Hal ini didasari oleh penelitian-penelitian Ryff

yang masih terus berkembang dan berlangsung, sehingga mampu mewakili masa

sekarang. Selain itu, teori Ryff dirumuskan berdasarkan beberapa konsep,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seperti konsep kematangan oleh Allport, konsep formulasi dan individuasi dari

Jung, konsep aktualisasi diri dari Maslow dan konsep berfungsi sepenuhnya dari

Rogers (Ryff, 1989).

Teori kesejahteraan psikologis dirumuskan berdasarkan pengalaman hidup

seseorang yang dihadapkan pada tantangan berbeda dalam berbagai siklus

kehidupan (Ryff & Singer, 1996). Kesejahteraan psikologis merupakan sebuah

istilah yang digunakan dalam menggambarkan kualitas kebahagiaan individu

sehingga individu dapat berfungsi secara positif terhadap diri sendiri dan orang

lain (Ryff, 1989). Ryff (1995) memaparkan ada beberapa dimensi penting dalam

mencapai kesejahteraan psikologis, yaitu penerimaan diri (self acceptance),

hubungan yang hangat dengan orang lain (positif relations with others people),

otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan atau adaptif dengan lingkungan

(enviromental mastery), memiliki tujuan dalam hidup (purpose in life) dan

perkembangan pribadi (personal growth). Tantangan yang berbeda pada setiap

individu akan memunculkan proses yang berbeda pula bagi setiap individu

dalam mencapai kesejahteraan psikologis.

Ada beberapa penelitian yang telah mengkaji kondisi dan kesehatan

psikologis narapidana. Salah satu penelitian menemukan bahwa narapidana

dapat memiliki kesehatan mental yang cukup baik ketika berada di dalam

lembaga pemasyarakatan, walaupun aspek-aspek dari kesehatan mental

responden tidak sepenuhnya terpenuhi karena pengaruh lingkungan yang tidak

kondusif (Triaseptiana & Herdiana 2013). Penelitian lain dilaporkan bahwa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lembaga pemasyarakatan dapat membuat kesejahteraan narapidana secara

keseluruhan menjadi sangat rendah. Lebih lanjut penelitian tersebut juga

menjelaskan bahwa narapidana dalam masa percobaan dapat memiliki

kesejahteraan yang lebih rendah dibandingkan narapidana yang sudah menjalani

hukuman di dalam lembaga pemasyarakatan (Prakash, Sharma, Singh, &

Sanger, 2015). Penelitian lain yang dilakukan oleh Handayani (2010) mengenai

kesejahteraan narapidana remaja yang berada di dalam lembaga

pemasyarakatan, menemukan bahwa narapidana remaja memiliki kondisi yang

tidak sehat secara psikologis. Hal tersebut diakibatkan perbedaan kondisi di luar

dan di dalam lapas.

Hidup dalam lembaga pemasyarakatan dapat membuat narapidana sangat

menderita, setidaknya mereka akan menjalani pola hidup yang berbeda

dibandingkan ketika tinggal di lingkungan masyarakat. Di balik hukuman yang

dijalani, banyak tekanan yang dialami narapidana yang dapat membuat kondisi

psikologis narapidana menjadi sangat buruk. Tekanan- tekanan tersebut di

antaranya adalah tuntutan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang terbatas

dan kaku, serta mendapatkan stigma negatif dari lingkungan sosial. Hal-hal

tersebut dapat membuat narapidana mengalami stress (Haney, 2002).

Penelitian-penelitian yang telah dibahas sebelumnya telah menunjukkan

bagaimana kondisi psikologis pecandu narkotika yang sejak awal tidak stabil.

Kondisi tersebut ditambahkan dengan pengalaman menjalani masa pidana,

dimana masih sering ditemukan adanya peredaran narkotika di dalam lapas akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berpengaruh pada kesejahteraan psikologis narapidana pecandu narkotika. Hal

ini membuat peneliti tertarik untuk melihat gambaran kesejahteraan psikologis

narapidana pecandu narkotika. Persoalan kesejahteraan psikologis memang telah

dikaji dalam sejumlah penelitian, tetapi masih jarang penelitian yang secara

khusus difokuskan pada narapidana pecandu narkotika. Penelitian ini secara

khusus ingin melihat bagaimana para narapidana pecandu narkotika

mendeskripsikan kesejahteraan psikologisnya. Penelitian ini juga ingin melihat

tantangan-tantangan psikologis maupun situasional yang dialami narapidana

dalam proses memenuhi kesejahteraan psikologisnya dan upaya-upaya yang

mereka lakukan untuk mengatasinya

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan paparan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini

adalah bagaimana gambaran kesejahteraan psikologis narapidana pecandu

narkotika?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran kesejahteraan

psikologis narapidana pecandu narkotika yang meliputi faktor-faktor yang

mempengaruhi dan upaya-upaya yang dilakukan oleh para narapidana tersebut

dalam mencapai kesejahteraan psikologisnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa manfaat

teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi pendukung

bagi lembaga-lembaga rehabilitasi dalam upaya mereka membantu

pecandu narkotika dalam mencapai kesejahteraan psikologisnya.

b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi bidang

kajian psikologi sosial, terkait dengan keterkaitan antara karakteristik

lingkungan sosial dan kondisi psikologis individu, terutama tentang

narapidana pecandu narkotika.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terkait

gambaran peran dukungan sosial bagi narapidana pecandu narkotika untuk

mencapai kesejahteraan psikologisnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan memaparkan tinjauan teoritis dari kesejahteraan psikologis

narapidana pecandu narkotika. Pertama akan dipaparkan mengenai pengertian, golongan

dan ketergantungan narkotika. Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai pengertian dan

jenis pidana dari narapidana, serta pemaparan mengenai pengertian, dimensi, serta

faktor dari kesejahteraan psikologis. Pada akhir bab akan dipaparkan dinamika

psikologis dari narapidana pecandu narkotika.

A. Narapidana Pecandu Narkotika

1. Pengertian Narkotika, Ciri-Ciri Ketergantungan Narkotika dan

Pecandu Narkotika

Pengertian narkotika diuraikan pada Pasal 1 Nomor 1 Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika. Narkotika adalah zat atau obat

yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun

semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.

Berdasarkan kegunaan dalam keperluan medis, narkotika dibagi menjadi

3 golongan, yaitu:

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

a) Golongan I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan

ketergantungan. Contoh dari narkotika golongan I adalah kokain mentah,

ganja, opium mentah, tanaman koka, heroina dan sebagainya.

b) Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Contoh dari narkotika golongan II

adalah morfina-n-oksida, oksikodona, trimeperidina dan sebagainya.

c) Golongan III

Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan. Contoh golongan narkotika golongan III adalah kodeina,

polkodina, etilmorfina dsb.

Individu yang menggunakan narkotika tanpa resep dokter berisiko untuk

mengalami ketergantungan pada narkotika. Menurut undang-undang nomor

35 tahun 2009 tentang narkotika, ketergantungan narkotika adalah kondisi

yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama

dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba,

menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.

Berdasarkan DSM IVTR, ketergantungan narkotika masuk dalam

substance dependence atau ketergantungan zat adiktif. Ciri-ciri utama dari

ketergantungan zat adiktif ada kelompok simtom kognitif, perilaku dan fisik

yang ditandai dengan individu secara terus menerus menggunakan zat

adiktif terlepas dari masalah yang muncul dari zat adiktif tersebut.

Ketergantungan zat adiktif meliputi semua zat adiktif selain kafein.

Selanjutnya, simtom dari ketergantungan zat adiktif akan dijelaskan, seperti

di bawah ini:

a. Toleransi

a.1 Kebutuhan terhadap jumlah zat adiktif yang secara jelas terus

meningkat untuk mencapai efek yang diinginkan

a.2 Hilangnya efek meski dengan penggunaan jumlah zat adiktif

yang sama

b. Withdrawal (kondisi putus obat)

b.1 Perkembangan substance specific syndrome yang terjadi

karena penghentian penggunaan zat adiktif, bersifat berat dan

berkepanjangan. Substance specific syndrome menyebabkan

distress yang secara klinis signifikan atau menyebabkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

kerusakan pada fungsi sosial dan pekerjaan atau fungsi-fungsi

area penting lainnya.

b.2 Zat adiktif yang sama atau sejinis di konsumsi untuk

mengurangi withdrawal

c. Zat adiktif seringkali di konsumsi dalam jumlah yang besar atau

dalam periode yang lebih lama daripada yang diniatkan di awal

d. Adanya keinginan atau upaya yang gagal untuk menghentikan

penggunaan zat adiktif

e. Sebagian besar waktu dihabiskan dengan kegiatan-kegiatan untuk

mendapatkan zat adiktif dan sembuh dari efek zat adiktif.

f. Berkurangnya atau berhentinya aktifitas-aktifitas penting

dikarenakan penggunaan zat adiktif

g. Penggunaan zat adiktif terus dilanjutkan terlepas dari pengetahuan

tentang adanya masalah-masalah fisik dan psikologis yang muncul

secara berulang. Terkadang bisa terjadi atau diperparah oleh zat

adiktif tersebut.

Secara spesifik, Kandel 1975 (dalam BNN, 2015) merangkum dari

berbagai sumber mengenai tingkat ketergantungan seseorang pada narkotika

berdasarkan dari frekuensi penggunaan narkotika, berikut tabel singkatnya:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Tabel 2.1
Kriteria tingkat ketergantungan

Experimental Occasional casual Moderate Regular Heavy Habitual,


use users cronic
1-2 kali (Mizner, 3-9 kali 1-20 kali 10-29 kali Minimal 21-199 >200 kali
1973) (Mizner) (Stanton) (Mizner) 1 kali kali (Stanton)
per (Stanton)
minggu
1-2 kali (Josepson, 3-59 kali Satu atau >30 kali 3 kali
1973) (Josepson, lebih dari (Mizner) seminggu
1973) satu bulan dalam 3
(Johnson) tahun atau
lebih atau
pakai tiap
hari
selama 2
tahun
(Hochman
& Brill,
1973)
1-9 kali (Josepson, 10-59 kali >60 kali
1972) (Josepson, (Josepson)
1972)
<1 kali 1 bulan, 10 kali 30 kali
Johnson ) dalam 1 per-
tahun minggu
terakhir atau >1
(Hochman bulan
& Brill, pakai
1973) Robina
Minimal 1
kali/
Bulan
(Johnson)

Dapat dilihat dari tabel di atas bagaimana gambaran tingkat penggunaan

narkotika pada pecandu narkotika, semakin sering individu menggunakan

narkotika, maka akan masuk ke dalam kategori pengguna kronis.

Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian dari pecandu narkotika

adalah individu yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika

dengan dengan kondisi psikologis dan kognitif yang mengarahkan perilaku


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

untuk mengkonsumsi narkotika dengan dosis yang selalu meningkat agar

mendapatkan efek kenikmatan yang sama, sehingga menimbulkan gejala

secara fisik dan psikis yang khas jika penggunaan dikurangi atau dihentikan.

2. Dampak Ketergantungan Narkotika

Ada beberapa penyebab individu menyalahgunakan narkotika, pada

penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk (2015) menemukan bahwa

ada tiga faktor dominan (internal maupun eksternal) yang mempengaruhi

seseorang untuk menggunakan narkotika, yaitu:

1. Adanya pengertian yang salah mengenai narkotika yang tidak

membuat ketergantungan, sehingga adanya keinginan untuk terus

mencoba.

2. Memiliki lingkup pergaulan dengan pecandu narkotika, sehingga

terpengaruh oleh lingkungan sosial.

3. Mengikuti tren atau gaya hidup.

Eleanora (2011) memaparkan mengenai bahaya menggunakan

narkotika, terlebih dampak pada fisik, seperti:

a. Otak dan syaraf dipaksa bekerja secara tidak wajar. Hal ini akan

menyebabkan menurunnya fungsi kognitif sehingga individu cenderung

kurang konsentrasi saat melakukan sesuatu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

b. Narkotika mengotori peredaran darah sehingga mempengaruhi kerja

jantung yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan individu menjadi

mudah cemas karena detak jantung yang cenderung berpacu cepat.

c. Fisik menjadi mudah lelah ketika berkegiatan karena pernafasan yang

terganggu oleh zat-zat dari narkotika.

d. Kelebihan dosis pemakaian akan menyebabkan kematian

Selain itu, ada beberapa dampak yang di paparkan oleh Anggreni (2015)

pada psikis individu yang menggunakan narkotika, yang berikutnya akan

dijabarkan di bawah ini:

Dampak psikis

a. Lamban dalam bekerja, ceroboh, sering tegang dan gelisah. Hal ini

menyebabkan individu sering melakukan kesalahan dalam

melakukan sesuatu.

b. Hilangnya kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, dan penuh curiga,

sehingga cenderung menghindari kontak sosial dengan orang banyak.

c. Menjadi ganas dan memiliki tingkah laku brutal, hal ini merujuk

pada sikap cenderung lebih sensitive dan emosional.

d. Cenderung menyakiti diri dan merasa tidak aman, bahkan hingga

bunuh diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

3. Narapidana Pecandu Narkotika

Untuk menjelaskan pengertian narapidana, sebelumnya akan dijelaskan

terlebih dahulu pengertian dari terpidana. Berdasarkan undang-undang

nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan dalam pasal 1 angka 6,

terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Pengertian narapidana,

diuraikan dalam pasal 1 angka 7, narapidana adalah terpidana yang

menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa narapidana pecandu narkotika adalah

individu yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam

keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik dan psikis, sedang

menjalani masa pidana pembinaan di lapas.

Berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

terkait ketentuan pidana, setiap individu yang menyalahgunakan narkotika

mendapat tindakan pidana tergantung dari bagaimana individu

mendapat/memiliki/menggunakan narkotika dan tergantung pada golongan

narkotika yang didapati ada pada individu tersebut. Pada pasal 127

dijabarkan tindak pidana yang diberikan pada penyalahguna narkotika

berdasarkan golongan dan penggunaan secara pribadi, sebagai berikut:

a) Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 4 tahun


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

b) Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 2 tahun

c) Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 1 tahun

Menurut undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan,

sistem pembinaan untuk para narapidana dilaksanakan berdasarkan asas

pengayoman, persamaan perlakukan dan pelayanan, pendidikan,

pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia, kehilangan

kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan. Setiap narapidana tetap

terjamin haknya untuk berhubungan dengan keluarga dan orang-orang

tertentu. Selain itu, ada hak-hak yang diperoleh oleh narapidana selama

menjalani hukuman pidana di dalam lapas, seperti yang terurai pada

undang-undang nomor 12 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara

pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan. Di antara hak-hak tersebut

misalnya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan dan bimbingan

keagamaan, berhak mendapat perawatan rohani dan jasmani, serta berhak

mendapatkan pendidikan dan pengajaran lebih lanjut terkait kebutuhan.

Selain mendapatkan tindak pidana penjara, individu penyalahguna

narkotika juga dapat mengikuti program rehabilitasi yang diberikan oleh

pemerintah, yaitu program rehabilitasi medis dan sosial. Individu yang telah

ditetapkan pengadilan bersalah melakukan tindak pidana narkotika juga

berkewajiban untuk mengikuti rehabilitasi medis dan sosial sebagaimana


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

yang tercantum dalam undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang

narkotika. Program rehabilitasi narkotika merupakan serangkaian upaya

yang terkoordinasi dan terpadu, terdiri atas upaya-upaya medis, bimbingan

mental, psikososial, keagamaan, pendidikan dan latihan vokasional untuk

meningkatkan kemampuan penyesuaian diri, kemandirian dan menolong

diri sendiri, serta dapat mencapai kemampuan fungsional sesuai dengan

potensi yang dimiliki, baik fisik, mental, sosial dan ekonomi (Badri, 2016).

Pemaparan mengenai rehabilitasi di atas mampu menunjukkan bahwa upaya

rehabilitasi merupakan usaha agar individu penyalahguna narkotika dapat

kembali ke masyarakat.

Badri (2016) memaparkan ada 4 fase dalam proses rehabilitasi, yang

pertama mengenalkan dampak-dampak dari narkotika pada fisik dan psikis

korban atau dengan slogan “No drugs”. Fase kedua adalah membebaskan

korban dari keterikatannya dengan narkotika. Fase kedua ini dilakukan

dengan mengisolasi antar mantan pecandu dan pecandu narkotika sehingga

tidak dapat saling bertemu dan melakukan interaksi berupa transaksi atau

ajakan untuk kembali pada narkotika, fase ini juga dapat disebut sebagai

Crame free. Selanjutnya, mengupayakan korban untuk produktif melakukan

kegiatan-kegiatan positif agar mampu membangun harapan dan cita-cita

baru atau dapat disebut sebagai fase productivity dan yang terakhir adalah

fase untuk menanamkan pola hidup sehat dengan membangun kedisiplinan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

melalui ibadah, olahraga dan menjalin hubungan sosial yang baik agar

terjadi perubahan perilaku pada diri korban, baik secara fisik dan psikis.

B. Kesejahteraan Psikologis

1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis

Kesejahteraan psikologis merupakan sebuah istilah atau sebuah

konsep untuk menggambarkan kualitas kebahagiaan atau kesejahteraan

seseorang yang ditandai dengan beberapa dimensi (Ryff, 1989).

Kesejahteraan psikologis memiliki kemiripan dengan konsep aktualisasi diri

dari Maslow, orang yang berfungsi sepenuhnya dari Rogers, formulasi

individuasi dari Jung, dan teori kematangan individu dari Allport (Ryff &

Singer, 1996). Kesejahteraan psikologis diasosiasikan dengan fleksibilitas,

kemampuan berpikir secara kreatif, perilaku pro-sosial dan sehat secara

jasmani (Huppert, 2009). Secara keseluruhan teori kesejahteraan psikologis

mengatakan bahwa individu yang memiliki kesejahteraan yang baik adalah

individu yang tidak mengalami gangguan mental, seperti depresi atau

kecemasan (Ryff, Mage, Kling & Wing, 1999).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kesejahteraan psikologis merupakan suatu gambaran mengenai keadaan

psikologis individu, dimana individu yang dapat berfungsi secara positif dan

optimal, merupakan individu yang memiliki kesejahteraan psikologis yang

baik. Hal tersebut bisa tercapai ketika individu selalu melakukan evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

diri terhadap masa lalu sehingga dapat memenuhi dimensi-dimensi dari

kesejahteraan psikologis.

2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis

Pada sub-bab ini akan dijabarkan dimensi-dimensi yang mampu

memengaruhi kesejahteraan psikologis yang terdiri dari enam dimensi yang

dikemukakan oleh Ryff (1989), yaitu:

a. Penerimaan Diri

Penerimaan diri didefinisikan sebagai fitur utama kesehatan

mental yang merupakan karakteristik dari aktualisasi diri, dimana

individu dapat berfungsi secara optimal dan memiliki kematangan (Ryff,

1989). Individu yang menerima dirinya sendiri adalah individu yang

tidak meninggikan tembok pertahanan, kepura-puraan, atau rasa bersalah

yang menjelekkan diri sendiri, memiliki cita rasa yang baik terhadap

makanan, sex dan tidur, serta tidak terlalu kritis dengan kelemahan-

kelemahan diri dan tidak terbebani oleh kecemasan atau rasa malu (Feist

& feist, 2006).

b. Relasi Positif dengan Orang lain

Diri yang memiliki perasaan yang kuat, empati dan kasih sayang

kepada orang lain merupakan individu yang mampu memperbanyak dan

mempertahankan relasi. Memiliki hubungan hangat dengan orang lain

dianggap sebagai salah satu kriteria kedewasaan seseorang (Ryff, 1989).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Allport menyatakan ada dua macam kehangatan dalam hubungan dengan

orang lain, yang pertama adalah kapasitas untuk keintiman, yaitu mampu

memperlihatkan keintiman (cinta) pada orangtua, anak, partner, dan

teman akrab dan yang kedua adalah kapasitas untuk perasaan terharu,

yaitu pemahaman akan kondisi dasar akan manusia dan perasaan seperti

rasa sakit, penderitaan, ketakutan dan kegagalan (Schult, 1977).

c. Memiliki Tujuan Hidup

Allport menyatakan bahwa orang yang sehat adalah mereka yang

melihat kedepan, memiliki perasaan akan tujuan, memiliki tugas untuk

diselesaikan, dimana hal tersebut sebagai batu sendi kehidupan mereka

dan memberikan keberlangsungan pada keperibadian individu, sehingga

arah tersebut memberikan suatu alasan untuk hidup (Schultz, 1991).

Tujuan hidup yang dimaksud seperti memiliki tujuan yang lebih terarah

untuk mencapai sesuatu (Ryff, 1989). Teori perkembangan hidup

menggambarkan macam dari tujuan hidup antara lain menjadi individu

yang produktif, kreatif atau mampu mengintegrasi emosi pada masa

depan (Ryff, 1989).

d. Pertumbuhan Pribadi

Fungsi psikologis yang optimal tidak hanya bertujuan untuk

mencapai pembentukan karakteristik, tetapi juga mengharuskan individu

untuk mengembangkan potensi untuk dapat berkembang sebagai pribadi,

dimana aktualisasi diri dan menyadari potensi pada diri sendiri


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

merupakan hal utama dalam pertumbuhan pribadi (Ryff, 1989). Perls

memiliki pandangan, bahwa perkembangan keperibadian adalah

perubahan dari bantuan lingkungan menjadi dapat berdiri sendiri

(Schultz, 1991).

e. Kemampuan untuk Mengatur Kehidupan dalam Lingkungan

Salah satu karakteristik individu memiliki kesehatan mental yang

baik adalah individu yang mampu untuk memilih dan menciptakan

lingkungan sesuai dengan kondisi psikisnya. Teori ini menekankan pada

kemampuan individu untuk maju dan mengubah dunia secara kreatif

melalui aktifitas mental dan fisik (Ryff, 1989). Goldstein mengatakan

bahwa seorang individu penting untuk mendapatkan lingkungan yang

lain serasi agar dapat menyeimbangkan ketenangan batinnya. Hal

tersebut karena lingkungan memberikan sarana-sarana yang diperlukan

untuk dapat mencapai aktualisasi diri, sehingga penyesuaian dengan

lingkungan diwujudkan dengan mewujudkannya (Hall & Lindsley,

1993).

f. Otonomi

Individu yang berfungsi sepenuhnya dan telah

mengaktualisasikan diri merupakan individu yang tidak memerlukan

persetujuan orang lain dalam mengambil keputusan , tetapi memiliki

standar untuk mengevaluasi diri sehingga mampu untuk menentukan

nasib, kemerdekaan dan mampu mengatur perilaku dari dalam diri (Ryff,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

1989). Individu yang sudah mengaktualisasikan diri merupakan individu

yang tidak bergantung dengan orang lain, dengan begitu individu tidak

terganggu dengan kritikan dan bujuk rayu. Kemandirian dapat membuat

individu merasa damai karena tidak perlu hidup dengan persetujuan

orang lain (Feist & Feist, 2006).

Pemaparan di atas telah menjabarkan bahwa individu yang

memiliki kesejahteraan psikologis baik adalah individu yang mampu

untuk mengaktualisasikan dirinya ditandai dengan memiliki pertahanan

terhadap diri sendiri, terhadap hal-hal di luar diri, sehingga tidak terlalu

kritis pada kekurangan dan kelemahan diri, dapat mengambil keputusan

tanpa perlu pertimbangan dari lingkungan atau luar diri individu,

sehingga individu dapat berdaptasi dan mengatur lingkungan secara

kreatif. Selain itu, individu diharapkan mampu menunjukkan rasa cinta,

kasih sayang dan empati terhadap orang-orang yang ada disekitar.

Pemenuhan dimensi kesejahteraan psikologis juga ditandai dengan

individu yang memiliki alasan dan tujuan hidup sehingga mampu

melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan dalam kehidupan sebagai

manusia, dengan demikian individu dapat terus berkembang sesuai

dengan lingkungan dan potensi diri untuk mencapai kondisi psikologis

yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

3. Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis

Pada sub-bab sebelumnya telah dijabarkan beberapa dimensi

yang dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Selain

dimensi, kesejahteraan psikologis seseorang juga dapat dipengaruhi

beberapa faktor dari dalam atau luar diri individu. Pada sub-bab ini peneliti

akan menjabarkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesejahteraan

psikologis seseorang.

a. Usia

Faktor usia merupakan salah satu faktor yang cukup banyak

mempengaruhi dimensi-dimensi dari kesejahteraan psikologis. Erikson

memiliki pandangan bahwa individu dewasa ke atas lebih dapat

menerima diri dibandingkan dengan individu pada usia muda. Peneltian-

penelitian yang dilakukan menemukan rendahnya dimensi tujuan hidup

dan pertumbuhan pribadi pada usia tua dikarenakan terbatasnya

pengalaman dan ketertinggalan zaman, sehingga individu usia muda dan

usia paruh baya lebih dapat menghargai tujuan hidup dan pertumbuhan

pribadi (Ryff, 1995).

b. Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang

dianggap mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Beberapa

hasil temuan, dibandingan pria, dalam pemenuhan dimensi kesejahteraan

psikologis, wanita memiliki angka lebih tinggi, seperti pada dimensi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

hubungan hangat dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi. Wanita

dianggap memiliki kekuatan psikologis yang lebih baik dibandingkan

pria, namun karena hal itu wanita juga lebih gampang mengalami depresi

(Ryff, 1995).

c. Status Sosial

Hasil dari penelitian sebelumnya mendapatkan bahwa tinggi

rendahnya status sosial mempengaruhi seseorang dalam mencukupi

kehidupan sehari-hari, sehingga keadaan tersebut dapat menjadi faktor

pelindung individu dalam menghadapi stress dan kesulitan dalam hidup.

Individu yang tidak mampu dan memiliki status sosial yang rendah

dalam masyarakat akan mengalami kesulitan dalam mencukupi

kehidupan sehari-hari. (Ryff & Singer, 1996).

d. Perbedaan Budaya

Perbedaan budaya merupakan salah satu faktor yang dapat

memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Perbedaan budaya

yang dimaksud di sini adalah dua budaya besar, yaitu budaya

individualis (kebanyakan pada Negara eropa) dan budaya kolektifis

(kebanyakan negara asia). Perbedaan terdapat dalam pemenuhan dimensi

dari kesejahteraan psikologis, seperti dimensi otonomi akan memiliki

persentase yang lebih tinggi pada individu dengan budaya individualis

dibandingkan dengan budaya kolektivis, dan dimensi hubungan hangat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

dengan orang lain akan memiliki persentase tinggi pada budaya

kolektifis dibandingkan budaya individualis (Ryff, 1995).

e. Kepribadian

Kepribadian dianggap memiliki korelasi yang sangat signifikan

dengan kesejahteraan psikologis seseorang. Penelitian pertama kali

dilakukan dengan melihat kaitan “Big Five Theory” dengan

kesejahteraan psikologis, didapatkan bahwa kepribadian ekstaversi

memiliki kaitan atau kesesuaian dengan dimensi hubungan hangat

dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi. Keperibadian yang lain

adalah kepribadian neurotik memiliki kaitan langsung dengan dimensi

tujuan hidup, penerimaan diri dan penguasaan lingkungan (Ryff, 2013).

f. Spiritualitas

Spiritualitas dianggap sebagai salah satu faktor yang mampu

memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Spiritualitas

merupakan konsep yang tidak dapat dijelaskan melalui istilah-istilah

material, meskipun spiritualitas seseorang dapat dipengaruhi oleh dunia

materil, namun spiritualitas dapat dikatakan sebagai roh atau jiwa

(Schultz, 1991). Pollner (dalam Amawidyati & Utami, 2006)

menemukan bahwa agama dianggap mampu menyediakan sumber-

sumber untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, memiliki

perasaan berdaya dan mampu pada diri, serta agama dapat menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

landasan untuk memiliki makna, arah dalam hidup dan identitas

personal.

Dari pemaparan di atas dapat dijabarkan bahwa ada beberapa

faktor yang mampu memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang.

Usia, dimana pandangan dan kebutuhan setiap usia individu berbeda,

membuat perbedaan yang cukup signifikan pada dimensi-dimensi

kesejahteraan psikologis, seperti dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan

pribadi. Jenis kelamin, dimana wanita dianggap lebih mampu dalam

beradaptasi dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain

sehingga pemenuhan dimensi kesejahateraan psikologisnya akan berbeda

dengan pria. Kebutuhan pokok sehari-hari merupakan sebuah hal yang

penting untuk mencegah terjadi nya stress, karena jika individu merasa

stress maka individu akan semakin jauh dari kesejahteraan psikologis,

semakin kecil kemampuan individu memenuhi kebutuhan hidup, hal itu

akan memengaruhi pemenuhan dimensi kesejahteraan psikologisnya.

Perbedaan budaya pada individu membuat individu memiliki

perilaku yang berbeda atau memiliki pandangan yang berbeda dalam

suatu hal, seperti budaya kolektifis lebih memiliki memiliki presentase

lebih tinggi pada hubungan hangat dengan orang lain di bandingan

dengan budaya individualis. Kepribadian menjadi salah satu faktor yang

dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang, bahwa individu

dengan kepribadian ekstraversi memiliki presentase lebih tinggi pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

dimensi hubungan hangat dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi

dibandingkan dengan individu dengan kepribadian neurotik. Spiritualitas

dianggap mampu menjadi landasan atau pegangan seseorag dalam

menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga individu

merasa lebih sejahtera.

C. Dinamika Kesejahteraan Psikologis Narapida Pecandu Narkotika

Keberadaan individu di dalam lapas memberikan dampak fisik dan

psikis, seperti rasa rendah diri, hilangnya identitas, merasa terisolasi dan

mendapatkan stigma dari lingkungan sosial, sehingga kehilangan kepercayaan

diri (Pratiwi & Utami, 2012). Narapidana narkotika merupakan narapidana

dengan kondisi yang berbeda dibandingkan dengan narapidana lainnya, karena

terkena dampak dari penggunaan narkotika tersebut. Narapidana narkotika

merupakan individu yang sejak awal tidak stabil secara mental dan fisik, kurang

dapat memberikan respon yang sesuai dan cenderung memiliki sikap reaktif

serta over produktif, hal ini menyebabkan narapidana narkotika membutuhkan

penanganan khusus di bandingkan dengan narapidana lainnya (Kristianingsih,

2009). Pada kondisi tersebut, tak jarang bahwa narapidana mengalami sakaw

dan tetap menggunakan narkotika di dalam lapas. Hal ini diperkuat dengan

laporan dari BNN (2015) yang menyebutkan bahwa masih terdapat akses

narkotika yang beredar di dalam lapas. Kondisi ini membuat narapidana


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

narkotika tetap menjadi seseorang yang dianggap “bersalah” dan tidak sembuh

dari kecanduannya.

Kehidupan yang dijalani oleh narapidana merupakan sebuah tantangan

yang sangat besar untuk dilalui, terutama untuk kembali mencapai sebuah

kesejahteraan psikologis. Menjadi seorang narapidana, seorang individu sudah

mengalami kehilangan kemerdekaannya karena harus berada di dalam tempat

yang sama setiap harinya dan hanya dapat melakukan aktifitas-aktifitas yang

telah disediakan oleh pihak lapas. Perasaan terkurung dan kegiatan yang

monoton tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi narapidana untuk sejahtera

secara psikologis. Kehidupan di dalam lapas mampu mempengaruhi respon

afektif dan kognitif pada narapidana, sehingga memunculkan rasa khawatir,

putus asa, resiko mengulangi kesalahan yang sama karena ketidakpuasan atas

berbagai hal di masa lalu, hal-hal ini dapat mempengaruhi individu di dalam

relasi sosial dan mengekspresikan emosi (Triaseptiana & Herdiana, 2013).

Kehidupan di lapas yang membuat narapidana hidup terpisah dengan

keluarga juga menimbulkan dampak psikologis seperti perasaan sedih, tertekan,

merasa terbatasi dan ingin pulang kerumah karena merindukan keluarga, serta

merasakan perasaan-perasaan tidak nyaman lainnya. Selain itu, kehidupan

menjadi narapidana yang tidak terlepas dari konflik di dalam keluarga, dimana

tidak sedikit narapidana diabaikan oleh keluarga bahkan mendapat gugatan cerai

dari pasangan (Hairina & Komalasari, 2017). Tantangan yang dihadapi oleh

narapidana tergolong cukup kompleks, karena tidak hanya datang dari diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

sendiri, melainkan lingkungan sosial. Tantangan-tantangan tersebut kemudian

mempengaruhi keadaan psikologis narapidana dalam prosesnya mencapai

kesejahteraan psikologis, dimana kesempatan untuk menjadi sejahtera secara

psikologis cukup kecil.

Kesejahteraan psikologis merupakan sebuah istilah atau sebuah konsep

untuk menggambarkan kualitas kebahagiaan atau kesejahteraan seseorang yang

ditandai dengan beberapa dimensi (Ryff, 1989). Tantangan yang berbeda pada

setiap kehidupan individu dapat mempengaruhi bagaimana proses pemenuhan

dimensi dari kesejahteraan psikologis individu tersebut. Beberapa dimensi

kesejahteraan yang menandai seorang individu memiliki kualitas kesejahteraan

psikologis yang baik adalah penerimaan diri, otonomi, relasi positif dengan

orang lain, memiliki tujuan hidup, pertumbuhan pribadi dan kemampuan untuk

mengatur kehidupan dalam lingkungan (Ryff, 1989).

Individu yang memiliki kualitas kesejahteraan psikologis yang baik

adalah individu yang mampu menerima dirinya sendiri, seperti berfungsi secara

optimal dan memiliki kematangan. Individu juga mampu membangun dan

mempertahankan relasi sosial dengan orang lain, serta mampu beradaptasi

dengan lingkungan sehingga dapat terus maju dan melakukan perubahan secara

kreatif melalui aktifitas mental dan fisik. Individu selalu ingin mengalami

perkembangan dan peningkatan pada dirinya karena memiliki tujuan dalam

hidup yang ingin dicapai, individu juga mampu secara mandiri mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

langkah dan keputusan terkait dirinya tanpa perlu persetujuan dari orang lain

(Ryff, 1989).

Selain dimensi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi individu

dalam mencapai kesejahteraan psikologisnya. Faktor-faktor tersebut bisa dari

dalam diri maupun dari luar diri individu, seperti usia, jenis kelamin, status

sosial, perbedaan budaya, keperibadian dan spiritualitas. Usia dianggap sebagai

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang

karena sepanjang perkembangan usia seseorang, maka pandangan dan

pengalaman akan mempengaruhi individu dalam melihat dunia dan

kebutuhannya. Perbedaan kondisi psikologis antara pria dan wanita dianggap

mampu mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang karena wanita

dianggap lebih memiliki kekuatan psikologis dibandingkan pria.

Status sosial yang baik tentunya membuat kehidupan akan berjalan

dengan lebih baik karena tidak banyak hal yang menjadi kecemasan dalam

menjalani kehidupan, sebaliknya dengan status sosial rendah, seseorang

memiliki hal yang harus dikhawatirkan. Hal ini menunjukkan bagaimana status

sosial menjadi salah satu faktor yang mampu mempengaruhi kesejahteraan

psikologis seseorang.

Selain status sosial, faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi

kesejahteraan psikologis seseorang adalah faktor keperibadian. Perbedaan

keperibadian pada setiap orang mempengaruhi bagaimana individu tersebut

mencapai kesejahteraan psikologisnya, seperti keperibadian ektraversi yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

cenderung lebih terbuka dan spontan akan lebih baik pada dimensi hubungan

hangat dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi. Kekuatan spiritualitas juga

menjadi faktor lain yang mampu mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Hal

ini karena individu cenderung membutuhkan sesuatu untuk dipercayai dan

dijadikan pedoman dalam menjalani hidup, sehingga individu cenderung

menjadikan spiritualitas sebagai coping dalam menghadapi berbagai hal yang

terjadi pada dirinya.

Berdasarkan gambaran di atas, dapat dilihat bagaimana kualitas

kesejahteraan psikologis yang baik pada individu dapat tercapai. Berbagai

tantangan yang dialami oleh narapidana pecandu narkotika dapat menunjukkan

bagaimana kualitas kesejahteraan psikologisnya selama menjalani masa pidana.

Tantangan yang didapatkan bukan hanya berasal dari dalam diri, melainkan dari

luar dirinya. Keberadaan di dalam lapas, dimana individu hanya dapat

melakukan aktifitas yang bersifat monoton dan harus hidup terpisah dengan

keluarga memberikan dampak pada individu tersebut dalam proses pemenuhan

kesejahteraan psikologis. Perasaan sedih, putus asa dan kecewa yang dirasakan

oleh individu akan mempengaruhi bagaimana dimensi-dimensi dari

kesejahteraan psikologis terpenuhi, seperti perasaan bersalah yang berlebih pada

diri sendiri yang kemudian akan mempengaruhi bagaimana narapidana dapat

menerima dirinya selama menjalani masa pidana.

Lingkungan sosial yang tidak mendukung narapidana juga dapat

mempengaruhi bagaimana kesejahteraan psikologis narapidana tersebut, seperti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

keberadaan keluarga yang memberikan dukungan lewat kunjungan ke lapas

yang mampu memberikan dampak pada pemenuhan dimensi hubungan hangat

dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi. Tantangan lain yang mungkin di

alami oleh narapidana pecandu narkotika adalah saat dirinya tidak mampu

beradaptasi dengan lingkungan lapas karena kehidupan yang terlalu berbeda

dengan di luar lapas. Hal tersebut akan memengaruhi bagaimana dimensi dari

kemampuan mengatur lingkungan dalam hidup dan otonomi terpenuhi. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini akan berfokus pada

pengalaman-pengalaman yang dialami oleh narapidana pecandu narkotika

selama menjalani masa pidana. Pengalaman-pengalaman tersebut kemudian

dijadikan acuan untuk dapat melihat gambaran kesejahteraan psikologis

narapidana pecandu narkotika, faktor-faktor yang mempengaruhi dan upaya-

upaya yang dilakukan oleh para narapidana untuk mencapai kesejahteraan

psikologisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjabarkan mengenai jenis dan pendekatan yang akan digunakan

dalam penelitian. Di awal akan dijelaskan mengenai fokus penelitian dan karakteristik

informan pada penelitian. Pada bagian akhir akan dijelaskan mengenai metode

pengambilan data, teknik analisis data dan kredibilitas pada penelitian. Berikut adalah

penjelasan dari masing-masing sub-bab dalam bahasan ini:

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang

bersifat ilmiah dan memiliki tujuan untuk memahami atau menggali makna-makna

yang dialami individu dalam kehidupan sosial (Cresswell, 2009). Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data secara deskriptif,

seperti wawancara, catatan lapangan, gambar, foto dan rekaman video

(Poerwandari, 2005). Proses dalam penelitian kualitatif melibatkan prosedur-

prosedur ilmiah, seperti proses pengambilan data yang akan diolah untuk

menemukan pola dan tema, maka secara umum dapat dikatakan bahwa penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang bersifat eksploratorik yang berarti lebih

mengandalkan data berupa ungkapan atau penurutan dari pada subjek penelitian

dalam mengeksplorasi fenomena atau konsep pokok penelitian (Supratiknya, 2015).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

merupakan penelitian yang dilakukan langsung dengan informan dalam bentuk

wawancara, observasi dan video/gambar untuk mendapatkan gambaran yang

kompleks mengenai informan, yang kemudian dapat menggambarkan makna atau

esensi dari fenomena yang diteliti.

Sarantakos (dalam Poerwandari, 2005) memaparkan sejumlah ciri penelitian

kualitatif. Mengacu pada paparan Poerwandari, penelitian akan dilakukan dengan

mengikuti kriteria berikut:

1. Menggunakan pendekatan naratif

Aspek dalam penelitian kualitatif adalah mencoba menarasikan kembali

data yang diperoleh dengan baik agar pembaca dapat memahami kedalaman,

makna dan interpretasi terhadap suatu fenomena yang utuh. Proses

menarasikan dapat dibantu dengan tampilan visual seperti bagan, skema atau

gambar. Pada penelitian ini, penggunaan pendekatan naratif dilakukan dengan

memaparkan pengalaman dan pemaknaan setiap informan dalam alur makna

tertentu yang merepresentasikan cara informan melihat dan merefleksikan

pengalamannya.

2. Studi dalam situasi alamiah

Studi dalam situasi alamiah adalah studi yang bertumpu pada penemuan.

Penelitian dilakukan secara alamiah tanpa campur tangan peneliti dalam

memanipulasi setting. Peneliti berada dalam keadaan yang sebenarnya dan

dapat melihat apa yang muncul atau ditemukan dari fenomena tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

3. Analisis induktif

Penelitian kualitatif dikatakan induktif karena peneliti tidak membatasi

diri dalam upaya menerima atau menolak dugaan-dugaan awal, tetapi mencoba

memahami situasi dan kesesuaian situasi yang muncul.

4. Kontak personal di lapangan

Penelitian kualitatif menekankan pentingnya kedekatan dengan orang-

orang dan situasi penelitian agar peneliti mampu memperoleh pemahaman

yang jelas mengenai realitas dan kondisi nyata sehari-hari. Pada penelitian ini,

pendekatan intensif hanya dilakukan dengan penjaga atau sipir lapas untuk

mendapatkan gambaran umum mengenai kegiatan dan kehidupan di dalam

lapas. Pendekatan intensif tidak dapat dilakukan dengan informan penelitian

karena terbatasnya ruang gerak bertemu dengan informan di dalam lapas.

5. Bersifat netral-empatis

Penelitian kualitatif menganggap bahwa objektivitas murni tidak ada,

karena penelitian kualitatif mengungkap data berdasarkan perspektif subjek

penelitian. Peneliti berkomitmen untuk memahami fenomena dengan

mempertimbangkan kompleksifitas dan keragaman perspektif yang muncul dan

menyeimbangkan hasil penelitian berdasarkan bukti-bukti yang menguatkan

atau melemahkan. Peneliti juga wajib untuk bersikap empatis agar dapat

memperoleh data yang mampu merefleksikan pemikiran dan penghayatan dari

informan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

6. Fleksibelistas pada desain

Desain kualitatif bersifat luwes atau fleksibel sesuai dengan kepentingan

dalam perkembangan penelitian yang dilakukan.

7. Peneliti sebagai instrumen kunci

Pada penelitian kualitatif, kompetensi peneliti adalah hal yang paling

penting. Hal tersebut karena sejak awal peneliti yang memulai dan memilih

topik, mendekati atau memperdalam topik, mengumpulkan data hingga analisis

dan interpretasi.

B. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian dipilih dengan beberapa kriteria yang sudah

ditentukan oleh peneliti. Kriteria informan penelitian ini adalah informan yang

sedang menjalani sanksi pidana di dalam lembaga pemasyarakatan dan merupakan

terdakwa pengguna yang telah kecanduan narkotika. Berdasarkan kriteria yang

telah ditentukan oleh peneliti, maka informan penelitian yang akan diambil

berjumlah 3 orang. Hal tersebut karena terbatasnya ruang gerak peneliti dalam

melakukan penelitian karena birokrasi di dalam lembaga pemasyarakatan dan

informan yang dapat berinteraksi dengan baik juga terbatas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

C. Metode Pengumpulan Data

1. Prosedur Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kota

Kabanjahe, hal tersebut karena di dalam lapas tersebut sebagian besar narapidana

merupakan narapidana yang mendapatkan sanksi pidana karena penggunaan

narkotika, pengedaran dan bandar dari narkotika.

Peneliti melewati proses administrasi dengan surat pengantar penelitian dari

pihak kampus dan selanjutnya diterima oleh pihak dari lapas sebagai izin

melakukan penelitian. Informan penelitian didapatkan atas pilihan pihak lapas

karena alasan beberapa narapidana tidak dapat berkomunikasi dengan baik.

2. Teknik Pengambilan Data

Pada penelitian ini, metode pengumpulan data atau penggalian data yang

dipilih oleh penulis, adalah wawancara. Wawancara merupakan komunikasi dua

arah dan memiliki tujuan tertentu yang akan dicapai dari proses wawancara

(Stewart & Cash dalam Herdiyansyah, 2015). Wawancara yang dilakukan dalam

penelitian ini merupakan wawancara semiterstruktur, yaitu pertanyaan yang disusun

hanya beberapa pertanyaan penting saja, yang lain hanya menyesuaikan respon dari

informan dan probing dari penulis. Wawancara semi terstruktur dilakukan untuk

mendapatkan cerita lengkap secara personal. Tiga pertanyaan utama yang

ditanyakan kepada informan adalah proses dan latar belakang informan sebagai

pecandu, pengalaman hidup di dalam lapas, dan refleksi informan atas pengalaman

di dalam lapas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

D. Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tematik.

Analisis tematik adalah proses mengkode informasi untuk menghasilkan daftar

tema, indikator dan kualifikasi yang berkaitan dengan tema-tema yang ditemukan.

Tema minimal mampu mendeskripsikan dan maksimal dapat diinterpretasikan

berdasarkan fenomena yang diteliti (Poerwandari, 2005). Tema dapat diperoleh

secara induktif dari informasi mentah, atau deduktif berdasarkan teori atau

penelitian-penelitian terdahulu (Boyatzis, 1998 dalam Poerwandari, 2005). Ada

beberapa langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis data melalui analisis

tematik, yaitu:

1. Memadatkan fakta untuk menemukan kata kunci dan tema

Pada tahap ini peneliti mencoba menemukan kata kunci dan tema dari

data yang akan diolah dengan cara membaca transkrip berulang kali,

menyeleksi fakta-fakta yang relevan dengan penelitian yang kemudia fakta-

fakta lebih dipadatkan untuk mendapatkan tema atau kata kunci dari data yang

diperoleh.

2. Membuat analisis data dari teori-teori dasar

Pada tahap ini peneliti akan membuat koding dari hasil tema atau kata

kunci yang telah diperoleh sebelumnya. Koding yang akan dilakukan ada 4

jenis, yaitu kode inisial (initial code), kode interpretatif (interpretative code),

membuat sub-tema dan tema besar. Pada tahap kode inisial, kata kunci yang

diperoleh dipadatkan lagi sesuai kondisi yang kausal. Kemudian pada koding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

interpretatif, kondisi kausal tersebut dipadatkan sesuai dengan konteks atau

fenomena. Selanjutnya, peneliti akan mengumpulkan hasil dari koding

interpretatif mengembangkan hubungan antar koding menjadi kategori-kategori

yang sama menjadi satu sub-tema. Pada tahap akhir, sub-tema yang ditemukan

kemudian ditinjau kembali untuk menemukan hubungan dari sub-tema yang

mampu menggambarkan skema atau model hubungan yang lebih sederhana

dalam bentuk tema besar.

E. Kredibilitas Penelitian

Pada penelitian kualitatif, validitas penelitian disebut sebagai kredibilitas.

Kredibilitas penelitian kualitatif dimaknai dengan sejauh mana peneliti memeriksa

keakuratan temuan-temuannya dengan menerapkan sejumlah prosedur tertentu

(Supratiknya, 2015). Suatu hasil penelitian kualitatif dikatakan memiliki

kredibilitas tinggi jika penelitian tersebut telah mencapai tujuannya dalam

mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial

atau pola interaksi yang kompleks (Afiyanti, 2008). Beberapa penulis menjabarkan

beberapa kriteria yang menggambarkan sejauh mana penelitian kualitatif dapat

dianggap sebagai penelitian yang baik. Elliot et al (dalam Willig, 2013)

menjabarkan beberapa kriteria yang mampu menunjukkan penelitian kualitatif

dianggap baik, peneliti menggunakan 4 dari 6 kriteria yang dijabarkan untuk

menilai sejauh mana penelitiaan ini dianggap baik. Berikut kriteria penelitian

kualitatif yang dianggap baik:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

1. Memiliki satu perspektif

Peneliti memiliki nilai atau asumsi pribadi agar pembaca mampu

menginterpretasikan hasil analisis dan mempertimbangkan dengan interpretasi

yang lain.

2. Menempatkan sampel

Peneliti mampu memberikan gambaran deskripsi mengenai informan dan

kehidupan latar belakang informan agar pembaca dapat menilai relevansi dan

penerapan pada hasil penelitian

3. Memperdalam contoh dari penelitian sebelumnya

Peneliti menggunakan contoh data dari penelitian sebelumnya untuk

menunjukkan hasil dari analisis data, agar pembaca dapat menilai kesesuaian

interpretasi data dan peneliti

4. Resonansi pada pembaca

Peneliti mampu menyajikan materi atau hasil penelitian dengan baik agar

pembaca dapat mengingat dan merasa hasil penelitian memperjelas atau

memperluas pemahaman, dan pembaca dapat mengapresiasi hasil penelitian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan pengambilan data pada penelitian ini berlangsung selama 3

minggu yakni di bulan Juni hingga Juli 2015. Keterbatasan jarak dan waktu

membuat peneliti tidak dapat melakukan rapport yang cukup lama pada

informan penelitian. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah wawancara. Informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini

berjumlah tiga orang. Lokasi serta waktu pelaksanaan wawancara dilakukan

dalam sebuah ruangan lapas yang disediakan oleh petugas lapas, yaitu ruangan

pemeriksaan kesehatan narapidana. Peneliti mewawancarai Informan 1 untuk

pertama kalinya pada tanggal 15 Juni 2015. Kemudian wawancara untuk

informan 2 dilakukan tanggal 22 Juni 2015. Sedangkan wawancara untuk

informan 3 dilaksanakan tanggal 26 Juni 2015.

Proses wawancara dilakukan saat pagi hari, di saat semua narapidana

memiliki waktu bebas untuk melakukan kegiatan di dalam lapas, seperti

berolahraga, mencuci, mandi, bersih-bersih dan lain sebagainya. Wawancara

dilakukan di ruang kesehatan narapidana, dimana beberapa narapidana dan

petugas sesekali masuk untuk mengambil obat atau sekedar mencari perawat

lapas, sehingga proses wawancara sedikit terganggu dengan hadirnya orang lain.

Masing-masing orang memerlukan waktu hingga dua jam saat proses

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

wawancara. Saat proses wawancara berlangsung, informan diberikan waktu

berdua dengan peneliti, sehingga dapat dianggap hasil wawancara tidak

mendapat tekanan dari pihak lapas.

B. Gambaran Informan

Informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah tiga orang

informan. Pemilihan jumlah informan tersebut berdasarkan ketersediaan

informan yang ada di lapas. Dari banyaknya narapidana yang tersangkut kasus

narkotika, pihak lapas memilihkan lima orang yang dianggap masih mampu

untuk berkomunikasi dengan orang lain, tetapi dua di antaranya kurang mau

terbuka saat rapport dan wawancara. Oleh karena itu hanya tiga orang informan

yang dapat memberikan informasi terkait penelitian yang dilakukan. Berikut

adalah gambaran atau profil ketiga informan:

1. Informan I

Informan pertama adalah DN, seorang wanita berusia 29 tahun yang

berasal dari tanah karo di Sumatera Utara, yang sudah mengalami banyak

pengalaman tidak menyenangkan sejak usia anak. Informan mengalami

tekanan psikologis dari ibu tiri hingga mengalami perilaku abusive dari ayah

tirinya. Tidak begitu jelas kapan DN mulai tinggal dengan ibu kandung dan

ayah tirinya. Awalnya DN tinggal bersama ayah kandung dan ibu tirinya,

tetapi DN merasa kekurangan perhatian dari ibu tirinya karena ayahnya

tidak pernah berada di rumah untuk bekerja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Setelah tinggal bersama ibu kandungnya, DN mengalami putus

sekolah, bukan karena ketidakmampuan orangtua secara ekonomi, tetapi

karena DN selalu menjadi biang masalah di sekolah, sering berkelahi

dengan teman-temannya. Setelah putus sekolah, kegiatan DN hanya sesekali

membantu orangtuanya di pasar, tetapi lebih sering pergi bermain dengan

teman-temannya yang memperkenalkan minum-minuman beralkohol.

Menjalin cinta dengan seorang pria memang lazim dilakukan oleh DN

saat remaja. Memilih seorang laki-laki dengan latar belakang pecandu

narkotika dan memiliki masa lalu buruk membuat DN merasa iba hingga

akhirnya mendapat seorang anak dari hubungan di luar pernikahan tersebut.

Pada kondisi hamil, DN harus menikah dengan adat batak karo dengan laki-

laki tersebut. DN mulai mengenal narkotika dari suaminya yang merupakan

pecandu narkotika. Hanya mengikuti dan mencoba dari pemberian suami.

Pernikahan DN tidak berlangsung lama, hanya bertahan selama 1 tahun

karena DN merasa suaminya tidak mampu bertanggung jawab pada dia dan

anaknya.

Sejak bercerai, DN kembali berkumpul dengan teman-temannya yang

membuat DN kembali menjadi pecandu alkohol dan narkotika. DN

memiliki pola hidup yang buruk, bahkan jarang pulang ke rumah sehingga

terkadang orangtua merasa khawatir dan selalu menduga DN mengalami

kejadian-kejadian yang buruk di luar. Kehidupan DN yang semakin

kecanduan pada alkohol dan narkotika mulai memberikan dampak pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

fisik, kognitif dan psikologisnya. DN mulai memiliki pemikiran bahwa

tanpa alkohol dirinya merasa sakit, mulai mengalami gangguan delusi dan

bahkan sampai melakukan tindak kriminal untuk memenuhi kecanduannya.

Sebelum akhirnya tertangkap dan masuk ke dalam lembaga

pemasyarakatan atau lapas, DN sempat mendapatkan rehabilitasi. DN

merasa bahwa gangguan delusi yang dialami membuat perasaan menderita

sehingga akhirnya DN berkeinginan untuk sembuh sehingga menerima

tawaran pertolongan dari kenalan ibunya untuk masuk ke dalam rehabilitasi.

Keinginan untuk sembuh kandas karena DN merasa tidak mampu

melanjutkan program-program yang diberikan saat rehabilitasi, DN merasa

bahwa program rehabilitasi hanya menguras kesabarannya. Akhirnya DN

memutuskan kabur dari rehabilitasi dan merasa mendapat dukungan dari

ibunya.

Berhasil kabur dari rehabilitasi, DN menemui kekasih barunya yang

ternyata merupakan seorang pengedar narkotika. DN merasa semakin

terjerumus pada narkotika karena pengaruh pasangannya tersebut hingga

akhirnya DN tertangkap dan masuk ke dalam lapas. Saat mendapat pilihan

untuk mendapat rehabilitasi atau mendapat hukuman di lapas, DN dengan

tegas lebih memilih berada di lapas walau dengan waktu hukuman lebih

lama.

DN mendapat hukuman kurungan di lapas selama enam tahun dan

telah menjalani tiga tahun dari masa tahanan. Sejauh ini DN merasa bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

lapas lebih baik dibandingkan rehabilitasi karena dapat melakukan aktivitas-

aktivitas yang disukai oleh DN ketika berada di dalam lapas.

2. Informan II

Informan kedua adalah YG yang merupakan seorang pria berusia 26

tahun. YG telah menjadi tahanan di sebuah lapas daerah Sumatera Utara

karena penggunaan narkotika. YG merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara, dimana YG dan saudara tertuanya sama-sama menggunakan

narkotika dan ditangkap bersamaan karena kasus yang sama. Namun, saat

telah mendapat putusan dari pengadilan, YG dan saudaranya tidak berada di

lapas yang sama karena hukuman kurungan yang dijatuhkan pada

saudaranya jauh lebih lama dibandingkan YG.

YG dan keluarganya tinggal di sebuah desa kecil di wilayah

Kabanjahe, Sumatera Utara. YG merupakan seorang dengan suku batak

karo. Keluarga YG dapat dikatakan memiliki kemampuan ekonomi lebih

dari cukup. Hal tersebut dikarenakan kemampuan orangtua menyekolahkan

YG sampai ke jenjang perguruan tinggi walau beberapa kali harus pindah

sekolah dan putus kuliah saat di perguruan tinggi. Saat berada di lapas, YG

tetap menerima uang dari orangtuanya dengan jumlah yang tidak sedikit

untuk keperluannya membeli narkotika.

YG mulai mengenal narkotika saat berada di bangku sekolah dan

tinggal di Medan karena harus sekolah jauh dari orangtua. YG mengawali

dengan menggunakan ganja dan akhirnya sampai menggunakan sabu-sabu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

dengan kadar candu yang lebih tinggi saat di perguruan tinggi. Saat berhenti

kuliah, YG mencoba membuat wirausaha bus, tetapi gagal karena kembali

menggunakan narkotika yang akhirnya membuat keadaan ekonomi keluarga

semakin buruk, hingga akhirnya YG bersama saudaranya tertangkap dan

berada di lapas dengan masa tahanan tiga tahun dan telah menjalani sepuluh

bulan masa tahanan.

Enam bulan pertama di lapas YG masih sering menerima kunjungan

dari orangtuanya, tetapi empat bulan terakhir orangtuanya sudah mulai tidak

datang karena YG masih tetap menggunakan narkotika saat di lapas. YG

yang mulai merasa bersalah kepada orangtuanya meniatkan diri untuk

bertobat dengan berhenti menggunakan narkotika dan hal tersebut dibantu

dengan kegiatan yang dijalani di gereja lapas. YG mulai sering melakukan

aktivitas di gereja dan mengambil bagian di dalam gereja, hingga

berkonsultasi dengan pendeta yang bertugas di sana. DN juga mencari uang

dengan menjual rokok pada para tahanan lain yang ada di lapas. YG yang

akhirnya mengaku mampu untuk tidak kembali menggunakan narkotika

ketika di lapas, merasa bisa kembali ke masyarakat tanpa takut untuk

terjerumus kembali menggunakan narkotika.

3. Informan III

Informan ketiga adalah EG. Pria yang dilahirkan dan dibesarkan di

tanah karo Sumatera Utara. Kemampuan ekonomi keluarga EG dapat

dikatakan sebagai golongan di bawah rata-rata yang menyebabkan EG harus


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

putus sekolah sejak SD karena tidak adanya biaya dari orangtuanya. EG

merasa tidak mendapatkan dukungan untuk sekolah dari orangtuanya dan

akhirnya harus merantau ke tempat keluarganya agar bisa tetap sekolah

seperti keinginan abangnya. EG merasa bahwa hanya abangnya yang

memberikan dukungan untuk terus sekolah agar dapat mencapai cita-

citanya. Namun, semenjak abang EG meninggal dunia, EG merasa hidupnya

menjadi tidak bergairah karena kehilangan orang yang paling mampu

memberi semangat dan dukungan padanya.

Keadaan keluarga yang hanya bekerja di ladang sebagai petani,

memaksa EG untuk tinggal dan bekerja dengan keluarganya yang lain agar

dapat sekolah. Hal tersebut dilakukan oleh EG karena abang EG

memintanya untuk menjadi aparat keamanan negara. Saat sebelum

meninggal, abang EG juga merupakan seorang narapidana, tetapi EG tidak

menceritakan secara detail mengenai kasus pidana yang dialami oleh

saudara kandungnya tersebut. Tidak lama setelah keluar dari lapas, abang

EG meninggal dunia, tentunya hal tersebut membuat rasa kehilangan yang

mendalam pada EG.

Semenjak kehilangan abangnya, EG mulai mengenal pergaulan yang

membawa pengaruh negatif pada dirinya . EG mengikuti kenakalan teman-

temannya dengan ikut balap liar hingga sempat putus sekolah saat sekolah

menengah pertama. Pada saat memasuki sekolah menengah atas EG mulai

mencoba mengkonsumsi narkotika hingga EG harus putus sekolah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

mendekati ujian akhir. EG merasa bahwa narkotika dapat memberikan

ketenangan saat dirinya merasa tertekan dan putus asa, sehingga EG dengan

kesadaran penuh mau mengikuti teman-temannya yang mengkonsumsi

narotika.

Sebelum tertangkap EG mengaku hanya mengikuti teman-temannya

saja karena merasa tidak mengalami kecanduan pada narkotika. Saat

tertangkap EG tengah menggunakan narkotika bersama teman-temannya

dan akhirnya berada pada lapas yang sama. Namun, walaupun di lapas

masih dapat menggunakan narkotika, EG merasa tidak terganggu karena

merasa tidak mengalami kecanduan pada narkotika. EG merasa

menggunakan narkotika bukan karena kecanduan, tetapi hanya karena

terpengaruh dengan ajakan teman-temannya yang menggunakan narkotika.

Lapas membuat EG menyesali segala perbuatannya hingga memilih

untuk tidak kembali bergaul dengan teman-temannya yang masih

menggunakan narkotika. Hal tersebut karena perasaan bersalah yang begitu

besar kepada abang dan keluarganya, hingga EG merasa tidak pantas dan

tidak layak pada dirinya sendiri. EG masih harus menjalani selama 6 bulan

masa tahanan lagi dari satu tahun hukuman yang diterima oleh EG.

C. Hasil Penelitian : Informan I

Dari hasil analisa data, ditemukan empat tema yang menggambarkan

kesejahteraan psikologis informan. Keempat tema tersebut adalah:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

1). memandang masa pidana sebagai masa pengembangan diri; 2). memaknai

keluarga sebagai motivator; 3). memandang hidup sebagai beban; dan 4).

memandang relasi sosial sebagai sumber dukungan. Keempat tema tersebut

menggambarkan bagaimana perasaan dan pengalaman informan dalam

menjalani masa pidana sebagai narapidana di dalam lapas. Menjalani masa

pidana membuat informan memandang hidupnya sebagai beban yang harus

ditanggung, sehingga dirinya merasa memerlukan bantuan berupa motivasi dari

relasi sosial, seperti keluarga dan teman-teman dalam lingkup sosial. Proses

menjalani masa pidana membuat informan lambat laun merasa bahwa masa

pidana merupakan masa diri untuk berkembang dan meningkatkan kemampuan

agar dapat menjadi individu yang lebih baik. Keempat tema tersebut akan diulas

satu per satu sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Tabel 4.1
Tabulasi tema informan I

No Sub-Tema Tema
1 Menjadikan masa lalu sebagai
pembelajaran Memandang masa pidana
2 Merasa mengalami perkembangan di sebagai masa pengembangan
lapas diri
3 Rehabilitasi sebagai ujian kesabaran
4 Ingin mengalami perkembangan diri
5 Religiusitas sebagai koping

1 Keinginan membahagiakan keluarga Memaknai keluarga sebagai


2 Perasaan bersalah pada keluarga motivator

1 Merasa hidup penuh beban


2 Memandang diri tidak mampu
3 Tidak mampu menghadapi tantangan Memandang hidup sebagai
dalam proses berkembang beban

1 Membutuhkan dukungan sosial Relasi sosial sebagai sumber


2 Memiliki relasi sosial yang baik dukungan

C.1 Ulasan Tema Pertama pada Informan I

Tema pertama yang menggambarkan kesejahteraan psikologis

informan adalah “memandang masa pidana sebagai masa pengembangan

diri”. Tema ini menggambarkan ungkapan perasaan dan pengalaman

informan yang melihat hal-hal yang dialami dan dihadapi dalam tahanan

justru sebagai sarana untuk memperbaiki diri. ada sejumlah sub-tema

yang menggambarkan bagaimana informan memaknai masa tahanannya

sebagai sarana memperbaiki diri yang akan dijabarkan sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

C.1.1 Menjadikan masa lalu sebagai pembelajaran

Sub-tema pertama adalah „menjadikan masa lalu sebagai

pembelajaran‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana

informan berusaha memaknai masa lalu-nya yang bermasalah

justru sebagai sebagai pengingat tentang hal-hal dan perilaku

yang ingin dia perbaiki di masa datang. Sub-tema ini

menggambarkan sikap reflektif informan untuk belajar dari

situasi tidak menyenangkan di masa lalu dan mengambil langkah-

langkah perubahan supaya pengalaman tidak menyenangkan di

masa lalu tidak terulang. Pemaknaan ini misalnya tercermin

dalam ungkapan berikut:

“…ya kadang istilahnya, saya ambil hikmat dari trauma saya


dulu. Karna saya juga bisa dibilang korban perkosaan, mungkin
dari situ saya bisa menghindari...istilahnya laki-laki” (informan I,
95-98)

C.1.2 Merasa mengalami perkembangan di dalam lapas

Sub-tema kedua adalah „merasa mengalami perkembangan

di lapas‟. Sub-tema ini menggambarkan ungkapan perasaan dan

pengalaman informan yang menunjukkan bagaimana informan

melihat adanya perubahan-perubahan positif dalam dirinya

selama menjalani pidana. Pengalaman tidak menyenangkan

membuat informan merasa menjadi individu yang berkembang

kea rah yang lebih baik lagi. Hal ini tercermin dalam ungkapan

Informan I berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

“…Cuma selalu saya pikirkan istilahnya, apa yang saya dapat,


gitu. Itu yang bikin saya kuat sebetulnya. Cuman kalo
diluarpun saya lihat ya, emosi saya kayak mana, kalo misalnya
ada saya rasa ga pas, sama sama makan nasi kok. Kayak mana
rupanya, kan kalo udah bisa saya mandiri.” (informan I, 449-
455)

“…Tapi kan istilahnya, saya sakit hati, gitu. Disitu makanya


istilahnya, ya kayak gini rupanya, pikir ku gitu. Disinilah
istilahnya hal yang saya dapatkan paling besar kesabaran”
(Informan I, 396-399)

Informan merasa menjalani masa pidana membuat dirinya

menjadi orang yang lebih mandiri dibandingkan sebelum berada

di dalam lapas, selain itu dirinya menjadi lebih sabar menghadapi

tantangan yang dialami selama menjalani masa pidana

C.1.3 Rehabilitasi sebagai ujian kesabaran

Sub-tema ketiga adalah „rehabilitasi sebagai ujian

kesabaran‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan

memaknai pengalaman dan perasaan yang di alami oleh informan

di dalam lapas dengan membandingkan dirinya saat menjalani

rehabilitasi. Kehidupan didalam lapas dianggap lebih memberi

kebebasan pada informan dalam melakukan sesuatu

dibandingkan rehabilitasi, dimana program rehabilitasi membuat

informan merasa tidak mampu dan kehilangan kesabaran,

sehingga informan merasa bahwa rehabilitasi merupakan sebuah

ujian yang menguji kesabarannya. Hal ini tercermin dari

ungkapan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

“…Yang saya rasakan di rehab itu, kayak mana, saya ga nerima


gitu, karna disana kan bukan ee fisik kita yang di apakan,
mental kita disuruh apa, kesabaran di apakan, disanalah kita
rame gitu dibikinlah, ada istilahnya namanya single-nya. Itu
sebagai istilahnya penggoda gitukanlah. Kalo kita kayak mana,
ngetes kesabaran kita. Jadi, saya ga sabar gitu” (informan
I,168-175)

C.1.4 Ingin mengalami perkembangan diri

Sub-tema keempat adalah „ingin mengalami perkembangan

diri‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan

memandang pengalamannya saat sebelum dan sesudah di lapas,

dimana informan merasa merasakan lebih banyak pengalaman

tidak menyenangkan. Pengalaman tersebut membuat dirinya

berkeinginan untuk menjadi individu yang lebih baik, mengalami

peningkatan dan perkembangan pada diri agar tidak kembali pada

kesalahannya di masa lalu. Hal ini tercermin dari kutipan berikut:

“…mau bantu orangtua lah, karena istilahnya-pun udah banyak


kali keluar uang mereka buat saya karna bandal dulu. Jadi apa
ya, gimana, mau jadi lebih baik aja-lah. Cukuplah hidup kayak
gini ini” (Informan I, 585-589)

“…Saya rasa istilahnya rasanya selama saya di penjara ini, ya


niat saya untuk berubah memang makin kuat” (Informan I,
344-346)

C.1.5 Religiusitas sebagai koping

Sub-tema terakhir adalah „religiusitas sebagai koping‟. Sub-

tema ini menggambarkan bagaimana informan memandang

religiusitas sebagai tempat untuk berkeluh kesah, meminta maaf

dan tempat untuk mendapatkan kekuatan dalam menjalani masa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

pidana di dalam lapas. Penyesalan dan rasa bersalah membuat

informan mencari tempat untuk membagikan keluh kesah dan

kecemasannya dalam menjalani hidup di dalam lapas, sehingga

informan merasa perlu meminta maaf dan meminta kesempatan

kepada Tuhan agar kehidupannya setelah keluar dari lapas

menjadi lebih baik. Gambaran ini tercermin dari kutipan berikut:

“…Tuhan tolong beri saya kekuatan, gitukan. Saya tau saya


lemah, sering jatuh. Udah kayak gini, keluar nanti, udah saya
konsep semuanya kayak mana nantinya gitu kan. Tapi kalo
kesilapan selalu ada ya Tuhan. Tolong bantu saya, gitu”
(Informan I, 572-577)

C.2 Ulasan Tema Kedua pada Informan I

Tema kedua yang ditemukan dari hasil analisa data dari informan I

adalah “Memaknai keluarga sebagai motivator”. Tema ini

menggambarkan bagaimana perasaan dan harapan informan pada diri

dan keluarganya yang membuat informan mampu menjalani masa

pidananya dengan berkeinginan untuk mengalami perkembangan agar

dapat membahagiakan keluarganya. Keluarga dimaknai sebagai sumber

penyemangat atau motivasi dalam menyadari kesalahan dan keinginan

untuk berkembang menjadi lebih baik. Berikut merupakan beberapa sub-

tema yang menggambarkan bagaimana informan memaknai hubungan

dengan keluarganya selama dirinya menjalani masa pidana di lapas:

C.2.1 Perasaan bersalah pada keluarga

Sub-tema yang pertama adalah „perasaan bersalah pada

keluarga‟. Pada sub-tema ini menggambarkan bagaimana


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

informan menyesali segala perbuatannya di masa lalu yang

menyebabkan dirinya mendapatkan sanksi pidana, sehingga

membebani keluarganya. Informan mengalami perasaan bersalah

karena telah membebankan tanggung jawab yang begitu besar

pada keluarganya, seperti masih membebani orangtua untuk

menjaga anaknya. Hal ini tercermin pada kutipan berikut:

“…udah semua bebanku, kukasikan sama dia. Jadikan ya


Tuhan, tolong aku, kasikan aku waktu buat mama-ku itu sehat
sampai aku keluar dan kasi aku waktu istilahnya untuk
memberi dia kebahagiaan” (Informan I, 506-511)

C.2.2 Keinginan membahagiakan orangtua

Sub-tema kedua adalah „keinginan membahagiakan

keluarga‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan

merasa bersalah kepada keluarganya, sehingga dirinya merasa

harus mengalami perkembangan untuk dapat mengurangi beban

keluarga dan mampu memberikan kehidupan yang lebih baik

pada keluarga setelah selesai menjalani masa pidana di dalam

lapas.Perasaan ini muncul setelah perasaan bersalah yang dialami

informan kepada keluarganya terkait segala perbuatannya di masa

lalu. Hal ini digambarkan melalui kutipan berikut:

“aku jahat kali, aku bisa jadi kawanmu, keluarpun nanti aku
mak, kamu berhenti aja yang bekerja, aku yang gantikan kamu.
Ku bilang” (informan I, 489-492)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

C.3 Ulasan Tema Ketiga pada Informan I

Tema ketiga adalah “memandang hidup sebagai beban”. Tema ini

menggambarkan bagaimana informan memandang dan memaknai

kehidupannya dari awal hingga saat dirinya menjalani sanksi pidana di

lapas. Informan yang merasa bahwa dirinya menjalani kehidupan yang

berat, seperti mengalami banyak tantangan dalam proses berkembang

dimana dirinya terkadang merasa tidak mampu. Selama menjalani

kehidupan terkadang informan mempertanyakan makna hidup yang

sedang di jalani olehnya. Ada sejumlah sub-tema yang menggambarkan

bagaimana informan memandang kehidupannya sebagai beban berat

yang akan dijabarkan sebagai berikut:

C.3.1 Merasa hidup penuh beban

Sub-tema pertama adalah „merasa hidup penuh beban‟.

Pada sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan

memandang kehidupannya, dimana dirinya merasa terkadang

mempertanyakan makna hidupnya sendiri karena pengalaman

hidupnya yang dirasa membebani dirinya. Hal tersebut tercermin

pada kutipan

“…ya, kalo beratnya, ga saya ambil apa-nya ya, berat memang.


Kadang ya, ngapain hidup-pun” (Informan I, 118-120)

Pernyataan di atas muncul setelah informan menceritakan

mengenai pengalamannya di masa lalu ketika kecanduan alkohol


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

dan narkotika, dimana informan mengalami banyak hal untuk

memenuhi rasa candunya

C.3.2 Memandang diri tidak mampu

Sub-tema kedua adalah „memandang diri tidak mampu‟.

Pada sub-tema ini, informan menggambarkan bagaimana

perasaan dan pandangan informan terkait dirinya sendiri yang

merasa tidak percaya pada kemampuannya, sehingga informan

berpasrah pada Tuhan dan keadaan selama dirinya berada di

dalam lapas. Hal tersebut, tercermin pada kutipan berikut:

“seandainya ga bisa-pun, berarti Tuhan masih sayang sama


saya. Kalau saya keluar-pun, mungkin saya belum bisa
berubah, gitu” (informan I, 418-421)

C.3.3 Tidak mampu menghadapi tantangan dalam proses berkembang

Sub-tema ketiga adalah „tidak mampu menghadapi

tantangan dalam proses berkembang‟. Sub-tema ini

menggambarkan pandangan informan pada dirinya sendiri dalam

proses perkembangan diri. Informan merasa tidak mampu

mengontrol diri, sehingga informan merasa terkadang dirinya

tetap melakukan kesalahan dan merasa butuh untuk dimaklumi

untuk kesalahan yang dilakukannya dalam menghadapi tantangan

untuk berkembang selama menjalani masa pidana. Hal ini

ditunjukkan melalui kutipan berikut:

“…kadang-kadang bisa dibilang, ya walaupun dalam seribu


sekali silapnya ya tetap ada, kan gitu. Karena saya ga bisa
mengontrol diri, gitu.” (informan I, 349-352)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

C.4 Ulasan Tema Keempat pada Informan I

Tema keempat adalah “relasi sosial sebagai sumber dukungan”.

Tema ini menggambarkan bagaimana informan menjalani relasi

sosialnya di dalam lapas, dan bagaimana informan memandang relasi

sosial sebagai bagian dalam proses menjalani masa pidana di lapas.

Informan merasa bahwa dirinya merupakan individu yang mampu

memiliki relasi sosial yang baik, walau terkadang dirinya merasa bahwa

tidak mendapat timbal balik dari relasi sosial yang dibangun oleh dirinya.

Ada beberapa sub-tema yang menggambarkan bagaimana informan

memandang relasi sosial sebagai sumber dukungan, berikut

penjabarannya:

C.4.1 Membutuhkan dukungan sosial

Sub-tema pertama adalah „membutuhkan dukungan sosial‟.

Pada sub-tema ini, menggambarkan bagaimana informan merasa

bahwa dirinya kerap merasa ditinggalkan padahal informan

membutuhkan dukungan sosial untuk bertahan menjalani masa

pidana. Informan merasa tidak menerima dukungan dari relasi

sosial dalam bentuk apapun, sehingga dirinya menjadi meratapi

kehidupan. Hal ini tampak dari kutipan berikut:

“…disaat saya terpuruk itu, kenapa tidak ada orang yang


mengulurkan tangan buat saya? (Informan I, 394-395)

“…jangankan istilahnya mau ngasi apa gitu, mau ngomong


untuk ngasi kesabaran aja ga ada. Itu makanya, kayak gini
rupanya hidup ini bah” (Informan I, 403-405)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

C.4.2 Memiliki relasi sosial yang baik

Sub-tema kedua adalah „memiliki relasi sosial yang baik‟.

Sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan menjalani

kehidupan sosialnya dengan membangun hubungan baik dengan

teman-teman di dalam lapas. Informan menggambarkan

bagaimana hubungan baik yang terjalin dari kegiatan yang sering

dilakukan bersama dengan teman-teman di dalam lapas. Hal ini

tercermin dari kutipan berikut:

“…baik. namanya juga kawan sependeritaan kan. Cuma ya,


istilahnya berantam-pun ga bisa diingkari kan. Kalo saya
orangnya ga di kacau (ganggu), ga akan saya kacau orang lain.
Jadi kalo ada misalnya ee istilahnya mengganggu urusan saya,
nah itu biasanya saya kelai-kan orangnya. Cuma ya kebanyakan
baiknya semua kalo bekawan disini” (Informan I, 438-446)

D. Hasil Penelitian: Informan II

Dari hasil analisa data, ditemukan empat tema yang menggambarkan

kesejahteraan psikologis pada informan. Keempat tema tersebut adalah 1).

Memaknai keluarga sebagai sumber dukungan dan motivasi; 2). Keinginan kuat

untuk terus mengalami peningkatan diri; 3). Memandang spiritualitas sebagai

coping; dan 4). Memandang lapas dan rehabilitasi sebagai tempat proses

pembelajaran. Keempat tema tersebut muncul sebagai perwujudan dari perasaan

dan pengalaman informan selama menjalani masa pidana. Informan kerap kali

memandang lapas dan rehabilitasi sebagai tempat untuk berproses menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

baik, sehingga selalu termotivasi untuk mengalami peningkatan dan

perkembangan pada diri. Proses mengalami peningkatan tidak terlepas dari

motivasi yang didapatkan berkat dukungan keluarga dan kemampuan

spiritualitas informan sebagai coping dalam menjalani masa pidana. Keempat

tema tersebut akan dibahas secara satu persatu, sebagai berikut:

Tabel 4.2
Tabulasi Tema Informan II

No Sub-Tema Tema
1 Perasaan bersalah pada keluarga
2 Keluarga menjadi motivasi untuk terus
berkembang Memaknai keluarga
3 Membutuhkan dukungan dari keluarga sebagai sumber
4 Kehilangan dukungan keluarga membuat dukungan dan motivasi
perasaan rindu

1 Merasa diri mengalami perkembangan Keinginan kuat untuk


2 Keinginan untuk mengalami peningkatan dan mengalami peningkatan
perkembangan diri
3 Membatasi diri agar terhindar dari pengaruh
negatif yang berasal dari lingkungan sosial
4 Memandang diri tidak mampu

1 Religiusitas sebagai coping Memandang


2 Perasaan bersalah pada keluarga dan Tuhan spiritualitas sebagai
coping

1 Lapas memberikan dampak positif Memandang lapas dan


2 Memiliki relasi positif dengan orang lain rehabilitasi sebagai
3 Lapas memberikan dampak negatif tempat proses
4 Program rehabilitasi memunculkan rasa pembelajaran
tersiksa

D.1 Ulasan Tema Pertama pada Informan II

Tema pertama yang menggambarkan kesejahteraan psikologis

informan adalah “Memaknai keluarga sebagai sumber dukungan dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

motivasi”. Tema ini menggambarkan bagaimana informan memaknai

hubungan dengan keluarga selama berada di lapas, dimana dirinya

merasakan perasaan bersalah kepada keluarga karena kesalahan yang

dilakukannya, sehingga dirinya ingin memperbaiki diri agar mampu

membahagiakan keluarganya. Ada sejumlah sub-tema yang

menggambarkan bagaimana informan memaknai hubungannya dengan

keluarga sebagai sumber dukungan dan motivasi, yang akan dijabarkan

sebagai berikut:

D.1.1 Perasaan bersalah pada keluarga

Sub-tema yang pertama adalah „perasaan bersalah pada

keluarga‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana keberadaan

di dalam lapas membuat informan merasa menyesal kepada

keluarga yang mengalami banyak kesulitan karena kesalahan

yang dilakukannya. Informan merasa penyesalan yang terlambat

membuat keluarga semakin mengalami kesulitan. Hal ini

tercermin dari kutipan berikut:

“…menyesal lah. Udah saya hancurkan yang nama nya


keluarga itu, kayak ga bisa lagi saya, apa saya bisa sampai kan
karna menyesal kali rasa nya. Itulah, udah kayak gini baru lah
saya sadar, bukan dari dulu saya tobat itu, udah habis semua
baru saya sekarang menyesal” (Informan II, 180-185)

D.1.2 Keluarga menjadi motivasi untuk terus berkembang

Sub-tema kedua adalah „keluarga menjadi motivasi untuk

terus berkembang dan membahagiakan keluarga. Sub-tema ini

menggambarkan bagaimana perasaan bersalah pada informan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

kepada keluarganya, membuat dirinya berkeinginan untuk

mengalami perubahan yang positif pada dirinya agar keluarga

bahagia ketika dirinya keluar dari lapas. Niatan informan

ditunjukkan dengan kesungguhannya untuk berhenti

mengkonsumsi narkotika sebagai bentuk dari perubahan positif

pada dirinya. Sub-tema ini dapat tercermin dari kutipan berikut:

“Tapi sekarang udah jadi kayak mana ya, udah gamau lagi
kayak gitu. Udah habis harta orangtua. Sampai terganggu
sekolah, sampe adek yang ga make pun ikut keganggu
kuliahnya karna abang nya. Ya, apa ya, aku pun udah bosan
hidup kayak gini. Menyesal lah udah. Mudah-mudahan keluar
pun nanti, ga ku ulangi lagi narkoba ini” (Informan II, 339-
345)

D.1.3 Membutuhkan dukungan dari keluarga

Sub-tema ketiga adalah „membutuhkan dukungan dari

keluarga‟. Sub-tema ini menunjukkan bagaimana kebutuhan

informan akan dukungan sosial dari keluarganya dalam menjalani

masa pidana di lapas. Dukungan sosial dari keluarga membuat

informan merasa lebih baik dan termotivasi untuk keluar dari

lapas menjadi individu yang lebih baik lagi. Kehilangan

dukungan keluarga membuat informan merasa sedih sehingga

menimbulkan motivasi pada dirinya. Hal ini tercermin pada

kutipan berikut:

“…Akhirnya mereka udah jarang kesini, mulai saya rasa kan


sakit nya. Disitu lah saya mulai mau mau itu bah, mau mau ikut
gereja” (Informan II, 366-368)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

D.1.4 Kehilangan dukungan keluarga membuat perasaan rindu

Sub-tema terakhir adalah „kehilangan dukungan keluarga

membuat perasaan rindu‟. Sub-tema ini menggambarkan

bagaimana perasaan informan kepada keluarganya yang berhenti

memberikan dukungan sosial, baik dalam bentuk finansial

maupun kunjungan ke lapas. Ketidakhadiran keluarga membuat

informan tersadar akan kesalahannya, sehingga dirinya ingin

kembali berkumpul dengan keluarganya. Perasaan ingin bertemu

keluarga semakin terasa ketika informan merasa jenuh di dalam

lapas. Hal ini tercermin dari kutipan berikut:

“…Pengen lah keluar sana, ketemu sama keluarga, kumpul


lagi. Kalo disini kan, apa apa susah. Gimana di bilang ya, jenuh
aja liat itu itu aja, cuma gitu gitu aja” (Informan II, 92-95)

D.2 Ulasan Tema Kedua pada Informan II

Tema kedua adalah “keinginan kuat untuk terus mengalami

peningkatan pada diri”. Tema ini menggambarkan bagaimana tekad dan

keinginan informan untuk terlepas dari narkotika dan ingin mengalami

perubahan yang positif pada dirinya selama dirinya menjalani masa

pidana. Proses menuju keinginan untuk berkembang melalui beberapa

fase, seperti merasa diri tidak mampu dan merasa perlu membatasi diri

dengan lingkungan sosila karena perasaan takut kembali pada kesalahan

yang sama. Hal tersebut kemudian menjadi dasar informan untuk

berkeinginan mengalami perkembangan dan peningkatan pada diri


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

selama menjalani masa pidana. Ada sejumlah sub-tema yang

menggambarkan keinginan informan untuk mengalami perkembangan

dan peningkatan selama di dalam lapas. Berikut penjabaran dari beberapa

sub-tema tersebut:

D.2.1 Merasa diri mengalami perkembangan

Sub-tema pertama adalah „merasa diri mengalami

perkembangan‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana

pandangan dan perasaan positif informan pada dirinya sendiri

saat berada di dalam lapas. Informan membandingkan dirinya

dari sebelum dan awal masuk ke dalam lapas, hingga saat

pengambilan data dilakukan, dimana informan merasa bahwa

dirinya mengalami perkembangan yang lebih baik. Hal ini

tercermin dari kutipan berikut:

“…bisa meninggalkan narkoba, salah satunya. Sudah bisa


mulai menerima kenyataan. Dan masih banyaklah. Kalo dulu,
saya masih baik sama keluarga gitu, saya masih minta di kirimi
uang, kalo ga di kirim, saya bisa ngamuk besar disini. Orangtua
saya bentak bentak “emang kau udah ga sayang lagi”, tapi
sekarang udah ga gitu lagi, dan saya ga pernah lagi. Udah ga
pernah datang uang dari orangtua saya lagi. Saya
mengandalkan kesehatan aja ndak cukup, aku biarkanlah dia
sendiri aja lah yang mengerti” (Informan II, 125-135)

D.2.2 Keinginan untuk mengalami peningkatan dan perkembangan

Sub-tema kedua adalah „keinginan untuk mengalami

peningkatan dan perkembangan‟. Sub-tema ini menunjukkan

bagaimana tekad informan untuk memenuhi keinginannya

mencapai perkembangan dan peningkatan yang lebih baik pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

dirinya selama dirinya berada di dalam lapas agar dirinya menjadi

individu yang lebih baik saat keluar dari lapas. Hal ini tercermin

dari kutipan berikut:

“…udah cukup lah disini terakhir. Jangan lah lagi masuk sini,
apalagi make narkoba itu. Cukup bantu orang tua aja lah. Udah
kasihan kali mereka, sengsara. Biar ku ganti semua yang udah
ku buat itu sama mereka” (Informan II, 306-310)

D.2.3 Membatasi diri agar terhindar dari pengaruh negatif yang berasal

dari lingkungan sosial

Sub-tema ketiga adalah „membatasi diri agar terhindar dari

pengaruh negatif yang berasal dari lingkungan sosial‟. Sub-tema

ini menggambarkan bagaimana pandangan informan pada

lingkungan sosialnya yang dianggap mampu mempengaruhi

dirinya. Informan merasa perlu membatasi diri dengan

lingkungan yang membawa pengaruh negatif, sehingga dirinya

tidak kembali mengulang kesalahan yang pernah dilakukannya di

masa lalu. Hal ini ditunjukkan dari kutipan berikut:

“…Disini pun semua make, nanti kalau dekat dekat kali pun,
jadi ikut lagi make. Cukup lah liat-liat aja. Karna di kamar pun
rame kan, jadi ya banyak lah kenal” (Informan II, 316-319)

D.2.4 Memandang diri tidak mampu

Sub-tema keempat adalah „memandang diri tidak mampu‟.

Sub-tema ini menggambarkan bagaimana pandangan informan

pada dirinya dalam proses perkembangan. Informan kadang

merasa tidak mampu untuk menjadi individu yang lebih baik,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

sehingga merasa rendah diri. Hal ini tercermin dari kutipan

berikut:

“…Disini pun semua make, nanti kalau dekat dekat kali pun,
jadi ikut lagi make. Cukup lah liat-liat aja. Karna di kamar pun
rame kan, jadi ya banyak lah kenal” (Informan II, 316-319)

D.3 Ulasan Tema Ketiga pada Informan II

Tema ketiga adalah “memandang spiritualitas sebagai coping”.

Tema ini menggambarkan bagaimana informan menjadikan kegiatan

spiritualitas sebagai kegiatan utama di dalam lapas. Kegiatan spiritualitas

dianggap informan sebagai kegiatan yang membuat dirinya mampu

menjadi lebih baik, seperti berhenti menggunakan narkotika dan mulai

berkembang dari segi emosional. Ada sejumlah sub-tema yang

menggambarkan bagaimana spiritualitas informan menjadi coping

selama berada di dalam lapas yang akan dijabarkan sebagai berikut:

D.3.1 Religiusitas sebagai coping

Sub-tema pertama adalah „religiusitas sebagai coping‟. Sub-

tema ini menunjukkan bagaimana informan memandang

kekuatan spiritualitas selama dirinya berada di dalam lapas.

Informan merasa banyak mengalami dampak positif dari

pengalaman spiritualitasnya yang membuat ia semakin

berkembang menjadi individu yang lebih baik. Hal ini tercermin

dari kutipan berikut:

“…ya itu, kadang menyesal, kadang apa, kadang bersyukur


juga. Campur aduk, apalagi pas pertama-tama dulu. Kalo dulu
pertama masih banyak marahnya karna rasa nya ga terima aja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

saya ada disini, tapi lama kelamaan, akhirnya sadar lah saya.
Saya salah ya harus di hukum lah. Kalo sekarang banyak
bersyukur aja, berarti Tuhan masih kasi kesempatan untuk
berubah. Gitu lah” (Informan II, 282-289)

D.3.2 Perasaan bersalah pada keluarga dan Tuhan

Sub-tema kedua adalah „perasaan bersalah pada keluarga

dan Tuhan‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana perasaan

informan kepada keluarga dan Tuhan, dirinya merasa bersalah

dan perlu meminta maaf sehingga bisa mendapat kesempatan

untuk mengalami perubahan yang baik pada dirinya selama

berada di dalam lapas, yang tercermin dalam kutipan berikut:

“…Saya berdoa, sering biasa nya ada kunjungan pendeta gitu,


disitu lah saya suka minta ampun. Saya disini mencoba lah
untuk mengusahakan orangtua ga susah lagi karna saya.
Mereka pun udah gamau datang lagi, jarang kali. Jadi mau
gimana pun, harus lah saya bertobat ini, ingin lah saya buat
orang tua saya ini bahagia, jangan lah sengsara nya terus saya
buat” (Informan II, 352-359)

D.4 Ulasan Tema Keempat pada Informan II

Tema keempat adalah “memandang lapas dan rehabilitasi sebagai

tempat proses pembelajaran”. Tema ini menggambarkan bagaimana

informan memandang pengalamannya selama di lapas dan

membandingkan dengan pengalaman sebelumnya di rehabilitasi.

Pengalaman tersebut dianggap informan sebagai bagian dari proses

pembelajaran untuk dirinya. Pandangan informan terbentuk dari

pengalamannya terkait dampak yang ia rasakan selama pernah menjalani

rehabilitasi dan masa pidana di dalam lapas. Ada sejumlah sub-tema yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

menggambarkan bagaimana informan memandang lapas dan rehabilitasi

sebagai tempat berproses untuk mencapai perkembangan yang akan

dijabarkan sebagai berikut:

D.4.1 Lapas memberikan dampak positif

Sub-tema pertama adalah „lapas memberikan dampak

positif‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan

melihat pengalamannya selama menjalani masa pidana di lapas.

Informan merasa bahwa lapas memberikan dampak positif bagi

individu yang ingin terlepas dari narkotika untuk melatih

ketahanan mental dari menggunakan narkotika. Hal ini akan

tercermin dari kutipan berikut:

“…ee disini ya di kurung, di hukum. Kalo di rehab itu kan kita


di ajari gimana caranya lepas dari narkoba itu, tapi kalo disini
ya lepas lepas aja gitu. Masih bisa make juga disini. Ya kalo ga
punya uang berhenti, kalo masih ada uang, masih bisa lanjut
make disini. Jadi gitu lah ibaratnya, makanya saya bilang disini
lebih menang prakteknya” (Informan II, 249-256)

D.4.2 Memiliki relasi positif dengan orang lain

Sub-tema kedua adalah memiliki „relasi positif dengan

orang lain‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana hubungan

sosial informan di dalam lapas, dimana informan menjalin

hubungan yang cukup baik dengan teman-teman di lapas, seperti

mengikuti kegiatan bersama teman di lapas dan mampu

menghindari konflik sosial di dalam lapas. Hal tersebut,

tercermin pada kutipan berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

“…ya kalau ada kumpul-kumpul, ikut, duduk sama-sama.


Ngobrol-ngobrol. Cuma ya ga semua akrab. Beberapa aja.
Karna apa ya, kan kayak tadi itu lah” (Informan II, 312-315)

“…Cuman memang kadang kadang, ya biasa lah, ada yang ga


di sukai, tapi diamin aja. Gamau lagi saya ambil pusing, hidup
saya aja udah kayak gini, jadi gamau lagi tambah tambah
masalah… Tapi ya karna saya juga disini cari duit jualan
rokok, jadi banyak lah juga kawan saya yang dekat dekatin,
biar bisa ngutang, bisa gratis lah kadang-kadang. Gitu lah”
(Informan II, 319-326)

D.4.3 Lapas memberikan dampak negatif

Sub-tema ketiga adalah „lapas memberikan dampak

negatif‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan

memandang masa pidana di dalam lapas juga dapat memberikan

dampak negatif bagi dirinya. Informan memandang bahwa lapas

dapat membuat individu lebih terjerumus jika tidak memiliki

kontrol diri yang baik selama di dalam lapas. Hal ini tercermin

dari kutipan berikut:

“…itu tadi saya bilang, makin disini, makin ga beres hidup


saya. Makin jadi, apalagi ketemu sama kawan kawan make satu
kamar, tiap hari pengen make. Jadi minta uang terus sama
orangtua, sampe kadang kadang ku bentaki mereka itu”
(Informan II, 361-366)

D.4.4 Program rehabilitasi memunculkan rasa tersiksa

Sub-tema keempat adalah „program rehabilitasi

memunculkan rasa tersiksa‟. Sub-tema ini menggambarkan

bagaimana perasaan informan terhadap pengalamannya selama di

dalam lapas dan membandingkan pengalaman tersebut dengan

masa pidananya di dalam lapas. Informan merasa bahwa program


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

selama rehabilitasi lebih membuat perasaan tersiksa

dibandingkan masa pidana di dalam lapas. Hal tersebut tercermin

dari kutipan berikut:

“…karna itu tadi, banyak kali pelatihannya itu yang kejam, ya


saya pun akhirnya tau lah karna itu pun biar kami bisa lepas
dari narkoba itu, tapi saya waktu itu namanya udah kecanduan
kali, ga kuat disana, pengen juga balik ke kampung. Akhirnya
nekat kabur lah, walau belum seharusnya keluar dari sana”
(Informan II, 205-211)

E. Hasil Penelitian: Informan III

Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada empat tema yang mampu

menggambarkan kesejahteraan psikologis informan selama berada di lapas.

Keempat tema tersebut adalah 1). Memandang keluarga sebagai support system,

2). Masa pidana menjadikan pandangan pada diri buruk, 3). Kecemasan pada

relasi sosial, dan 4). Memandang masa tahanan sebagai masa pengembangan

diri. Keempat tema ini menggambarkan bagaimana informan memaknai masa

pidananya sebagai tempat untuk mengalami perkembangan pada diri, walau

merasakan tantangan berupa kecemasan dalam berhubungan sosial di dalam

lapas dan menjadikan pandangan terhadap dirinya buruk. Pada tema ini juga

menggambarkan bagaimana informan memandang dukungan keluarganya

sebagai support system dalam melewati masa masa pidana.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Tabel 4.3
Tabulasi Tema Informan III

No Sub-tema Tema
1 Merasa mendapat dukungan dari significant
other
2 Merasa butuh dan takut kehilangan keluarga Memandang keluarga
3 Rasa kehilangan keluarga menyebabkan putus sebagai support system
asa

1 Memandang diri buruk


2 Bayangan akan stigma negatif yang diterima
menyebabkan rasa rendah diri Masa pidana
3 Terkurung membuat perasaan enggan menjadikan pandangan
beraktifitas diri buruk
4 Ketidaknyamanan menghadapi tekanan
menyebabkan memilih jalan pintas

1 Relasi sosial baik


2 Ketidakpercayaan pada lingkungan sosial dan Kecemasan pada relasi
diri sendiri sosial
3 Hubungan yang problematik di dalam keluarga

1 Keinginan untuk mengalami perkembangan Memandang masa


tahanan sebagai masa
pengembangan diri

E.1 Ulasan Tema Pertama pada Informan III

Tema pertama yang menggambarkan kesejahteraan psikologis

informan adalah “memandang keluarga sebagai support system”. Tema

ini menggambarkan bagaimana perasaan dan pandangan informan

terhadap keluarga dan hubungannya dengan keluarga, dirinya merasa

bahwa kehadiran dan dukungan dari keluarga sangat penting dalam

proses menjalani masa pidana. Informan merasa kehilangan dukungan

sosial dari keluarga membuat dirinya kehilangan motivasi untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

mengalami perkembangan selama menjalani masa pidana. Ada sejumlah

sub-tema yang menggambarkan bagaimana perasaan informan dan

pandangan informan pada dukungan dari keluarga yang akan dijabarkan

seperti di bawah ini:

E.1.1 Merasa mendapat dukungan dari significant other

Sub-tema pertama adalah „merasa mendapat dukungan dari

significant others’. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana

informan merasa bahwa dirinya mendapat dukungan dari orang

terdekatnya, yaitu saudara kandungnya. Dukungan yang diterima

oleh informan berupa dukungan untuk melanjutkan jenjang

pendidikan yang lebih tinggi untuk dapat mencapai cita-citanya.

Hal ini tercermin dari kutipan berikut:

“…dukungannya sangat besar kak. Kayak gimana ya eee. Dia


apa ya, susah bilangnya. Dukungan dari dia aja, cuma dia pun
keluarga ini yang mendukung sekolah, “kamu harus jadi polisi,
kalo gajadi polisi jadi tentara” katanya gitu” (Informan III, 57-
62)

E.1.2 Merasa butuh dan takut kehilangan keluarga

Sub-tema kedua adalah „merasa butuh dan takut kehilangan

keluarga‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana perasaan

informan terhadap keluarganya. Informan merasa bahwa

kesalahan yang dilakukannya menyebabkan kekecewaan bagi

keluarganya, sehingga keluarga informan enggan memberikan

dukungan sosial seperti datang berkunjung ke lapas. Informan

menganggap bahwa keluarganya sudah tidak peduli pada dirinya,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

sehingga dirinya merasa takut untuk bertemu dengan

keluarganya. Hal ini tercermin dari kutipan berikut:

“gak, kek gimana bilangnya kak. Udah ga ku harapkan lagi


kak. Kemarin itu ke harapkan kali sebelum putus itu, tapi ga
ada yang datang, mungkin karna kasus ku ini ku pikir kan ,
narkoba pulak kasus, ga ada yang kesini” (Informan III, 216-
221)

E.1.3 Rasa kehilangan keluarga menyebabkan putus asa

Sub-tema ketiga adalah „rasa kehilangan keluarga

menyebabkan putus asa‟. Sub-tema ini menggambarkan

bagaimana perasaan informan pada keluarganya yang dianggap

tidak memberikan dukungan pada dirinya dalam menjalani masa

pidana di dalam lapas. Perasaan bahwa keluarga marah, membuat

informan merasa putus asa pada dirinya selama berada di dalam

lapas yang tercermin pada kutipan berikut:

“…ga kak. Udah ga berani lagi mau ku omongkan. …ya karna


itu tadi kak. Mereka pun udah bilang kalo aku salah, aku yang
bertanggung jawab. Apalagi karna narkoba ini ya kan kak.
Udah marah kali lah mereka itu” (Informan III, 228-233)

E.2 Ulasan Tema Kedua pada Informan III

Tema kedua adalah “masa pidana menjadikan pandangan diri

buruk”. Tema ini menggambarkan bagaimana pengalaman masa pidana

di lapas yang memberikan dampak bagi pandangan informan terhadap

dirinya sendiri. Informan merasa bahwa stigma yang didapatkan sebagai

seorang narapidana kasus narkotika membuat dirinya tidak mendapat

kesempatan untuk berkembang di masyarakat ketika keluar dari lapas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Ada sejumlah sub-tema yang menggambarkan bagaimana masa pidana

memengaruhi pandangan pada diri informan selama menjalani masa

pidana yang akan dijabarkan sebagai berikut:

E.2.1 Memandang diri buruk

Sub-tema pertama adalah „memandang diri buruk‟. Sub

tema ini menggambarkan bagaimana pandangan dan perasaan

informan pada dirinya sendiri berdasarkan pengalaman sebelum

masuk ke lapas dan saat berada di lapas. Menjalani masa pidana

menimbulkan rasa penyesalan pada informan, sehingga dirinya

cenderung menyalahkan dirinya sendiri dan pandangan terhadap

diri rendah atau buruk. Hal ini tercermin dari kutipan berikut:

“…Cuman kayaknya memang aku kayak udah berdosa kali


kak. Disini pun aku cuma gitu gitu aja nya” (Informan III, 107-
109)

E.2.2 Bayangan akan stigma negatif yang diterima menyebabkan rasa

rendah diri

Sub-tema kedua adalah „bayangan akan stigma negatif yang

diterima, menyebabkan rasa rendah diri‟. Sub-tema ini

menggambarkan bagaimana perasaan informan akan masa depan

yang diharapkannya. Informan merasa bahwa stigma sosial yang

diterima olehnya sebagai seorang narapidana, membuat dirinya

merasa tidak dapat melakukan hal yang diinginkannya setelah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

keluar dari lapas dan hal tersebut menghambat informan untuk

memiliki cita-citanya, yang tercermin pada kutipan berikut:

“…tapi kalo orang pun udah ga percaya, mau kek mana lah kita
bilang, gitu nya terus kita di mata mereka. aku keluar nanti mau
bikin baik pun, tetap aja karna dulu aku udah bandal, mungkin
udah malas juga orang sama ku” (Informan III, 243-247)

“…apa mau di bilang lah kak, udah ga ada lagi kesempatan


mau punya cita-cita lagi kalau udah gini. Orangtua pun
istilahnya udah ga percaya lagi kan” (Informan III, 184-187)

E.2.3 Terkurung membuat perasaan enggan beraktivitas

Sub-tema ketiga adalah „terkurung membuat perasaan

enggan beraktivitas‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana

informan memaknai keberadaannya di dalam lapas dalam

menjalani masa pidana. Perasaan terkurung dan kegiatan yang

monoton membuat informan enggan melakukan aktivitas-

aktivitas di dalam lapas, hal ini tercermin dari kutipan berikut:

“…ya gimana kak, namanya juga di kurung. Cuma gini gini aja
lah. Kalo ada pemeriksaan, ikut pemeriksaan. Kalo disuruh
olahraga, ya kalo pengen, ikut lah. Tapi banyaknya cuma tidur-
tidur aja nya… Sama ketawa-tawa sama kawan. Ga ada lagi
yang lainnya” (Informan III, 145-151)

E.2.4 Ketidaknyamanan menghadapi tekanan menyebabkan memilih

jalan pintas

Sub-tema keempat adalah „ketidaknyamanan menghadapi

tekanan menyebabkan memilih jalan pintas‟. Sub-tema ini

menggambarkan bagaimana kondisi psikologis informan saat

menghadapi tekanan dan bagaimana cara informan dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

menghadapi tekanan tersebut. Rasa kehilangan yang dirasakan

oleh informan dirasakan sebagai sebuah stressor yang ingin

dihindari oleh informan, sehingga dirinya merasa membutuhkan

sesuatu yang dapat memberikan efek ketenangan, yaitu narkotika.

Hal ini tercermin dari kutipan berikut:

“…ya tenang aja rasanya gitu kak. Karna udah frustasi itu kan,
jadi banyak pikiran. Mau nya yang enak enak aja kak. Kalo
make narkoba itu kan kak, bikin kita hilang pusingnya.
Makanya ku cari lah kalo lagi frustasi aku itu” (Informan III,
80-85)

E.3 Ulasan Tema Ketiga pada Informan III

Tema ketiga adalah “kecemasan pada relasi sosial”. Tema ini

menggambarkan bagaimana informan menyikapi relasi sosial di dalam

keluarga maupun di lingkungan sosial. Ketidakpercayaan informan pada

dirinya sendiri dan orang lain membuat dirinya memandang relasi sosial

menjadi hubungan yang dapat memberikan dampak bagi dirinya. Ada

sejumlah sub-tema yang menggambarkan bagaimana pandangan dan

sikap informan pada relasi sosialnya yang akan dijabarkan seperti

dibawah ini:

E.3.1 Relasi sosial baik

Sub-tema pertama adalah „relasi yang sosial baik‟. Sub-

tema ini menggambarkan bagaimana relasi sosial yang dibangun

informan selama berada di dalam lapas. Informan memiliki relasi

sosial yang cukup baik dengan masih memiliki teman untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

berbagi cerita mengenai pengalaman-pengalaman yang

dilaluinya. Hal ini tercermin dari kutipan berikut:

“…ya ga banyak juga sih kak. Cuma memang yang sebaya ada
lah yang berkawan sekedar untuk cerita-cerita aja nya. Ya
namanya juga hidup sini, saling kasi tau lah gimana gimana
dulu nya” (Informan III, 159-163)

E.3.2 Ketidakpercayaan pada lingkungan sosial dan diri sendiri

Sub-tema kedua adalah „ketidakpercayaan pada lingkungan

sosial dan diri sendiri‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana

sikap dan perasaan informan dalam menjalani relasi sosial selama

menjalani masa pidana. Informan merasa bahwa dirinya perlu

memberikan batas pada lingkungan atau relasi yang buruk agar

tidak terjerumus kembali pada narkotika. Hal tersebut karena

latar belakang informan yang menggunakan narkotika karena

pengaruh lingkungan sosial yang buruk pada pengalaman

sebelum dirinya masuk ke lapas. Hal ini tercermin melalui

kutipan berikut:

“…susah bilangnya. Gimana ya, karna disini pun sama sama


susah, sama sama menderita, mau gimana lah kak. Mau
berkawanpun sama orang yang rusak, keluar nanti pun rusak
lagi aku. Udah menyesal kali aku kak. Ga mau lagi aku kayak
gini bah” (Informan III, 165-170)

E.3.3 Hubungan yang problematik di dalam keluarga

Sub-tema ketiga adalah „hubungan yang problematik di

dalam keluarga‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana

informan memaknai dan memandang hubungannya dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

keluarganya yang dianggap sejak awal tidak memberikan

dukungan pada dirinya sebelum bahkan setelah berada di lapas.

Hal ini tercermin pada kutipan berikut:

“…apa mau di bilang lah kak, udah ga ada lagi kesempatan


mau punya cita-cita lagi kalau udah gini. Orangtua pun
istilahnya udah ga percaya lagi kan. Dari awal pun mereka
bukan dukung aku sekolah, apalagi makin kena narkoba ini
pulak, makin ga di percaya lah" (Informan III, 184-189)

E.4 Ulasan Tema Keempat pada Informan III

Tema keempat adalah “memandang masa tahanan sebagai masa

pengembangan diri. Tema ini menggambarkan bagaimana informan

memandang masa pidana yang dijalani sebagai proses pembelajaran

untuk menjadi individu yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya.

Masa pidana yang dijalani membuat informan menyadari kesalahan dan

munculnya keinginan untuk berkembang dan mengalami peningkatan

diri. Ada sejumlah sub-tema yang menggambarkan bagaimana

pengalaman informan menjalani masa pidana dan menjadikan

pengalaman tersebut sebagai proses pengembangan diri, sub-tema

tersebut akan dijabarkan seperti dibawah ini:

E.4.1 Keinginan untuk mengalami perkembangan

Sub-tema untuk tema memandang masa pidana sebagai

masa pengembangan diri adalah „keinginan untuk mengalami

perkembangan‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana

perasaan dan keinginan informan setelah menjalani masa pidana,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

pengalaman menjalani masa pidana membuat informan ingin

menjadi individu yang lebih baik ketika keluar dari lapas. Hal ini

tercermin dari kutipan berikut:

“…ya kalo untuk diri sendiri sih, ya menyesal lah kak. Gamau
lagi kayak gini, jangan sampe masuk kesini lagi. mau hidup
betul betul aja aku kak, sakit bah menderita disini” (Informan
III, 279-283)

“…sudah terpikir juga di pikiran ini, kalo ga mengulangi nya


lagi kak” (Informan III, 198-199)

F. Pembahasan

Pada bagian ini akan diuraikan temuan yang muncul pada ketiga informan

secara umum. Sebelum membahas mengenai temuan yang muncul pada ketiga

informan, perlu dijabarkan kembali mengenai tujuan dari penelitian ini, yaitu

mengetahui gambaran kesejahteraan psikologis narapidana pecandu narkotika,

faktor-faktor yang mempengaruhi, serta upaya-upaya yang dilakukan oleh para

narapidana tersebut dalam mencapai kesejahteraan psikologisnya.

Berdasarkan hasil analisa terhadap ketiga informan, ditemukan empat tema

utama yang memberikan gambaran kesejahteraan psikologis ketiga informan.

Gambaran kesejahteraan psikologis ketiga informan ditandai dengan adanya

pandangan yang kontradiktif atas diri dan pengalaman mereka. Di satu sisi,

ketiga informan menunjukkan cara pemaknaan yang positif atas pengalamannya

saat menjalani masa pidana. Di sisi lain, ketiga informan juga memiliki

pandangan yang negatif atas diri dan pengalamannya di lapas. Hal lain yang juga

ditemukan pada ketiga informan adalah adanya faktor dukungan sosial dari

orang lain, terutama keluarga yang dianggap penting dalam menjalani masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

pidana, serta munculnya faktor lain seperti pemaknaan spiritualias selama proses

menjalani masa pidana. Berikut akan ditunjukan mengenai temuan tema dari

ketiga informan:

Tabel 4.4
Tabulasi Tema Ketiga Informan

Informan I Informan II Informan III

Memandang masa pidana Memaknai keluarga Memandang keluarga


sebagai masa sebagai sumber sebagai support system
pengembangan diri dukungan dan motivasi
Memaknai keluarga Keinginan kuat untuk Masa pidana
sebagai motivator mengalami peningkatan menjadikan pandangan
pada diri diri buruk
Memandang hidup Memandang spiritualitas Kecemasan pada relasi
sebagai beban sebagai koping sosial
Relasi sosial sebagai Memandang lapas dan Memandang masa
sumber dukungan rehabilitasi sebagai pidana sebagai masa
tempat proses pengembangan diri
pembelajaran

Secara umum gambaran kesejahteraan psikologis ketiga informan ditandai

dengan adanya pandangan kontradiktif atas diri dan pengalamannya. Ketiga

informan menunjukkan pemaknaan yang positif atas pengalamannya selama

menjalani masa pidana. Selama menjalani masa pidana di lapas, ketiga informan

memandang menjalani masa pidana sebagai masa pengembangan diri. Informan

merasa bahwa pengalaman-pengalaman di masa lalu yang tidak menyenangkan

dan pengalaman saat menjalani masa pidana, memunculkan keinginan untuk

menjadi lebih baik agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Pengalaman-

pengalaman yang dialami oleh ketiga informan menjadi dasar untuk memiliki

keinginan yang kuat agar mampu berkembang dan mengalami peningkatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

positif pada diri mereka masing-masing. Hal ini ditunjukkan dari pandangan

informan pada dirinya sendiri, dimana ketiga informan merasa sudah mampu

menerima kesalahan yang dilakukan, sehingga layak mendapatkan hukuman,

serta ketiga informan mampu menjadi individu yang lebih mandiri dibandingkan

saat sebelum menjalani masa pidana di lapas.

Skema 4.1
Tema Gabungan Ketiga Informan

keinginan kuat
untuk mengalami
peningkatan pada
diri

memandang lapas
memandang masa
pidana sebagai masa
dan rehabilitasi
pengembangan diri sebagai tempat
proses pembelajaran

Pengalaman selama menjalani masa pidana membuat informan

berkeinginan untuk mengalami perkembangan dan merasa mengalami

peningkatan yang positif pada diri. Hal ini mendasari bagaimana ketiga informan

mampu memiliki salah satu dimensi dari kesejahteraan psikologis, yaitu

pertumbuhan pribadi. Pertumbuhan pribadi ditandai dengan perasaan mengalami

perkembangan pada diri dan bersikap terbuka pada pengalaman baru, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

merasa dapat mewujudkan minat dan bakatnya (Ryff, 1995). Ketiga informan

mampu menunjukkan bagaimana mereka merasakan perubahan yang positif

pada diri masing-masing, sehingga mampu menerima pengalaman baru di dalam

lapas sebagai masa hukuman yang harus dijalani akibat kesalahannya.

Selain memandang pengalaman masa pidana secara positif, di sisi lain

ketiga informan juga memiliki pandangan yang negatif atas diri dan

pengalamannya selama menjalani masa pidana di lapas. Keberadaan di dalam

lapas membuat ketiga informan merenungi pengalaman-pengalaman di masa

lalunya, dimana mereka merasa telah melakukan kesalahan dan harus dihukum.

Pengalaman-pengalaman di masa lalu membuat informan memandang

kehidupannya sebagai beban berat. Pada informan I yang merasa pengalaman di

masa lalu karena kecanduannya terhadap narkotika, membuat dirinya melakukan

tindak kriminal dan menjalani pola hidup yang buruk, sehingga dirinya merasa

bersalah dan memandang memiliki kehidupan yang berat. Pengalaman di masa

lalu dan pengalaman menjalani masa pidana juga mempengaruhi pandangan

informan atas dirinya. Perasaan bersalah pada diri sendiri dan keluarga, serta

membayangkan stigma negatif yang diberikan orang lain, membuat informan

memandang diri buruk. Hal ini menyebabkan informan menjadi tidak memiliki

kepercayaan diri untuk menjalani kehidupannya. Pada informan III, perasaan

bersalah akan perbuatannya di masa lalu, membuat informan menjadi rendah diri

untuk sekedar memiliki harapan dan cita-cita saat menyelesaikan masa pidana,

selain itu perasaan sedang dihukum atau perasaan terkurung, membuat informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

tidak ingin melakukan aktifitas-aktifitas yang ada di lapas. Temuan lainnya

adalah kecemasan ketiga informan pada relasi sosial saat menjalani masa pidana.

Hal ini muncul karena kesadaran informan akan pengalamannya di masa lalu,

dimana lingkungan sosial yang buruk mampu mempengaruhi dirinya, seperti

menggunakan narkotika. Pengalaman tersebut membuat ketiga informan

menjadi membatasi diri dan cenderung tidak ingin memiliki hubungan yang

cukup dekat dengan relasi sosialnya karena ketidakpercayaannya pada diri

sendiri dan lingkungannya.

Skema 4.2
Tema Gabungan Ketiga Informan

memandang
hidup sebagai
beban

masa pidana kecemasan


menjadikan
pandangan pada relasi
pada diri buruk sosial

Ketidakmampuan informan melihat secara positif pada dirinya

menyebabkan ketidakpercayaan pada diri dalam menjalani masa pidana di dalam

lapas. Hal ini mendasari bagaimana dimensi penerimaan diri tidak di miliki oleh

informan III. Penerimaan diri ditandai dengan memiliki pandangan atau sikap

positif pada diri sendiri, mampu menerima baik dan buruk yang ada pada diri,

serta mampu melihat secara positif pada masa lalunya (Ryff, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Pada Informan I, ditemukan bahwa informan memiliki pandangan buruk

pada dirinya sendiri, yang disebabkan perasaan berdosa atas kesalahan yang

dilakukannya hingga harus menjalani masa pidana di lapas. Pandangan buruk

pada diri informan, muncul dalam bentuk merasa tidak layak dan tidak pantas

pada diri dan keluarganya. Selain itu, informan III merasa memiliki lingkungan

sosial yang buruk akan mempengaruhi dirinya untuk melakukan kesalahan yang

sama. Hal tersebut kemudian mempengaruhi bagaimana informan III bersikap

tidak percaya pada dirinya sendiri dan relasi sosial di lapas. Dengan demikian,

informan III juga tidak memiliki dimensi relasi positif dengan orang lain, yang

ditandai dengan memiliki hubungan baik dan saling percaya dengan orang lain

dan memiliki rasa empati dan kedekatan/keintiman dengan orang lain, serta

mampu memahami konsep memberi dan menerima dalam hubungan sosial

(Ryff, 1995).

Ketidakpercayaan pada diri sendiri dan relasi sosial pada informan III,

menyebabkan dirinya memberikan batas dan membentengi diri dari relasi sosial

yang ada di dalam lapas, dirinya merasa jika masih berhubungan dengan orang

yang memiliki latar belakang sama dengannya, maka kesempatannya untuk

menjadi individu yang baik menghilang.

Dukungan sosial bagi ketiga informan, merupakan salah satu faktor

penting bagi mereka dalam menjalani masa pidana. Dukungan sosial yang

diharapkan oleh informan adalah dari relasi sosial, terutama dari keluarga.

Secara umum ketiga informan menganggap bahwa keluarga merupakan sumber


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

dukungan utama bagi mereka selama menjalani masa pidana. Kehilangan

perhatian, seperti ketidakhadiran keluarga saat kunjungan ke dalam lapas, atau

sekedar menelpon membuat informan merasa ditinggalkan, bahkan

memunculkan perasaan sedih dan menderita. Perasaan takut kehilangan

keluarga, perasaan ingin bertemu dan berkumpul kembali dengan keluarga

membuat ketiga informan termotivasi untuk menjadi individu yang lebih baik,

sehingga mampu membahagiakan keluar dari lapas.

Skema 4.3
Tema Gabungan Ketiga Informan

memaknai
keluarga sebagai keluarga sebagai
motivator sumber dukungan
dan motivasi

relasi sosial
keluarga sebagai
sebagai sumber
support system
dukungan sumber
motivasi ke
arah
perubahan diri
yang positif

Perasaan mendapat dan kehilangan dukungan sosial dari keluarga

mempengaruhi ketiga informan dalam menyikapi masa pidana di lapas.

Keinginan untuk selalu mendapat dukungan dari keluarga dan perasaan takut

kehilangan menunjukkan bahwa ketiga informan memiliki relasi positif dengan

keluarganya, relasi positif dengan orang lain merupakan salah satu dimensi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

kesejahteraan psikologis. Memiliki relasi positif dengan orang lain ditandai

dengan memiliki hubungan baik dan saling percaya dengan orang lain dan

memiliki rasa empati dan kedekatan/keintiman dengan orang lain, serta mampu

memahami konsep memberi dan menerima dalam hubungan sosial (Ryff, 1995).

Pada ketiga informan, terlihat mampu melihat konsep memberi dan menerima

pada relasi sosial. Kehilangan dukungan sosial dari keluarga dianggap sebagai

suatu kewajaran, karena informan merasa telah melakukan kesalahan kepada

keluarga. Pada informan I dan II terlihat memiliki keintiman/kedekatan dengan

anggota keluarganya, kedua informan memiliki kerinduan untuk berkumpul

kembali dengan keluarganya, sehingga kerinduan tersebut memotivasi kedua

informan untuk menjadi orang yang lebih baik dan dapat membahagiakan

keluarga.

Hal lain yang muncul pada penelitian ini adalah pemaknaan spiritualitas

oleh informan sebagai koping selama menjalani masa pidana di lapas. Ketiga

informan merupakan individu yang memiliki spiritualitas terhadap kepercayaan

kepada Tuhan. Spiritualitas tersebut membuat mereka menjadikan Tuhan

sebagai tempat untuk bernaung, berkeluh kesah, marah dan memohon ampunan.

Pada informan II, spiritualitas merupakan sebuah koping dalam menjalani masa

pidana. Informan II secara rutin mengikuti kegiatan keagamaan dan

mempercayai kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepadanya, serta merasa

mengalami banyak dampak positif setelah mengikuti kegiatan keagamaan di

lapas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis

seseorang adalah spiritualitas. Pollner (dalam Amawidyati & Utami, 2006)

menemukan bahwa agama dianggap mampu menyediakan sumber-sumber untuk

menjelaskan dan menyelesaikan masalah, mengikatkan perasaan berdaya dan

mampu pada diri, serta agama dapat menjadi landasan untuk memiliki makna,

arah dalam hidup dan identitas personal. Berdasarkan temuan tersebut, dapat

dilihat bahwa ketiga informan memiliki spiritualitas dalam beragama, karena

perasaan tidak berdaya dan merasa diri tidak mampu ketika menjalani masa

pidana di lapas. Pada informan II, mampu menjadikan spiritualitas dalam

beragama sebagai wujud penyelesaian masalah dan menemukan identitas diri

yang baru, sehingga merasa mampu menjalani masa pidana dengan baik dan

mengalami perkembangan yang positif pada diri, ditandai dengan berhenti

mengonsumsi narkotika dan berkembang secara emosional.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal,

diantaranya adalah:

1. Berdasarkan hasil analisa, ditemukan bahwa ada empat tema utama yang

mampu menggambarkan bagaimana kesejahteraan psikologis narapidana

pecandu narkotika pada ketiga informan. Empat tema secara umum, antara

lain: Pandangan yang kontradiktif atas pengalaman selama menjalani masa

pidana di lapas; a). di satu sisi, secara umum ketiga informan memandang

pengalamannya di lapas secara positif, karena merasa menjalani masa pidana

merupakan sebuah masa pengembangan diri; b). di sisi lain informan juga

memiliki pandangan negatif selama di dalam lapas yang menyebabkan

pandangan atas diri buruk dan memandang kehidupan sebagai beban. Selain

itu, ada faktor lain yang menunjukkan bagaimana gambaran kesejahteraan

psikologis informan, yaitu c). Dukungan sosial, terutama yang berasal dari

keluarga merupakan dukungan yang penting bagi mereka, karena keluarga

merupakan sumber motivasi untuk menjadi individu yang lebih baik lagi.

Faktor lainnya yang muncul adalah d). Spiritualitas ketiga informan dalam

kepercayaannya beragama, ketiga informan menjadikan Tuhan sebagai

tempat bernaung selama menjalani masa pidana.

89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

2. Temuan dari ketiga informan, secara umum muncul beberapa dimensi dari

kesejahteraan psikologis yang menjadi gambaran kesejahteraan psikologis

ketiga informan. Dimensi-dimensi tersebut adalah a). dimensi pertumbuhan

pribadi; b). relasi positif dengan orang lain dan; c). penerimaan diri.

3. Ketiga informan memiliki dimensi pertumbuhan pribadi dan dimensi relasi

positif dengan orang lain (relasi dengan keluarga) sebagai gambaran

kesejahteraan psikologis mereka, sedangkan dimensi penerimaan diri dan

dimensi relasi positif dengan orang lain (relasi sosial di lapas) muncul pada

informan III sebagai dimensi yang tidak dimiliki oleh informan.

4. Dukungan sosial dari keluarga merupakan sumber dukungan dan motivasi

utama bagi ketiga informan selama menjalani masa pidana di lapas.

5. Salah satu faktor kesejahteraan psikologis muncul pada hasil penelitian,

yaitu spiritualitas. Ketiga informan memiliki spiritualitas dalam menalani

masa pidana, namun spiritualitas sebagai coping muncul secara konsisten

pada informan II.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan dan

keterbatasan, yaitu:

1. Data pada penelitian ini kurang mendalam karena panduan wawancara yang

kurang tajam dan proses pengambilan data yang relatif minimal. Data

penelitian hanya menunjukkan permukaan dari pengalaman ketiga informan,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

sehingga eksplorasi pengalaman selama menjalani masa pidana di dalam

lapas kurang tampak pada data penelitian ini.

2. Pengolahan data penelitian ini belum maksimal, karena keterbatasan

kemampuan peneliti melakukan abstraksi tema dan membangun dinamika

hubungan antar tema.

3. Pengambilan data dilakukan tiga tahun sebelum penelitian ini diterbitkan,

sehingga memungkinkan perubahan hasil data jika dilakukan pada tahun

yang sama saat penelitian diterbitkan.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pengalaman tidak

menyenangkan di masa lalu dan selama menjalani masa pidana memberikan

dampak positif dan negatif selama menjalani masa pidana di dalam lapas.

Dukungan sosial, dari keluarga maupun masyarakat juga dapat mempengaruhi

bagaimana ketiga informan memandang dirinya sendiri, maka dari itu peneliti

membagikan beberapa saran, bagi:

1. Keluarga

Pada penelitian ini ditemukan bahwa dukungan dari keluarga merupakan

motivasi untuk informan menjadi lebih baik dan berkembang di lapas.

Penting bagi keluarga untuk mengetahui dukungan seperti apa yang dapat

diberikan kepada narapidana pecandu narkotika. Dukungan seperti

menyediakan waktu atau sekedar menanyakan kabar dapat memberikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

kesan kepada narapidana bahwa mereka masih memiliki orang-orang yang

peduli dan menerima keberadaan mereka sebagai seorang narapidana

pecandu narkotika. Keluarga di harapkan juga mampu memberi motivasi

lewat nasihat dan mengajak narapidana pecandu narkotika untuk terus

berkembang menjadi lebih baik. Dukungan yang diberikan keluarga akan

membantu narapidana pecandu narkotika untuk melewati masa pidana di

lapas dengan lebih baik, terutama selama proses mencapai kesejahteraan

psikologisnya.

2. Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga pemasyarakatan merupakan tempat pembinaan bagi narapidana

dengan kasus yang beragam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga

informan merasa bahwa kegiatan di lapas hanya kegiatan yang monoton

tidak tampak pada data adanya program khusus bagi narapidana pecandu

narkotika. Peneliti menyarankan agar lapas dapat menyediakan program

maupun kegiatan yang lebih beragam bagi narapidana agar tujuan

pembinaan di dalam lapas dapat tercapai, seperti kegiatan untuk menambah

skill pada bidang-bidang tertentu sebagai modal narapidana setelah keluar

dari lapas. Kegiatan yang beragam juga mampu menciptakan suasana yang

lebih positif bagi narapidana karena perasaan terkurung dapat sedikit

berkurang.

Lapas juga diharapkan mampu menghadirkan program-program terkait

pengembangan diri narapidana pecandu narkotika, seperti seminar-seminar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

kegamaan, atau seminar-seminar psikologi terkait penerimaan diri, perasaan

bahagia dan lain sebagainya. Program-program tersebut diharapkan mampu

memberikan dampak positif.

3. Rehabilitasi

Dua informan dari tiga pernah menjalani masa rehabilitasi, namun

melarikan diri dari lembaga rehabilitasi karena merasa tertekan dan stress

dengan program-program yang menghukum pasien rehabilitasi jika

melakukan kesalahan. Hal tersebut membuat informan menganggap bahwa

kecanduannya dapat sembuh karena rasa takut, bukan karena efektifitas

program rehabilitasi. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti menyarankan

lembaga rehabilitasi untuk mengevaluasi kembali program-program yang

akan diberikan kepada pasien agar lebih mampu berhenti menggunakan

narkotika dalam jangka panjang dan mampu memberikan dampak psikologis

yang positif. Pada penelitian ini ditemukan bahwa informan menjadikan

spiritualitas sebagai koping. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi

lembaga rehabilitasi untuk menyisipkan program-program keagamaan atau

yang berhubungan dengan spiritualitas bagi para pecandu narkotika.

4. Masyarakat

Kesadaran masyarakat akan kebutuhan seorang mantan narapidana atau

mantan pecandu narkotika untuk dapat setara dalam memperoleh

kesempatan di bidang pekerjaan dan kehidupan yang layak menjadi penting.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Pada penelitian ini ditemukan bahwa informan merasa cemas dengan

pandangan negatif yang diberikan orang lain kepadanya, sehingga dirinya

menjadi tidak percaya diri untuk memiliki harapan dan cita-cita. Maka,

kesempatan dan penilaian yang setara dari masyarakat bagi para mantan

narapidana maupun pecandu narkotika menjadi salah satu langkah yang

membantu narapidana pecandu narkotika bangkit dari kesalahannya dan

berkembang menjadi lebih baik. Diharapkan masyarakat mampu lebih

terbuka dan tidak melakukan diskriminasi pada mantan narapidana maupun

mantan pecandu narkotika dalam kehidupan sosial, pekerjaan dan

pendidikan.

5. Penelitian selanjutnya

Penelitian ini tidak lepas dari kekurangan dan keterbatasan, seperti yang

telah dijabarkan pada sub-bab sebelumnya. Oleh sebab itu, peneliti ingin

memberikan saran kepada penelitian selanjutnya untuk dapat menemukan

pengalaman-pengalaman yang lebih eksploratif pada informan penelitian,

sehingga data akan lebih kaya dan mampu mewakili gambaran kesejahteraan

psikologis informan penelitian. Selain itu, peneliti menyarankan untuk lebih

banyak menyediakan waktu dalam proses pengambilan data untuk

mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai kehidupan di dalam

lapas secara umum dan program-program yang telah di terapkan selama

menjalani masa pidana. Penelitian ini juga menyadari bahwa lama nya data

mampu mempengaruhi hasil data, maka diharapkan pada penelitian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

selanjutnya dapat menyesuaikan waktu pengambilan data sesuai dengan

kemampuan peneliti agar tidak terlalu jauh dari terbitnya peneliti.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y. (2008). Validitas dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal

Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 2, Juni 2008, hal 137-141.

Afrinisna, R.Y. (2013). Penyebab dan Kondisi Psikologis Narapidana Kasus Narkoba

pada Remaja. E-Journal. Semarang, Universitas Ahmad Dahlan. Portalgaruda.org

American Psychiatric Association. (2000) Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR. Arlington, VA: American

Psychiatric Association.

Amawidyati, S. A. G & Utami, M. S. (2006). Religiusitas dan Psychological Well-

Being Pada Korban Gempa. Jurnal Psikologi; Vol.34, No.2: 164-176. Fakultas

Psikologi Universitas Gajah Mada

Anggreni, D. (2015). Dampak Bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

(NAPZA) di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu. eJournal Sosiatri-

Sosiologi, Vol 3 (3): 37-51

Azani (2012). Gambaran Psychological Well-Being Mantan Narapidana. EMPATHY

Vol I No. 1

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2016). Press Release Akhir Tahun

2016.

96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Badri, M. (2016). Program Rehabilitasi Bagi Penyalahgunaan Narkotika dalam

Perspektif Undang-Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jurnal

Ilmiah Universitas Batanghari Jambi; Vol.16, No 3: 12-18

Creswell, John W. (2010). Reseach design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed

(ed. Ke-3). (Fawaid, A., terj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Karya asli terbit

2008).

Dwiatmodjo, H. (2013). Pelaksanaan Pidana dan Pembinaan Narapidana Tindak Pidana


92 Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Narkotika ( Studi terhadap Pembinaan

Narkotika Klas IIA Yogyakarta). PERSPEKTIF, Vol. XVIII, No. 2: 64-73

Elanora, F. N. (2011). Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan dan

Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis). Jurnal Hukum, Vol XXV, No 1.

Feist, J., & Gregory J. Feist. 2006. Theories of Personality Sixth Edition. United States:

McGraw-Hill Companies. Inc.

Hairina, Y & Komalasari, S. (2017). Kondisi Psikologis Narapidana Narkotika di

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II Karang Intan Martapura,

Kalimantan Selatan. Jurnal Studia Insania; Vol 5, No 1: 94-104

Hall, C. S & Lindzey, G. (1993) Teori-Teori Psikodinamik: Klinis (Terj Supratiknya).

Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Handayani, T. P. (2010). Kesejahteraan psikologis narapidana remaja di Lembaga

Pemasyarakatan Anak Kutoarjo. Skripsi Strata 1. Fakultas Psikologi Universitas

Diponegoro, Semarang.

Haney, C. (2002). The Psychological Impact of Incarceration: Implications for Post-

Prison Adjustment. Paper for Conference Funded by the U.S; Department of

Health and Human Services.

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuuk ilmu-ilmu sosial.

Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Huppert, F. A. (2009). Psychological Well-Being: Evidence Regardings its Causes and

Consequences. Health and Well-Being 1 (2), 137-164

Indiyah. (2005). Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan napza: Sudi kasus pada

narapidana di LP Klas II/A Wirogunan Yogyakarta. Jurnal Kriminologi

Indonesia, 4 (1), 87-104

Kristianingsih, S. A. (2009). Pemaknaan Pemenjaraan Pada Narapidana Narkoba di

Rumah Tahanan (Rutan) Salatiga. Humanitas; Vol.6, No: 1

Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia

(edisi ketiga). Depok: LPSP3, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

Prakash, O; Sharma, N; Singh, A. R; Sanger, K. S. (2015). Effect of Incarceration on

Well-Being of Prisoners: A Study among Convicted and Undertrials. The

International Journal of Indian Psychology; Vol. 3, Issue 1, No.5: 155-164


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Pratiwi, MM. S. P & Utami, R. R. (2012). Berpikir Positif untuk Meningkatkan Kualitas

Hidup Pada Narapidana. Prosiding Psikologi Kesehatan; Universitas Katolik

Soegijapranata, Semarang.

Republik Indonesia (1995). Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Ryff, C. D & Keyes, C. L. M. (1995). The Structure of Psychological Well-Being

Revisited. Journal of Personality and Social Psychology; Vol 69, No. 4: 719-

727

Ryff, C. D. (1989). Hapiness is Everything, or Is It? Explorations on The Meaning of

Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57

(6), 1069-1081

Ryff, C. D. (2014). Psychological Well_being Revisited: Advanced in the Science and

Practice of Eudamonia. Psychoter Psychosom; 83: 10-28

Ryff, C. D; Magee, W. J; Kling, K. C; & Wing, E. H. (1999). Forging Macro-Micro

Linkages in the Study of Psychological Well-Being. The Self and Society in

Aging Processes (pp 247-278); Springer Publishing Company. New York

Ryff, C.D & Singer, B. (1996). Psychological Well-Being: Meaning, Measurement, and

Implications for Psychotheraphy Research. Psychoter Psychosom; 65: 14-23


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Ryff, C.D. (1995). Psychological Well-Being in Adult Life. Psychological Science, Vol

(4), No. 4: 99-104; Sage Publications, Inc on Behalf of Association for

Psychological Science

Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan. (Yustinus, terj). Yogyakarta: Penerbit

Kanisius

Sucahya, P., Setiawan,. A., Dadun Suparno, H. Siagian, F. P., Ismail, A.. Saputri.

(2015). Laporan Akhir Suvery Nasional Perkembangan Penyalahguna Narkoba

Tahun Anggaran 2014. BNN-Republik Indonesia, Vol 4 (29): 100.

Supratiknya, A. (2015). Metodelogi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma

Triaseptiana, A. N. & Herdiana, I. (2013). Gambaran kesehatan mental narapidana

ditinjau dari konsep nrimo. Jurnal Psikologi Keperibadian dan Sosial, 2 (1).

Willig, C. (2013). Introducing Qualitative Research in Psychology Third Edition.

United States: McGraw-Hill Companies. Inc.

Wulandari, C. M, Retnowati, D. A, Handojo, K. J, Rosida. 2015. Faktor-faktor yang

mempengaruhi penyalahgunaan napza pada masyarakat di Kabupaten Jember.

Jurnal Farmasi Komunitas: Vol 2, No 1 (1-4)

Yunardhani, R. (2009). Efektifitas Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia. Jurnal

Sosiologi, Vol. 15, No.2 : 143-149


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KODING DATA HASIL WAWANCARA INFORMAN I

NO Verbatim Initial Code Interpretative Code


1 Bagaimana pengalaman hidup kakak, dari 1-11 Mengenal Narkotika dari suami Orang terdekat dapat mengenalkan
2 dulu hingga saat ini. bisa di bilang ya kan ya, narkotika
3 karna kita bicara tentang narkoba, kita mulai dari
4 masalah mengenal itu lah kan ya. Pertama dulu
5 ya, tau lah sulit nya kayak gimana ya, mengenal
6 ya pacaran, pacaran, ya memang jadi suami saya
7 juga. Tapi yang pertama kali mengenalkan saya
8 narkoba, ya dia gitu. Emang jenisnya ekstasi.
9 Karna dia juga make gitu, awalnya ngeliat-
10 ngeliat, pertama-tama, dia pernah kasi saya 11-15 Semakin mengenal narkoba dari Salah satu faktor resiko mengenal
11 sekali, kan gitu// Ya dari situ nya awalnya. Itupun teman narkotika adalah dari lingkungan sosial
12 ya sekali itu aja, tapi setelah kami bercerai,
13 setelah saya semakin mengenal narkoba ini, gitu.
14 Sama kawan. Minum, apa, lama-lama kan kenal
15 juga ke narkoba jadinya gitu // Kayak mana
16 bilangnya ya. Aku kalo menceritakan ini pun
17 agak apa juga (mulai terlihat sedikit gelisah).
18 Karna kayak gimana, kalo otak ini, kalo ingatan
19 udah lemah kali gitu. Jadi, kalo kamu tanya gitu,
20 bisa aku bilangkan gitu. Kalo ga ditanya agak
21 susah gitu, apa yang mau ku bilang, apa yang ku
22 ingat, yang mau aku ceritakan yang mana gitu.
23 kita beralih dari narkoba, pengalaman
24 sebelum menikah ada yang mau diceritakan?
25 Yang menyenangkan? //kalo yang diingat 25-35 Figur ibu dianggap buruk Memiliki relasi problematik dengan ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26 kehidupan ini, ya menyedihkan semua yang


27 kurasa gitu. Karna kayak mana, karena memang
28 mungkin dari kecilpun istilahnya, kehidupan pun Mengalami banyak tekanan dari masa anak
29 udah agak agak, agak agak menyedihkan karena
30 termasuk keras gitu. Karena orangtua juga, dari
31 umur saya 4 tahun, udah bercerai, jadi tinggal
32 dengan ibu tiri gitu ya. Kalo kehidupan sama ibu
33 tiri di bilang, ya kayak mana di bilang di film
34 film itu, malahan lebih parah dari itu yang saya 35-38 Relasi dengan ayah buruk
35 alami gitu,// karena kalo bapak saya seringan ga
36 di rumah. Kadang kalo sebulan gitu, 2 hari karena
37 kerjaan memang. Babi gitu, dia liat-liat barang
38 antik, yang udah udah langka.// Jadi ya, mama tiri
39 saya itu dulu ya pas lagi lagi SMA, ya kayak
40 mana lah pas dia menikah dengan bapak saya,
41 udah dapat anak 3, jadi capek apa gitu. // Jadinya 41-46 Trauma menyebabkan sikap Trauma menyebabkan sikap
42 kehidupan saya pribadi kalo dari kecil bisa di ketidakpedulian pada diri ketidakpedulian pada diri
43 bilang agak tertekan gitu. Jadinya kayak gitu,
44 dengan trauma trauma yang istilahnya yang bikin
45 saya jadi masa bodoh dengan kehidupan yang
46 seterusnya gitu.// trauma trauma seperti apa
47 yang dirasakan dan bisa di ceritakan kayak
48 mana kita bilang ya. (suara mulai samar samar). 48-50 Menjadi korban pemerkosan pada Mengalami pengalaman abusive pada masa
49 Dari kecil apa, tinggal dengan ibu tiri, umur 6 masa anak anak
50 tahun, saya pun jadi korban perkosaan.// Trus ya
51 kayak mana di bilang ya, jadi nya jadi apa gitu, 50-54 Melakukan banyak kekerasan pada Melakukan tindakan agresi pada masa
52 bandel. Sekolah pun gitu kerjanya berantam, masa sekolah sekolah
53 karna kan cuma tamatan SMP. Karna kerjaan
54 berantam aja terus.// Kalo mama pun bilang nya,
55 ya kalo untuk biaya sekolah sih ada, gitu lah kan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56 cuma ya karna nakal tadi, orangtua pun, ya kalo


57 berantam aja, ya ngapain sekolah pun, gitu. Jadi
58 tamat SMP. menikah di umur? umur 19. setelah
59 tamat SMP, beberapa tahun itu, kegiatannya
60 apa? bantu bantu mama di pajak (pasar). mama
61 kan jualan di pajak (pasar), jadi bantu bantu dia.
62 Ya kawan kayak mana, kalo mama saya, saya
63 gimana gitu ya, kalo istilahnya rasa nya ga pas,
64 memang pelit dalam uang. Mau ngasi, walaupun
65 10 ribu rupiah, sama dia berat. Karna dia tau
66 kerjaan saya gak gak. //Saya apa, bisa di bilang 66-71 Kecanduan pada minuman beralkohol Mengalami dampak pada fungsi kognitif
67 udah sempat candu minum. Kalo bangun pagi yang berdampak pada fisik dan pola pikir dari alkohol
68 gitu, ga minum minuman alkohol gitu, saya
69 minum gitu, paling ga setengah botol kecil gitu,
70 ya gemetar. Jadi saya minum dulu baru sadar,
71 agak normal gitu. //berarti sebelum ke narkoba,
72 memang sudah ke minuman alkohol ya? Atau
73 bersamaan? ku rasa bersamaan itu, yang mana 73-93 Keterbatasan ekonomi membuat Harus memenuhi rasa candu dengan obat
74 duluan, istilahnya gatau aku yang mana duluan, kecanduan dialihkan pada obat batuk batuk
75 yang kecanduan kali. Cuma kalo yang nama nya
76 ke narkoba, sebetulnya jarangnya aku make gitu.
77 Karna pribadi nya di bilang, itu kan harus pake
78 uang, kan apalagi kalo jaman sekarang, kalo ga
79 ada uang, kalo pasarnya dalam narkoba ini kan
80 ya, kalo ga ada uang kita, mereka mau kasi
81 narkoba istilahnya gitu, kita di manfaatkan gitu.
82 Kalo jenis shabu, shabu gitu ya, dia kasi shabu
83 sama kita, kita kasi tubuh kita sama dia, gitu kan.
84 Jadi karna istilahnya saya ga punya uang ( nada
85 suara menekankan argument), jadi candu saya ga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86 ke narkoba gitu. Bukan ke shabu gitu, jadi


87 identiknya saya candu ke apa, obat batuk komix
88 sachet itu. Saya sebetulnya kesitu, kalo di luar.
89 Cuma itu kan istilahnya 1 kotak 30 sachet, kalo
90 dulu seingat saya pertama saya minum 9 ribu.
91 Kalo narkoba ya, kalo punya uang di atas 100
92 ribu kita baru bisa make, iya kan. Kalo comix itu
93 saya beli 9 ribu, bisa saya 2 hari saya, gitu.//
94 Karna, ya kadang istilahnya, saya ambil khikmat 94-104 Bersikap reflektif pada pengalaman Mampu melihat secara positif pada masa
95 dari trauma saya dulu. Karna saya juga bisa di masa lalu lalu
96 bilang korban perkosaan, mungkin dari situ saya Bersikap reflektif pada pengalaman tidak
97 bisa menghindari, untuk istilahnya ee kayak menyenangkan
98 mana, asal ada istilah nya seorang laki-laki
99 menjurus ke sex gitu, saya ga terima, gitu. Jadi
100 saya ambil khikmat nya gitu, ee jadi korban
101 perkosaan, ada juga guna nya saya dibuat kayak
102 gitu ya. Kalo saya ini, kalo saya ga punya trauma
103 ke hal itu, mungkin ya udah juga saya jadi cewek
104 yang bisa di pake orang, gitu. //Kalo masalah ke 104-117 Merasa sangat kecanduan pada Harus memenuhi rasa candu dengan obat
105 shabu di bilang, sebetulnya bukan pecandu berat, obat batuk sebagai pengganti narkotika batuk
106 gitu. Cuman kalo comix tadi, itu pun termasuk
107 juga iya kan. Itu ya tiap hari saya konsumsi.
108 Cuman bawaannya kalo saya liat, ya sekalipun
109 dia BD, bisa saya lebih saya, kalo dalam shabu
110 tadi kan, kita abis make, tinggi ya kan, karna kita
111 agak fly. Cuman kalo saya make comix itu ya,
112 saya juga fly gitu. Walaupun, istilahnya BD
113 sekalipun, tetap saya lebih fly. Dia kan istilahnya
114 kan pake dosis kalo narkoba itu, ditarik gitu lah
115 ya kan. Sekian jam nanti, udah agak menurun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116 gitu. Kalo comix tadi, seharian saya tinggi terus,


117 gitu. Seharian saya bisa fly. //Pasti berat ya
118 menghadapi hidup ini? ya kalo berat nya, ga 118- 121 Merasa hidup berat, Hidup sebagai beban berat yang harus di
119 saya ambil apa nya ya, berat memang. Kadang mempertanyakan makna hidup tanggung
120 ya, ngapain hidup-pun. Cuman ya, karna saya Anak sebagai penyemangat hidup
121 istilahnya juga udah punya anak. //Kalo di luar 121-123 Merasa tidak acuh pada hidup Merasa hidup tidak bermakna
122 dulu gitu kan ya, yang nama nya mati ya, ga
123 peduli saya, gitu. Mati ya mati gitu. //Kalo
124 sekarang, gini ya, selama saya di tangkap. Ada 124-132 Ingin mendapat kesempatan Ingin mendapat kesempatan untuk
125 pikiran saya kalo seandainya saya kenapa napa menjadi lebih baik demi anak dan ibu mengalami peningkatan diri demi keluarga
126 gitu, Tuhan tolong jangan ambil nyawa ku
127 sekarang, gitu kan. Soalnya saya ingat anak saya,
128 kayak mana gitu ya. Saya pengen istilahnya
129 masih di beri kesempatan untuk membahagiakan
130 anak saya dan mamak saya, walaupun sebentar
131 gitu (nada suara menurun dan responden
132 menunduk). //Saya juga udah pernah masuk 132- 155 Mengalami ilusi yang Merasa menderita karena ketakutan
133 rehab, BNN bogor, kabur. Pas 10 bulan dari sana, menyebabkan ketakutan berlebih sebelum berlebih
134 pas saya udah di tingkat primary, yang kita udah dan saat di rehabilitasi membuat menderita
135 bisa keluar, gitu ya. Saya kabur, waktu itu saya
136 punya badi kan, badi saya itu koplit, jadi dia
137 pulang kerumah selama tiga hari kan. Jadi saya
138 yang ngawal gitu. Pas istilahnya udah saatnya
139 jadwal yang pulang ke BNN, yang saya kawal
140 tadi pulang, ya saya kabur gitu. Jadinya balek,
141 masa yang ngawal kabur kan. Sampe kesini,
142 padahal saya masuk BNN itu bukan karna kayak
143 candu tadi. Bukan karna ke shabu tadi gitu.
144 Memang pertama dulu saya masuk BNN itu,
145 udah agak agak kayak mana, udah agak agak lari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146 kurasa gitu mana, keseharian ku penuh dengan


147 ilusi, gitu. Kayaknya ke pajak (pasar) kemana
148 gitu, saya ketakutan. Gitu kan, jadi ya kadang
149 sadar gitu kan, kadang ketakutan. Kadang kalo
150 ketakutan itu kan menderita gitu kan. Jadi kan ya,
151 dulu kalo saya keluar itu pun udah ga berani,
152 sampe istilahnya dirumah pun udah ribut semua
153 gitu kan. Jadi kayak ada yang ngomong sama
154 saya, jadi dirumah pun udah terjadi
155 pertengkaran.// Saat saya sadar, kok saya kayak
156 gitu, saya pikir kan?, trus abis itu, saya bilang lah 155-167 Merasa membutuhkan pertolongan Membutuhkan bantuan orang lain untuk
157 sama mamak, tolong lah obati saya, gitu kan. Ada untuk dapat sembuh sembuh
158 pulak keluarga memang istilahnya, dia sekarang
159 jadi penginjil. Tapi dia suami istri mantan dari
160 BNN gitu. Orang itu juga mantan pemake dulu
161 kan. Trus, trus jadi penginjil, datang dia kerumah
162 gitu. Di lihatnya saya. Trus kalo memang kayak
163 gitu, ya karena saya juga sudah merasa menderita
164 ya, saya bilang sama mamak “yaudah mak, yok
165 obati biaya ku kesana” kubilang. “kamu pun
166 enaknya nanti rasanya udah disana” kata keluarga
167 itu yang udah berubah itu kan. //Sampai disana, 167- 175 tidak dapat menerima proses Memandang rehabilitasi sebagai ujian
168 ya ternyata yang saya rasakan direhab itu, kayak rehabilitasi yang dirasa menguras kesabaran kesabaran
169 mana, saya ga nerima gitu, karena disana kan
170 bukan ee fisik kita yang di apakan kan, mental
171 kita disuruh apa, kesabaran diapakan, disana lah
172 kita rame gitu di bikinlah, ada istilahnya namanya
173 single nya. Itu sebagai istilahnya penggoda
174 gitulah kan. Kalo kita kayak mana, ngetes
175 kesabaran kita. Jadi saya ga sabar, gitu.// Tapi 175- 187 Merasa lapas lebih memberi Adanya perasaan ingin bebas melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176 kan ya serasa disana, walaupun saya disana 10 kebebasan dalam melakukan sesuatu sesuatu
177 bulan, disini 6 tahun, saya lebih milih disini.
178 Karena kalo saya mau tidur, saya bisa tidur. Saya
179 mau baca, saya bisa baca, gitu. Kalo disana, kalo
180 kita kecapean mata gini gini aja (mencontohkan
181 mata mengantuk) suatu kesalahan. Karena nanti
182 kalo istilahnya kita dapat hukuman, ini
183 menggosok lantai pake sikat gigi, sambil
184 bersingkut gitu kan, sampe lecet sini semua (
185 menunjukan sikut tangan). Saya ga terima, kabur
186 dari sana yah memang orangtua udah tau kabur
187 kan.// Udah tau dia kabur, ya di bilang, “ya kalo
188 memang ee kau betul-betul ga tahan disitu, 187-192 Merasa mendapat dukungan dari Mendapat dukungan sosial dalam bertindak
189 pulanglah, kaburpun kau ku bela nya, asal kau ibu untuk kabur dari rehab
190 berubah” kata mamak. “jangan nanti gara-gara
191 kau, aku bertengkar sama bapakmu”.// Tapi 192-201 Kembali menggunakan narkoba Orang terdekat dapat mengenalkan
192 ternyata pulang dari sana, saya bel lah istilahnya, karena orang terdekat narkotika
193 ada memang saya selingkuh dengan seorang
194 tentara kan, pulang dari sana, saya bel dia. Saya
195 bel, saya suruh jemput. Di jemput, sampe disini,
196 ternyata dia udah jadi pengedar disini, gitu. Udah
197 jadi pengedar disini ya otomatis, istilahnya ya
198 orang yang paling dekat dengan saya kerja nya
199 begitu, ya saya juga jadi begitu, gitu. Jadi saya
200 pun udah kayak gitu juga, selama 2 bulanan. 2 201-212 Melakukan tindak kriminal untuk Melakukan tindak kriminal untuk
201 bulanan akhirnya ketangkap//. Gitulah istilahnya memperoleh narkoba memenuhi rasa candu
202 makanya masuk sini, itulah istilahnya ke narkoba
203 tadi yang saya alami. Ga ada uang apa gitu, tapi
204 ya saya di luar, mau nyuri. Nyuri pun gitu ya,
205 kayak mana bilangnya, nanti kalo di ceritakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

206 lucu. Yang dicuri bukannya barang, apa, anjing


207 orang saya curi, saya jual gitu kan. Karena uang
208 yang saya butuhkan itu, ya kayak tadi orang beli
209 comix aja nya ya kan, kalo minum, ya namanya
210 perempuan, kemana pun bisa kita, kalo kita pergi
211 ketempat ee orang minum, ya kalo kita pintar
212 ngomong kan, dapat gitu kan. Gitulah.// Kalo
213 selama disini, bagaimana perasaannya? tadi
214 membandingkan dengan rehab, kenapa
215 merasa lebih nyaman disini? karena disini saya
216 merasa ga terlalu terkekang. Gitu. Terkekang itu
217 dalam artian, karena kegiatannya? iya, disana 215- 225 Merasa tertekan dengan program Program rehabilitasi sebagai pemicu stress
218 kegiatan terinci, istilahnya waktu kita break itu saat rehabilitasi
219 sangat sedikit. Trus kita disuruh menghafal, ada
220 di sana dibilang jargon, apalah ntah apalah, gitu
221 kan. Apa, saya daya ingat saya lemah gitu kan,
222 jadi kan kalo makin dipaksa jadi pusing. Jadi kan
223 kayak nya apa gitu kan, tertekan gitu, bukan
224 tertekan perasaan lagi, udah yah gabisa saya
225 bilang gitulah. //Makanya istilahnya kemaren itu 225- 238 Memilih hukuman di lapas, walau Merasa lapas lebih baik daripada
226 kan ada juga istilahnya undang undang sekarang jangka waktu lebih panjang dibandingkan rehabilitasi
227 kalau sekarang kita dalam narkoba, tangkapan rehabilitasi
228 pertama kita bisa masukkan ke rehab kan.
229 Memang kalo istilahnya kita tau jalur jalurnya
230 bisa, memang kayak gitu apa nya. Kata keluarga,
231 mana kau pilih, sini apa masuk rehab, kalo masuk
232 rehab emang setahun cuman katanya. Ku bilang
233 sama keluarga, ya daripada saya masuk rehab,
234 mendingan masuk sini, berapapun hukuman saya,
235 saya terima, ku bilang. Gitu. Makanya ku bilang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

236 saya rasakan direhabilitasi 10 bulan, saya terima


237 hukuman 6 tahun disini, ya tetap saya jalani
238 disini, gitu.// Tapi secara perkembangan,
239 menurut kakak dengan diri kakak sendiri?
240 Terkait kecanduan kecanduan yang di alami.
241 Apakah disini merasa lebih baik? Kalo merasa
242 lebih baik, apa di bilang gitu ga juga bisa saya 242-247 Kebingungan dalam menjelaskan Kebingungan dalam menjelaskan rasa
243 bilang ya. Karna, kayak mana, kayak mana di rasa candu saat di lapas candu saat di lapas
244 bilang ya. (jeda agak lama sebelum menjelaskan
245 kembali) ya niat berubah gitu ada nya ya kan.
246 Cuman kadang, cuman apa pun yang di bilang
247 kalau yang dirasakan hati nya semua nya.// Kalo 247-254 Merasa nyaman dengan lapas, Merindukan kebersamaan dengan keluarga
248 istilahnya apa nya tadi (jeda dan menunduk dan namun merindukan kehidupan di luar lapas
249 suara mengecil) apa nya istilahnya kalo beda nya bersama keluarga.
250 dibilang, belum bisa saya dapat. Cuman kalo di
251 sini yah (terdiam). Merasa lebih nyaman? iya
252 (suara kecil samar-samar) tapi ya, kalo ingat lagi
253 keluar, keluarga apa gitu. Kadang sedih gitu,
254 gabisa sama.// Keluarga sering datang kesini?
255 Kalo keluarga pun, karna ngeliat saya kek mana
256 gitu, istilahnya udah di luar-pun sebetulnya udah 255-267 Merasa selalu membuat orang tua Perasaan bersalah pada orang tua
257 terlalu mengkhawatirkan, bisa di bilang khawatir
258 mengkhawatirkan nya bukannya mengganggu
259 keluarga bukannya apa, kadang kan ada juga Mendapat kasih sayang dengan cara yang Mendapat pola asuh yang keras
260 didikan orangtua ini atas dasar rasa sayangnya. keras dari orangtua
261 Dia mengasi penghukuman, walaupun di penjara
262 kayak gini, ya dibikin agak menderita sikit. Ya
263 kan gitu. Kalo istilahnya, kalo orangtua saya,
264 kalo istilah nya mama saya, lah ya kan, mama
265 saya melarang keluarga yang lain untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

266 menjenguk saya. Dia aja itu 4 atau 3 minggu


267 sekali, gitu. 4 atau 3 minggu sekali, tapi kalo saya 267-273 Merasa kebutuhan selalu terpenuhi Mendapat dukungan berupa pemenuhan
268 yang nyuruh gitu kan, dia datang. Dan saya kalo karena bantuan keluarga kebutuhan oleh keluarga
269 masalah uang gitu, dalam tiga minggu itu, saya di
270 kasi 50 ribu, gitu kan. Tapi keperluan saya udah
271 dicukupi, gitu kan. Kita perempuan, kita butuh
272 lotion, shampoo, apa gitu kan, kita dikasi. Tapi
273 kalo ke uang dibilang, ya itu tadi gitu. //Anak
274 nya juga ikut menjenguk bersama neneknya?
275 Ga, dia sebenarnya tertentu kali lah. Ya istilahnya 275- 282 Menganggap berkunjung ke lapas
276 kalo dari bapak tiri saya, dia di larang kemari. membuat mental anak semakin kuat Penerimaan dan pola asuh mampu
277 Karna ya, kalo kesana dia nanti ( suara agak membentuk mental yang baik
278 bergetar) ga bagus buat dia, tapi menurut saya Merasa anak harus mampu menerima
279 lain pulak, ngapain mesti ditutupi, gitu. Walau keadaan ibu
280 istilahnya dibawa kemari, ya paling ga mentalnya
281 makin kuat. Sekarang tergantung didikan kita,
282 gitu. Gitu juga kadang, saya suruh kemari, gitu.//
283 Berarti sebelum masuk kesini, bekerja di
284 pasar membantu mamak? Itupun jarangnya.
285 Kalau istilahnya udah kayak mana kali ya,
286 makanya istilahnya mau bantu dia, gitu. jadi kalo
287 ga bantu mama, biasanya kegiatannya apa?
288 //ga ada. Bangun pagi apa ya bikinlah. Ya saya
289 memang dari rumah kan. Ee kalo dari pagi sampe
290 sore, rumah kosong. Karna yang kerja dirumah
291 pun ga ada. Paling anak saya lebih sering,
292 istilahnya sama bapak tiri saya. Karna bapak tiri
293 saya pun ga punya anak, gitu. Jadi anak saya pun
294 ga mengenal bapaknya, bapak tiri saya pun ga
295 punya anak, jadi mereka itupun kan agak klop,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

296 gitu.// Ya itu tadi, kalo istilahnya udah jadi 296-304 memiliki pola hidup yang buruk
297 kelelawar gitu lah. Kalo siang siang, saya tidur
298 dirumah. Kalo malam saya keluyuran, jam 7 udah
299 pasti saya keluar, gitu. Pulang ya hampir-hampir
300 pagi, tidur lagi. Sekarang ya kalo istilahnya Memiliki pola hidup dan lingkungan sosial
301 kayak mana kayak mana, toh juga sampe sebulan yang buruk
302 ga pulang, gitu. Namanya juga kerjaan mabuk,
303 apa, kadang tabrakan, apa, gitukan.// Kalo saya
304 pulang, ya mamak itu kayak mana, semua udah 304- 328 merasa bahwa orangtua khawatir
305 pasrah. Kayak mana bilangnya, udah di lihatnya dengan pola hidup dan pergaulan responden
306 muka saya udah apa apa semua gitulah, semua
307 kena aspal itu lah, karna tabrakan apa gitu, bekas
308 jahit gitu apa. “masih hidupnya kau? Belum mati
309 nya?” katanya. “Kalo gitu gitu aja nya, maunya
310 patah kaki mu itu, biar istilahnya, biar malu
311 keluar” gitu. Karena keluarga tau, karna kawan
312 pun istilahnya preman preman yang apa tadi,
313 semua gitu kan. Mamak itu khawatir istilahnya,
314 “eh kau bandal kali kau nanti kalo seandainya
315 kau meninggal diluar sana, mayat mu bisa ga
316 ditemukan, pun ga ditanam pun” kata mamak itu.
317 Sampe keluarga juga, berapa kali istilahnya
318 ngeliat mayat tak beridentitas ke rumah sakit
319 umum sana, kan karena ada keluarga di pos metro
320 gitu kan, ditemukan, mayat gini gini kan, kalo
321 diliatnya istilahnya sepintas “eh, ciri cirinya
322 mana anakku tadi” kan gitu kan. Ada rasa
323 khawatir apa gitu kan diliat kesana gitu kan. Toh
324 kalo udah langsung gitu di liat, “ eh ngga” jadi
325 kan gitu, dia udah apa, sering gitu, udah batin itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

326 udah terlalu apa kalo dibilang, udah spot spot


327 jantung tiap hari. //Jadikan istilah nya kalau
328 keluarga di bilang, dia lebih tenang aku didalam 328-343 Merasa keluarga lebih tenang jika Lapas menepis kekhawatiran keluarga
329 ini juga, gitu. Makanya, kalo ya pertama saya responden di dalam lapas
330 tangkap juga ya wajarlah kalian tangkap dia, kata
331 mama langsung polisi kan, biasanya kalau
332 keluarga tertangkap kan pasti apa, masih agak
333 shock, kalau keluarga saya ga. “Baguslah, nama
334 nya dia salah, wajar kalian tangkap” katanya.
335 Trus waktu kalo di pengadilan pun, kalo
336 istilahnya, apalagi jaman sekarang kan, hukum
337 aja bisa dibeli. Trus di tanya ijasahlah. “ini si D
338 nya gimana masalah pengurusannya?” gitu kan,
339 kalo mamak saya langsung jawab “tinggi tinggi
340 aja bikin hukumannya pak”. Jadi kayak mana dia
341 mau istilahnya mau menguras keluarga saya, kan
342 gitu. Untuk pembayaran biar saya diringankan.//
343 Bagaimana perasaan kakak dalam menjalani
344 hidup kakak hingga hari ini? Saya rasa
345 istilahnya rasanya selama saya di penjara ini, ya 345-347 Lapas membuat ingin berubah Ingin mengalami peningkatan pada diri
346 niat saya untuk berubah memang makin kuat.// menjadi lebih baik
347 Tapi memang kadang kadang, kayak mana lah,
348 karena saya juga manusia. Kadang kadang bisa di 348-352 Merasa kurangnya kontrol diri Kurang memiliki kontrol diri yang baik
349 bilang, ya walaupun dalam seribu sekali silapnya Kurang mampu menghadapi tekanan
350 ya tetap ada kan gitu. Karena saya gabisa
351 mengontrol diri, gitu.// Kadang kadang
352 (terganggu oleh petugas yang datang dan
353 menyela pembicaraan) Petugas: ini, bentar lagi
354 kita suruh dia pulang. Bentar lagi kita usulkan
355 PB nya. Karena dia bilang dia sudah bertobat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

356 gamau lagi jahat. Anaknya pun sudah besar,


357 suami nya tidak ada lagi. Nanti kita carikan
358 yang baik baik. ya udah meninggal kena AIDS
359 bilang. Petugas: ga, jangan lah. memang iya.
360 Memang kena AIDS dia, tapi saya setelah saya
361 didalam baru tau saya suami saya kena AIDS.
362 Dia kan sempat married, saya istilahnya saya
363 yakin saya ga kena, waktu saya rehab, saya rehab
364 kan 4 tahun yang lalu. Jadi gimana tadi? //itulah
365 ku bilang, kalo sekarang gitu ya. Saya disinilah 365-370 anak sebagai penyemangat hidup Anak menjadi motivasi untuk hidup
366 istilahnya saya betul-betul dapat kekuatan, Merasa hidup bermakna
367 istilahnya disini juga lah yang saya rasakan
368 istilahnya takut untuk mati. Karena ingat anak
369 tadi,// di sini juga istilahnya dendam saya sama
370 orang-orang yang dekat sama saya dulu ada. Tapi 370- 388 Memiliki gambaran dan harapan Memiliki keinginan dan gambaran untuk
371 bukan berarti dendam saya istilahnya saya untuk sukses di masa depan sukses di masa depan
372 pengen melukai dia, apa gitu, ndak. Tapi dendam
373 saya,saya keluar dari sini, saya harus sukses. Ingin menunjukkan bahwa diri bisa sukses Adanya keinginan unjuk diri
374 Dengan suksesnya, bukan memegang hal yang ke pada orang lain Merasa mampu menghadapi tekanan dari
375 tidak halal lagi, ke narkoba lagi gitu ga. Karna ya lingkungan sosial
376 saya juga bisa lihat kedepannya kayak gimana Merasa di khianati oleh teman Perasaan ditinggalkan
377 kalo saya, mamak saya juga udah tua, gitukan.
378 Kalo saya menggantikan posisi mamak saya, saya
379 juga bisa kok seperti dia, gitu. Dendam saya
380 istilahnya. Kalo saya sukses, apalagi jaman
381 sekarang ini, kalo kita punya uang, orang
382 merangkak-pun mau mendekati kita, iya kan?
383 Jadi ya saya, dendam saya untuk orang orang
384 yang, ya saya juga bantu dulu, setelah saya kayak
385 gini, dia sama sekali ndak peduli, gitu kan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

386 Dendam saya itu tadi. Saya istilahnya harus


387 sukses. Gitu aja istilahnya, yang saya dapat
388 dalam ini, gitu.// Menurut kakak, kenapa
389 kakak bisa berpikiran seperti itu setelah
390 berada disini? Apa merenungkan sesuatu atau
391 bagaimana? kadang bukan merenungkan aja,
392 yang saya rasakanlah gitu. Ini bisa di bilang, saya 392- 400 Merasa terpuruk dan ditinggalkan Mampu melihat secara positif pada masa
393 bisa terpuruk. Disaat saya terpuruk itu, kenapa sehingga menjadi lebih sabar lalu
394 tidak ada orang yang mengulurkan tangan buat Membutuhkan dukungan sosial
395 saya? Selain mamak saya yang dari dulu saya
396 tipu, gitu. Tapi kan istilahnya, saya sakit hati,
397 gitu. Disitu makanya istilahnya, ya kayak gini
398 rupanya, pikir ku gitu. Disinilah istilahnya hal
399 yang saya dapatkan paling besar kesabaran.//
400 Berarti kakak merasakan orang-orang yang
401 dulu kakak bantu, pas kakak disini ga ada?
402 jangankan istilahnya mau ngasi apa gitu, mau 403-405 Merasa tidak mendapatkan support Merasa tidak mendapat dukungan sosial
403 ngomong untuk ngasi kesabaran aja ga ada. Itu dari teman
404 makanya, kayak gini rupanya hidup ini bah.//
405 Jadi itulah yang memotivasi kakak untuk
406 sukses. Kakak udah berapa tahun disini? udah
407 3 tahun, 3 bulan udah lewat. berarti tinggal
408 berapa lama lagi? inilah kayak kata bapak ini
409 tadi, kalo sekakakinya bisa ngurus PB itu
410 pembebasan bersyarat itu kan, paling lama paling
411 kan setahun lagi, tapi kalo gabisa ya, 3 tahun lagi.
412 Kan gitu. Saya juga sebetulnya udah pasrah 409-418 Merasa tidak berharap untuk keluar Tidak ingin kecewa karena harapan keluar
413 sekakakinya gabisa. Karna kadang kalo saya dari lapas lebih awal dari lapas lebih awal
414 pikirkan saya berharap untuk bisa keluar setahun
415 lagi, ternyata gabisa toh kecewa. Kalo memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

416 bisa, ya syukur berarti Tuhan masih percaya sama


417 saya, kan gitu. //Seandainya gabisa pun, berarti
418 Tuhan masih sayang sama saya, kalau saya 418-421 Merasa tidak yakin pada diri Tidak percaya pada diri
419 keluarpun, mungkin saya belum bisa berubah, sendiri dapat menjadi lebih baik Merasa tidak mampu mengubah diri
420 gitu. //Berarti pada saat ini kakak sudah bisa
421 menerima? Udah. //Disini kegiatan kakak apa 421 Merasa bisa menerima keberadaan di Merasa mampu menerima keberadaan di
423 aja? ya ga ngapa-ngapain, paling sering ya lapas lapas
424 membaca, itu pun Cuma suka suka gitu aja nya.
425 Sisa nya tidur-tidur. Cakap cakap sama kawan.
426 Istilahnya pun disini bukan bisa ngapa-ngapain 424-434 Lebih sering melakukan aktifitas Memiliki hubungan baik dengan oranglain
427 kan, jadi nya gitu lah. Tapi kadang ya rajin juga bersama teman di lapas
428 saya masak-masak, apalagi kalo datang mamak
429 itu, di bawa nya bahan makanan, masak lah, saya
430 bagi lah sama kawan kawan di kamar kan.
431 Apalagi, paling olahraga olahraga, sama
432 pendampingan pendampingan itu nya. Lainnya,
433 tidur aja terus, istilahnya malas di dalam sini.//
434 Gitu gitu aja, cuman gimana lah istilahnya pun Merasa mampu menerima keberadaan di
435 udah jalannya kayak begini kan.// Kalo 435-436 Merasa masuk lapas adalah takdir lapas
436 hubungan kakak dengan teman-teman disini
437 gimana? baik. namanya juga kawan
438 sependeritaan kan. Cuma ya, ee istilahnya 438- 446 memiliki hubungan baik dengan Memiliki hubungan baik dengan orang lain
439 berantam pun ga bisa di ingkari kan. Kalo saya teman di lapas
440 orang nya, ga dikacau (diganggu), ga akan saya
441 kacau (ganggu) orang lain, jadi kalo ada misalnya Kadang konflik terjadi karena privasi Merasa marah dengan privasi yang
442 ee, istilahnya mengganggu urusan saya, nah itu terganggu diganggu
443 biasa nya saya kelaikan (ajak berkelahi) orang
444 nya. Cuma ya kebanyakan baik nya semua kalo
445 bekawan disini itu. Gitu kan. //Apa yang paling
446 dominan yang kakak rasakan ketika berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

447 didalam lapas ini? kalo senang di bilang, ga.


448 Cuman selalu saya pikirkan istilahnya, apa yang 448- 455 Lapas membuat diri menjadi lebih Merasa mengalami perkembangan pada
449 saya dapat gitu. Itu yang bikin saya kuat mandiri diri
450 sebetulnya. Cuman kalo diluarpun dulu saya liat Merasa bisa mengandalkan diri sendiri
451 ya, emosi saya kayak mana, kalo misalnya ada
452 saya rasa ga pas, sama sama makan nasi kok.
453 Kayak mana rupanya. Kan kalo di dalam
454 sekarang ini, udah bisa saya mandiri.// Kayak
455 mana kayak mana gitu, bukan istilahnya udah 455- 476 Merasa tidak mengenali diri
456 lah, diam aja gitu. Kadang saya renungkan sendiri
457 malam malam gitu, “kok bisa ya aku gitu ya” Merasa tidak mampu mengenali diri sendiri
458 gitu. Karna kadang saya pikirkan juga, saya juga Tidak menyadari motivasi saat melakukan
459 ga mengenal pribadi saya kadang-kadang. sesuatu
460 Makanya pernah juga saya tanya bu Merry
461 (perawat lapas) kan, “Bu kalo dalam kedokteran
462 itu, dual (istilah responden untuk keperibadian
463 ganda) itu sebetulnya kayak mana sebenarnya?”
464 gitu. Karna kalo di rehab, di rehab itu kan, kita di
465 tes secara keseluruhan gitu kan. Otak, jantung,
466 apa, semua di tes. Waktu saya di tes itu, dua lah
467 istilahnya penyakit saya. Satu lemah jantung,
468 yang kedua, otak saya di nyatakan dual. Yang
469 dulu saya pikir, dual itu gila. Rupanya dual itu,
470 karena dual itu kata dua, istilahnya
471 berkeperibadian ganda katanya. Cuman, ya ga
472 saya apakan (hiraukan) kali, saya pun ga
473 ngertikan. Cuman ya mungkin kayak gitu.
474 Kadang saya pikirkan apa yang saya lakukan,
475 “kok bisa gitu ya?”.// Berarti kakak sudah
476 punya harapan dan cita-cita besok setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

477 keluar dari sini mau ngapain? ya, kan kayak Memiliki harapan untuk membahagiakan
478 aku bilang tadi, mamak juga udah tua. Anak 478- 502 Ingin membantu dan meringankan orang tua
479 perempuan saya satu satunya. Trus ya mamak beban ibu
480 juga ya berharap juga. Adek saya juga ya masih Perasaan bersalah pada ibu
481 jadi pikiran orangtua, karna kerjaannya juga Merasa jahat pada ibu
482 masih minum apa kan, trus datang kata mamak
483 itu “aku udah capek kali” katanya. “Kau Cuma
484 satu satunya anak perempuan, apa gabisa kah jadi
485 kawanku? Aku udah capek kali aku” kata mamak
486 kan. Ku bilang sama mamak “yaudah mak, yok
487 aku pun nya, bisa nya ku bikin kan nya kayak
488 gitu” ku bilang. “aku jahat kali, aku bisa jadi
489 kawanmu, keluarpun nanti aku mak, kamu
490 berhenti aja yang bekerja, aku yang gantikan
491 kamu” ku bilang. jadi nanti saya keluar, saya
492 menggantikan posisi mamak, untuk istilahnya
493 bantu bantu dia, bukan istilahnya saya
494 memonopoli semua gitu kan. Tapi ya, saya disitu
495 ya, ya saya kan anaknya, jadi kan ya, apa yang
496 ada sama dia, jadi milik saya. Jadi apa yang sama
497 saya, milik dia juga, gitu. Ya saya udah punya
498 gambaran, nanti keluar saya menggantikan
499 mamak, mamak saya, saya berikan kelapangan
500 untuk kerja. Itulah gitu, aku pengen rasanya
501 memberikan orangtua ku kelegaan gitu.// Apalagi Kurangnya kedekatan dengan anak
502 saat didalam sini kan, sedangkan aku yang 502-506 Hubungan dengan anak buruk
503 istilahnya orangtua, ibu dari anakku sendiripun,
504 selalu berantam sama anakku, pusing nya aku
505 menghadapi satu anak. //Kebetulan lagi pun, Ingin membahagiakan ibu karena rasa
506 mamakku gitu pun eh, udah semua bebanku, ku 506-511 Merasa membebankan seluruh bersalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

507 kasi kan sama dia. Jadikan ya “Tuhan tolong aku, tanggung jawab pada ibu
508 kasikan aku waktu buat mamakku itu sehat
509 sampai aku keluar dan kasi aku waktu istilahnya Ingin membahagiakan ibu
510 untuk memberi dia kebahagiaan. // Jadi kembali
511 ke cerita suami kakak, jadi suami kakak
512 sudah meninggal? sudah Kakak baru menikah
513 satu kali? Iya Kalo boleh tau kak, berapa lama
514 pernikahan kakak? pernikahan saya, saya bisa
516 di bilang menikahnyapun karna hamil duluan.
517 Dia, saya sama suami saya itu pun, krna dengar 528-550 Pernikahan terjadi karena, diawal Memiliki rasa simpati yang besar pada
518 dengar cerita dia aja, kasian. Gitu. Kan dia kan hubungan memiliki perasaan simpati pada orang lain
519 kuliah di bogor juga, orangtua nya buka babi pasangan
520 panggang di terminal bogor sana. Trus, karna dia
521 gabung gabung sama orang situ, dia pake putaw.
522 Karna istilahnya dia 2 kali masuk rehab, sekali
523 masuk rejim tetap kabur. Di kirim orangtua nya
524 kesini, tempat kakak nya. Karna disana kawannya
525 orang orang berada gitu kan. Karna dia emang
526 orang berada, tapi istilahnya kawan tadi mau
527 ngasi terus akhirnya dia kecanduan, apapun bakal
528 di lakukan, gitu untuk mendapatkan apa yang di
529 harapkan, kan gitu. Trus dia, dia dikirim kesini,
530 pertama kenal, itu tadi, dia cerita, curhat, apa
531 gitu. Trus di bilangnya sama ku “kenapa ya, kalo
532 kita udah pernah kena narkoba, mau berubahpun
533 ga ada lagi yang percaya” gitu dibilangnya. Itulah
534 sampe sekarang omongannya yang saya ingat,
535 saya kasian gitu kan, jadi kasian gitu, sering
536 ketemu sama sama, trus dia minum. Ya namanya
537 dia minum, ya saya pun jadinya peminum juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

538 Ya kayak gitu tadi. Tau lah kalo istilahnya udah


539 di barengi minuman. Kalo di barengi minuman,
540 udah melakukan hubungan intim, apa gitu, ya
541 itulah jadinya saya hamil. Saya hamil, saya minta
542 pertanggung jawaban dia, ya akhirnya kami di
543 nikahkan, kan gitu. Kalau dalam adat kami sini
544 ya, adat karo gitu, tapi ga sampai ke jamhur.
545 Istilahnya kalau, kayaknya mana bilang ya, kalau
546 di islam itu kan istilahnya di nikahkan aja gitu, ga
547 pake pesta apa itu. Kalau disini tangan raja di
548 bilang, adat karo aja. Itu, trus udah gitu, saya kan
549 udah hamil sebulan. //Hamil sebulan, melahirkan
550 saya, keluar dari rumah sakit, tinggal sama 550-583 Hubungan dengan suami buruk Relasi dengan suami tidak baik
551 mamak. Baru di jemput sama dia, paling
552 perkawinan kami itu cuma istilahnya setahunlah.
553 Sampai lahir anaknya? iya, memang setahun.
554 Trus abis itu pisah ranjang. Aku dirumah
555 mamakku, dia dirumah kakaknya. Kalo ga dia
556 dirumah kontrakan kami itu. Kami kan ngontrak
557 karna mamakku pun ga setuju, jadi ya ga ga di
558 apai gitu. Kayak mana, dia gamau kasi apa pun
559 gitu. Mau lepas tangan, gitu. Trus karna aku
560 dirumah mamak gitu, dia di rumah kontrakan itu
561 mungkin, hampir dua tahun kami pisah ranjang
562 itu. Karna dia laki-laki, kan istilahnya ya
563 berkawan juga sama yang lain, apa, berkawan
564 juga dia sama yang lain, cewek itu minta dinikahi
565 gitu. Jadi kan kalo disini laki-laki mau menikah
566 dengan wanita lain, ya paling ga harus bercerai
567 dulu sama istri pertama, kan gitu. Jadi kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

568 bercerai, gitu. Bercerai kami, beberapa bulan


569 kemudian dia sakit. Aku dengar dengar aja, sakit.
570 Habis sakit bawa ke Medan, diruang ICU dia
571 selama 3 bulan. Habis itu ninggal. Ninggalnya
572 kena AIDS pun, pertama saya gatau, setelah saya
573 ditangkap juga, ada keluarga nya. Ceritalah dia
574 sama saya. “tau nya kamu dulu, suami mu dulu
575 mati kena apa?” katanya “overdosis” ku bilang,
576 karna ya berita mengatakan dia overdosis gitu.
577 “overdosis, kenapa” kubilang. “dia bukan
578 overdosis, sebetulnya dia kena AIDS makanya
579 meninggal” dia bilang. jadi pun saya kaget,
579 “masa?” saya bilang gitu kan, “iya, makanya
580 istilahnya karna dia AIDS itu, pas meninggalnya
581 di bungkus pake plastik” katanya. Maka
582 istilahnya, saya apa, gitu. //Cuman karna saya pas
583 masuk rehab pun di tes, jadi kan saya ga khawatir 583- 571 Merasa aman dari AIDS Merasa diri aman dari penyakit berbahaya
584 dengan diri saya, gitu kan. Berarti dia kena nya
585 setelah sama saya, gitu. Kan kalo AIDS itu
586 istilahnya, kalo memang kata orang kan 10 tahun
587 kemudian baru apa, tapi kalo istilahnya kita
588 lemah, setahun pun bisa juga lewat, kan gitu.
589 Setelah berpisah tidak berhubungan dengan
570 mantan suami? Ga // Masih berjuang lagi ya
571 kak itulah yang saya harapkan. Tuhan tolong beri
572 saya kekuatan, gitukan. Saya tau saya lemah, 572- 577 Berdoa pada Tuhan untuk Tuhan sebagai tempat berkeluh kesah
573 sering jatuh. Udah kayak gini, keluar nanti, ya mendapatkan kekuatan dan maaf
374 udah saya konsep semua nya kayak mana
375 nantinya gitu kan. Tapi kalo kesilapan selalu ada
576 Tuhan. Tolong bantu saya, gitu. // Masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

577 kesehatan kakak gimana? baik, kalo kena panas


578 pasti langsung demam, dari dulu. Saya paling ga
579 tahan kalo kena panas, kalo kena hujan 7 hari 7
580 malam pun gapapa. Harapan kakak sendiri
581 untuk diri kakak, apa? //apa mau ku bilang.
582 saya cuma pengen keluar dari sini jadi orang 582-585 Ingin anak tidak mengikuti jejak Harapan pada anak di masa depan
583 bagus-bagus. Mau mendidik anak supaya ga responden
584 kayak saya nanti kalo udah besar. //Mau bantu
585 orangtua lah, karna istilahnya pun udah banyak 585-589 Ingin menjadi lebih baik dengan Berkeinginan untuk mengalami
586 kali keluar uang mereka buat saya karna bandal membantu orang tua di masa depan peningkatan pada diri
587 dulu. Jadi apa ya, gimana, mau jadi lebih baik aja Memiliki gambaran untuk membantu orang
588 lah. Cukup lah hidup kayak gini ini, tapi ya // tua
589 walau kadang kadang pun ee, apa, ee silap silap 590-593 Ingin dimaklumi dengan kesalahan
590 dikit ada. Ya nama nya manusia. Tapi itu tadi lah, kecil selama proses perubahan Acapkali merasa melakukan kesalahan
591 mau nya menjadi anak dan ibu yang baik lah Merasa perlu di maafkan untuk kesalahan
592 setelah ini semua.
593
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGELOMPOKKAN TEMA INFORMAN 1

KODE SUB TEMA TEMA


Mampu melihat secara positif pada masa lalu Menjadikan masa lalu sebagai
Bersikap reflektif pada pengalaman tidak pembelajaran
menyenangkan
Mampu melihat secara positif pada masa lalu
Merasa mampu menghadapi tekanan dari lingkungan Merasa mengalami perkembangan di
sosial lapas
Merasa diri aman dari penyakit berbahaya
Merasa mampu menerima keberadaan di lapas
Merasa mengalami perkembangan pada diri
Merasa lapas lebih baik daripada rehabilitasi Rehabilitasi sebagai ujian kesabaran Memandang masa pidana sebagai
Memandang rehabilitasi sebagai ujian kesabaran masa pengembangan diri
Program rehabilitasi sebagai pemicu stress
Adanya perasaan ingin bebas melakukan sesuatu
Kebingungan dalam menjelaskan rasa candu saat di
lapas
Lapas menepis kekhawatiran keluarga
Ingin mengalami peningkatan pada diri Ingin mengalami perkembangan pada diri
Memiliki keinginan dan gambaran untuk sukses di
masa depan
Adanya keinginan unjuk diri
Berkeinginan untuk mengalami peningkatan pada diri
Tuhan sebagai tempat berkeluh kesah Religiusitas sebagai coping
Merindukan kebersamaan dengan keluarga Keinginan untuk membahagiakan
Memiliki harapan untuk membahagiakan orang tua keluarga
Anak sebagai penyemangat hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Anak menjadi motivasi untuk hidup Memaknai keluarga sebagai


Harapan pada anak di masa depan motivator
Ingin membahagiakan ibu karena rasa bersalah
Memiliki gambaran untuk membantu orang tua
Ingin mendapat kesempatan untuk mengalami
peningkatan diri demi keluarga
Perasaan bersalah pada orang tua Perasaan bersalah pada keluarga
Perasaan bersalah pada ibu
Hidup sebagai beban berat yang harus di tanggung Merasa hidup penuh beban
Merasa hidup tidak bermakna
Merasa hidup bermakna
Trauma menyebabkan sikap ketidakpedulian pada diri Memandang diri tidak mampu
Tidak percaya pada diri Memandang hidup sebagai beban
Merasa tidak mampu mengubah diri
Merasa tidak mampu mengenali diri sendiri
Kurang memiliki kontrol diri yang baik
Kurang mampu menghadapi tekanan
Tidak ingin kecewa karena harapan keluar dari lapas
lebih awal
Acapkali merasa melakukan kesalahan Tidak mampu menghadapi tantangan
Merasa perlu di maafkan untuk kesalahan dalam proses berkembang
Membutuhkan bantuan orang lain untuk sembuh Membutuhkan dukungan sosial
Membutuhkan dukungan sosial
Merasa tidak mendapat dukungan sosial Relasi sosial sebagai sumber
Merasa marah dengan privasi yang diganggu dukungan
Perasaan ditinggalkan
Kurangnya kedekatan dengan anak
Relasi dengan suami tidak baik
Mendapat dukungan sosial dalam bertindak Memiliki relasi sosial yang baik
Mendapat dukungan berupa pemenuhan kebutuhan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

keluarga
Memiliki rasa simpati yang besar pada orang lain
Memiliki hubungan baik dengan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KODING DATA HASIL WAWANCARA INFORMAN II

No Verbatim Initial code Interpretative code


1 Aku ingin mendengarkan perjalanan hidupmu 3-11 Mengenal narkotika saat putus sekolah
2 sampai pada saat ini, apapun yang ingin kamu
3 ceritakan, silakan ceritakan. Dari SMP saya
4 sekolah di sekolah Santa Maria Kaban Jahe. Saya
5 bandal dulu. Bandal lah. Saya di asrama dua tahun
6 setengah. Dua tahun setengah, saya pindah ke kosan,
7 di luar. Beberapa bulan kemudian, menjelang UN
8 gitu, saya di pecat. Dan saya harus pindah ke
9 kampung untuk mengambil ijasah. Dari kampung
10 saya kembali pindah ke medan. Disitu saya, saya
11 sudah mulai mengenal narkoba lah,// udah bisa dan 11-13 Narkotika mempengaruhi keadaan Mengalami dampak negative dari narkotika
12 sudah mulai terganggu keuangan keluarga karena ekonomi
13 narkoba.// Trus saya berhenti sekolah. Saya ambil,
14 tiga tahun kemudian saya ambil paket C untuk
15 mengambil ijasah. Trus saya melanjutkan kuliah
16 juga di tanah karo ini, tapi ga nyampe 2 semester
17 pun, trus berkembanglah apa, narkoba saya,
18 berkembanglah pengetahuan narkoba saya lah.//
19 Mulailah saya berhenti (kuliah), tapi orangtua 19- 25 merasa narkotika membuat keadaan Mengalami dampak negative dari narkotika
20 bertanya, mau bikin usaha. Saya minta belikan ekonomi buruk
21 minibus lah, BTN. Sudah berjalan, Cuma bertahan 3
22 tahun karna narkoba, judi. Saya minta terus uang ke
23 kampung. Pada akhirnya, udah jatuhlah, udah jatuh,
24 dan saya tetap memegang narkoba, memegang
25 narkoba. Dan akhirnya saya terjerumus disini lah.//
26 Sudah disini berapa lama? sudah 10 bulan. Masa
27 tahanan masih sampai kapan? 2 tahun lebih.
28 Kamu hanya menggunakan, atau? Menggunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29 Sejak kapan? Berarti sejak lulus SMP itu? iya,


30 tapi saat itu masih ganja, kalau ganja masih belum
31 candu. SMA lah saya shabu-shabu, mulai dari situ
32 saya jatuh terus. Berarti udah sampai kuliah putus
33 juga kuliah? iya, sampai semester 2. berarti, kamu
34 termasuk dalam keluarga mampu ya bisa
35 dikatakan? ya, dulunya sih. Bisa dibilang gitu. Kalo 35-38 Merasa keadaan ekonomi buruk karena Mengalami dampak negative dari narkotika
36 sekarang udah hancurlah kan karna minta saya minta narkotika
37 uang itu. Ngeri lah perbulan, karna sudah mengenal
38 shabu-shabu itu.// Sekarang, ketika kamu disini,
39 bagaimana? ketika disini, pertama tama saya 39-41 Masih menggunakan narkotika saat 6
40 memang masih pake juga. Tapi syukurlah sekarang, bulan pertama di lapas
41 hampir 4 bulan ga. Tahan lah.// boleh tau, gimana 4
42 bulan bisa bertahan? gini, selama 4 bulan ini saya 42- 51 Ketidakhadiran orangtua membuat Keluarga menjadi motivasi untuk lepas dari
43 minta uang gitu sama keluarga, tapi dia ga open lagi. adanya keinginan untuk berhenti menggunakan narkotika
44 Jadi saya mulai berpikir alangkah baiknya kalau, narkotika
45 tinggalin sudah ini. Ga baik itu ini. Kata orangtua
46 saya, jangan, kalo saya masih kurus, jangan datang.
47 Soalnya kalo masih kurus, dia anggap kalo masih
48 make gitu. Jadi kemarin bibi datang kesini untuk liat
49 aku, dia bilang udah makin gemuk lah. Jadi,
50 kemungkinan beberapa waktu ini, orangtua bisa
51 datang lah.// Selama 10 bulan ini, udah datang 52-54 mendapat dukungan dari keluarga selama Merasa mendapat dukungan sosial dari
52 berapa kali? kalo sampai 6 bulan, hampir tiap 6 bulan pertama di lapas keluarga
53 minggu. Padahal jauh juga nya, pulau balang sana.//
54 Setelah 6 bulan? dia gamau tau lagi istilahnya, 54-60 Merasa bahwa ketidakhadiran keluarga Perasaan bersalah pada keluarga
55 karna dia udah ngerasa kelewat. Dalam 6 bulan karena perilaku yang sudah keterlaluan Merasa kehilangan dukungan sosial dari
56 keluarga saya kesini, 4-5 juta tiap bulan. Karna keluarga
57 masih pegang. Mungkin sudah ga tahan lagi mereka
58 sama saya. tapi kamu mengharapkan mereka
59 datang? kayak mana mau di bilang, saya pun ngerti
60 lah kenapa mereka udah gamau lagi kesini. Udah
61 keterlaluan kali nya saya.// Sekarang, kamu udah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62 benar benar berhenti selama 4 bulan? benar benar 62-63 berhenti dari narkotika dan mengambil Mau mengikuti kegiataan keagamaan
63 berhenti, ambil bagian di gereja lah, sebagai pemain peran di kegiataan keagamaan
64 musik.// Setelah dari sini, rencana nya mau
65 gimana? Sudah punya bayangan? pernah mikir
66 juga, usaha lah. Usaha apa. Dulu kan orangtua punya 65- 73 Memiliki gambaran untuk melanjutkan Memiliki gambaran di masa depan untuk
67 usaha, gede. Pupuk. Udah beberapa tahun ini ga buka usaha orangtua setelah keluar dari lapas membantu orangtua
68 lagi, bukan cuma ga dapat untung karna ga untung.
69 Bukan cuma ga untung, bahkan sama modal udah
70 habis kami bikin gitu. Karna belum nyampe truk
71 kerumah, di tengah jalan kami, udah stop. Jadi mau
72 kenapa lagi diteruskan gitu. Jadi, disana nanti, keluar
73 dari sini, kembali buka lah. Kalo orangtua
74 memberi.// selama disini, kamu gimana
75 perasaannya? sudah 10 bulan, suka duka nya,
76 apa yang kamu rasakan. Sebenarnya disini, 76-80 saat 6 bulan pertama di lapas masih belum Tidak mampu menerima diri saat awal di
77 nyampe 6 bulan gitu, masih ngerasa ga terima. Masih dapat menerima keberadaan di lapas lapas
78 ga terima gitu kalo saya kenyataannya sudah disini.
79 Makanya dulu saya sering make. 4 bulan terakhir ini,
80 udah mulai bisa menerimalah.// Mungkin berkat 80-81 Gereja berperan dalam proses menerima Gereja membantu proses penerimaan diri
81 gereja juga. Udah mulai bisa menerima kenyataan. keberadaan di lapas
82 menerima kenyataan bahwa? sudah disini lah,
83 bahwa saya sudah melakukan kesalahan, jadi wajar
84 kalo di hukum seperti ini.// Tapi udah mulai jenuh 84-92 Merasa jenuh dengan kegiatan yang Jenuh dengan kegiatan yang monoton
85 juga sih. Udah 10 bulan. bisa mengajukan bebas monoton di lapas
86 bersyaratkan? bisa, bulan 12. Bisa nya bulan 12.
87 Kalau sesuai rencana, bulan 3 sudah bisa keluarlah. Merasa tidak terpengaruh dengan teman yang Merasa mampu menolak pengaruh negatif
88 tadi kamu sempat bilang jenuh, jenuh seperti apa menggunakan narkotika di lapas dari lingkungan sosial
89 sih yang kamu rasakan? jenuh lah. Kegiatan cuma
90 itu itu aja, ngeliat juga orang orang tiap hari make,
91 walau sekarang udah ga make dan bisa tahan, ya
92 gimana di kamar pun gitu.// Pengen lah keluar sana, 92-95 Memiliki keinginan untuk berkumpul Memiliki kerinduan pada keluarga
93 ketemu sama keluarga, kumpul lagi. Kalo disini kan, kembali dengan keluarga
94 apa apa susah. Gimana di bilang ya, jenuh aja liat itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95 itu aja, cuma gitu gitu aja.// Disini juga padat kali 95-96 Merasa sesak dengan ramainya penghuni
96 kan, jadi aku pun sesak liatnya.// kamu ga lapas
97 melakukan kegiatan lain? malas. Paling ya gereja, 97-101 Lebih sering mengikuti kegiatan Kegiatan keagamaan menjadi kegiatan utama
98 itu aja yang ku ikuti terus. Yang lainnya ga. keagamaan, dibandingkan dengan kegiatan
99 Kenapa? malas itu tadi. Apa nya di bilang, bukan lainnya
100 ada kegiatan lain yang enak. Gitu gitu aja nya terus.
101 Jadi saya pun jualan rokok aja lah.// Kamu selama
102 disini, kesehatan fisiknya gimana? kalo masalah 102-113 Selama di lapas tidak mengalami Tidak mengalami masalah kesehatan di lapas
103 kesehatan, dari orangnya disini pun sarang sakit. masalah kesehatan yang berarti
104 Tapi sekali sakit itu bisa parah, itupun karna kita
105 yang minta, istilahnya karna minum. Kalo minum, Keadaan sesak di lapas dan asap rokok
106 udah pernah juga buta. Kira kira jadi gitu. cuma 4 menyebabkan masalah kesehatan ringan pada
107 hari buta nya. Udah pernah, yakin bisa liat lagi, tapi napi
108 buta cuma 4 hari. 3 bulan cuma saya keliatan gitu,
109 abis itu udah normal lah. Kalau ga karna kita yang
110 minta, aku jarang sakit. Kalo down down (kondisi
111 drop) gitu jarang. Selama disini, Cuma batuk batuk
112 aja, itupun karna sesak disini, karna rame kan.
113 Ngerokok semua kan. Batuk aja masalah kita.// Kalo
114 dari narkoba sendiri, ada dampak yang kamu
115 rasakan disini? kalo narkoba ya biasa nya. Kayak 115-119 Narkotika memberikan dampak pada Proses berhenti dari narkotika menyebabkan
116 kayak apa itu pengen, jadi keringat keringat dingin fisik saat proses pemberentian penggunaan sakaw
117 dulu awal nya mau mau berhenti itu. Tapi saya tahan
118 tahan lah sampai sekarang bisa nya saya ga make
119 lagi.// Berarti yang aku lihat, gereja berperan
120 besar ya terhadap kamu? iya, kalo menurut saya 120-123 Merasa bahwa gereja yang membantu
121 gitu lah. Karena tanpa, karena ke gereja tanpa proses berhenti menggunakan narkotika
122 mengandalkan Tuhan, kayaknya ga mungkin bisa Gereja memberikan dampak positif secara
123 lepas dari ini, jeratan narkoba itu.// Berarti yang mental dalam menghadapi sesuatu terutama
124 kamu dapatkan dari gereja itu sendiri adalah? pada narkotika
125 bisa meninggalkan narkoba, salah satunya. Sudah 125-135 Gereja memberikan banyak dampak
126 bisa mulai menerima kenyataan. Dan masih positif secara mental dalam menghadapi sesuatu
127 banyaklah. Kalo dulu, saya masih baik sama dan melakukan sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128 keluarga gitu, saya masih minta di kirimi uang, kalo


129 ga di kirim, saya bisa ngamuk besar disini. Orangtua Merasa mengalami perkembangan pada diri Mengalami perkembangan pada diri
130 saya bentak bentak “emang kau udah ga sayang
131 lagi”, tapi sekarang udah ga gitu lagi, dan saya ga
132 pernah lagi. Udah ga pernah datang uang dari
133 orangtua saya lagi. Saya mengandalkan kesehatan aja
134 ndak cukup, aku biarkanlah dia sendiri aja lah yang
135 mengerti.// Untuk makan saya, jual rokok lah sini. 135-136 berusaha untuk mandiri Mencoba untuk mandiri
136 Hampir sebulan lah.// Sebenarnya saya malas 136-145 Merasa bahwa menghadapi kenyataan Mencoba untuk dapat menerima diri
137 bertahan seperti ini, karna diluar pun saya ga pernah membantu untuk lebih bersabar
138 bekerja seperti ini. Tapi biarlah melatih kesabaran
139 aku. Meskipun jual rokok gini, waktunya gereja, ku
140 tinggal juga. Kalo disinikan hampir sehari gitu,
141 gereja dua kali. Dua kali tiap hari. berarti keluar
142 dari sini? (menunjuk arah gereja) ga disitu
143 (menunjuk seberang lapangan depan ruangan
144 wawancara) itu bos nya itu (menunjuk satu orang
145 yang sedang melakukan aktifitas di lapangan).//
146 Kalau boleh tau, kamu berapa bersaudara? kami 146-163 Saudara kandung juga mengalami Menggunakan narkotika bersama saudara
147 3 bersaudara, saya yang kedua. Masih ada adek sama kasus narkotika kandung
148 abang, tiga tiga cowok. Yang paling ngeri nya, aku
149 dan abang ku itu, satu kasus. Abangku, di tanjung
150 kusta (daerah lapas saudaranya). lagi di tahanan
151 juga? iya, kami satu perkara gitu. Kami
152 ketangkapnya sama. Cuma beda tempat
153 ketangkapnya? sama tempat, dia sempat disini,
154 setelah 4 bulan dia di kirim. Karna hukumannya
155 lebih tinggi dari aku, dia minta kirim ke tanjung
156 kusta. Soalnya disini, kalo hukumannya lebih tinggi
157 itu, ga layak disini, terlalu sempit gitu. hukuman
158 lebih lama, jadinya pindah? iya. Disini kan udah
159 ramai kali. Jadi sesak apalagi dia hukumannya udah
160 lebih lama dari saya. Kalo disini dia, kayak, kayak ga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161 tahan gitu karna saking rame nya. Akhirnya dia


162 minta lah di pindahkan lagi ke penjara yang lebih
163 besar. Walau lama, tapi ga sesak lah tempatnya.//
164 kalo kamu ga merasa sesak disini? iya juga, cuma 164-168 Merasa bahwa pendeknya masa Mulai mampu menerima diri dan keadaan
165 karna emang hukuman saya ga lama, saya tahan hukuman lebih membuat mampu bertahan
166 tahan kan aja lah disini, masih bisa bertahan walau dengan lapas yang penuh sesak
167 memang disini udah rame kali, sempit pulak
168 tempatnya.// Kalo adek sejauh ini gimana? kalo
169 adek sih baik baik aja. Kalo adek masih kuliah dia.
170 Syukurlah dia ga kena narkoba. Cuma kami aja
171 berdua. berarti besok tugas kamu ya, 169-176 Merasa bahwa adik memberikan Merasa mendapat dukungan sosial dari adik
172 mendampingi adek ya? sekarang malah dia dukungan
173 mendampingi kami, soalnya malu juga aku liat
174 adekku ini. Makanya adek kali aku ini. Sering
175 menelpon? iya sering, sering. Kalo mamak telpon,
176 dia sering nanya.// Sejauh ini kalo kabar abang
177 yang disana? baik baik aja masih make juga? tapi,
178 yang saya dengar masih seperti itu, masih mau
179 make.// Kalo perasaan kamu terhadap
180 keluargamu saat ini bagaimana? menyesal lah. 180-185 Perasaan menyesal dan bersalah karena Perasaan bersalah pada keluarga
181 Udah saya hancurkan yang nama nya keluarga itu, merasa menghancurkan keluarga
182 kayak ga bisa lagi saya, apa saya bisa sampai kan
183 karna menyesal kali rasa nya. Itulah, udah kayak gini
184 baru lah saya sadar, bukan dari dulu saya tobat itu,
185 udah habis semua baru saya sekarang menyesal.//
186 jadi sekarang kamu sudah bisa menerima semua
187 nya ya? Iya. Kalo saya sudah terlalu jauh mengenal 187-194 saat rehabilitasi, merasa sudah mampu
188 yang namanya narkoba ini. Setahun sebelum saya di terlepas dari narkotika
189 tangkap, saya kan rehab di lido. udah pernah rehab
190 sebelumnya? iya, setahun sebelum saya ditangkap Salah satu faktor resiko menggunaan
191 saya sudah rehab di lido. Harusnya, saya rehab narkotika adalah dari lingkungan sosial
192 disana 6 bulan, tapi 3 bulan, saya kabur. Meskipun
193 saya kabur, saya sudah bisa mulai menerima, sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

194 bisa meninggalkan narkoba gitu.// Saya lari dari lido, 194-198 kembali menggunakan narkotika
195 nyampe 4 bulan saya ga make, akhirnya make juga karena pengaruh dari lingkungan sosial
196 di luar. Tapi karna lingkungan, gatau lah, saya
197 tinggal di kampung, teman teman saya kan make
198 narkoba juga. Jadi itu yang bikin saya kembali lagi.//
199 kalo boleh tau, kenapa kamu kabur? karna ga 199-211 perasaan tersiksa karena program yang Rehabilitasi membuat perasaan tersiksa
200 tahan, ga kuat saya disana. Rasa nya kayak di siksa diberikan saat rehabilitasi
201 untuk berhenti make narkoba itu. Jadi tiap hari di
202 kasi apa, kayak di goda, pokoknya gitu lah. Jadi buat
203 saya ga tahan disana, ada kesempatan keluar waktu
204 itu, akhirnya saya kabur lah. Ga kuat disana ga kuat
205 karena? karna itu tadi, banyak kali pelatihannya itu
206 yang kejam, ya saya pun akhirnya tau lah karna itu
207 pun biar kami bisa lepas dari narkoba itu, tapi saya
208 waktu itu namanya udah kecanduan kali, ga kuat
209 disana, pengen juga balik ke kampung. Akhirnya
210 nekat kabur lah, walau belum seharusnya keluar dari
211 sana.// menurut kamu, beda nya di rehab sama
212 disini itu gimana? sebenarnya, lebih bisa lepas itu,
213 direhab lah. Terapi nya, materi, semua di kasi. Tapi 212-228 Merasa bahwa terbiasa untuk mampu Merasa mampu untuk menolak pengaruh
214 disini, menangnya disini, prakteknya lah. Prakteknya melihat orang lain menggunakan narkotika, negatif dari lingkungan sosial
215 kita melihat orang make disini. Disitu kita langsung membuat mental semakin baik saat keluar dari
216 di tes. Prakteknya disini lebih bagus, karna di lapas
217 kamarkan kan kita liat kawan kita make. Kita udah
218 tahan apa ga. Kalo disini kita bisa lepas dari narkoba,
219 kemungkinan besar, di luarpun susah untuk jatuh
220 kembali. karna terbiasa? iya, karena terbiasa.
221 Ngeliat seperti itu, jadi diluarpun nanti kita udah
222 sanggup gitu. Karna, menurut saya, lebih parah disini
223 daripada diluar. karna disini mayoritas narkoba?
224 iya. Kalo diluar belum tentu kita ngeliat kawan kita
225 make itu, 4 atau 5 kali. Ini, udah keseringanlah. Kalo
226 disini udah sanggup, diluarpun nanti pasti sanggup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

227 Kalo udah masuk kesini, bukannya makin baik,


228 malah makin hancur.// sekarang, kamu sudah bisa
229 menerima yang terjadi? iya, sudah. kamu sendiri,
230 proses akhirnya bisa berhenti selama berada
231 disini itu gimana? karna gapunya duit. Awalnya 231-235 Melakukan tindak agresi untuk Melakukan tindak agresif saat kecanduan
232 masih make, karna orangtua masih mau kasi uang. memenuhi rasa candu
233 Lepas 4 bulan makin jarang mereka kemari, itulah
234 sampe saya ngamuk disini kalo mereka ga kasi 235-239 Bertemu dengan pendeta membuat Religiusitas membantu terlepas dari narkotika
235 uang.// Tapi saya coba tahan tahan lah dulu itu pas ga keyakinan untuk meninggalkan narkotika
236 punya uang. Diam diam aja liat orang make, mulai semakin besar
237 lah saya coba coba untuk berhenti dikit dikit setelah
238 ketemu pendeta, bilang bisa nya saya melalui nya.
239 Ya saya coba lah, sampai akhirnya bisa berhenti.// ga
240 ada efek sampingnya setelah kamu coba berhenti
241 itu? ada lah pasti. Suka suka ngamuk, sama keringat 242-244 sering mengalami gangguan emosi saat Saat kecanduan menyebabkan mengalami
242 keringat dingin lah waktu itu. Ngamuk ngamuk nya proses berhenti dari narkotika gangguan emosi
243 ga jelas kali,// karna ya nama nya mau cari enak kan,
244 karna kalo udah pake narkoba itu kan udah enak kali
245 rasanya, pas ga dapat ya gimana lah.// Ngamuk pun 246-249 Merasa harus memaksa diri untuk Memaksa diri untuk lepas dari narkotika
246 bukan bisa saya dapat. Jadi saya akhirnya pelan terlepas dari narkotika
247 pelan bisa kurang kurangi, karna memang udah
248 gabisa lagi. harus di paksa memang.// jadi, menurut
249 kamu, berada sini itu gimana? ee disini ya di 250-257 Merasa bahwa lapas dengan adanya Merasa bahwa lapas memberi dampak baik
250 kurung, di hukum. Kalo di rehab itu kan kita di ajari yang masih menggunakan narkotika lebih
251 gimana caranya lepas dari narkoba itu, tapi kalo unggul dengan praktek untuk bertahan dari
252 disini ya lepas lepas aja gitu. Masih bisa make juga narkotika
253 disini. Ya kalo ga punya uang berhenti, kalo masih
254 ada uang, masih bisa lanjut make disini. Jadi gitu lah
255 ibaratnya, makanya saya bilang disini lebih menang
256 prakteknya.// bisa kamu gambarkan perasaan
257 kamu yang lebih dominan ketika kamu berada
258 disini? perasaan saya disini, saya cuma kepingin 259-260 adanya keinginan untuk berkumpul Perasaan rindu bersama keluarga
259 ketemu keluarga.// Kok bisa seperti ini. Jadi kasihan kembali dengan keluarga Perasaan bersalah pada keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

260 sama orang tua. Ulah saya sama abang saya,


261 orangtua saya juga ikut sengsara gitu. (nada suara 260-269 Perasaan bersalah pada orangtua
262 semakin pelan, nyaris tidak terdengar). Kan kuliah
263 adek saya pun ikut terganggu gitu, masalah
264 keuangan. Hancurlah karna narkoba ini. Yang sudah
265 saya jual bukan cuma mobil, banyak kali lah. Harta
266 orangtua pun yang belum seharusnya belum kami
267 bilang menjual, saya pun jual. Kayak gimana lah
268 orangtua, demi anakan dia seperti itu.// jadi
269 perasaan kamu yang dominan apa? sedih, 270-273 Merasa sedih dan menyesal Perasaan bersalah pada keluarga dan Tuhan
270 menyesal. Karna saya dan abang saya, jadi hancur Tuhan sebagai tempat meminta pengampunan
271 keluarga. Jadi kalo gereja itu suka berdoa lah saya
272 minta ampun sama Tuhan.// berjuanglah untuk
273 membahagiakan orangtua, masih ada
274 kesempatan mau nya sih gitu, keluar dari sini.
275 Intinya membangun usaha lah ini untuk 275-277 Memiliki keinginan untuk Ingin orangtua bahagia
276 membahagiakan orangtua. Membahagiakanlah.// membahagiakan orang tua di masa depan
277 kalau kamu berkegiatan disini selain gereja apa
278 aja? mana ada, cuma tidur. Itulah tadi jualan rokok 279-281 lebih sering melakukan kegiatan
279 cari duit. Kalo lagi pengen pengen olahraga ya ikut keagamaan di lapas memperdalam agama di lapas
280 olahraga, cuman ya paling banyak itu gereja tadi.// merasa Tuhan memberi pengampunan dan
281 perasaan yang paling sering muncul kalo kamu kesempatan
282 lagi gereja apa? ya itu, kadang menyesal, kadang 283- 290 Merasa bahwa Tuhan mampu memberi
283 apa, kadang bersyukur juga. Campur aduk, apalagi pengampunan dan penghukuman pada diri
284 pas pertama-tama dulu. Kalo dulu pertama masih
285 banyak marahnya karna rasa nya ga terima aja saya
286 ada disini, tapi lama kelamaan, akhirnya sadar lah
287 saya. Saya salah ya harus di hukum lah. Kalo
288 sekarang banyak bersyukur aja, berarti Tuhan masih
289 kasi kesempatan untuk berubah. Gitu lah.// kamu
290 melihat diri kamu sendiri, setelah dan sebelum
291 masuk kesini gimana? disini udah mulai lagi tidak 292-294 Merasa tidak ingin kembali Perasaan bersalah pada orangtua
292 mau merepotkan orangtua. Udah hancur kali bah menyusahkan orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

293 karna narkoba ini.// Dulu, sikit sikit minta uang, ga


294 di kasi semua saya juali, yang seharusnya ga di jual
295 pun, saya jual, karna pengen kali itu make.// Cuma
296 disini, setelah 4 bulan, sadar lah saya. Kayak mana 297-301 Berkeinginan untuk bertahan untuk Memiliki keinginan kuat untuk terlepas dari
297 mau di bilang, disini pun ya harus bertahan, kalo di tidak terus memenuhi rasa candu. narkotika
298 ikuti terus bisa habis orang tua itu, setiap kesini
299 mereka minta duit aja terus, lama lama apa, ya
300 mereka mungkin udah ga tahan lagi, ya kan.// kamu
301 memandang diri kamu sebagai orang yang
302 bersalah? iya. Memang gitupun kenyataannya. 303-306 Merasa bahwa narkotika Narkotika memberikan dampak negatif
303 Mana ada lagi benar kalo namanya udah pake menghancurkan seseorang
304 narkoba ini. Udah rusak, hancur di buatnya. Mau
305 kayak manapun di bilang, ga ada lagi harapan.// jadi
306 harapan kamu untuk diri sendiri, apa? udah 307-311 Tidak ingin kembali membuat orangtua Perasaan bersalah pada orangtua karena
307 cukup lah disini terakhir. Jangan lah lagi masuk sini, sengsara karena menggunakan narkotika narkotika
308 apalagi make narkoba itu. Cukup bantu orang tua aja
309 lah. Udah kasihan kali mereka, sengsara. Biar ku
310 ganti semua yang udah ku buat itu sama mereka.//
311 kalau disini, hubungan kamu dengan penghuni
312 lainnya bagaimana? baik. baik? seperti apa? ya
313 kalau ada kumpul-kumpul, ikut, duduk sama-sama. 314-320 memiliki hubungan baik dengan teman Memiliki relasi positif dengan oranglain
314 Ngobrol-ngobrol. Cuma ya ga semua akrab. di lapas Keinginan untuk membatasi diri dengan
315 Beberapa aja. Karna apa ya, kan kayak tadi itu lah. oranglain
316 Disini pun semua make, nanti kalau dekat dekat kali Merasa perlu membatasi diri dengan teman yang Tidak percaya pada kemampuan untuk
317 pun, jadi ikut lagi make. Cukup lah liat-liat aja. masih menggunakan narkotika di lapas mengontrol diri
318 Karna di kamar pun rame kan, jadi ya banyak lah
319 kenal.// Cuman memang kadang kadang, ya biasa 320-323 tidak ingin terlibat konflik dengan
320 lah, ada yang ga di sukai, tapi diamin aja. Gamau teman di lapas Menghindar dari konflik sosial
321 lagi saya ambil pusing, hidup saya aja udah kayak
322 gini, jadi gamau lagi tambah tambah masalah.// Tapi
323 ya karna saya juga disini cari duit jualan rokok, jadi
324 banyak lah juga kawan saya yang dekat dekatin, biar
325 bisa ngutang, bisa gratis lah kadang-kadang. Gitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

326 lah.// harapan dan bayangan kamu setelah keluar


327 dari sini apa? ya, pertama ingin mebahagiakan 328-330 Ingin membahagiakan orangtua
328 orangtualah. Gimana pun ku lihat mereka udah susah Ingin membahagiakan orangtua
329 kali kami bikin.// Ya buka usaha itulah rencanaku. 330-337 memiliki gambaran untuk
330 Saya pengen membantu lah di keluarga, sudah cukup berpenghasilan banyak dan dapat melanjutkan
331 dengan narkoba ini. Mau hidup yang benar aja pendidikan
332 sudah. Kalo nanti memang saya bisa dapat duit Adanya keinginan untuk mengalami
333 banyak, saya juga pengen melanjutkan kuliah dulu Tidak ingin terjerumus kembali pada narkotika peningkatan pada diri
334 itu. Mungkin juga saya ada baiknya tidak bergaul karena pergaulan Merasa perlu unutuk menghindari pergaulan
335 dengan orang orang bandal lagi, biar ga kena lagi yang negatif
336 sama narkoba ini.// Pelajaran apa yang kamu
337 dapatkan dari narkoba? narkoba. Ya awalnya 338-339 merasa bahwa kenikmatan narkotika merasa bahwa kenikmatan narkotika membuat
338 enak, sampe semua pun di lakukan demi narkoba.// membuat rela untuk melakukan apapun rela untuk melakukan apapun
339 Tapi sekarang udah jadi kayak mana ya, udah gamau
340 lagi kayak gitu. Udah habis harta orangtua. Sampai 340-346 Merasa bahwa dampak pada keluarga Keluarga menjadi motivasi untuk terbebas
341 terganggu sekolah, sampe adek yang ga make pun membuat keinginan untuk tidak kembali dari narkotika
342 ikut keganggu kuliahnya karna abang nya. Ya, apa menggunakan narkotika
343 ya, aku pun udah bosan hidup kayak gini. Menyesal
344 lah udah. Mudah-mudahan keluar pun nanti, ga ku
345 ulangi lagi narkoba ini.// kamu menyadari itu
346 setelah kamu masuk kesini atau bagaimana? bisa
347 di bilang begitu. Saya dulu masuk rehab, keluar pun 349-353 merasa bahwa lapas membuat keadaan Merasa bahwa narkotika di lapas membuat
348 masih mau make juga.// Tapi disini, saya memang semakin buruk jika masih menggunakan diri semakin buruk
349 merasa bahwa semakin rusak saya kalo masih mau narkotika
350 make narkoba, melihat orangtua datang itu
351 mengeluarkan duit terus, keuangan keluarga pun
352 udah terganggu kan, mau gimana lah.// Saya berdoa, 353-355 sering melakukan upaya berdoa untuk Tuhan dan keluarga memberi motivasi untuk
353 sering biasa nya ada kunjungan pendeta gitu, disitu meminta ampunan bertobat
354 lah saya suka minta ampun.// Saya disini mencoba 355-360 ketidakhadiran orangtua membuat
355 lah untuk mengusahakan orangtua ga susah lagi keinginan kuat bertobat
356 karna saya. Mereka pun udah gamau datang lagi,
357 jarang kali. Jadi mau gimana pun, harus lah saya
358 bertobat ini, ingin lah saya buat orang tua saya ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

359 bahagia, jangan lah sengsara nya terus saya buat.//


360 jadi kamu menyadari semua nya setelah didalam
361 sini? Iya kira-kira kenapa? itu tadi saya bilang, 362-363 Merasa lapas membuat diri semakin Lapas memberikan dampak negatif karena
362 makin disini, makin ga beres hidup saya.// Makin buruk adanya narkotika
363 jadi, apalagi ketemu sama kawan kawan make satu 363-365 Keinginan untuk terus menggunakan
364 kamar, tiap hari pengen make.// Jadi minta uang narkotika karena teman di lapas
365 terus sama orangtua, sampe kadang kadang ku
366 bentaki mereka itu.// Akhirnya mereka udah jarang 367-369 Ketidakhadiran orangtua membuat Merasa membutuhkan dukungan dari keluarga
367 kesini, mulai saya rasa kan sakit nya. Disitu lah saya semakin merasa tersiksa
368 mulai mau mau itu bah, mau mau ikut gereja.// Jadi
369 mulai mau berdoa, liat kawan pun ada juga yang 370-372 Memulai berdoa dan mengikuti teman Lingkungan sosial memberikan dampak
370 gereja, jadi ikut lah saya. Lama kelamaan itu lah, untuk ke gereja positif
371 jadinya saya bisa ga make lagi.// mulai tahan lah kalo
372 liat liat kawan itu make. Karna bayangin lagi 372-374 Bayangan orangtua membuat keinginan Orangtua sebagai motivasi utama untuk
373 orangtua, kasihan jadi nya.// berarti karna untuk bertobat berhenti dari narkotika
374 orangtua ya yang utama? bisa di bilang seperti itu 375-378 Merasa bahwa orangtua yang membuat
375 lah. Ya namanya keluarga tetap lah, udah saya lihat keinginan untuk berhenti dari narkotika
376 pengorbanan mereka itu, jadi cukup lah udah. Gamau
377 lagi lah gini gini, masuk sini lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGELOMPOKKAN TEMA INFORMAN II

KODE SUB TEMA TEMA


Perasaan bersalah pada keluarga Perasaan bersalah pada keluarga
Perasaan bersalah pada keluarga
Perasaan bersalah pada orangtua
Perasaan bersalah pada orangtua karena
narkotika
Perasaan bersalah pada keluarga Memaknai keluarga sebagai sumber
dukungan dan motivasi
Ingin orangtua bahagia Keluarga menjadi motivasi untuk terus
Ingin membahagiakan orangtua berkembang dan membahagiakan keluarga
Memiliki gambaran di masa depan untuk
membantu orangtua
Keluarga menjadi motivasi untuk terbebas dari
narkotika
Orangtua sebagai motivasi utama untuk
berhenti dari narkotika
Keluarga menjadi motivasi untuk lepas dari
narkotika
Merasa mendapat dukungan sosial dari Membutuhkan dukungan dari keluarga
keluarga
Merasa mendapat dukungan sosial dari adik
Merasa membutuhkan dukungan dari keluarga
Merasa kehilangan dukungan sosial dari Kehilangan dukungan keluarga membuat
keluarga Memiliki kerinduan pada keluarga perasaan rindu
Perasaan rindu bersama keluarga
Merasa mampu menolak pengaruh 37egative Merasa diri mengalami perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dari lingkungan sosial


Merasa mampu untuk menolak pengaruh
38egative dari lingkungan sosial
Mengalami perkembangan pada diri
Mulai mampu menerima diri dan keadaan
Mencoba untuk mandiri Keinginan untuk mengalami peningkatan
Mencoba untuk dapat menerima diri dan perkembangan Keinginan kuat untuk terus
Memaksa diri untuk lepas dari narkotika mengalami peningkatan dan
Memiliki keinginan kuat untuk terlepas dari perkembangan pada diri
narkotika
Adanya keinginan untuk mengalami
peningkatan pada diri
Keinginan untuk membatasi diri dengan Membatasi diri agar terhindar dari
oranglain pengaruh negative yang berasal dari
Menghindar dari konflik sosial lingkungan sosial
merasa perlu unutuk menghindari pergaulan
yang negative
Tidak mampu menerima diri saat awal di lapas Memandang diri tidak mampu
Tidak percaya pada kemampuan untuk
mengontrol diri
Mau mengikuti kegiataan keagamaan Religiusitas sebagai coping
Gereja membantu proses penerimaan diri
Kegiatan keagamaan menjadi kegiatan utama
Gereja memberikan dampak positif secara
mental dalam menghadapi sesuatu terutama
pada narkotika Memandang spiritualitas sebagai
memperdalam agama di lapas coping
merasa Tuhan memberi pengampunan dan
kesempatan
Religiusitas membantu terlepas dari narkotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perasaan bersalah pada keluarga dan Tuhan Perasaan bersalah pada keluarga dan Tuhan
Tuhan dan keluarga memberi motivasi untuk
bertobat
Merasa bahwa narkotika di lapas membuat diri Lapas memberikan dampak positif
semakin buruk
Lapas memberikan dampak negatif karena
adanya narkotika
Jenuh dengan kegiatan yang monoton Memandang lapas dan rehabilitasi
Memiliki hubungan positif dengan orang lain Memiliki relasi positif dengan orang lain sebagai tempat proses pembelajaran
Lingkungan sosial di lapas memberikan Lapas memberikan dampak negatif
dampak positif
Merasa bahwa lapas memberi dampak baik
Tidak mengalami masalah kesehatan di lapas
Program rehabilitasi membuat perasaan tersiksa Program rehabilitasi memunculkan rasa
tersiksa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KODING DATA HASIL WAWANCARA INFORMAN III

No Verbatim Initial Code Interpretative code


1 Jadi gini, saya ingin mendengarkan cerita
2 tentang pengalaman hidupmu dari awal
3 sampai saat ini, cerita aja pengalaman yang
4 kamu ingat, semuanya yang udah kamu
5 jalanin. Maksud kakak mulai kenal narkoba, gitu?
6 terserah kamu, mulai dari kenal narkoba atau
7 pengalaman-pengalaman lainnya gapapa,
8 cerita tentang hidupmu aja. maksudnya, kek
9 gimana ga ngerti aku. pengalaman-pengalaman
10 dari dulu aja, misalnya aku dari kecil sekolah,
11 sama siapa, aku tu sukanya ngapain, apa aja
12 kegiatannya, setelah itu SMA, terserah kamu.
13 Sesuai apa yang ada di pikiran kamu aja. ohh, 13-21 Sejak SD tinggal terpisah dengan orangtua Kurangnya sikap saling mendukung di dalam
14 mulai SD sudah merantau kak, ke Galang sama keluarga
15 Tulang, mulai tamat SD orang tua bilang “udah Tidak mendapat dukungan dari orang tua untuk
16 berhenti aja kamu sekolah” datang Tulang “gabisa sekolah
17 dia berhenti sekolah, sama aku aja dia sekolah”.
18 Trus di jemputlah aku ke kampung, “disana aja Mendapat dukungan dari paman untuk sekolah
19 sekolah” kata Tulang. Ke Galang lah saya
20 sekolah, waktu itu saya di kasi kerjaan
21 memelihara ee babi. //Ee trus, tamat juga sekolah 21-25 Tekanan hidup menyebabkan menggunakan
22 saya, tapi pas kelas 3 SMP, abang saya narkoba
23 meninggal, atasan saya kak. Trus disitu saya udah
24 putus asa, udah frustasi. Di situlah mulanya, saya
25 mengenal narkoba ini.// Narkoba itu kak. Terkena 25-27 Memiliki pola pergaulan yang buruk Berada pada lingkungan sosial yang buruk
26 pergaulan bebas, trus, ee dah bandal lah, dah
27 balap liar, dah jarang pulang gitu. //Disitu saya
28 udah, yaudahlah saya udah berhenti sekolah saya 27-33 Perbedaan pendapat yang mempengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29 bilang sama bapak. Trus, “yaudahlah, berhentilah dukungan sosial untuk sekolah
30 kau sekolah, sama kita ke ladang”. Trus datang
31 pulang kakek di Pakam, dia kan polisi gitu.
32 “gaboleh kau berhenti sekolah” itu katanya gitu,
33 gajadi juga berhentinya gitu,// tapi sudah, 33-36 Rasa kehilangan menyebabkan hilangnya Merasa tidak mampu menghadapi tekanan
34 semenjak udah ga ada lagi abang itu, saya udah ga semangat, frustasi dan akhirnya terjerumus pada hidup
35 semangat lagi sekolah itu kak, udah frustasi lah. narkotika Merasa kehilangan significant other
36 Disitulah saya udah kenal narkoba itu// dan mulai 36-38 Memandang diri buruk Gambaran diri buruk
37 bandal, bandal, bandal dan bandal dan akhirnya
38 masuk penjara ini kak. Jadi, gitu ceritanya kak.//
39 jadi, masuk sini sejak kapan? sejak tahun 2014
40 kemarin kak. berarti udah setahun? udah, bulan
41 ini setahun kak. jadi masih berapa lama lagi
42 masa tahanannya? kalo jalan kaki masih 6 bulan
43 lagi kak. semenjak abang meninggal ya?// iya 43-44 Rasa kehilangan menyebabkan keputus Merasa putus asa karena kehilangan
44 kak, disitu mulai putus asa lah, sekolah pun. //arti asaan significant other
45 abang mu, untukmu apa? Cuma dia yang
46 mendukung saya sekolah, keluarga semua, cuma
47 dialah yang mendukung saya sekolah. Bapak pun 45-54 Memandang figur abang baik Hubungan yang poblematik di dalam keluarga
48 sama mamak, seringnya berantam gitu, masalah Hubungan dengan orangtua buruk
49 sekolah gitu. “udah berhentilah kau sekolah,” gitu Merasa hanya mendapat dukungan dari abang
50 kata bapak sering samaku. Datang abang kemarin,
51 ga gitu dia. Dia dulu juga masuk penjara dulu kak,
52 sama si abang ini, sama kesperku ini, sama si
53 bang masdi. Penjara juga dia kemarin, trus keluar
54 dari penjara meninggal dia.// dukungan seperti
55 apa yang kamu rasakan dari abangmu,
56 sehingga kamu merasa sangat berat
57 kehilangan dia? dukungannya sangat besar kak. 57-64 Merasa abang memberi dukungan dan Mendapat dukungan untuk mencapai cita-cita
58 Kayak gimana ya eee. Dia apa ya, susah motivasi untuk mencapai cita-cita dari significant other
59 bilangnya. Dukungan dari dia aja, cuma dia pun
60 keluarga ini yang mendukung sekolah, “kamu
61 harus jadi polisi, kalo gajadi polisi jadi tentara”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62 katanya gitu. “iya” aku bilang, tau tau nya,


63 meninggal dia (menjelaskan dengan kepala
64 menunduk). //Dari situlah mulai saya kenal sama
65 yang namanya narkoba itu kak, dari situ balap
66 balap liar, jarang pulang kerumah, minum minum 64-78 Pergaulan yang tidak baik mempengaruhi Salah satu faktor resiko mengenal narkotika
67 tuak gitu, itu dulu asal mulanya. Trus, ku tengok untuk menggunakan narkotika adalah pengaruh dari lingkungan sosial
68 orang make gitu, kek mana nya rasa nya, pikirku
69 kan, tau tau nya sempat apa juga, sempat apa ee
70 kek mana bilangnya, sempat ku cari juga narkoba
71 ini supaya tenang (agak terbata-bata dalam
72 menyampaikan). Tau-tau pulang kampung
73 kemarin itu dari rantau prapat, ketangkap. Aku
74 dulu sekolah dulu di Galang kan, trus itu Pakam,
75 trus dari Pakam ke Rantau Prapat gitu pindah, abis
76 itu dari Rantau Prapat ketangkap kemarin itu
77 2014. Pas make sama orang abang itu. Aku hanya
78 tau apa, ikut-ikutannya, akhirnya di tangkap.//
79 tenang yang seperti apa yang kamu rasakan
80 sampai kamu cari narkoba? ya tenang aja 80-85 Narkoba membuat perasaan lebih tenang Narkotika sebagai jalan pintas untuk
81 rasanya gitu kak. Karna udah frustasi itu kan, jadi ketika sedang frustasi memperoleh ketenangan
82 banyak pikiran. Mau nya yang enak enak aja kak.
83 Kalo make narkoba itu kan kak, bikin kita hilang
84 pusingnya. Makanya ku cari lah kalo lagi frustasi
85 aku itu.// kamu berapa lama menggunakan
86 narkoba? ga lama kak, mulai kelas 3 SMP itu
87 lah, sampe kemaren itu ketangkap. jadi berapa
88 lama tu? kira-kira hampir hampir 3 tahun kak.
89 dampak buat kamu sendiri apa sih ketika
90 masuk sini dan menggunakan narkoba? //kalo 90-93 Hanya mengikuti arus pergaulan ketika Salah satu faktor resiko mengenal narkotika
91 narkoba itu, ga kecanduan nya aku kak. Cuma ikut menggunakan narkotika adalah pengaruh dari lingkungan sosial
92 ikut aja. Jadi ga terlalu ku rasakan, apa, ee
93 dampak nya. //Tapi kalo masuk sini tadi, itulah, 93-95 Merasa label dari lapas menjadi hambatan Stigma negatif menghambat tercapainya cita-
94 udah gabisa lagi ku wujudkan cita-cita yang di untuk mencapai cita-cita cita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95 mau abang ku itu sama ku kak. cita-cita yang di


96 mau abang? Bukan cita-cita kamu? ya cita-cita
97 abang nya awalnya, tapi aku pun mau. Cuman kek
98 mana lah. Udah kayak gini posisinya, mau di
99 bilang kek manapun gabisa kak.// kalo sekarang
100 perasaannya gimana? Dengan semua yang
101 sudah terjadi? menyesal kak, capek bah bandal 101-107 Kehilangan dukungan dari keluarga Perasaan menderita karena kehilangan simpati
102 ini kak. Sedih. Menderita. menderita gimana membuat perasaan menderita keluarga
103 maksudnya? semuanya lah kak. menderita
104 seperti apa? ya semua nya lah kak. Gimana ya,
105 kayak keluarga pun udah gamau lagi peduli sama
106 ku. Abangku pun udah ga ada lagi. Tau nya aku
107 kalo aku pun salah karna narkoba ini. //Cuman
108 kayaknya memang aku kayak udah berdosa kali 107-109 Perasaan sangat berdosa pada diri
109 kak. Disini pun aku cuma gitu gitu aja nya. Perasaan bersalah yang mendalam pada diri
110 //perasaan kamu yang paling dominan selama
111 di sini gimana? sedih lah kak. Menyesal. 111-117 Sedih dengan kehidupan yang dijalani
112 Keluarga pun udah ga peduli lagi. Jadi kayak apa
113 kali hidup ku ini. Di sini udah menderita kali.
114 Kadang kadang pun sampe menangis aku kak,
115 sakit kali ku rasa kayak gini. Cuman gimana lah,
116 udah terjadi, mau ku apakan lagi. ku tunggu lah
117 sampai keluar nanti.// Kamu menyesal setelah
118 masuk kesini, atau menyesal memang sebelum
119 masuk kesini? Setelah masuk kak. //Ya akhirnya 119 Menyesal setelah masuk ke lapas Merasa mendapat stigma negatif dari
120 ketangkap, ketauan. Keluarga pun jadi semua tau 119-123 Merasa mendapatkan label setelah masuk lingkungan sosial
121 kan. Kalo udah masuk sini pun udah susah kak, lapas
122 kayak udah ada bekas nya kak. Apalagi, narkoba
123 pulak kan kak kalo di bilang. //Jadi setelah
124 masuk sini, kamu banyak belajar dari hal-hal
125 yang sebelumnya kamu lakukan? belajar kayak
126 mana kak maksudnya?// ya, kamu merasa
127 mendapat hikmahnya setelah masuk kesini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128 atau bagaimana? ya bisa di bilang kayak gitu lah 128-133 Merasa terkurung dan terbatas secara Merasa tidak mampu beraktifitas dalam
129 kak. Karna disini pun apa apa susah. Ya gimana sosial keterbatasan
130 kak namanya di penjara, di kurung. Ketemu nya Perasaan menyesal karena menahan diri yang Terkurung menimbulkan rasa menyesal
131 pun orang orang gitu lagi, sampe ada yang parah terkurung
132 kali. Ya ku tahan tahan lah kak, sampe menyesal
133 akhirnya aku.// berarti menyesalnya karena? ya
134 kalo dulu ga ku pake narkoba itu, mungkin udah
135 bisa bagus bagus aku sekolah, lulus aku. Bisa ku
136 wujudkan cita-cita ku kak, jadi polisi. Kalau udah 133-138 Merasa bahwa tanpa narkoba, cita-cita Tidak dapat melihat secara positif pada masa
137 gini, ya mau kayak mana di bilang. ya berharap bisa terwujud di masa lalu lalu
138 jadi anak baik lah sekarang kak. //kalo boleh tau, Narkotika menghambat pencapaian di masa
139 selama kamu disini, kamu ketergantungan ga, depan
140 tadi kan kamu bilang cuma ikut-ikutan,
141 ngeliat, nah menurutmu kamu ketergantungan
142 ga dengan narkoba? ga kak, baik baik aja. Tidur 142-149 Merasa terkurung dan tidak menyukai Terkurung menyebabkan kegiatan yang
143 aja, tengok. Tidur-tidur aja didalam, namanya kegiatan yang monoton dilakukan monoton
144 penjara kak. Dikamar aja terus, tidur-tidur. Kalau
145 disini kamu ga ada kegiatan lain? ya gimana
146 kak, namanya juga di kurung. Cuma gini gini aja
147 lah. Kalo ada pemeriksaan, ikut pemeriksaan.
148 Kalo disuruh olahraga, ya kalo pengen, ikut lah.
149 Tapi banyaknya cuma tidur-tidur aja nya. // Sama 149-151 Memiliki hubungan sosial dengan teman Memiliki hubungan baik dengan orang lain
150 ketawa-tawa sama kawan. Ga ada lagi yang di lapas
151 lainnya.// kalo kegiatan lain, kamu ga mau
152 ikut? malas kak, apa nya kegiatan. Paling 152-155 Merasa malas dengan kegiatan di lapas Tidak ada keinginan untuk beraktifitas dengan
153 olahraga, apa, kunjungan orang yang kasi kasi monoton dan terbatas kegiatan yang monoton
154 motivasi gitu, pemeriksaan. Itu nya terus, apa
155 lagi.// kalo beribadah? jarang kak, paling doa 155-157 Terkadang merefleksikan diri Bersikap evaluatif dan reflektif pada diri
156 sendirian aja aku kalo malam gitu. Kadang suka
157 merenung, kenapa aku kayak gini ya. //tadi kamu
158 bilang, ketawa-tawa sama kawan. Disini kamu
159 mendapatkan banyak teman? ya ga banyak juga 159-163 Memiliki hubungan sosial yang baik Memiliki hubungan baik dengan orang lain
160 sih kak. Cuma memang yang sebaya ada lah yang dengan teman di lapas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161 berkawan sekedar untuk cerita-cerita aja nya. Ya


162 namanya juga hidup sini, saling kasi tau lah
163 gimana gimana dulu nya.// Gitu lah kak. Kalo 163-170 Tidak mau memiliki hubungan dekat
164 yang kawan kali, ga ada ku rasa kak. kenapa ga dengan teman di lapas Membatasi hubungan dengan orang lain
165 ada? susah bilangnya. Gimana ya, karna disini karena ketidakpercayaan pada diri dan orang
166 pun sama sama susah, sama sama menderita, mau Ketakutan akan kembali terjerumus pada narkotika lain
167 gimana lah kak. Mau berkawanpun sama orang karena pergaulan
168 yang rusak, keluar nanti pun rusak lagi aku. Udah
169 menyesal kali aku kak. Ga mau lagi aku kayak
170 gini bah.// keluarga sering jenguk? jarang kak
171 kamu udah punya bayangan besok keluar dari
172 sini mau ngapain? ke ladang lah kak, cita-cita 172-183 Merasa memiliki harapan yang terbatas di Perasaan tidak berdaya untuk memiliki cita-
173 udah ga ada lagi kak. Kemarin itu mau jadi apa masa depan cita di masa depan
174 saya, polisi. Nanti sama opung yang di Rantau
175 Prapat. Gatau, sekolah itu. Jadi udah benci dia,
176 kalo udah gini masuk penjara, udah kasus narkoba
177 pulak. Ga lagi lah dia mendukung. Kemarin
178 sempat juga di bilang sama dia “kalo kau
179 tamatkan sekolah mu itu, masuk kau jadi polisi,
180 gitu”. Pergi aku dari Rantau Prapat ga bilang sama
181 dia. Jadi, kalo brani kau begitu, brani kau berbuat,
182 brani bertanggung jawab katanya, jadi makin
183 banyak penyesalan di hati awak gitu kak. // kamu
184 sudah yakin ga punya cita-cita lagi? apa mau di 184-189 Merasa tidak memiliki kesempatan untuk
185 bilang lah kak, udah ga ada lagi kesempatan mau mencapai cita-cita
186 punya cita-cita lagi kalau udah gini. Orangtua pun
187 istilahnya udah ga percaya lagi kan. Dari awal pun Merasa tidak memiliki kesempatan untuk
188 mereka bukan dukung aku sekolah, apalagi makin mencapai cita-cita
189 kena narkoba ini pulak, makin ga di percaya lah.//
190 menurut kamu, kenapa orangtua kamu ga
191 mendukung kamu sekolah dari awal? ga punya 191-197 Keterbatasan ekonomi untuk bersekolah
192 uang kak. Memang Cuma pas-pasan aja hidup
193 keluarga itu kak. Berladangnya cumaan. Mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

194 sekolah pun gapunya biaya, jadi lebih baik gausah


195 sekolah bantu bapak di ladang. Tapi abang mau
196 nya aku sekolah, makanya disuruh lah aku
197 merantau itu tadi.// kamu keluar dari sini, mau
198 melakukan apa? sudah terpikir juga di pikiran 198-204 Berkeinginan untuk tidak kembali
199 ini, kalo ga mengulangi nya lagi kak. terkurung di lapas Perasaan ditinggalkan memotivasi diri untuk
200 Maksudnya, mengulangi menggunakan berkembang
201 narkoba? iya kak. Sama gamau lagi aku bandal Perasaan akan di telantarkan
202 kak. Udah ku rasakan gimana ga enaknya hidup
203 disini kak. Terlantar, ga ada pun yang mau peduli
204 sama ku. Udah cukup lah kak ku rasa. //kamu
205 putus sekolah? iya kak, sampe kelas 3 STM,
206 padahal tinggal 2 bulan lagi lulus. Itulah akibat
207 pergaulan tadi, ku curi uang, ga ada lagi uang ku
208 pegang, ke medan aku berkeliaran 6 bulan gitu
209 gitu aja. //kalo orang tua dalam setahun ini
210 udah berapa kali datang kesini? ga ada kak 210- 221 merasa tidak berhak menerima dukungan Merasa rendah diri karena narkotika
211 yang nengok kesini kak, ga pernah jarang. Kalo dari keluarga karena kasus narkoba
212 orang tua, pernah tapi jarang. Pas sidang sidang,
213 sebelum putus kemarin sering, tapi setelah putus
214 kemarin, udah tau hukumannya, ga pernah lagi.
215 Ga dikasi bapak datang kesini. tapi kamu
216 mengharapkan kehadiran mereka? gak, kek
217 gimana bilangnya kak. Udah ga ku harapkan lagi
218 kak. Kemarin itu ke harapkan kali sebelum putus
219 itu, tapi ga ada yang datang, mungkin karna kasus
220 ku ini ku pikir kan , narkoba pulak kasus, ga ada
221 yang kesini. //kalau mereka datang, gimana
222 perasaan kamu? pasti senang lah kak. Biar 222-226 merasa senang jika dipedulikan oleh Membutuhkan dukungan dari keluarga
223 gimana pun juga, rasa nya ada yang peduli gitu keluarga
224 sama ku. Walau memang udah ga ku harapkan
225 kali, karna mungkin mereka pun udah malas
226 pulaknya dengan ku.// kamu pernah mencoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

227 menghubungi atau mengatakan kalau kamu


228 pengen mereka datang jenguk kamu? ga kak. 229-233 merasa keluarga marah Perasaan takut kehilangan keluarga
229 Udah ga berani lagi mau ku omongkan. kenapa? merasa tidak berhak menerima dukungan dari
230 ya karna itu tadi kak. Mereka pun udah bilang keluarga
231 kalo aku salah, aku yang bertanggung jawab. Perasaan tidak pantas pada diri
232 Apalagi karna narkoba ini ya kan kak. Udah
233 marah kali lah mereka itu.// setelah mengalami
234 “penderitaan” yang kamu katakan tadi, kamu
235 sekarang melihat dirimu jadi gimana? hina kak 235-239 perasaan tidak layak saat melihat diri
236 hina gimana? ya, apa ya. Udah ngerasa ga pantas
237 aja kak. Rasa nya udah salah kali. Kayak apa
238 bilang nya ya. Ga layak lagi lah. ga layak?
239 Seperti apa? ya gitulah kak. //Rasanya berdosa 239-242 Perasaan berdosa dan merasa mendapat Merasa mendapat stigma negatif dari
240 kali, gabisa lagi mau gimana pun kayak orang label karena narkotika lingkungan sosial
241 udah ga percaya sama ku lagi kak karna narkoba
242 ini //kamu ga percaya sama diri kamu sendiri?
243 percaya kak, tapi kalo orang pun udah ga percaya, 243-247 Merasa rendah diri Merasa rendah diri karna stigma negative
244 mau kek mana lah kita bilang, gitu nya terus kita Merasa mendapat label buruk dari lingkungan sosial
245 di mata mereka. aku keluar nanti mau bikin baik sosial
246 pun, tetap aja karna dulu aku udah bandal,
247 mungkin udah malas juga orang sama ku. //apa
248 yang akan kamu lakukan kalau orang terus
249 memandang kamu seperti itu? ya bisa apa aku 249-252 Merasa pasrah Merasa rendah diri dalam melakukan sesuatu
250 kak, pasrah aja lah. Mau kek mana pun ku bikin, Perasaan tidak dapat melakukan sesuatu sesuai
251 kalo orang mau kayak gitu, ya gimana. Memang dengan keinginan
252 benar nya kalo dulu pun aku kek gitu, ya kan.
253 kamu bisa bertahan dengan itu? harus kak.
254 Kalo mau berubah ya gimana lah kak, udah resiko
255 lah itu. Mau gimana pun, emang gabisa lagi ku
256 buat semau ku. //jadi kamu sudah bisa
257 menerima semua yang terjadi? sudah kak, tapi 257-261 Merasa tidak adil kepada Tuhan Perasaan marah pada Tuhan
258 ya kadang kadang masih juga suka marah sama Perasaan tidak mampu menerima kesalahan di
259 Tuhan ini. Kenapa lah aku bisa kek gini. Ntah apa masa lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

260 lah lagi yang baik dari aku ini. Kayak ga adil gitu
261 kak.// ga adil gimana? kayak liat liat kawan, ada 262-266 Ingin mendapat perhatian dari keluarga
262 aja datang orangtuanya, ntah keluarga nya. Ntah
263 ada barang di kirim. Kalo aku pun, di tengok
264 jarang, kalo di tengok pun di marah marahi terus. Membutuhkan dukungan dari keluarga
265 di marah marah seperti apa? ya kenapa sampe
266 bisa kek gini, bikin malu. Ya kayak gitu lah kak. //
267 apakah menurut kamu, orangtua seperti itu
268 karena kamu masuk ke dalam sini? semakin 268-278 Merasa bersyukur dengan kedatangan
269 jadi kak. Karna dulu pun udah tau pulaknya keluarga
270 mereka aku bandal. Aku pun kabur nya dari
271 sekolah sampai akhirnya bisa ketangkap, masuk
272 kesini. Jadi mungkin makin ga peduli lagi mereka
273 sama aku di tambah aku udah masuk sini kak.
274 (suara samar-samar, mengecil) oke, baiklah. Jadi
275 kamu punya harapan ga terhadap orang tua
276 kamu? apa lagi mau di harap kak. Kalo mereka
277 datang kesini pun udah syukur kali ku rasa. Apa
278 lagi lah yang mau ku apa kan kak.// kalo harapan
279 terhadap diri kamu sendiri? ya kalo untuk diri 279-283 Perasaan menderita membuat adanya Adanya keinginan unuk mengalami
280 sendiri sih, ya menyesal lah kak. Gamau lagi keinginan untuk berubah perkembangan karena pengalaman tidak
281 kayak gini, jangan sampe masuk kesini lagi. mau menyenangkan
282 hidup betul betul aja aku kak, sakit bah menderita
283 disini. //kamu mewujudkannya dengan?
284 mungkin nanti keluar, gamau lagi bekawan sama 284-286 Merasa perlu membatasi diri pada Memiliki krisis kepercayaan pada lingkungan
285 mereka yang make make itu, karna dari situ nya pergaulan yang negatif sosial
286 awal nya aku make.// Bisa ku bantu bapak di 286-293 memiliki harapan dan pandangan untuk Memiliki pandangan untuk masa depan
287 ladang, ku cari lah duit ku sendiri. Jera lah aku dapat membantu diri sendiri dan ayah di masa
288 kak pokoknya. Udah cukup lah ini. Abang ku pun depan
289 udah ga ada, harus ku buat bagus diriku, biar ga
290 menyesal dulu dia perjuang kan aku sekolah kak,
291 walau akhirnya ga tuntas. jadi kamu mau lanjut
292 sekolah? gatau kak. Kalo ada nanti duit ku, tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

293 ya yang penting aku kerja aja dulu di ladang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGELOMPOKKAN TEMA INFORMAN III

KODE SUB-TEMA TEMA


Mendapat dukungan untuk mencapai cita- Merasa mendapat dukungan dari
cita dari significant other significant other
Perasaan menderita karena kehilangan
simpati keluarga
Memandang keluarga sebagai system
Kurangnya sikap saling mendukung di support
dalam keluarga
Membutuhkan dukungan dari keluarga Merasa butuh dan takut kehilangan
Perasaan takut kehilangan keluarga keluarga
Merasa kehilangan significant other Rasa kehilangan keluarga menyebabkan
Merasa putus asa karena kehilangan putus asa
significant other
Memiliki pandangan untuk masa depan
Perasaan tidak pantas pada diri
Merasa rendah diri dalam melakukan
Memandang diri buruk
sesuatu
Perasaan tidak berdaya untuk memiliki
cita-cita di masa depan
Merasa tidak memiliki kesempatan untuk
mencapai cita-cita
Merasa rendah diri karena narkotika
Gambaran diri buruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perasaan bersalah yang mendalam pada


diri
Tidak dapat melihat secara positif pada
masa lalu
Tidak mampu menerima kesalahan di
masa lalu
Stigma negatif menghambat tercapainya Bayangan akan stigma negatif yang
cita-cita diterima menyebabkan rasa rendah diri
Merasa mendapat stigma negatif dari Masa pidana menjadikan pandangan pada
lingkungan sosial diri buruk
Narkotika menghambat pencapaian di
masa depan
Merasa rendah diri karna stigma negatif
sosial
Merasa tidak mampu beraktifitas dalam Terkurung membuat perasaan enggan
keterbatasan beraktifitas
Terkurung menimbulkan rasa menyesal
Terkurung menyebabkan kegiatan yang
dilakukan monoton
Tidak ada keinginan untuk beraktifitas
dengan kegiatan yang monoton
Merasa tidak mampu menghadapi tekanan Ketidakmampuan menghadapi tekanan
hidup menyebabkan memilih jalan pintas
Narkotika sebagai jalan pintas untuk
memperoleh ketenangan
Memiliki hubungan baik dengan orang Relasi sosial baik
lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Membatasi hubungan dengan orang lain Ketidakpercayaan pada lingkungan sosial


karena ketidakpercayaan pada diri dan dan diri sendiri Kecemasan pada relasi sosial
orang lain
Memiliki krisis kepercayaan pada
lingkungan sosial
Hubungan yang poblematik di dalam Hubungan yang problematik di dalam
keluarga keluarga
Adanya keinginan untuk mengalami Keinginan untuk mengalami peningkatan Memandang masa tahanan sebagai masa
perkembangan karena pengalaman tidak dan perkembangan pengembangan diri
menyenangkan
Bersikap evaluatif dan reflektif pada diri

Anda mungkin juga menyukai