Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development

Goals (SDGs) adalah pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan

ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga

keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga

kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan

terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup

dari satu generasi ke generasi berikutnya. TPB/SDGs merupakan komitmen

global dan nasional dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat

mencakup 17 tujuan yaitu: (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3)

Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan

Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau;

(8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan

Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman

yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab;

(13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem

Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; dan

(17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Kementrian Perencanaan

Pembangunan Nasional, 2020)


2

Upaya pencapaian target TPB/SDGs menjadi prioritas pembangunan

nasional, yang memerlukan sinergi kebijakan perencanaan di tingkat nasional

dan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Target-target TPB/SDGs di

tingkat nasional telah sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 dan RPJMN tahun 2020-

2024 dalam bentuk program, kegiatan dan indikator yang terukur serta

indikasi dukungan pembiayaannya. TPB/SDGs merupakan penyempurnaan

dari Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development

Goals/MDGs) yang lebih komprehensif dengan melibatkan lebih banyak

negara baik negara maju maupun berkembang, memperluas sumber

pendanaan, menekankan pada hak asasi manusia, inklusif dengan pelibatan

Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dan media, Filantropi dan Pelaku

Usaha, serta Akademisi dan Pakar. (Kementrian Perencanaan Pembangunan

Nasional, 2020)

Sejak tahun 2014, Indonesia telah mengangkat Program Indonesia

Sehat sebagai upaya mempromosikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

mendorong semua orang untuk mencapai tingkat kesehatan tertinggi. Menkes

RI Nila F. Moeloek dalam sesi General Debate di pertemuan World Health

Assembly ke 72 di Jenewa, Swiss (21/5), menyatakan bahwa program

Indonesia Sehat terdiri dari tiga elemen yang saling menguatkan. Ketiga

program tersebut adalah Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan

Primer, dan JKN. Pertama, menyebarkan paradigma kesehatan di setiap aspek


3

pembangunan nasional melalui promosi kesehatan dengan pemberdayaan

masyarakat. “Kita menyebut ini sebagai gerakan masyarakat hidup sehat

(GERMAS). Kedua, memperkuat pelayanan kesehatan primer untuk

meningkatkan layanan kuratif dan rehabilitasi. “Indonesia telah menerapkan

pendekatan berbasis keluarga, yang bertujuan untuk meningkatkan akses ke

pelayanan kesehatan yang komprehensif dan mendukung pencapaian standar

pelayanan minimum kesehatan. Dan ketiga, program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) untuk memastikan akses masyarakat terhadap layanan

kesehatan yang terjangkau. (Kementrian Perencanaan Pembangunan

Nasional, 2020)

Pada April 2019, program JKN telah mencakup lebih dari 219 juta

orang, atau lebih dari 82 persen dari total penduduk. Semua pelanggan saat

ini dilayani oleh lebih dari 22 ribu penyedia pelayanan kesehatan primer dan

sekitar 2.500 pelayanan keseratan rujukan, baik yang dimiliki oleh

pemerintah atau swasta. Ini adalah pencapaian yang luar biasa, terutama

ketika mencatat bahwa Indonesia memiliki hanya mulai skema asuransi

kesehatan nasional lima tahun yang lalu-pada tahun 2014. (Kemenkes RI,

2019)

Indonesia memiliki sembilan agenda prioritas salah satunya pada

agenda kelima untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia

melalui peningkatan kualitas kesehatan dengan Program Indonesia Sehat.

Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan


4

Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.02.02/Menkes/52/2015 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2019).

Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan

pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok

RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu

dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses

dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah

terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4) meningkatnya cakupan pelayanan

kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan

SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan

vaksin, serta (6) meningkatnya responsivitas sistem kesehatan (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Presiden Jokowi akan melakukan penguatan program promotif dan

preventif melalui pemenuhan gizi dan imunisasi balita, serta edukasi public

tentang pentingnya pola hidup sehat untuk menekan angka penyakit tidak

menular. Konvergensi program dan kegiatan percepatan penurunan stunting

pada tahuan 2020 juga akan diperluas mencakup 260 kabupaten/kota. Selain
5

itu, Jokowi juga menyebut akan ada program dukungan bagi kesehatan dan

keselamatan ibu hamil dan melahirkan menjadi prioritas (Yoga Sukmana,

2019)

Beberapa pendekatan yang harus dipahami dan dilalui oleh seorang

bidan dalam melaksanakan tugasnya di masyarakat, antara lain family

approach,yaitu pendekatan dilakukan terhadap keluarga binaan. Apabila

pembinaan keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang kepuskemas

dinilai memerlukan tindak lanjut, disebut care approach. Pendekatan yang

dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survey mawas diri

dengan melibatkan partisipasi masyarakat, disebut community approach.

Keberhasilan pemecahan masalah kesehatan sangat erat hubungannya dengan

relasi beberapa faktor, yakni herediter, pelayanan kesehatan, lingkungan, dan

perilaku (Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2020)

Praktik kebidanan komunitas akan memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mempraktikkan konsep atau teori mengenai penerapan

manajeman kebidanan sesuai dengan ruang lingkup profesi bidan dikaitkan

dengan tugas bidan didesa atau komunitas. Disamping itu, peserta didik

diharapkan dapat belajar dari masyarakat tentang kebudayaan yang berkaitan

dengan kesehatan ibu dan anak serta upaya-upaya dari masyarakat dalam

bentuk peran sertanya yang dapat menunjang kesehatan ibu dan anak

dikomunitas.
6

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Pada akhir Praktik Kerja Lapangan (PKL) kebidanan komunitas ini

mahasiswa kebidanan memiliki kemampuan dan keterampilan yang

spesifik dalam bidang kesehatan masyarakat. Sesuai dengan tuntutan

profesionalis dan standarisasi dengan memperhatikan budaya setempat

dalam tatanan di komunitas melalui pendekatan manajemen kebidanan

yang meliputi pengkajian, perumusan diagnose, pengembangan

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi serta didasari oleh

konsep, keterampilan dan sikap professional bidan dalam asuhan di

komunitas.

2. Tujuan Khusus

Pada akhir praktek kerja lapangan (PKL) komunittas kebidanan ini peserta

didik mampu :

a. Melaksanakan pengumpulan data kesehatan masyarakat melalui

analisis keilmuan

b. Menetapkan masalah kebidanan di komunitas RT 11 Kelurahan

Sambutan Kecamatan Sambutan.

c. Menentukan skoring dan masalah yang telah ditemukan RT 11

Kelurahan Sambutan Kecamatan Sambutan

d. Memberikan pelayanan dan rencana tindakan kebidanan komunitas di

posyandu, dan dimasyarakat RT 11 Kelurahan Sambutan Kecamatan

Sambutan.
7

e. Melakukan upaya-upaya promosi, preventif, pada wanita sepanjang

daur kehidupan dalam konteks kebidanan meliputi :

1) Bayi Baru Lahir

2) Balita

3) Remaja

4) Ibu Hamil

5) Ibu Bersalin

6) Ibu Nifas

7) Kesehatan Reproduksi

8) Lanjut Usia

f. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan kebidanan

komunitas pada masyarakat di RT 11 Kelurahan Sambutan Kecamatan

Sambutan.

g. Melaksanakan pendokumentasian asuhan kebidanan komunitas, di RT

11 Kelurahan Sambutan Kecamatan Sambutan.

C. Waktu dan Tempat

Pembagian waktu program praktik kebidanan komunitas adalah

sebagai berikut :

1. Waktu

Waktu yang digunakan untuk kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Komunitas sejak 22 Maret 2021 – 10 April 2021 :


8

a. Praktik langsung di lapangan (di komunitas) yang meliputi pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhitung

b. Evaluasi, penyusunan dan penyelesaian laporan

2. Tempat

Tempat praktik kebidanan komunitas dilaksanakan di RT 11 Kelurahan

Sambutan Kecamatan Sambutan

D. Metode

Dalam penyusunan laporani ini untuk memudahkan dalam memahami

laporan, kami laporkan terbagi dalam 5 Bab, antara lain kami susun sebagai

berikut :

1. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, waktu

dan tempat pelaksanaan, pendekatan metodelogi sasaran pembinaan

kesehatan masyarakat atau kesehatan keluarga serta sistematika penulisan.

2. Bab II berisi tinjauan teori mengenai konsep komunitas dan pembangunan

kesehatan masyarakat desa.

3. Bab III berisi analisis data, implementasi kebidanan komunitas yang terdiri

dari pengkajian dan data-data, analisis data, diagnosa kebidanan

komunitas, scoring dan prioritas masalah kesehatan masyarakat, Plan Of

Action (POA) serta asuhan kebidanan komunitas.

4. Bab IV berisi analisa data yang telah ditemukan, kegiatan pembahasan

pengkajian diagnosa perencanaan, implementasi dan evaluasi.

5. Bab V berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan serta saran.


9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Komunitas

Komunitas adalah sebuah kelompok social dari beberapa organisme

dari berbagai lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang

sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu didalamnya, dapat

memiliki maksud kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, resiko

dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin,

communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari

communnis, yang berarti ”sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”

menurut (Wenger, 2002).

Hillery Jr (dikutip oleh Tonny, 2003) merumuskan pengertian

komunitas sebagai orang-orang yang hidup dalam satu wilayah tertentu

dengan ikatan bersama dan satu yang lain saling berinteraksi. Sementara itu,

Christenson dan Robinson (dikutip oleh Tonny, 2003) melihat bahwa konsep

komunitas mengandung empat komponen, yaitu people, place or territory,

social interaction, psychological identification. Sehingga kemudian mereka

merumuskan pengertiain komunitas sebagai “people the live within a

greographically bounded are who are involved in social interaction an have

one or more psychological ties with each other an with the place in with they

live” (orang-orang yang bertempat tinggal disuatu daerah yang terbatas secara

geografis, yang terlibat dalam interaksi social dan memiliki satu atau lebih

8
9

ikatan psikologis satu dengan yang lain dan dengan wilayah tempat

tinggalnya) (Tonny, 2003).

Unsur spesifik dari komunitas disini adalah adanya ikatan bersama

antara warganya, baik antara sesame maupun dengan wilayah teritorialnya.

Dengan adanya ikatan bersama antara warga yang tinggi dalam suatu

komunitas sehingga dapat menimbulkan satu persaan yang disebut dengan

community sentiment. Community sentiment memiliki tiga ciri yang penting

dalam suatu komunitas, yaitu perasaan seperti mereka menyebutnya dengan

“kelompok kami”, sepenanggungan yang dimana setiap individu sadar akan

perannya, setiap individu membutuhkan satu sama lain (Tonny, 2003).

Fear dan Schwarzweller (oleh Tonny, 2003) memahami community

development (CD) sebagai sebuah proses perubahan yang inisiatifnya muncul

dari anggota-anggota komunitas yang bersangkutan. Mereka mengatakan :

”sekelompok orang yang berkerja sama secara bahu-membahu dalam sebuah

setting komunitas (local) dimana mereka menegakkan prinsip musyawarah

(shared decision) dalam merancang proses-proses perbaikan atau perubahan

disektor ekonomi, sosial budaya dan lingkungan“. Istilah CD secara resmi

telah mulai digunakan pada masa kolonial. Kantor kolonial pemerintah inggris

menggunakan istilah CD untuk menggantikan istilah mass education. Ketika

itu CD diberi pengertian sebagai “a movement designed to promote better

living for the whole community with the active participation and on the

initiative of the community”. (“suatu gerakan yang dirancang untuk


10

meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan

jika memungkinkan, berdasarkan prakarsa komunitas”) (Adi, 2008).

Ketiga pengertian diatas tampak selaras. Beberapa hal penting yang

dapat ditangkap ketiganya adalah bahwa pembanguna komunitas bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan warga komunitas yang bersangkutan,

merupakan usaha perubahan yang dilakukan secara sengaja dan terencana,

pelaku adalah warga komunitas bersama-sama, inisiatif diambil oleh warga

dan keputusan diambil oleh warga dengan prinsip musyawarah (Tonny, 2003).

Makna yang lebih dalam dapat ditarik adalah bahwa pembangunan

komunitas itu dilakukan oleh warga dan bukan orang lain dari luar. Warga

komunitaslah yang berpartisipasi aktif melakukan suatu tindakan secara

bersama-sama (social movement) sesuai kesepakatan yang disepakati bersama.

Dengan demikian pembangunan komunitas tidak hanya dilakukan oleh pihak

dari luar tetapi partisipasi warga setempat sendiri. Gagasan yang datang dari

luar disampaikan sedemikian rupa sehingga warga komunitas yang

memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukannya (Tonny, 2003).

B. Konsep Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

1. Pengertian Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) atau dengan sebutan

yaitu lembaga ketahanan masyarakat (LKM) merupakan lembaga

kemasyarakatan yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan

dan merupakan mitra pemerintah desa atau pekon dalam memperdayakan


11

masyarakat. Lembaga kemasyarakatan ini dapat dibentuk atas prakarsa

masyarakat yang difasilitasi pemerintah melalui musyawarah dan mufakat

(Suparma, 2003)

2. Perkembangan LPM

LPM pada hakekatnya memiliki 2 (dua) makna pokok yaitu

meningkatkan kemampuan masyarakat desa melalui pelaksanaan berbagai

program pembangunan agar masyarakat dapat mencapai tingkat

kemapanan yang diharapkan dan memberikan wewenang secara

professional kepada masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam

rangka pembangunan diri (Salim, 1984).

Kemandirian masyarakat tidak berarti pemerintah akan

membiarkan masyarakat berkembang tanpa ketetapan arah, tetapi

pemerintah senantiasa responsif dalam mencermati permasalahan yang

dihadapi masyarakat serta memberikan bantuan dan fasilitas agar

masyarakat secara bertahap mampu membangun diri dan lingkungannya

secara mandiri. Dalam rangka hal tersebut pemerintah antara lain

memfasilitasi temu LKMD tingkat nasional pada tahun 2000 di Bandung

dalam usaha penguatan keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dan

Kelurahan sebagai salah satu bentuk fasilitas pemerintah dalam rangka

memfasilitasi penguatan peran dan fungsi Lembaga Kemasyarakatan di

Desa dan Kelurahan perlu dibentuk asosiasi pembangunan masyarakat.

Adapun yang dimaksud dengan LPM yaitu lembaga kemasyarakatan yang

dibentuk atas prakarsa masyarakat desa sesuai dengan kebutuhan desa


12

serta ditetapkan dengan keputusan desa bersangkutan. Pada kesehariannya

LPM masih sama hakekatnya dengan apa yang dikenal dengan LKMD,

pengembangan LKMD menjadi LPM perihal tema LKMD tingkat

Nasional, maka pada tanggal 18 s/d 21 Juli 2000 di Bandung telah

berlangsung temu LKMD tingkat Nasional dengan kesepakatan mengubah

nama LKMD menjadi LPM.

3. Dasar Pembentukan LPM

Pembentukan LPM atau Pekon ini ditetapkan dalam Peraturan

Desa atau Pekon dengan berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten

atau Kota berdasarkan pertimbangan bahwa kehadiran lembaga tersebut

sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maksud dan tujuannya jelas, bidang

kegiatannya tidak tumpang tindih dengan lembaga yang sudah ada.

4. Tugas dan Fungsi LPM

Menurut Bambang Trisantono Soemantri (2011) LPM mempunyai

tugas menyusun rencana pembangunan secara partisipatif, menggerakkan

swadaya gotong-royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan

pembangunan. Hal tersebut sama seperti yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah No. 72 Tahun 2005 pasal 91 yang membahas tentang desa atau

pekon.

LPM atau LKMD dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana

disebutkan di atas, mempunyai fungsi penampung dan penyalur aspirasi

masyarakat dalam pembangunan, penanaman dan pemupukan rasa

persatuan dan kesatuan masyarakat dalam rangka memperkokoh Negara


13

Kesatuan Republik Indonesia, peningkatan kualitas dan percepatan

pelayanan pemerintah kepada masyarakat, penyusunan rencana,

pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan

secara partisipatif dalam fungsi ini LPM mempunyai tugas untuk

Menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM),

penumbuhkembangan dan pergerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya

gotong-royong masyarakat, penggali, pendayagunaan dan pengembangan

potensi sumber daya alam serta keserasian lingkungan hidup. (Fahrudin,

2012).

5. Kepengurusan LPM

Menurut pasal 19 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun

2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan Pengurus

LPM harus memenuhi persyaratan yaitu warga Negara Republik

Indonesia, penduduk setempat, mempunyai kemauan, kemampuan dan

kepedulian serta dipilih secara musyawarah mufakat (Roesmidi, 2006).

Pengurus LPM menurut pasal 20 Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga

Kemasyarakatan terdiri atas :

a. Susunan pengurus terdiri dari : Ketua, Sekretaris, Bendahara, Bidang-

bidang sesuai kebutuhan.

b. Pengurus LPM sebagaimana dimaksud diatas tidak boleh merangkap

jabatan pada Lembaga Kemasyarakatan lainnya dan bukan merupakan

anggota salah satu partai politik.


14

c. Pengurus LPM tidak boleh dirangkap Kepala Desa dan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD).

d. Memasukkan unsur perempuan dalam pengurus LPM.

e. Pemilihan Pengurus dilakukan secara musyawarah mufakat dan

dipimpin oleh Kepala Desa.

f. Masa bukti pengurus LPM di desa selama 5 (lima) tahun terhitung

sejak pengangkatan dan dapat dipilih kembali untuk periode

berikutnya.
15

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional. (2020). Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (TPB/Sustainable Development Goals (SDGs).

Yoga Sukmana. (2019). Janji Jokowi di Bidang Kesehatan dari Anggaran Hingga

Benahi Total BPJS. Kompas, Diakses tanggal 05 Februari 2020.

Anda mungkin juga menyukai