PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
2. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga Bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama Bangsa-bangsa
Asia lainnya.
3. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
Ketiga point tersebut menjadikan landasan yang selanjutnya dijabarkan
dalam program pembangunan di masing-masing kementerian dan daerah.
2
pemberdayaan masyarakat. Sehingga ke depan diarahkan untuk memberikan
peran dan partisipasi aktif masyarakat secara professional.
3
daerah seperti agroforestry, pengembangan bambu dan pengembangan jasa
lingkungan .
Untuk mendukung program tersebut diperlukan upaya terobosan yang luar
biasa dengan melibatkan peran aktif masyarakat dan pemerintah dalam rangka
percepatan pembangunan sektor pertanian, kelautan dan perikanan, dan kehutanan
di Provinsi Banten sesuai dengan program Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan (BKPP).
1.2 Tujuan
Tujuan kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) bagi petani dan mahasiswa, yaitu :
1. Programa Penyuluhan PPK Provinsi Banten tahun 2016 disusun dengan
tujuan memberikan arah, pedoman dan alat pengendali pencapaian tujuan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan serta
memberikan pedoman dalam menyusun rencana kerja penyuluhan.
2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi mahasiswa tentang
penyusunan programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.
4
1.3 Manfaat
Manfaat kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) bagi beberapa pihak yang
terlibat, yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan pengalaman belajar praktis dalam kehidupan nyata di
lapangan dan mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama proses
belajar di dalam kelas.
2. Bagi Instansi Terkait
Dapat menjadikan pertimbangan untuk menjadikan mahasiswa Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa sebagai peserta kuliah kerja profesi (KKP) pada
instansi terkait untuk periode berikutnya.
3. Bagi Universitas
Dapat menjadikan rekomendasi untuk tempat pelaksanaan kuliah kerja
profesi (KKP) pada periode berikutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Programa Penyuluhan
Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang
selanjutnya disebut programa penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun
secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan (UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan=SP3K), dimaksudkan untuk
memberikan arah, pedoman, dan alat pengendali pencapaian tujuan
penyelenggaraan penyuluhan. Secara berjenjang untuk mengikuti prinsip sebuah
perencanaan dari bawah (bottom up planning) dan melibatkan secara aktif
partisipasi masyarakat maka berjenjang programa penyuluhan terdiri atas
programa penyuluhan desa/ kelurahan atau unit kerja lapangan, programa
penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan kabupaten/kota, programa
penyuluhan provinsi, dan programa penyuluhan nasional.
2.1.1 Tujuan
1. Menyediakan acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan
2. Memberikan acuan bagi penyuluh dalam menyusun rencana kerja
3. Menyediakan bahan penyusunan perencanaan penyuluhan untuk
disampaikan dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan
pertanian (Musrenbangtan) tahun berikutnya
2.1.2 Output
1. Tersedianya acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan
2. Tersedianya acuan bagi penyuluh dalam menyusun rencana kerja
3. Tersedianya bahan penyusunan perencanaan penyuluhan untuk
disampaikan dalam Musrenbangtan tahun berikutnya
2.1.3 Sasaran
Sasaran penyusunan programa adalah para penyuluh dan pelaku utama serta
pelaku usaha di setiap tingkatan dengan difasilitasi oleh unit kerja di masing-
masing tingkatan.
6
2.1.4 Macam-Macam Programa
1. Programa Penyuluhan Desa/Kelurahan atau unit kerja lapangan;
2. Programa Penyuluhan Kecamatan (BPP);
3. Programa Penyuluhan Kabupaten/Kota;
4. Programa Penyuluhan Provinsi;
5. Programa Penyuluhan Pusat;
2.1.5 Waktu Penyusunan
1. Programa Penyuluhan Desa/Kelurahan atau unit kerja lapangan;
Programa penyuluhan desa/kleurahan disusun setiap tahun dan memuat
rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus
anggaran di masing-masing tingkatan. Programa penyuluhan
desa/kelurahan paling lambat telah selesai disusun pada bulan September
tahun berjalanan, untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya.
2. Programa Penyuluhan Kecamatan (BPP);
Programa penyuluhan kecamatan disusun setiap tahun dan memuat
rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus
anggaran di masing-masing tingkatan. Pengesahan programa penyuluhan
kecamatan paling lambat dilakukan pada bulan Oktober tahun berjalan,
untuk dilaksanakan tahun berikutnya.
3. Programa Penyuluhan Kabupaten/Kota;
Programa penyuluhan kabupaten/kota disusun setiap tahun dan memuat
rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus
anggaran di masing-masing tingkatan. Pengesahan programa penyuluhan
kabupaten/kota paling lambat dilakukan pada bulan Nopember tahun
berjalan, untuk dilaksanakan tahun berikutnya.
4. Programa Penyuluhan Provinsi;
Programa penyuluhan provinsi disusun setiap tahun dan memuat rencana
penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran di
masing-masing tingkatan. Pengesahan programa penyuluhan provinsi
paling lambat dilakukan pada bulan Desember tahun berjalan, untuk
dilaksanakan tahun berikutnya.
7
2.1.6 Tahapan Penyusunan Programa
1. Programa Penyuluhan Desa
a. Penyusunan programa desa dimulai dengan penggalian data dan informasi
mengenai potensi desa, monografi desa, jenis komoditas unggulan desa
dan tingkat produktivitasnya, keberadaan poktan/gapoktan, keberadaan
kelembagaan agribisnis desa, masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku
utama dan pelaku usaha. Penggalian data ini dilakukan oleh penyuluh
bersama-sama dengan tokoh dan anggota masyarakat guna menjaring
kebutuhan nyata, harapan dan aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha,
antara lain dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA)
b. Pertemuan-pertemuan dalam rangka penyusunan programa penyuluh di
desa/ kelurahan dimotori oleh penyuluh (PNS, swasta, dan swadaya) yang
bertugas di desa/kelurahan dan dihadiri oleh kepala desa/kelurahan, tokoh
masyarakat, serta pengurus kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha
c. Pertemuan-pertemuan pada akhirnya menghasilkan programa desa yang
merupakan sintesa antara kegiatan poktan/gapoktan di tingkat desa dengan
kegiatan dinas/cabang dinas lingkup pertanian yang dialokasikan di
desa/kelurahan;
d. Programa penyuluhan desa/kelurahan tidak disahkan, namun diketahui
oleh kepala desa/kelurahan agar dapat disinergikan dengan program
pembangunan di wilayahnya.
e. Naskah programa penyuluhan kemudian dijabarkan oleh masing-masing
penyuluh ke dalam Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP)
2. Programa Penyuluhan Kecamatan (BPP)
a. Penyusunan programa Kecamatan dimulai dari perumusan keadaan,
masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan
pemeringkatan masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan
pelaku usaha sesuai dengan skala prioritas kebutuhan pelaku utama dan
pelaku usaha dan fokus pembanguan di kecamatan (BPP);
b. Penyusunan programa dilakukan oleh penyuluh pertanian di kecamatan
dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui
8
serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draf programa
kecamatan (BPP);
c. Programa yang sudah final ditandatangani oleh koordinator penyuluh
kecamatan dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha,
kemudian disahkan oleh Kepala Balai Penyuluhan.
d. Naskah programa kemudian dijabarkan oleh masing-masing penyuluh ke
dalam RKTP kecamatan, serta disampaikan dalam forum musrenbangtan
kecamatan sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan
kecamatan.
3. Programa Penyuluhan Kabupaten
a. Penyusunan programa kabupaten dimulai dari perumusan keadaan,
masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan
pemeringkatan masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan
pelaku usaha sesuai dengan skala prioritas kebutuhan pelaku utama dan
pelaku usaha dan fokus pembanguan di masing-masing tingkatan;
b. Penyusunan programa dilakukan oleh penyuluh pertanian di kabupaten
dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui
serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draf programa
kabupaten;
c. Draf programa kabupaten disajikan dalam pertemuan yang dihadiri oleh
pejabat yang membidangi perencanaan dari dinas/instansi lingkup
pertanian, perikanan, dan kehuatanan dan perwakilan kelembagaan pelaku
utama dan pelaku usaha dalam rangka sintesa kegiatan penyuluhan;
d. Programa penyuluhan kabupaten yang sudah final ditandatangani oleh
koordinator penyuluh di kabupaten dan perwakilan kelembagaan pelaku
utama dan pelaku usaha, kemudian disahkan oleh kepala badan pelaksana
penyuluhan/kepala kelembagaan penyuluhan kabupaten, dan diketahui
oleh pejabat dinas/instansi lingkup pertanian, perikanan, dan kehutahan
yang membidangi perencanaan di masing-masing unit kerjanya;
e. Naskah programa kemudian dijabarkan oleh masing-masing penyuluh ke
dalam RKTP kabupaten, serta disampaikan dalam forum musrenbangtan
9
kabupaten/kota sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan
kabupaten/kota.
4. Programa Penyuluhan Provinsi
a. Penyusunan programa provinsi dimulai dari perumusan keadaan, masalah,
tujuan dan cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan
pemeringkatan masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan
pelaku usaha sesuai dengan skala prioritas kebutuhan pelaku utama dan
pelaku usaha dan fokus pembanguan di provinsi;
b. Penyusunan programa dilakukan oleh penyuluh pertanian di provinsi dan
perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui
serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draf programa
provinsi;
c. Draf programa provinsi disajikan dalam pertemuan yang dihadiri oleh
pejabat yang membidangi perencanaan dari dinas/instansi lingkup
pertanian, perikanan, dan kehutanan dan perwakilan kelembagaan pelaku
utama dan pelaku usaha dalam rangka sintesa kegiatan penyuluhan;
d. Programa penyuluhan provinsi yang sudah final ditandatangani oleh
koordinator penyuluh di provinsi dan perwakilan kelembagaan pelaku
utama dan pelaku usaha, kemudian disahkan oleh kepala badan koordinasi
penyuluhan/kepala kelembagaan penyuluhan provinsi, dan diketahui oleh
pejabat dinas/instansi lingkup pertanian, perikanan, dan kehutahan yang
membidangi perencanaan di masing-masing unit kerjanya;
e. Naskah programa kemudian dijabarkan oleh masing-masing penyuluh ke
dalam RKTP di provinsi, serta disampaikan dalam forum musrenbangtan
provinsi sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan provinsi.
2.2 Programa Penyuluhan Pertanian
Programa Penyuluhan Pertanian adalah rencana tertulis yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman serta sebagai alat pengendalian
pencapaian tujuan penyuluhan. Programa penyuluhan disusun setiap tahun yang
memuat rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus
anggaran pada masing – masing tingkatan, serta mencakup pengorganisasian dan
pengelolaan sumberdaya sebagai dasar penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
10
Programa penyuluhan terdiri atas programa penyuluhan desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan programa penyuluhan pertanian
nasional. Programa penyuluhan ini harus dapat merespon aspirasi pelaku utama
dan pelaku usaha di perdesaan dengan memperhatikan keterpaduan dan
kesinergian programa penyuluhan pada setiap tingkatan.
11
Programa Penyuluhan Kehutanan adalah rencana tertulis yang disusun
secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman serta sebagai alat
pengendali pencapaian tujuan penyuluhan kehutanan.
Rencana Kerja Tahunan Penyuluh yang selanjutnya disingkat RKTP adalah
rencana kegiatan yang disusun oleh para penyuluh kehutanan berdasarkan
programa penyuluhan kehutanan setempat, yang mencantumkan hal-hal yang
perlu disiapkan dalam berinteraksi dengan masyarakat sasaran kehutanan di
wilayah kerjanya.
Penyuluh Kehutanan PNS selanjutnya disebut Penyuluh Kehutanan adalah
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan penyuluhan
kehutanan.
5. Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat PKSM
adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya
yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.
Penyuluh Kehutanan Swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia
usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.
Pelaku Utama kegiatan kehutanan adalah masyarakat di dalam dan di sekitar
kawasan hutan beserta keluarga intinya. Pelaku Usaha adalah perorangan warga
negara Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang
mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan.
Materi Penyuluhan adalah bahan penyuluhan dibidang kehutanan yang akan
disampaikan oleh para penyuluh kehutanan kepada pelaku utama dan pelaku
usaha dalam bentuk informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi,
hukum dan kelestarian lingkungan.
Sistem penyusunan programa penyuluhan kehutanan yang tertuang dalam
Permenhut No P.41/Menhut-II/2010 dari sisi konsep, metode, dan tata urutan
penyusunan programa penyuluhan kehutanan sudah sangat ideal. Pertama bahwa
sistem pengambilan keputusan dari bawah ke atas (bottom up), tidak lagi top
down. Hal ini sudah sesuai dengan perumusan program-program pemerintah
kedepannya, seperti diadakannya musyawarah rencana pembangunan yang
diawali dari tingkat dusun, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, dan pemerintah
12
pusat. Kita mengenal Musrengbangdes di tingkat desa untuk merangkum hasil
musyawarah di tingkat dusun. Begitu seterusnya Musrengbang Kecamatan,
Musrengbang Kabupaten, Musrengbang Propinsi dan Musrengbang Nasional.
Begitu halnya dalam bidang penyuluhan kehutanan Permenhut No P.41/Menhut-
II/2010 menjelaskan prosedur penyusunan programa penyuluhan kehutanan secara
bottom up juga.
13
BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI KKP
3
3.1 Keadaan Umum Lokasi KKP
Provinsi Banten terletak pada 1051’11”BT dan 57’5. Secara geografis
Provinsi Banten disebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah selatan
dengan Samudera Indonesia, di sebelah barat dengan Selat Sunda dan Provinsi
Lampung serta di sebelah timur dengan Provinsi Jawa Barat. Dalam upaya
mempercepat proses pertumbuhan dan pembangunan Provinsi Banten, Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Oleh
karena itu sebagai kelengkapan Provinsi Banten, telah dibentuk Dinas dan Badan,
dan salah satunya Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten berlokasi di
Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl. Syekh Nawawi Al-
Bantani-Palima Kota Serang 42127. Kantor Bidang Ketahanan Pangan bertempat
di Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, lantai 1, sedangkan
Kantor Bidang Penyuluhan bertempat di Gedung Balai Budaya Provinsi Banten,
lantai 2. Berdekatan dengan Kantor Dinas Sosial Provinsi Banten.
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten merupakan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012. Tugas pokok Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan (Pasal 101
Perda Nomor 3 Tahun 2012). Bidang ketahanan pangan mempunyai peran
strategis dalam pembangunan daerah karena :
1. akses terhadap pangan dengan gizi yang cukup merupakan hak paling
mendasar bagi manusia;
2. kualitas pangan dan gizi yang dikonsumsi merupakan unsur penting dalam
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas; dan
3. ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama yang menopang
ketahanan nasional yang berkelanjutan.
14
Sedangkan peran strategis dari koordinasi penyuluhan adalah bahwa :
1. penyuluhan sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
dan memajukan kesejahteraan umum merupakan hak asasi warga negara;
2. pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan
merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan,
dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja dan lapangan
berusaha; meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani, pekebun,
peternak, nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat di
dalam dan di sekitar kawasan hutan; mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan khususnya di perdesaan; meningkatkan pendapatan nasional;
serta menjaga kelestarian lingkungan; dan
3. untuk lebih meningkatkan peran sektor pertanian, perikanan, dan
kehutanan, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, andal, serta
berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis sehingga
pelaku pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan mampu
membangun usaha dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi
dan mampu berperan serta dalam melestarikan hutan dan lingkungan
hidup sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
15
c. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Sub Bagian Ketersediaan dan Akses Pangan
Sub Bagian Keamanan Pangan
d. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan
Sub Bidang konsumsi dan Penganekaragaman Pangan
Sub Bagian Keamanan Pangan
e. Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan
Sub Bidang Distribusi dan Harga Pangan
Sub Bidang Cadangan Pangan
f. Bidang Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
Sub Bagian Kelembagaan Penyuluhan
Sub Bidang Pengembangan SDM Penyuluh
g. Unit Pelaksana Teknis
h. Jabatan Fungsional
16
Gambar 1. Bagan Susunan Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
3.3 Visi dan Misi
Mengacu kepada Visi Pembangunan Pemerintah Provinsi Banten Tahun
2012–2017 yaitu: “BERSATU MEWUJUDKAN BANTEN SEJAHTERA
BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA”, dengan ke lima visi yaitu
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten mempunyai visi tahun
2012-2017, yaitu
17
Makna dari visi tersebut adalah :
18
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten menetapkan Misi
2012-2017 sebagai berikut :
19
Dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok tersebut maka fungsi Kepala
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten adalah sebagai
berikut:
1. Penyusunan dan perumusan program serta rencana kegiatan kebijakan
teknis dalam bidang ketahanan pangan dan penyuluhan;
2. Pemberian dukungan, pembinaan, dan fasilitasi serta koordinasi dalam
penyelenggaraan dan pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang
ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan;
3. Pengidentifikasian ketersediaan dan konsumsi pangan serta pemantauan
pengelolaan cadangan pangan;
4. Pemantauan evaluasi dan pengelolaan distribusi pangan, terutama
komoditas pangan strategis, serta merumuskan kebijaksanaan lintas
kabupaten/kota;
5. Pengendalian dan perumusan kebijakan harga komoditas pangan strategis;
6. Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan;
7. Pelaksanaan penyuluhan gerakan peningkatan mutu konsumsi pangan dan
penganekaragaman pangan;
8. Pengawasan dan pengendalian sistem kewaspadaan pangan, gizi serta
norma dan standar bahan pangan;
9. Pemberdayaan sumberdaya penyuluh dan kelembagaan penyuluhan serta
pengkoordinasian mitra kerja bidang ketahanan pangan dan penyuluhan;
10. Pelaksanaan pengendalaian, monitoring dan evaluasi bidang ketahanan
pangan dan penyuluhan; dan
11. Pelaksanaan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
20
4. Menyelenggarakan pengendalian dan perumusan kebijakan harga
komoditas pangan strategis;
5. Menyelenggarakan koordinasi stabilisasi/(pendistribusian) pangan,
terutama komoditas pangan strategis dan merumuskan kebijakan lintas
kabupaten/kota;
6. Mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan harga komoditas pangan
strategis;
7. Mengkaji dan mengembangkan penganekaragaman konsumsi pangan;
8. Menyelenggarakan penyuluhan gerakan peningkatan keamanan dan
penganekaragaman pangan;
9. Menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian sistem kewaspadaan
pangan, gizi serta norma dan standar bahan pangan;
10. Menyelenggarakan koordinasi dalam rangka pemberdayaan kelembagaan
dan sarana/prasarana penyuluhan;
11. Menyelenggarakan koordinasi dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan
programa penyuluhan serta optimalisasi sumberdaya penyuluh;
12. Merumuskan dan menetapkan rencana strategis Badan;
13. Melasanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi dalam
pelaksanaan tugas;
14. Membuat laporan kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan
fungsinya; dan
15. Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
21
Tujuan yang ingin diwujudkan adalah :
1. Meningkatkan ketersediaan pangan dan pengelolaan cadangan pangan
dengan mengoptimalkan potensi sumberdaya secara berkelanjutan dan
berkesinambungan;
2. Membangun kesiapan dalam mengantisipasi dan menanggulangi
kerawanan pangan;
3. Mengembangkan sistim distribusi pangan untuk memelihara stabilitas
pasokan dan harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat;
4. Mengembangkan penganekaragaman konsumsi pangan yang beragam,
bergizi seimbang dan aman;
5. Meningkatkan koordinasi dan peran aparatur serta masyarakat sehinggga
mampu mewujudkan koordinasi dalam membangun ketahanan pangan dan
penyuluhan.
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan organisasi, yaitu hasil yang
akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik, terinci, dapat diukur
dan dapat dicapai, serta dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
1. Mempertahankan ketersediaan energi per kapita minimal 2.200 kilokalori/
hari dan penyediaan protein per kapita minimal 57 Gram/hari;
2. Terwujudnya cadangan pangan pemerintah Provinsi Banten sebesar 200
ton (setara beras), cadangan pangan pemerintah di 8 kabupaten/kota
sebesar 100 ton (setara beras) per kab/kota, dan cadangan pangan
masyarakat sebesar 807 ton (setara GKG);
3. Berkurangnya daerah rawan pangan di 8 Kabupaten/Kota (52 kecamatan);
4. Stabilnya harga komoditas pangan strategis yang ditandai dengan
rendahnya perbedaan harga antara musim panen dan non panen dengan
perbedaan maksimum 10 persen;
5. Berkembangnya kelembagaan ekonomi dan sosial masyarakat (48
Gapoktan dan 38 Lumbung Pangan tahun 2017);
6. Meningkatkan keragaman konsumsi pangan perkapita untuk mencapai gizi
seimbang dengan kecukupan energi minimal 2.000 kkal/hari dan protein
sebesar 52 gram/hari dan cukup zat gizi mikro, serta meningkatkan
22
keragaman konsumsi pangan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH)
mendekati 96 pada tahun 2017;
7. Meningkatkan keamanan, mutu dan higiene pangan yang dikonsumsi
masyarakat dengan menekan pelanggaran terhadap ketentuan keamanan
pangan sampai 90 persen tahun 2017;
8. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan sumberdaya aparatur ketahanan
pangan dan penyuluhan di 8 Kabupaten/Kota;
9. Meningkatnya efektifitas koordinasi kebijakan ketahanan pangan melalui
Dewan Ketahanan Pangan.
23
produksi pangan; (2) meningkatkan koordinasi pengelolaan cadangan
pangan masyarakat dan pemerintah daerah; dan (3) meningkatkan
koordinasi pencegahan dan penanggulangan rawan pangan.
2. Penguatan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat/komunitas,
melalui: (1) pengembangan sistem cadangan pangan daerah untuk
mengantisipasi kondisi darurat bencana alam minimal 3 (tiga) bulan , (2)
pengembangan cadangan pangan hidup (pekarangan, lahan desa, lahan
tidur, tanaman bawah tegakan perkebunan), (3) menguatkan kelembagaan
lumbung pangan masyarakat dan lembaga cadangan pangan komunitas
lainnya, (4) pengembangan sistem cadangan pangan melalui Lembaga
Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) melalui optimalisasi Gapoktan dan
Poktan ataupun lembaga usaha lainnya.
Strategi peningkatan ketersediaan pangan dan penguatan cadangan pangan di
Provinsi Banten tersebut akan didukung melalui pengembangan kebijakan antara
lain :
1. Pemantapan ketersediaan pangan baik hewani maupun nabati dalam
jumlah dan keragaman untuk mendukung konsumsi pangan sesuai kaidah
kesehatan dan gizi seimbang.
2. Mengembangkan dan memperkuat kemampuan pengelolaan cadangan
pangan pemerintah dan masyarakat hingga di tingkat desa dan atau
komunitas.
Misi 2 : Pengembangan distribusi pangan dan penguatan kemandirian
ekonomi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengakses pangan
serta mengantisipasi kerawanan pangan, ditujukan untuk (1) Membangun
kesiapan dalam mengantisipasi dan menanggulangi kerawanan pangan; dan (2)
Mengembangkan sistim distribusi pangan untuk memelihara stabilitas pasokan
dan harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat, dengan sasaran : a)
Berkurangnya daerah rawan pangan di 8 Kabupaten/Kota (52 kecamatan); b)
Stabilnya harga komoditas pangan strategis yang ditandai dengan rendahnya
perbedaan harga antara musim panen dan non panen dengan perbedaan
maksimum 10 persen; dan c) Berkembangnya kelembagaan ekonomi dan sosial
masyarakat (48 Gapoktan dan 38 Lumbung Pangan tahun 2017).
24
Untuk mewujudkan sasaran tersebut akan ditempuh melalui strategi antara lain :
1. Mendorong terwujudnya distribusi pangan yang merata dan terjangkau
untuk menjamin stabilitas dan keamanan pasokan dan harga pangan
ditingkat rumah tangga;
2. Mendorong peran serta kelembagaan masyarakat dalam meningkatkan
kelancaran distribusi, stabilisasi harga dan akses pangan;
3. Peningkatan koordinasi dan sinergitas dengan instansi terkait untuk
mendukung efektifitas dan efisiensi distribusi, stabiliasi harga dan akses
pangan, melalui: (1) mendorong dan mendukung peningkatan kualitas dan
pengembangan infrastruktur distribusi, (2) mendorong dan mendukung
peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana pasca panen, (3)
mendorong dan mendukung pengembangan jaringan pemasaran dan
distribusi antar dan keluar daerah dan membuka daerah yang terisolir, (4)
pengembangan sistem informasi pasar, (5) mendorong dan mendukung
penguatan lembaga pemasaran daerah, (6) mendorong dan mendukung
pengurangan hambatan distribusi karena pungutan resmi dan tidak resmi,
(7) mendorong dan mendukung pencegahan kasus penimbunan komoditas
pangan oleh spekulan, (8) pemberian bantuan pangan pada kelompok
masyarakat miskin dan yang terkena bencana secara tepat sasaran, tepat
waktu dan tepat produk;
4. Penjaminan Stabilitas Harga Pangan, melalui : (1) pemberlakuan Harga
Pembelian Pemerintah pada komoditas pangan strategis , (2)
pengembangan Buffer stock Management (pembelian oleh pemerintah
pada waktu panen dan operasi pasar pada waktu paceklik) pada komoditas
pangan strategis, (3) mendorong dan mendukung adanya dana talangan
pemerintah (propinsi dan kabupaten/kota) dalam menstabilkan harga
komoditas pangan strategis, (4) peningkatan peranan Lembaga pembeli
gabah dan Lembaga usaha ekonomi pedesaan, (5) mendorong dan
mendukung pengembangan sistem tunda jual dan resi gudang, (6)
pengembangan sistem informasi dan monitoring produksi, konsumsi,
harga, stok dan pasokan pangan secara berkala;
25
5. Peningkatan efisiensi dan efektivitas intervensi bantuan pangan/pangan
bersubsidi kepada masyarakat golongan miskin (misalnya Raskin) dan
mengelola pangan bersubsidi bagi kelompok khusus (rentan gizi buruk dan
rawan pangan).
Strategi di atas dimplementasikan dengan dukungan kebijakan yang akan
dikembangkan antara lain :
1. Pengembangan distribusi pangan yang merata, harga stabil dan terjangkau
(aksesibilitas) dengan mendorong dan mendukung upaya peningkatan
daya beli dan mengurangi jumlah penduduk yang miskin;
2. Meningkatkan akses pangan melalui pengembangan sistem distribusi yang
efektif dan efisien;
3. Penanganan daerah rawan pangan yang terprogram melalui penumbuhan
dan pengembangan desa mandiri pangan;
4. Meningkatkan pemberdayaan kelembagaan ekonomi perdesaan dalam
rangka mengembangkan sistem distribusi pangan dan aksesibilitas pangan
serta upaya kewaspadaan pangan dan penanganan rawan pangan.
Misi 3 : Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis
pangan lokal serta peningkatan mutu dan keamanan pangan, ditujukan
untuk mengembangkanpenganeka-ragaman konsumsi pangan yang beragam,
bergizi seimbang dan aman, dengan sasaran :
1. Meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan perkapita untuk
mencapai gizi seimbang dengan kecukupan energi minimal 2.000
kkal/hari dan protein sebesar 52 gram/hari dan cukup zat gizi mikro, serta
meningkatkan keragaman konsumsi pangan dengan skor Pola Pangan
Harapan (PPH) dengan skor 96 pada tahun 2017; dan
2. Meningkatkan keamanan, mutu dan higiene pangan yang dikonsumsi
masyarakat dengan menekan pelanggaran terhadap ketentuan keamanan
pangan sampai 90 persen tahun 2017.
Untuk mewujudkan sasaran tersebut akan ditempuh melalui strategi antara lain :
1. Pengembangan dan percepatan diversifikasi konsumsi pangan berbasis
pangan lokal melalui upaya pengolahan pangan berbahan-baku tepung
umbi-umbian lokal dan pengembangan aneka pangan lokal lainnya;
26
2. Pengembangan bisnis pangan untuk peningkatan nilai tambah ekonomi,
gizi dan mutu ketersediaan pangan yang beragam dan bergizi seimbang
melalui penguatan kerjasama pemerintah-masyarakat dan swasta;
3. Pengembangan metode sosialisasi dan promosi diversifikasi konsumsi
pangan dan gizi kepada kelompok masyarakat sejak usia dini melalui jalur
pendidikan formal dan non formal;
4. Mendorong masyarakat untuk percepatan pola konsumsi pangan berbasisi
sumberdaya lokal;
5. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang keamanan pangan pada
masyarakat;
6. Penguatan pengawasan dan pembinaan keamanan pangan dengan
melengkapi perangkat peraturan perundang-undangan di bidang mutu dan
keamanan pangan.
Strategi di atas dimplementasikan dengan dukungan kebijakan yang akan
dikembangkan antara lain :
1. Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis bahan baku
pangan lokal;
2. Mendorong, mengembangkan dan membangun, serta memfasilitasi peran
serta masyarakat dalam pemenuhan pangan sebagai implementasi
pemenuhan hak atas pangan;
3. Mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk pemenuhan
hak atas pangan dan gizi;
4. Meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pangan;
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keamanan pangan.
Misi 4 : Pemantapan dan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan dan
Sumberdaya Aparatur, serta Peningkatan Koordinasi dengan Stakeholders
dalam Perumusan Kebijakan dan Pengelolaan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan, ditujukan untuk meningkatkan koordinasi dan peran aparatur serta
masyarakat sehinggga mampu mewujudkan koordinasi dalam membangun
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, dengan sasaran yang ingin dicapai :
1. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan sumberdaya aparatur ketahanan
pangan dan penyuluhan di 8 Kabupaten/Kota; dan
27
2. Meningkatnya efektifitas koordinasi kebijakan ketahanan pangan melalui
Dewan Ketahanan Pangan.
Untuk mewujudkan sasaran tersebut akan ditempuh melalui strategi antara lain :
1. Pelaksanaan dan Penyempurnaan Organisasi dan Tata Kerja Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;
2. Meningkatkan SDM Aparatur Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;
3. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Kerja Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan;
4. Mengoptimalkan fungsi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi;
5. Meningkatkan Sistem Pengendalian Internal dalam rangka monitoring dan
evaluasi, serta pemantapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam
rangka peningkatan pelayanan pada antar Stakeholders/masyarakat.
Strategi di atas dimplementasikan dengan dukungan kebijakan yang akan
dikembangkan antara lain :
1. Meningkatkan perencanaan, penganggaran dan kerjasama program secara
efektif dan efisien;
2. Meningkatkan kualitas monitoring dan evaluasi ketahanan pangan dan
penyuluhan;
3. Meningkatkan pengelolaan keuangan (akuntansi) dan rumah tangga
kantor;
4. Meningkatkan pengelolaan organisasi tatalaksana;
5. Meningkatkan peran dan tugas Dewan Ketahanan Pangan dalam
koordinasi ketahanan pangan;
6. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ketahanan pangan;
7. Meningkatkan kualitas pelayanan penyuluhan melalui pendampingan;
8. Meningkatkan kesejahteraan pegawai dengan penerapan reward dan
punishment.
28
mengimplementasikan strategi dan kebijakan serta dalam rangka mencapai tujuan
dan sasaran suatu organisasi.
Pemerintah Provinsi Banten, sebagaimana dalam dokumen RPJMD 2012-
2017, menetapkan 3 (tiga) kebijakan umum yang dijabarkan pada 4 (empat)
program pembangunan daerah yang harus dilaksanakan oleh Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan, yaitu:
1. Kebijakan umum peningkatan ketersediaan, akses, kualitas, keragaman
dan keamanan pangan, melalui Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Masyarakat, dengan indikator kinerja program adalah (1) Tersedianya
cadangan pangan pemerintah provinsi sebanyak 200 ton beras pada tahun
2017; (2) Tersedianya cadangan pangan masyarakat dengan jumlah 807
ton setara Gabah Kering Giling pada tahun 2017; (3) Terbentuknya
lembaga yang mengelola cadangan pangan pemerintah provinsi (1
lembaga tahun 2017); (4) Berkembangnya lembaga cadangan pangan
masyarakat (82 lembaga tahun 2017); (5) Cakupan layanan fasilitasi
program bantuan raskin (100%); (6) Meningkatnya penganekaragaman
konsumsi pangan masyarakat, dengan pencapaian skor PPH 96 tahun
2017; dan (7) Tertanganinya daerah rawan pangan di Provinsi Banten (52
Kecamatan rawan pangan); serta (8) Cakupan layanan penyuluh pada
daerah sentra produksi (70% tahun 2017).
2. Kebijakan umum meningkatkan dan mengembangkan kualitas setiap unit
kerja dalam pelayanan publik untuk mewujudkan clean government and
good government, melalui 3 (tiga) program, yaitu : (1) Program
Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah, dengan indikator
kinerja program adalah : a) rasio ketersediaan dokumen perencanaan,
evaluasi dan pelaporan (100%), dan b) rasio ketersediaan dokumen
penatausahaan, pengendalian dan evaluasi laporan keuangan. (2) Program
Peningkatan Sarana, Prasarana Perkantoran dan Kapasitas Aparatur,
dengan indikator kinerja program adalah a) rasio penyediaan barang dan
jasa administrasi perkantoran serta pelayanan tatausaha kerumahtanggaan,
b) rasio penyelenggaraan rapat koordinasi dan konsultasi di dalam dan ke
luar daerah, c) rasio pembangunan, pengadaan, pemeliharaan dan
29
rehabilitasi prasarana dan sarana aparatur, dan 4) rasio pembinaan dan
peningkatan pelayanan, tata usaha dan administrasi kepegawaian.
3. Kebijakan umum meningkatkan kualitas data dan informasi pendukung
perencanaan daerah dan penyelenggaraan pemerintahan, melalui 1 (satu)
program yaitu Program Penyediaan Data Pembangunan Daerah, dengan
indikator kinerja program adalah ketersediaan data dan informasi
pembangunan.
Kegiatan adalah bagian dari program, dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumberdaya, baik yang berupa personil (SDM), barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau
kesemua jenis sumberdaya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan
keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mengimplementasikan program
pembangunan daerah tersebut adalah :
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat, pencapaian
indikator program akan dilaksanakan melalui kegiatan : (1) Kegiatan
Pengelolaan dan Penanganan Kerawanan Pangan; (2) Kegiatan
Pengelolaan dan Pengembangan Ketersediaan dan Akses Pangan; (3)
Kegiatan Pengelolaan dan Pengembangan Cadangan Pangan; (4) Kegiatan
Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Distribusi dan Harga Pangan; (5)
Kegiatan Pengendalian Program Bantuan Raskin; (6) Kegiatan
Pengelolaan, Pembinanaan dan Pengembangan Keamanan Pangan; (7)
Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Konsumsi dan
Penganekaragaman Pangan; (8) Kegiatan Fasilitasi Pembinaan dan
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan,
dan Kehutanan; (9) Kegiatan Fasilitasi Pembinaan dan Pengembangan
Kapasitas Sumberdaya dan Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan,
dan Kehutanan; dan (10) Kegiatan Fasilitasi Dewan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Banten.
2. Program Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah,
pencapaian indikator program di arahkan melalui kegiatan : (1) Kegiatan
30
Penyusunan Laporan Kinerja Keuangan dan Aset BKPP Banten; dan (2)
Kegiatan Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
3. Program Peningkatan Sarana, Prasarana Perkantoran dan Kapasitas
Aparatur, pencapaian indikator program di arahkan melalui kegiatan antara
lain : (1) Kegiatan Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran; (2) Kegiatan
Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Dalam dan Luar Daerah; (3)
Kegiatan Penyediaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Perkantoran;
dan (4) Kegiatan Peningkatan Capacity Building Aparatur BKPP Provinsi
Banten dan Pencitraan Kelembagaan.
4. Program Penyediaan Data Pembangunan Daerah, pencapaian indikator
program di arahkan melalui Kegiatan Pengelolaan dan Penyediaan Data
dan Informasi Pembangunan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.
31
BAB IV
PELAKSANAAN KKP
4
4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan KKP dilakukan di Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
terletak di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl. Syekh
Nawawi Al-Bantani-Palima Kota Serang 42127. KKP ini dilaksanakan mulai
tanggal 05 Januari 2016 sampai dengan 05 Februari 2016.
32
Penyususnan Potensi Dan Keadaan Kehutanan
Penyelesaian Programa
33
BAB V
PEMBAHASAN
5
5.1 Potensi dan Produksi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Potensi penggunaan lahan di Provinsi Banten antara lain untuk pertanian
632.644 ha. Produksi komoditas tanaman pangan utama pada tahun 2015 seperti
padi, jagung dan kedelai mengalami kenaikan dibandingkan sebelumnya.
Produksi padi tahun 2013 sebanyak 1.865.893 ton dengan produktivitas
51,45ku/ha, pada tahun 2014 sebanyak 2.083.608 ton dengan produktivitas 52,92
ku/ha.
34
pereduksian ada 68 unit, pengolahan jelly/surimi ada 19 unit, penanganan segar
ada 93 unit dan pengolahan lainnya ada 202 unit.
Potensi Kehutanan 208.162 ha, yang terdiri dari hutan produksi 72.292 ha,
hutan lindung 9.471 ha, hutan rakyat 4.069 ha, taman nasional ujung kulon dan
balai konservasi sumber daya alam 126.357 ha, perkebunan rakyat 283.824 ha,
PT.PN 9.577 ha, dan PBS 6.018 ha.
35
kabupaten/kota yaitu Kota Serang 88 KUB, Kabupaten Serang 47 KUB, Kota
Cilegon 5 KUB, Kabupaten Pandeglang 75 KUB, Kabupaten Lebak 56 KUB,
Kabupaten Tangerang 53 KUB. Jumlah Kelompok Pengolah dan Pemasar
(Poklahsar) pada tahun 2014 sebanyak 260 yang tersebar di delapan
kabupaten/kota yaitu Kota Serang 81 bh, Kabupaten Serang 11 bh, Kabupaten
Pandeglang 37 bh, Kabupaten Lebak 65 bh, Kabupaten Tangerang 32 bh, Kota
Tangerang Selatan 18 bh.
36
pengendalian OPT, panen dan pasca panen serta penguasaan terhadap kalender
tanam (KATAM). d). Kelas kelompok petani masih didominasi oleh kelompok
pemula dan lanjut, sehingga pembinaan terhadap kelompok tani yang berorientasi
agribisnis yaitu kelompok tani yang bankable belum optimal. e). Masih rendahnya
sikap pelaku utama dan pelaku usaha terhadap penumbuhan dan pengembangan
kelembagaan ekonomi pertanian (KEP).
37
Masalah umum yang ada di bidang pengolahan dan pemasaran yaitu :
Masih rendahnya mutu produk olahan hasil perikanan. Masalah khususnya yaitu :
a) Masih rendahnya PSK pelaku utama (PU) pengolah tentang penggunaan bahan
baku yang memenuhi standar mutu hasil perikanan (GMP/Good Manifacturing
Process & Hazzard Analysis Critical Control Point/HACCP), b) Masih rendahnya
PSK PU tentang penerapan sistem rantai dingin sesuai anjuran, c) Masih
rendahnya PSK PU tentang penerapan SSOP sesuai anjuran, d) Masih rendahnya
PSK PU tentang sanitasi dan higiene sarana pengolahan sesuai anjuran, e) Masih
rendahnya PSK PU dalam menerapkan packaging & labeling produk olahan
sesuai anjuran.
Permasalahan di bidang kehutanan yaitu : a) Masih banyaknya lahan kritis
yang perlu penanganan dari berbagai stake horder, b) Bibit tanaman kehutanan
yang berkualitas belum tersedia dalam jumlah yang memadai, c) Tingkat
partisipasi masyarakat dalam penanganan lahan kritis, pemanfaatan teknologi
tepat guna, pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan pemanfaatan
lahan di bawah tegakan masih rendah, d) Keterbatasan kapasitas dan kuantitas
penyuluh kehutanan dan PKSM dalam penyelenggaraan penyuluhan kehutanan, e)
Sarana dan prasarana penyelenggaraan penyuluhan kehutanan masih kurang.
38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
39
DAFTAR PUSTAKA
40