Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistim


Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) bahwa Programa
penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya disebut
Programa Penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis
untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan
penyuluhan, dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman, dan alat pengendali
pencapaian tujuan penyelenggaraan penyuluhan. Secara berjenjang untuk
mengikuti prinsip sebuah perencanaan dari bawah (bottom up planning) dan
melibatkan secara aktif partisipasi masyarakat maka berjenjang programa
penyuluhan terdiri atas programa penyuluhan desa/ kelurahan atau unit kerja
lapangan, programa penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan
kabupaten/kota, programa penyuluhan provinsi, dan programa penyuluhan
nasional. Dalam penyusunannya diperlukan Khusus untuk Programa penyuluhan
perikanan dapat didefinisikan sebagai sebuah rencana tertulis yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan perikanan. Dalam penyusunannya harus mengacu
kepada peraturan yang ada agar tercapainya maksud dan tujuan dari penyusunan
programa tersebut.
Pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan (PPK) merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional. Arah dan landasan pembangunan nasional
pada kabinet kerja saat ini mengacu pada sembilan agenda prioritas pembangunan
(NAWACITA) untuk Indonesia berdaulat, mandiri dan berkepribadian.
Pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan mengacu pada NAWACITA
point sebagai berikut:

1. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan


desa dalam kerangka negara kesatuan.republik Indonesia.

1
2. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga Bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama Bangsa-bangsa
Asia lainnya.
3. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
Ketiga point tersebut menjadikan landasan yang selanjutnya dijabarkan
dalam program pembangunan di masing-masing kementerian dan daerah.

Progam kementrian pertanian tahun 2016 merupaka kelanjuant program


pembangunan pertanian tahun 2015 yaitu Upaya hkusus swa sembada padi,
jagung berkelanjutan serta sawsembada kadele, cabai merah, bawang merah,
daging dan tebu. Program unggulan daerah Provinsi Banten selain mendukung
program nasional juga melaksanakan program unggulan daerah komoditi lokalita
yaitu duren, manggis, melon, anggrek, kerbau, domba, itik, kakao, aren.

Kebijakan strategis pembangunan kelautan dan perikanan adalah


industrialisasi kelautan dan perikanan melalui pengembangan kawasan.
Pengembangan kawasan untuk mendukung percepatan industrialisasi perikanan,
yaitu proses perubahan hulu dan hilir untuk meningkatkan nilai tambah
produktivitas, dan skala produksi sumberdaya perikanan melalui modernisasi
yang didukung dengan arah kebijakan terintegrasi antara kebijakan ekonomi
makro pengembangan insfrastruktur, pengembangan sistem usaha dan investasi
serta pengembangan IPTEK dan SDM.

Komoditas perikanan budidaya unggulan nasional dan daerah adalah udang,


rumput laut, bandeng, lele, ikan mas, gurame. Komuditas unggulan perikan
tangkap antara lain kurisi, kembung dan teri. Komoditas unggulan pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan yaitu cluster rumput laut, setra pengolahan pindang dan
pemasaran ikan hias.

Program lingkungan hidup dan Kehutanan adalah pencapaian kelestarian


fungsi hutan/kebun sebagai sistem penyangga kehidupan sehingga pembangunan
lingkungan hidup dan kehutanan bertumpu pada pendekatan ekosistem Sumber
Daya Hutan (SDH) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang berbasis pada

2
pemberdayaan masyarakat. Sehingga ke depan diarahkan untuk memberikan
peran dan partisipasi aktif masyarakat secara professional.

Isue Kerusakan lingkungan akibat dari para pengguna yang tidak


memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air menjadikan bahan pemikiran
semua pihak, karena dengan lingkungan yang rusak akan berakibat ancaman bagi
kehidupan seperti halnya banjir, longsor di musim penghujan dan kekeringan,
kebakaran hutan dan lahan disaat musim kemarau.

Dalam mewujudkan program-program pembangunan LHK, maka Prioritas


pembangunan KLHK berdasarkan Perpres No 2 tahun 2015 tentang RPJM 2015-
2019 adalah :
1. Peningkatan Produk Hasil Hutan dan Pengembangan Jasa Lingkungan:
a. Pengembangan KPH Produksi dan Produk Kayu
b. Pengembangan KPH Lindung dan Hasil Hutan Bukan Kayu
2. Peningkatan Konservasi dan Tata Kelola Hutan serta Pengelolaan DAS :
a. Peningkatan Kinerja Tata Kelola Kehutanan
b. Peningkatan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati
c. Peningkatan Pengelolaan DAS:
3. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup, Pengembangan Pola Produksi
dan Konsumsi Berkelanjutan dan Pelestarian dan Pemanfaatan Keekonomian
Kehati:
a. IKLH meningkat menjadi 66,5-68,6 di tahun 2019;
b. Meningkatnya pemanfaatan Iptek dan SDM untuk peningkatan nilai ekonomi
keanekaragaman hayati sebesar 100%.
4. Penanganan Perubahan Iklim dan Peningkatan Kualitas Informasi Iklim
dan Kebencanaan:
a. Menurunnya emisi GRK di 5 sektor prioritas (kehutanan dan lahan gambut,
pertanian, energi, transportasi dan industri dan limbah) sebesar mendekati
26% di tahun 2019;
b. Meningkatnya ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim di 15
daerah rentan yang merupakan daerah percontohan pelaksanaan RAN API.
Program daerah pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di Provinsi
Banten selain melaksankan program-program pusat juga melaksanakan program

3
daerah seperti agroforestry, pengembangan bambu dan pengembangan jasa
lingkungan .
Untuk mendukung program tersebut diperlukan upaya terobosan yang luar
biasa dengan melibatkan peran aktif masyarakat dan pemerintah dalam rangka
percepatan pembangunan sektor pertanian, kelautan dan perikanan, dan kehutanan
di Provinsi Banten sesuai dengan program Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan (BKPP).

Program BKPP tahun 2016 merupakan program pemberdayaan


kelembagaan dan sumberdaya peternakan, perikanan, pertanian dan perkebunan
diantarnya adalah

1. Kegiatan fasilitasi pembinaan dan pengembangan kapasitas kelembagaan


penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
2. Kegiatan fasilitasi pembinaan dan pengembangan kapasitas sumberdaya dan
program penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
Progama penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Provinsi Banten
tidak lepas dari Indikator kinerja SKPD Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan
yang mengacu kepada Tujuan dan Sasasaran RPJMD Provinsi Banten tahun
2012-2017. Maka Programa ini diharapkan dapat mendukung pencapaian Kinerja
BKPP dalam penumbuhan dan pengembangan kelembagaan, peningkatan akses
kelompok tani terhadap perbankan, tingkat pemanfaatan teknologi terapan
bidang kehutanan dan perkebunan, dan peningkatan jumlah kelompok usaha
mandiri.

1.2 Tujuan
Tujuan kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) bagi petani dan mahasiswa, yaitu :
1. Programa Penyuluhan PPK Provinsi Banten tahun 2016 disusun dengan
tujuan memberikan arah, pedoman dan alat pengendali pencapaian tujuan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan serta
memberikan pedoman dalam menyusun rencana kerja penyuluhan.
2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi mahasiswa tentang
penyusunan programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.

4
1.3 Manfaat
Manfaat kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) bagi beberapa pihak yang
terlibat, yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan pengalaman belajar praktis dalam kehidupan nyata di
lapangan dan mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama proses
belajar di dalam kelas.
2. Bagi Instansi Terkait
Dapat menjadikan pertimbangan untuk menjadikan mahasiswa Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa sebagai peserta kuliah kerja profesi (KKP) pada
instansi terkait untuk periode berikutnya.
3. Bagi Universitas
Dapat menjadikan rekomendasi untuk tempat pelaksanaan kuliah kerja
profesi (KKP) pada periode berikutnya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Programa Penyuluhan
Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang
selanjutnya disebut programa penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun
secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan (UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan=SP3K), dimaksudkan untuk
memberikan arah, pedoman, dan alat pengendali pencapaian tujuan
penyelenggaraan penyuluhan. Secara berjenjang untuk mengikuti prinsip sebuah
perencanaan dari bawah (bottom up planning) dan melibatkan secara aktif
partisipasi masyarakat maka berjenjang programa penyuluhan terdiri atas
programa penyuluhan desa/ kelurahan atau unit kerja lapangan, programa
penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan kabupaten/kota, programa
penyuluhan provinsi, dan programa penyuluhan nasional.
2.1.1 Tujuan
1. Menyediakan acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan
2. Memberikan acuan bagi penyuluh dalam menyusun rencana kerja
3. Menyediakan bahan penyusunan perencanaan penyuluhan untuk
disampaikan dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan
pertanian (Musrenbangtan) tahun berikutnya
2.1.2 Output
1. Tersedianya acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan
2. Tersedianya acuan bagi penyuluh dalam menyusun rencana kerja
3. Tersedianya bahan penyusunan perencanaan penyuluhan untuk
disampaikan dalam Musrenbangtan tahun berikutnya
2.1.3 Sasaran
Sasaran penyusunan programa adalah para penyuluh dan pelaku utama serta
pelaku usaha di setiap tingkatan dengan difasilitasi oleh unit kerja di masing-
masing tingkatan.

6
2.1.4 Macam-Macam Programa
1. Programa Penyuluhan Desa/Kelurahan atau unit kerja lapangan;
2. Programa Penyuluhan Kecamatan (BPP);
3. Programa Penyuluhan Kabupaten/Kota;
4. Programa Penyuluhan Provinsi;
5. Programa Penyuluhan Pusat;
2.1.5 Waktu Penyusunan
1. Programa Penyuluhan Desa/Kelurahan atau unit kerja lapangan;
Programa penyuluhan desa/kleurahan disusun setiap tahun dan memuat
rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus
anggaran di masing-masing tingkatan. Programa penyuluhan
desa/kelurahan paling lambat telah selesai disusun pada bulan September
tahun berjalanan, untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya.
2. Programa Penyuluhan Kecamatan (BPP);
Programa penyuluhan kecamatan disusun setiap tahun dan memuat
rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus
anggaran di masing-masing tingkatan. Pengesahan programa penyuluhan
kecamatan paling lambat dilakukan pada bulan Oktober tahun berjalan,
untuk dilaksanakan tahun berikutnya.
3. Programa Penyuluhan Kabupaten/Kota;
Programa penyuluhan kabupaten/kota disusun setiap tahun dan memuat
rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus
anggaran di masing-masing tingkatan. Pengesahan programa penyuluhan
kabupaten/kota paling lambat dilakukan pada bulan Nopember tahun
berjalan, untuk dilaksanakan tahun berikutnya.
4. Programa Penyuluhan Provinsi;
Programa penyuluhan provinsi disusun setiap tahun dan memuat rencana
penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran di
masing-masing tingkatan. Pengesahan programa penyuluhan provinsi
paling lambat dilakukan pada bulan Desember tahun berjalan, untuk
dilaksanakan tahun berikutnya.

7
2.1.6 Tahapan Penyusunan Programa
1. Programa Penyuluhan Desa
a. Penyusunan programa desa dimulai dengan penggalian data dan informasi
mengenai potensi desa, monografi desa, jenis komoditas unggulan desa
dan tingkat produktivitasnya, keberadaan poktan/gapoktan, keberadaan
kelembagaan agribisnis desa, masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku
utama dan pelaku usaha. Penggalian data ini dilakukan oleh penyuluh
bersama-sama dengan tokoh dan anggota masyarakat guna menjaring
kebutuhan nyata, harapan dan aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha,
antara lain dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA)
b. Pertemuan-pertemuan dalam rangka penyusunan programa penyuluh di
desa/ kelurahan dimotori oleh penyuluh (PNS, swasta, dan swadaya) yang
bertugas di desa/kelurahan dan dihadiri oleh kepala desa/kelurahan, tokoh
masyarakat, serta pengurus kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha
c. Pertemuan-pertemuan pada akhirnya menghasilkan programa desa yang
merupakan sintesa antara kegiatan poktan/gapoktan di tingkat desa dengan
kegiatan dinas/cabang dinas lingkup pertanian yang dialokasikan di
desa/kelurahan;
d. Programa penyuluhan desa/kelurahan tidak disahkan, namun diketahui
oleh kepala desa/kelurahan agar dapat disinergikan dengan program
pembangunan di wilayahnya.
e. Naskah programa penyuluhan kemudian dijabarkan oleh masing-masing
penyuluh ke dalam Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP)
2. Programa Penyuluhan Kecamatan (BPP)
a. Penyusunan programa Kecamatan dimulai dari perumusan keadaan,
masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan
pemeringkatan masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan
pelaku usaha sesuai dengan skala prioritas kebutuhan pelaku utama dan
pelaku usaha dan fokus pembanguan di kecamatan (BPP);
b. Penyusunan programa dilakukan oleh penyuluh pertanian di kecamatan
dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui

8
serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draf programa
kecamatan (BPP);
c. Programa yang sudah final ditandatangani oleh koordinator penyuluh
kecamatan dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha,
kemudian disahkan oleh Kepala Balai Penyuluhan.
d. Naskah programa kemudian dijabarkan oleh masing-masing penyuluh ke
dalam RKTP kecamatan, serta disampaikan dalam forum musrenbangtan
kecamatan sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan
kecamatan.
3. Programa Penyuluhan Kabupaten
a. Penyusunan programa kabupaten dimulai dari perumusan keadaan,
masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan
pemeringkatan masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan
pelaku usaha sesuai dengan skala prioritas kebutuhan pelaku utama dan
pelaku usaha dan fokus pembanguan di masing-masing tingkatan;
b. Penyusunan programa dilakukan oleh penyuluh pertanian di kabupaten
dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui
serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draf programa
kabupaten;
c. Draf programa kabupaten disajikan dalam pertemuan yang dihadiri oleh
pejabat yang membidangi perencanaan dari dinas/instansi lingkup
pertanian, perikanan, dan kehuatanan dan perwakilan kelembagaan pelaku
utama dan pelaku usaha dalam rangka sintesa kegiatan penyuluhan;
d. Programa penyuluhan kabupaten yang sudah final ditandatangani oleh
koordinator penyuluh di kabupaten dan perwakilan kelembagaan pelaku
utama dan pelaku usaha, kemudian disahkan oleh kepala badan pelaksana
penyuluhan/kepala kelembagaan penyuluhan kabupaten, dan diketahui
oleh pejabat dinas/instansi lingkup pertanian, perikanan, dan kehutahan
yang membidangi perencanaan di masing-masing unit kerjanya;
e. Naskah programa kemudian dijabarkan oleh masing-masing penyuluh ke
dalam RKTP kabupaten, serta disampaikan dalam forum musrenbangtan

9
kabupaten/kota sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan
kabupaten/kota.
4. Programa Penyuluhan Provinsi
a. Penyusunan programa provinsi dimulai dari perumusan keadaan, masalah,
tujuan dan cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan
pemeringkatan masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan
pelaku usaha sesuai dengan skala prioritas kebutuhan pelaku utama dan
pelaku usaha dan fokus pembanguan di provinsi;
b. Penyusunan programa dilakukan oleh penyuluh pertanian di provinsi dan
perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui
serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draf programa
provinsi;
c. Draf programa provinsi disajikan dalam pertemuan yang dihadiri oleh
pejabat yang membidangi perencanaan dari dinas/instansi lingkup
pertanian, perikanan, dan kehutanan dan perwakilan kelembagaan pelaku
utama dan pelaku usaha dalam rangka sintesa kegiatan penyuluhan;
d. Programa penyuluhan provinsi yang sudah final ditandatangani oleh
koordinator penyuluh di provinsi dan perwakilan kelembagaan pelaku
utama dan pelaku usaha, kemudian disahkan oleh kepala badan koordinasi
penyuluhan/kepala kelembagaan penyuluhan provinsi, dan diketahui oleh
pejabat dinas/instansi lingkup pertanian, perikanan, dan kehutahan yang
membidangi perencanaan di masing-masing unit kerjanya;
e. Naskah programa kemudian dijabarkan oleh masing-masing penyuluh ke
dalam RKTP di provinsi, serta disampaikan dalam forum musrenbangtan
provinsi sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan provinsi.
2.2 Programa Penyuluhan Pertanian
Programa Penyuluhan Pertanian adalah rencana tertulis yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman serta sebagai alat pengendalian
pencapaian tujuan penyuluhan. Programa penyuluhan disusun setiap tahun yang
memuat rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus
anggaran pada masing – masing tingkatan, serta mencakup pengorganisasian dan
pengelolaan sumberdaya sebagai dasar penyelenggaraan penyuluhan pertanian.

10
Programa penyuluhan terdiri atas programa penyuluhan desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan programa penyuluhan pertanian
nasional. Programa penyuluhan ini harus dapat merespon aspirasi pelaku utama
dan pelaku usaha di perdesaan dengan memperhatikan keterpaduan dan
kesinergian programa penyuluhan pada setiap tingkatan.

Keterpaduan mengandung maksud bahwa Programa Penyuluhan Pertanian


tingkat desa/kelurahan disusun dengan memperhatikan programa penyuluhan
tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi dan tingkat nasional,
dengan berdasarkan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha, sedangkan yang
dimaksudkan dengan kesinergian yaitu programa penyuluhan pertanian pada tiap
tingkatan mempunyai hubungan yang bersifat saling mendukung. Dengan
demikian semua programa penyuluhan pertanian semua tingkatan selaras dan
tidak bertentangan satu sama lain.

2.3 Programa Penyuluhan Perikanan


Programa penyuluhan perikanan adalah pernyataan tertulis yang disusun
secara sistematis tentang rencana kegiatan penyuluhan perikanan setiap tahunan.
Programa tersebut harus mengembangkan keadaan sekarang, masalah-masalah,
tujuan yang ingin dicapai dan alternatif-alternatif pemecahannya serta cara
mencapai tujuan. Programa disusun secara partisipatif sistematis dan tertulis serta
dibuat setiap tahun. Setiap tahapan dalam penyusunan dan pelaksanaan programa
dilakukan secara partisipatif dengan pelibatan semua pelaku secara proporsional.
Dengan demikian dalam interaksi terbangun kesadaran, pengertian serta
kepedulian untuk bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penyuluhan kelautan
dan perikanan.
2.4 Programa Penyuluhan Kehutanan

Penyuluhan Kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta


pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan
sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi
usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.

11
Programa Penyuluhan Kehutanan adalah rencana tertulis yang disusun
secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman serta sebagai alat
pengendali pencapaian tujuan penyuluhan kehutanan.
Rencana Kerja Tahunan Penyuluh yang selanjutnya disingkat RKTP adalah
rencana kegiatan yang disusun oleh para penyuluh kehutanan berdasarkan
programa penyuluhan kehutanan setempat, yang mencantumkan hal-hal yang
perlu disiapkan dalam berinteraksi dengan masyarakat sasaran kehutanan di
wilayah kerjanya.
Penyuluh Kehutanan PNS selanjutnya disebut Penyuluh Kehutanan adalah
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan penyuluhan
kehutanan.
5. Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat PKSM
adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya
yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.
Penyuluh Kehutanan Swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia
usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.
Pelaku Utama kegiatan kehutanan adalah masyarakat di dalam dan di sekitar
kawasan hutan beserta keluarga intinya. Pelaku Usaha adalah perorangan warga
negara Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang
mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan.
Materi Penyuluhan adalah bahan penyuluhan dibidang kehutanan yang akan
disampaikan oleh para penyuluh kehutanan kepada pelaku utama dan pelaku
usaha dalam bentuk informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi,
hukum dan kelestarian lingkungan.
Sistem penyusunan programa penyuluhan kehutanan yang tertuang dalam
Permenhut No P.41/Menhut-II/2010 dari sisi konsep, metode, dan tata urutan
penyusunan programa penyuluhan kehutanan sudah sangat ideal. Pertama bahwa
sistem pengambilan keputusan dari bawah ke atas (bottom up), tidak lagi top
down. Hal ini sudah sesuai dengan perumusan program-program pemerintah
kedepannya, seperti diadakannya musyawarah rencana pembangunan yang
diawali dari tingkat dusun, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, dan pemerintah

12
pusat. Kita mengenal Musrengbangdes di tingkat desa untuk merangkum hasil
musyawarah di tingkat dusun. Begitu seterusnya Musrengbang Kecamatan,
Musrengbang Kabupaten, Musrengbang Propinsi dan Musrengbang Nasional.
Begitu halnya dalam bidang penyuluhan kehutanan Permenhut No P.41/Menhut-
II/2010 menjelaskan prosedur penyusunan programa penyuluhan kehutanan secara
bottom up juga.

13
BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI KKP

3
3.1 Keadaan Umum Lokasi KKP
Provinsi Banten terletak pada 1051’11”BT dan 57’5. Secara geografis
Provinsi Banten disebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah selatan
dengan Samudera Indonesia, di sebelah barat dengan Selat Sunda dan Provinsi
Lampung serta di sebelah timur dengan Provinsi Jawa Barat. Dalam upaya
mempercepat proses pertumbuhan dan pembangunan Provinsi Banten, Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Oleh
karena itu sebagai kelengkapan Provinsi Banten, telah dibentuk Dinas dan Badan,
dan salah satunya Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten berlokasi di
Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl. Syekh Nawawi Al-
Bantani-Palima Kota Serang 42127. Kantor Bidang Ketahanan Pangan bertempat
di Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, lantai 1, sedangkan
Kantor Bidang Penyuluhan bertempat di Gedung Balai Budaya Provinsi Banten,
lantai 2. Berdekatan dengan Kantor Dinas Sosial Provinsi Banten.
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten merupakan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012. Tugas pokok Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan (Pasal 101
Perda Nomor 3 Tahun 2012). Bidang ketahanan pangan mempunyai peran
strategis dalam pembangunan daerah karena :
1. akses terhadap pangan dengan gizi yang cukup merupakan hak paling
mendasar bagi manusia;
2. kualitas pangan dan gizi yang dikonsumsi merupakan unsur penting dalam
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas; dan
3. ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama yang menopang
ketahanan nasional yang berkelanjutan.

14
Sedangkan peran strategis dari koordinasi penyuluhan adalah bahwa :
1. penyuluhan sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
dan memajukan kesejahteraan umum merupakan hak asasi warga negara;
2. pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan
merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan,
dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja dan lapangan
berusaha; meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani, pekebun,
peternak, nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat di
dalam dan di sekitar kawasan hutan; mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan khususnya di perdesaan; meningkatkan pendapatan nasional;
serta menjaga kelestarian lingkungan; dan
3. untuk lebih meningkatkan peran sektor pertanian, perikanan, dan
kehutanan, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, andal, serta
berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis sehingga
pelaku pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan mampu
membangun usaha dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi
dan mampu berperan serta dalam melestarikan hutan dan lingkungan
hidup sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.

3.2 Struktur Organisasi


Susunan organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi
Banten berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012
tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten, (Bagian ke-
26, Paragraf 3, Pasal 102) adalah sebagai berikut:
a. Kepala Badan
b. Sekretaris
 Sub Bagian Umum dan kepegawaian
 Sub Bagian keuangan
 Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan

15
c. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
 Sub Bagian Ketersediaan dan Akses Pangan
 Sub Bagian Keamanan Pangan
d. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan
 Sub Bidang konsumsi dan Penganekaragaman Pangan
 Sub Bagian Keamanan Pangan
e. Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan
 Sub Bidang Distribusi dan Harga Pangan
 Sub Bidang Cadangan Pangan
f. Bidang Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
 Sub Bagian Kelembagaan Penyuluhan
 Sub Bidang Pengembangan SDM Penyuluh
g. Unit Pelaksana Teknis
h. Jabatan Fungsional

16
Gambar 1. Bagan Susunan Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
3.3 Visi dan Misi
Mengacu kepada Visi Pembangunan Pemerintah Provinsi Banten Tahun
2012–2017 yaitu: “BERSATU MEWUJUDKAN BANTEN SEJAHTERA
BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA”, dengan ke lima visi yaitu

1. Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Wilayah Mendukung


Pengembangan Wilayah/Kawasan Berwawasan Lingkungan,
2. Pemantapan Iklim Investasi yang Kondusif
3. Peningkatan  Kualitas Sumberdaya Manusia yang religius, cerdas dan
berdaya saing dalam kerangka penguatan NKRI
4. Penguatan Semangat Kebersamaan Antar-Pelaku Pembangunan dan
sinergitas pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang selaras,
serasi dan seimbang
5. Peningkatan Mutu dan Kinerja Pemerintahan Daerah yang Berwibawa
Menuju Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih, maka visi Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten diharapkan menjadi
pilar terdepan dalam aspek ketahanan pangan daerah guna mendukung
pencapaian Visi Kepala Daerah Provinsi Banten Tahun 2012-2017.

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten mempunyai visi tahun
2012-2017, yaitu

”Menjadi Institusi Yang Handal Menuju Mantapnya Ketahanan Pangan


Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal dan Sistem Penyuluhan Yang Efektif Untuk
Bersatu Mewujudkan Banten Sejahtera”

17
Makna dari visi tersebut adalah :

1. Institusi yang handal : berarti mampu menjadi lembaga/institusi yang


teguh dan kuat dalam mengemban tugas pokok dan fungsi, memberikan
arah dan menggalang potensi dari berbagai komponen masyarakat sesuai
dinamika yang berkembang.
2. Mantapnya ketahanan pangan masyarakat : adalah kondisi terpenuhinya
pangan bagi masyarakat Banten yang tercermin dari cukup tersedia, baik
jumlah, mutu, aman, merata dan terjangkau.
3. Berbasis kearifan lokal : berarti secara berkelanjutan berpijak pada norma
baik sosial maupun budaya yang sudah berkembang di masyarakat.
4. Sistem penyuluhan yang efektif : adalah seluruh rangkaian pengembangan
kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap pelaku utama dan
pelaku usaha melalui penyuluhan yang berpedoman pada programa yang
telah ditetapkan.
5. Bersatu : merupakan tekad, sikap, dan komitmen seluruh masyarakat
Banten untuk bersatu menyamakan persepsi, gerak langkah yang seiring
sejalan sinergis membangun kebersamaan dalam membangun Banten serta
pro aktif memajukan bangsa dan negara dalam kerangka persatuan dan
kesatuan NKRI.
6. Banten Sejahtera : merupakan cerminan dari suatu keadaan di mana telah
berkurangnya jumlah masyarakat miskin, meningkatnya pendapatan dan
daya beli masyarakat, terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan,
kesehatan dan perekonomian serta ditemukannya jati diri masyarakat
Banten  yang maju dan mandiri (RPJMD 2012-1017).

18
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten menetapkan Misi
2012-2017 sebagai berikut :

1. Pengembangan dan pemantapan ketersediaan dan cadangan pangan


masyarakat berbasis kemandirian;
2. Pengembangan distribusi pangan  dan penguatan kemandirian ekonomi
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengakses pangan serta
mengantisipasi kerawanan pangan;
3. Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan dan
kearifan lokal serta  peningkatan mutu dan keamanan pangan;
4. Pemantapan dan pengembangan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya
aparatur, serta Peningkatan Koordinasi dengan Stakeholders dalam
perumusan kebijakan dan pengelolaaan ketahanan pangan dan penyuluhan.

3.4 Tugas Pokok dan Fungsi


Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten merupakan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi
Perangkat Daerah (Bagian ke-26, Pasal 100 sampai dengan Pasal 102).
Kedudukan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan merupakan unsur
pendukung tugas Gubernur di bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, yang
dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah (Pasal 100, ayat 1 dan 2). Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (Pasal 101).

19
Dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok tersebut maka fungsi Kepala
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten adalah sebagai
berikut:
1. Penyusunan dan perumusan program serta rencana kegiatan kebijakan
teknis dalam bidang ketahanan pangan dan penyuluhan;
2. Pemberian dukungan, pembinaan, dan fasilitasi serta koordinasi dalam
penyelenggaraan dan pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang
ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan;
3. Pengidentifikasian ketersediaan dan konsumsi pangan serta pemantauan
pengelolaan cadangan pangan;
4. Pemantauan evaluasi dan pengelolaan distribusi pangan, terutama
komoditas pangan strategis, serta merumuskan kebijaksanaan lintas
kabupaten/kota;
5. Pengendalian dan perumusan kebijakan harga komoditas pangan strategis;
6. Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan;
7. Pelaksanaan penyuluhan gerakan peningkatan mutu konsumsi pangan dan
penganekaragaman pangan;
8. Pengawasan dan pengendalian sistem kewaspadaan pangan, gizi serta
norma dan standar bahan pangan;
9. Pemberdayaan sumberdaya penyuluh dan kelembagaan penyuluhan serta
pengkoordinasian mitra kerja bidang ketahanan pangan dan penyuluhan;
10. Pelaksanaan pengendalaian, monitoring dan evaluasi bidang ketahanan
pangan dan penyuluhan; dan
11. Pelaksanaan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.

Tugas Kepala Badan adalah sebagai berikut:

1. Memimpin, mengatur, membina dan mengendalikan pelaksanaan tugas


pokok dan fungsi Badan;
2. Mengkaji dan menetapkan kebijakan teknis ketahanan pangan dan
penyuluhan sesuai kebijakan umum;
3. Menetapkan program kerja dan rencana ketersediaan dan konsumsi pangan
serta pemantauan pengelolaan cadangan pangan;

20
4. Menyelenggarakan pengendalian dan perumusan kebijakan harga
komoditas pangan strategis;
5. Menyelenggarakan koordinasi stabilisasi/(pendistribusian) pangan,
terutama komoditas pangan strategis dan merumuskan kebijakan lintas
kabupaten/kota;
6. Mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan harga komoditas pangan
strategis;
7. Mengkaji dan mengembangkan penganekaragaman konsumsi pangan;
8. Menyelenggarakan penyuluhan gerakan peningkatan keamanan dan
penganekaragaman pangan;
9. Menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian sistem kewaspadaan
pangan, gizi serta norma dan standar bahan pangan;
10. Menyelenggarakan koordinasi dalam rangka pemberdayaan kelembagaan
dan sarana/prasarana penyuluhan;
11. Menyelenggarakan koordinasi dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan
programa penyuluhan serta optimalisasi sumberdaya penyuluh;
12. Merumuskan dan menetapkan rencana strategis Badan;
13. Melasanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi dalam
pelaksanaan tugas;
14. Membuat laporan kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan
fungsinya; dan
15. Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.

3.5 Tujuan dan Sasaran


Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi suatu
organisasi, yaitu sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka
waktu suatu perencanaan. Sedangkan Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan
organisasi, yaitu hasil yang akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih
spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai, serta dalam kurun waktu yang
lebih pendek dari tujuan.

21
Tujuan yang ingin diwujudkan adalah :
1. Meningkatkan ketersediaan pangan dan pengelolaan cadangan pangan
dengan mengoptimalkan potensi sumberdaya secara berkelanjutan dan
berkesinambungan;
2. Membangun kesiapan dalam mengantisipasi dan menanggulangi
kerawanan pangan;
3. Mengembangkan sistim distribusi pangan untuk memelihara stabilitas
pasokan dan harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat;
4. Mengembangkan penganekaragaman konsumsi pangan yang beragam,
bergizi seimbang dan aman;
5. Meningkatkan koordinasi dan peran aparatur serta masyarakat sehinggga
mampu mewujudkan koordinasi dalam membangun ketahanan pangan dan
penyuluhan.
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan organisasi, yaitu hasil yang
akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik, terinci, dapat diukur
dan dapat dicapai, serta dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
1. Mempertahankan ketersediaan energi per kapita minimal 2.200 kilokalori/
hari dan penyediaan protein per kapita minimal 57 Gram/hari;
2. Terwujudnya cadangan pangan pemerintah Provinsi Banten sebesar 200
ton (setara beras), cadangan pangan pemerintah di 8 kabupaten/kota
sebesar 100 ton (setara beras) per kab/kota, dan cadangan pangan
masyarakat sebesar 807 ton (setara GKG);
3. Berkurangnya daerah rawan pangan di 8 Kabupaten/Kota (52 kecamatan);
4. Stabilnya harga komoditas pangan strategis yang ditandai dengan
rendahnya perbedaan harga antara musim panen dan non panen dengan
perbedaan maksimum 10 persen;
5. Berkembangnya kelembagaan ekonomi dan sosial masyarakat (48
Gapoktan dan 38 Lumbung Pangan tahun 2017);
6. Meningkatkan keragaman konsumsi pangan perkapita untuk mencapai gizi
seimbang dengan kecukupan energi minimal 2.000 kkal/hari dan protein
sebesar 52 gram/hari dan cukup zat gizi mikro, serta meningkatkan

22
keragaman konsumsi pangan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH)
mendekati 96 pada tahun 2017;
7. Meningkatkan keamanan, mutu dan higiene pangan yang dikonsumsi
masyarakat dengan menekan pelanggaran terhadap ketentuan keamanan
pangan sampai 90 persen tahun 2017;
8. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan sumberdaya aparatur ketahanan
pangan dan penyuluhan di 8 Kabupaten/Kota;
9. Meningkatnya efektifitas koordinasi kebijakan ketahanan pangan melalui
Dewan Ketahanan Pangan.

3.6 Strategi dan Kebijakan


Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi. Sedangkan kebijakan adalah arah/tindakan yang
diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan. Strategi dan kebijakan
dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran pembangunan ketahanan pangan dan
penyuluhan tahun 2012-2017 yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan
dan Penyuluhan sebagai penjabaran dari strategi dan arah kebijakan RPJMD
Provinsi Banten tahun 2012 – 2017 sebagaimana tersebut di atas adalah sebagai
berikut :
Misi 1 : Pengembangan dan pemantapan ketersediaan dan cadangan pangan
masyarakat berbasis kemandirian, ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan
pangan dan pengelolaan cadangan pangan dengan mengoptimalkan potensi
sumber daya secara berkelanjutan dan berkesinambungan, dengan sasaran :
1. Mempertahankan ketersediaan energi per kapita minimal 2.200 kilokalori/
hari dan penyediaan protein per kapita minimal 57 Gram/hari; dan
2. Terwujudnya cadangan pangan pemerintah Provinsi Banten sebesar 200
ton (setara beras), cadangan pangan pemerintah di 8 kabupaten/kota
sebesar 100 ton (setara beras) per kab/kota, dan cadangan pangan
masyarakat sebesar 807 ton (setara GKG).
Untuk mewujudkan sasaran tersebut akan ditempuh melalui strategi antara lain :
1. Mendorong dan mendukung peningkatan ketersediaan  pangan adalah : (1)
mengkoordinasikan dan mensinergikan upaya peningkatan kapasitas

23
produksi pangan; (2) meningkatkan koordinasi pengelolaan cadangan
pangan masyarakat dan pemerintah daerah; dan (3) meningkatkan
koordinasi pencegahan dan penanggulangan rawan pangan.
2. Penguatan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat/komunitas,
melalui: (1) pengembangan sistem cadangan pangan daerah untuk
mengantisipasi kondisi darurat bencana alam minimal 3 (tiga) bulan , (2)
pengembangan cadangan pangan hidup (pekarangan, lahan desa, lahan
tidur, tanaman bawah tegakan perkebunan), (3) menguatkan kelembagaan
lumbung pangan masyarakat dan lembaga cadangan pangan komunitas
lainnya, (4) pengembangan sistem cadangan pangan melalui Lembaga
Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) melalui optimalisasi Gapoktan dan
Poktan ataupun lembaga usaha lainnya.
Strategi peningkatan ketersediaan  pangan dan penguatan cadangan pangan di
Provinsi Banten tersebut akan didukung melalui pengembangan kebijakan antara
lain :
1. Pemantapan ketersediaan pangan baik hewani maupun nabati dalam
jumlah dan keragaman untuk mendukung konsumsi pangan sesuai kaidah
kesehatan dan gizi seimbang.
2. Mengembangkan dan memperkuat kemampuan pengelolaan cadangan
pangan pemerintah dan masyarakat hingga di tingkat desa dan atau
komunitas.
Misi 2 : Pengembangan distribusi pangan  dan penguatan kemandirian
ekonomi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengakses pangan
serta mengantisipasi kerawanan pangan, ditujukan untuk (1) Membangun
kesiapan dalam mengantisipasi dan menanggulangi kerawanan pangan; dan (2)
Mengembangkan sistim distribusi pangan untuk memelihara stabilitas pasokan
dan harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat, dengan sasaran : a)
Berkurangnya daerah rawan pangan di 8 Kabupaten/Kota (52 kecamatan); b)
Stabilnya harga komoditas pangan strategis yang ditandai dengan rendahnya
perbedaan harga antara musim panen dan non panen dengan perbedaan
maksimum 10 persen; dan c) Berkembangnya kelembagaan ekonomi dan sosial
masyarakat (48 Gapoktan dan 38 Lumbung Pangan tahun 2017).

24
Untuk mewujudkan sasaran tersebut akan ditempuh melalui strategi antara lain :
1. Mendorong terwujudnya distribusi pangan yang merata dan terjangkau
untuk menjamin stabilitas dan keamanan pasokan dan harga pangan
ditingkat rumah tangga;
2. Mendorong peran serta kelembagaan masyarakat dalam meningkatkan
kelancaran distribusi, stabilisasi harga dan akses pangan;
3. Peningkatan koordinasi dan sinergitas dengan instansi terkait untuk
mendukung efektifitas dan efisiensi distribusi, stabiliasi harga dan akses
pangan, melalui: (1) mendorong dan mendukung peningkatan kualitas dan
pengembangan infrastruktur distribusi, (2) mendorong dan mendukung
peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana pasca panen, (3)
mendorong dan mendukung pengembangan jaringan pemasaran dan
distribusi antar dan keluar daerah dan membuka daerah yang terisolir, (4)
pengembangan sistem informasi pasar, (5) mendorong dan mendukung
penguatan lembaga pemasaran daerah, (6) mendorong dan mendukung
pengurangan hambatan distribusi karena pungutan resmi dan tidak resmi,
(7) mendorong dan mendukung pencegahan kasus penimbunan komoditas
pangan oleh spekulan, (8) pemberian bantuan pangan pada kelompok
masyarakat miskin dan yang terkena bencana secara tepat sasaran, tepat
waktu dan tepat produk;
4. Penjaminan Stabilitas Harga Pangan, melalui : (1) pemberlakuan Harga
Pembelian Pemerintah pada komoditas pangan strategis , (2)
pengembangan Buffer stock Management (pembelian oleh pemerintah
pada waktu panen dan operasi pasar pada waktu paceklik) pada komoditas
pangan strategis, (3) mendorong dan mendukung adanya dana talangan
pemerintah (propinsi dan kabupaten/kota) dalam menstabilkan harga
komoditas pangan strategis, (4) peningkatan peranan Lembaga pembeli
gabah dan Lembaga usaha ekonomi pedesaan, (5) mendorong dan
mendukung pengembangan sistem tunda jual dan resi gudang, (6)
pengembangan sistem informasi dan monitoring produksi, konsumsi,
harga, stok dan pasokan pangan secara berkala;

25
5. Peningkatan efisiensi dan efektivitas intervensi bantuan pangan/pangan
bersubsidi kepada masyarakat golongan miskin (misalnya Raskin) dan
mengelola pangan bersubsidi bagi kelompok khusus (rentan gizi buruk dan
rawan pangan).
Strategi di atas dimplementasikan dengan dukungan kebijakan yang akan
dikembangkan antara lain :
1. Pengembangan distribusi pangan yang merata, harga stabil dan terjangkau
(aksesibilitas) dengan mendorong dan mendukung upaya peningkatan
daya beli dan mengurangi jumlah penduduk yang miskin;
2. Meningkatkan akses pangan melalui pengembangan sistem distribusi yang
efektif dan efisien;
3. Penanganan daerah rawan pangan yang terprogram melalui penumbuhan
dan pengembangan desa mandiri pangan;
4. Meningkatkan pemberdayaan kelembagaan ekonomi perdesaan dalam
rangka mengembangkan sistem distribusi pangan dan aksesibilitas pangan
serta upaya kewaspadaan pangan dan penanganan rawan pangan.
Misi 3 : Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis
pangan lokal serta  peningkatan mutu dan keamanan pangan, ditujukan
untuk mengembangkanpenganeka-ragaman konsumsi pangan yang beragam,
bergizi seimbang dan aman, dengan sasaran :
1. Meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan perkapita untuk
mencapai gizi seimbang dengan kecukupan energi minimal 2.000
kkal/hari dan protein sebesar 52 gram/hari dan cukup zat gizi mikro, serta
meningkatkan keragaman konsumsi pangan dengan skor Pola Pangan
Harapan (PPH) dengan skor 96 pada tahun 2017; dan
2. Meningkatkan keamanan, mutu dan higiene pangan yang dikonsumsi
masyarakat dengan menekan pelanggaran terhadap ketentuan keamanan
pangan sampai 90 persen tahun 2017.
Untuk mewujudkan sasaran tersebut akan ditempuh melalui strategi antara lain :
1. Pengembangan dan percepatan diversifikasi konsumsi pangan berbasis
pangan lokal melalui upaya pengolahan pangan berbahan-baku tepung
umbi-umbian lokal dan pengembangan aneka pangan lokal lainnya;

26
2. Pengembangan bisnis pangan untuk peningkatan nilai tambah ekonomi,
gizi dan mutu ketersediaan pangan yang beragam dan bergizi seimbang
melalui penguatan kerjasama pemerintah-masyarakat dan swasta;
3. Pengembangan metode sosialisasi dan promosi diversifikasi konsumsi
pangan dan gizi kepada kelompok masyarakat sejak usia dini melalui jalur
pendidikan formal dan non formal;
4. Mendorong masyarakat untuk percepatan pola konsumsi pangan berbasisi
sumberdaya lokal;
5. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang keamanan pangan pada
masyarakat;
6. Penguatan pengawasan dan pembinaan keamanan pangan dengan
melengkapi perangkat peraturan perundang-undangan di bidang mutu dan
keamanan pangan.
Strategi di atas dimplementasikan dengan dukungan kebijakan yang akan
dikembangkan antara lain :
1. Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis bahan baku
pangan lokal;
2. Mendorong, mengembangkan dan membangun, serta memfasilitasi peran
serta masyarakat dalam pemenuhan pangan sebagai implementasi
pemenuhan hak atas pangan;
3. Mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk pemenuhan
hak atas pangan dan gizi;
4. Meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pangan;
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keamanan pangan.
Misi 4 : Pemantapan dan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan dan
Sumberdaya Aparatur, serta Peningkatan Koordinasi dengan Stakeholders
dalam Perumusan Kebijakan dan Pengelolaan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan, ditujukan untuk meningkatkan koordinasi dan peran aparatur serta
masyarakat sehinggga mampu mewujudkan koordinasi dalam membangun
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, dengan sasaran yang ingin dicapai :
1. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan sumberdaya aparatur ketahanan
pangan dan penyuluhan di 8 Kabupaten/Kota; dan

27
2. Meningkatnya efektifitas koordinasi kebijakan ketahanan pangan melalui
Dewan Ketahanan Pangan.
Untuk mewujudkan sasaran tersebut akan ditempuh melalui strategi antara lain :
1. Pelaksanaan dan Penyempurnaan Organisasi dan Tata Kerja Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;
2. Meningkatkan SDM Aparatur Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;
3. Meningkatkan  Sarana dan Prasarana Kerja Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan;
4. Mengoptimalkan fungsi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi;
5. Meningkatkan Sistem Pengendalian Internal  dalam rangka monitoring dan
evaluasi, serta pemantapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam
rangka peningkatan pelayanan pada antar Stakeholders/masyarakat.
Strategi di atas dimplementasikan dengan dukungan kebijakan yang akan
dikembangkan antara lain :
1. Meningkatkan perencanaan, penganggaran dan kerjasama program secara
efektif dan efisien;
2. Meningkatkan kualitas monitoring dan evaluasi ketahanan pangan dan
penyuluhan;
3. Meningkatkan pengelolaan keuangan (akuntansi) dan rumah tangga
kantor;
4. Meningkatkan pengelolaan organisasi tatalaksana;
5. Meningkatkan peran dan tugas Dewan Ketahanan Pangan dalam
koordinasi ketahanan pangan;
6. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ketahanan pangan;
7. Meningkatkan kualitas pelayanan penyuluhan melalui pendampingan;
8. Meningkatkan kesejahteraan pegawai dengan penerapan reward dan
punishment.

3.7 Rencana Program dan Kegiatan


Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan
yang dilaksanakan oleh suatu organisasi sebagai upaya untuk

28
mengimplementasikan strategi dan kebijakan serta dalam rangka mencapai tujuan
dan sasaran suatu organisasi.
Pemerintah Provinsi Banten, sebagaimana dalam dokumen RPJMD 2012-
2017, menetapkan 3 (tiga) kebijakan umum yang dijabarkan pada 4 (empat)
program pembangunan daerah yang harus dilaksanakan oleh Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan, yaitu:
1. Kebijakan umum peningkatan ketersediaan, akses, kualitas, keragaman
dan keamanan pangan, melalui Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Masyarakat, dengan indikator kinerja program adalah (1) Tersedianya
cadangan pangan pemerintah provinsi sebanyak 200 ton beras pada tahun
2017; (2) Tersedianya cadangan pangan masyarakat dengan jumlah 807
ton setara Gabah Kering Giling pada tahun 2017; (3) Terbentuknya
lembaga yang mengelola cadangan pangan pemerintah provinsi (1
lembaga tahun 2017); (4) Berkembangnya lembaga cadangan pangan
masyarakat (82 lembaga tahun 2017); (5) Cakupan layanan fasilitasi
program bantuan raskin (100%); (6) Meningkatnya penganekaragaman
konsumsi pangan masyarakat, dengan pencapaian skor PPH 96 tahun
2017; dan (7) Tertanganinya daerah rawan pangan di Provinsi Banten (52
Kecamatan rawan pangan); serta (8) Cakupan layanan penyuluh pada
daerah sentra produksi (70% tahun 2017).
2. Kebijakan umum meningkatkan dan mengembangkan kualitas setiap unit
kerja dalam pelayanan publik untuk mewujudkan clean government and
good government, melalui 3 (tiga) program, yaitu : (1) Program
Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah, dengan indikator
kinerja program adalah : a) rasio ketersediaan dokumen perencanaan,
evaluasi dan pelaporan (100%), dan b) rasio ketersediaan dokumen
penatausahaan, pengendalian dan evaluasi laporan keuangan. (2) Program
Peningkatan Sarana, Prasarana Perkantoran dan Kapasitas Aparatur,
dengan indikator kinerja program adalah a) rasio penyediaan barang dan
jasa administrasi perkantoran serta pelayanan tatausaha kerumahtanggaan,
b) rasio penyelenggaraan rapat koordinasi dan konsultasi di dalam dan ke
luar daerah, c) rasio pembangunan, pengadaan, pemeliharaan dan

29
rehabilitasi prasarana dan sarana aparatur, dan 4) rasio pembinaan dan
peningkatan pelayanan, tata usaha dan administrasi kepegawaian.
3. Kebijakan umum meningkatkan kualitas data dan informasi pendukung
perencanaan daerah dan penyelenggaraan pemerintahan, melalui 1 (satu)
program yaitu Program Penyediaan Data Pembangunan Daerah, dengan
indikator kinerja program adalah ketersediaan data dan informasi
pembangunan.
Kegiatan adalah bagian dari program, dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumberdaya, baik yang berupa personil (SDM), barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau
kesemua jenis sumberdaya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan
keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mengimplementasikan program
pembangunan daerah tersebut adalah :
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat, pencapaian
indikator program akan dilaksanakan melalui kegiatan : (1) Kegiatan
Pengelolaan dan Penanganan Kerawanan Pangan; (2) Kegiatan
Pengelolaan dan Pengembangan Ketersediaan dan Akses Pangan; (3)
Kegiatan Pengelolaan dan Pengembangan Cadangan Pangan; (4) Kegiatan
Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Distribusi dan Harga Pangan; (5)
Kegiatan Pengendalian Program Bantuan Raskin; (6) Kegiatan
Pengelolaan, Pembinanaan dan Pengembangan Keamanan Pangan; (7)
Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Konsumsi dan
Penganekaragaman Pangan; (8) Kegiatan Fasilitasi Pembinaan dan
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan,
dan Kehutanan; (9) Kegiatan Fasilitasi Pembinaan dan Pengembangan
Kapasitas Sumberdaya dan Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan,
dan Kehutanan; dan (10) Kegiatan Fasilitasi Dewan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Banten.
2. Program Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah,
pencapaian indikator program di arahkan melalui kegiatan : (1) Kegiatan

30
Penyusunan Laporan Kinerja Keuangan dan Aset BKPP Banten; dan (2)
Kegiatan Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
3. Program Peningkatan Sarana, Prasarana Perkantoran dan Kapasitas
Aparatur, pencapaian indikator program di arahkan melalui kegiatan antara
lain : (1) Kegiatan Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran; (2) Kegiatan
Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Dalam dan Luar Daerah; (3)
Kegiatan Penyediaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Perkantoran;
dan (4) Kegiatan Peningkatan Capacity Building Aparatur BKPP Provinsi
Banten dan Pencitraan Kelembagaan.
4. Program Penyediaan Data Pembangunan Daerah, pencapaian indikator
program di arahkan melalui Kegiatan Pengelolaan dan Penyediaan Data
dan Informasi Pembangunan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.

31
BAB IV
PELAKSANAAN KKP

4
4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan KKP dilakukan di Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
terletak di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl. Syekh
Nawawi Al-Bantani-Palima Kota Serang 42127. KKP ini dilaksanakan mulai
tanggal 05 Januari 2016 sampai dengan 05 Februari 2016.

4.2 Program Kegiatan Harian


Penyusunan dan pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) dijadwalkan
berdasarkan tugas yang diberikan oleh pihak Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan khususnya di Bidang Penyuluhan. Kegiatan KKP meliputi :
 Pemahan Dasar Mengenai Programa Penyuluhan yang akan direncanakan
 Pembuatan Pendahualuan Tentang Programa
 Pendalaman Dalam Pembuatan Pendahuluan Programa Penyuluhan
 Penyusunan Awal Membuat Tentang Keadaan
 Penyusunan Keadaan Geografis
 Penyusunan Data Geografis Kabupaten Dan Kota
  Penyusunan Keadaan Topografi
 Penyusunan Data Topografi Kabupaten Dan Kota
 Penyusunan Pembagian Daerah Aliran Sungai
 Pengambilan Dan Penyusunan Data Penduduk Dan Kepadatan Penduduk
Tahun 2015
 Pengambilan Dan Penyusunan Data Produksi, Luas Panen Dan
Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2013-2014
 Pengambilan Dan Penyusunan Data Rata-Rata Tingkat Penerapan 10
Unsur Teknologi
 Penyususnan Data Keadaan Perikanan Budidaya
 Penyususnan Data Keadaan Perikanan Tangkap
 Penyususnan Data Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Kelautan Dan Perikanan

32
 Penyususnan Potensi Dan Keadaan Kehutanan

 Penyusunan Data Kelembagaan Penyuluhan Petani

 Penyusunan Data Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan

 Penyusunan Data Kelembagaan Pelaku Utama Kehutanan

 Penyusunan Data Ketenagaan Penyuluh

 Penyusunan Masalah Programa

 Penyusunan Tujuan Programa Dan Rapat Programa

 Penyelesaian Programa

33
BAB V
PEMBAHASAN

5
5.1 Potensi dan Produksi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Potensi penggunaan lahan di Provinsi Banten antara lain untuk pertanian
632.644 ha. Produksi komoditas tanaman pangan utama pada tahun 2015 seperti
padi, jagung dan kedelai mengalami kenaikan dibandingkan sebelumnya.
Produksi padi tahun 2013 sebanyak 1.865.893 ton dengan produktivitas
51,45ku/ha, pada tahun 2014 sebanyak 2.083.608 ton dengan produktivitas 52,92
ku/ha.

Potensi kelautan dan perikanan dapat digambarkan dalam beberapa sub


sektor meliputi : perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengawasan dan
pengendalian sumber daya kelautan dan perikanan, pembinaan usaha bidang
kelautan dan perikanan, serta pesisir dan pulau – pulau kecil. Perikanan budidaya
dikategorikan ke dalam perikanan sawah, tambak, kolam, keramba, kolam air
deras, jaring apung dan laut. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya ikan
pada tahun 2014 seluas 15.961,33 ha yang digunakan untuk budidaya rumput laut,
tambak, kolam dll.

Perikanan tangkap dikategorikan kedalam 2 (dua) kategori yakni: (1).


Perikanan laut, dan (2). Perairan umum. Produksi perikanan tangkap pada tahun
2011 yaitu 57.253 ton. Jumlah armada penangkapan di Laut yang ada di Provinsi
Banten sebanyak 6.621 buah dan jumlah alat tangkap sebanyak 9.408 unit. Jumlah
Nelayan tangkap di perikanan laut sebanyak 26.757 orang dan nelayan tangkap di
perairan umum sebanyak 648 orang. Jumlah unit pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan yang ada di Provinsi Banten berjumlah 1.217 Unit pengolah dan 18.594
unit pemasar. Jumlah dan jenis pengolahan hasil perikanan yang utama di
kabupaten kota yang ada di Provinsi Banten adalah pengalengan ada 1 unit,
pembekuan ada 11 unit, penggaraman/pengeringan ada 505 unit, pemindangan
ada 291 unit pengasapan/pemanggangan ada 12 unit, fermentasi ada 15 unit,

34
pereduksian ada 68 unit, pengolahan jelly/surimi ada 19 unit, penanganan segar
ada 93 unit dan pengolahan lainnya ada 202 unit.

Potensi Kehutanan 208.162 ha, yang terdiri dari hutan produksi 72.292 ha,
hutan lindung 9.471 ha, hutan rakyat 4.069 ha, taman nasional ujung kulon dan
balai konservasi sumber daya alam 126.357 ha, perkebunan rakyat 283.824 ha,
PT.PN 9.577 ha, dan PBS 6.018 ha.

5.2 Kelembagaan Penyuluhan


Jumlah kelompok tani sampai Tahun 2013 yang tercatat adalah 7.484
kelompok, sedangkan jumlah gabungan kelompoktani (Gapoktan) sebanyak 1.303
kelompok. Kelompok tani dan Gapoktan tersebut belum sepenuhnya berfungsi
secara optimal karena selama ini penumbuhannya masih berorientasi kepada
program/keproyekan. Pada tahun 2014 penumbuhan kelompok tani dan gapoktan
ini akan di galakan lagi secara partisipatif dengan bertumpu kepada aspirasi petani
sendiri sehingga dapat terbentuk secara rasa memiliki yang tinggi dan embrio
organisasi yang kuat. Adapun pengembangan kelompok tani dan gapoktan ini
akan di fokuskan kepada pemberdayaan organisasi ekonomi mandiri yang
berorientasi agribisnis.

Jumlah kelompok pembudidaya ikan (pokdakan), Kelompok Usaha


Bersama (KUB) Tangkap, Kelompok Pengolah dan Pemasar Perikanan
(Poklahsar) pada Bulan Desember tahun 2014 sebanyak 1.694 buah yang tersebar
di delapan kabupaten/kota yaitu Kota Serang 301 buah, Kabupaten Serang 232
buah, Kota Cilegon 15 buah, Kabupaten Pandeglang 550 buah, Kabupaten Lebak
335 buah, Kabupaten Tangerang 242 buah, Kota Tangerang 29 buah dan Kota
Tangerang Selatan 84 buah.

Jumlah kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) pada Bulan Desember


tahun 2014 sebanyak 1.110 pokdakan yang tersebar di delapan kabupaten/kota
yaitu Kota Serang 106 pokdakan, Kabupaten Serang 104 pokdakan, Kota Cilegon
10 pokdakan, Kabupaten Pandeglang 438 pokdakan, Kabupaten Lebak
214pokdakan, Kabupaten Tangerang 152 pokdakan, Kota Tangerang 20 pokdakan
dan Kota Tangerang Selatan 66 pokdakan. Jumlah Kelompok Usaha Bersama
(KUB) Tangkap pada tahun 2014 sebanyak 324 KUB yang tersebar di delapan

35
kabupaten/kota yaitu Kota Serang 88 KUB, Kabupaten Serang 47 KUB, Kota
Cilegon 5 KUB, Kabupaten Pandeglang 75 KUB, Kabupaten Lebak 56 KUB,
Kabupaten Tangerang 53 KUB. Jumlah Kelompok Pengolah dan Pemasar
(Poklahsar) pada tahun 2014 sebanyak 260 yang tersebar di delapan
kabupaten/kota yaitu Kota Serang 81 bh, Kabupaten Serang 11 bh, Kabupaten
Pandeglang 37 bh, Kabupaten Lebak 65 bh, Kabupaten Tangerang 32 bh, Kota
Tangerang Selatan 18 bh.

Kelembagaan kelompok tani hutan 924 tersebar di 3 Kabupaten yaitu,


Kabupaten Pandeglang 349, Kabupaten Lebak 303 dan Kabupaten Serang 272.

5.3 Ketenagaan Penyuluhan


Keragaan tenaga penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan dari tahun ke
tahun menunjukan penurunan yang sangat signifikan. Pada tahun 2013 jumlah
penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan tercatat sebanyak 836 orang dan
penyuluh swadaya 306 orang.

5.4 Permasalahan di Bidang Pertanian, Perikanan dan Kehutanan


Masalah yang menjadi prioritas dalam programa ini yaitu masalah yang
terkait dengan perilaku pelaku utama, pelaku usaha maupun petugas dalam upaya
mengembangkan usaha berbagai komoditas pertanian, perikanan dan kehutanan.
Dalam programa ini dijabarkan masalah setiap bidang baik teknis maupun non
teknis. Sektor pertanian terdiri dari tanaman pangan, hortikultur, peternakan serta
pengembangan sumberdaya dan kelembagaan. Sektor perikanan terdiri dari
masalah umum dan masalah khusus baik teknis perikanan budidaya, perikanan
tangkap, pengolahan dan pemasaran maupun non teknis. Sektor kehutanan terdiri
dari masalah umum dan masalah khusus baik teknis maupun non teknis.

Permasalahan di bidang pertanian mencakup : a). Keterbatasan pengetahuan


keterampilan bagi pelaku utama, pelaku usaha dan petugas pertanian dalam
teknologi produksi, pasca panen dan pengolahan hasil serta pemasaran hasil-hasil
pertanian, peternakan, dan perkebunan. b). Keterbatasan pengetahuan dan
keterampilan terhadap penggunaan alat mesin pertanian bagi pelaku utama, pelaku
usaha dan petugas pertanian. c). Masih rendahnya kemampuan kelompok tani
dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi: benih, pupuk, pengelolaan air,

36
pengendalian OPT, panen dan pasca panen serta penguasaan terhadap kalender
tanam (KATAM). d). Kelas kelompok petani masih didominasi oleh kelompok
pemula dan lanjut, sehingga pembinaan terhadap kelompok tani yang berorientasi
agribisnis yaitu kelompok tani yang bankable belum optimal. e). Masih rendahnya
sikap pelaku utama dan pelaku usaha terhadap penumbuhan dan pengembangan
kelembagaan ekonomi pertanian (KEP).

Permasalahan di bidang perikanan dikelompokkan menjadi masalah teknis


dan masalah non teknis. Masalah teknis terdiri dari masalah perikanan budidaya,
perikanan tangkap serta pengolahan dan pemasaran. Masalah non teknis terdiri
dari masalah di tingkat pelaku utama dan penyuluh. Masalah umum yang ada di
bidang perikanan budidaya yaitu : Masih rendahnya pengetahuan, sikap &
keterampilan (PSK) pelaku utama (PU/pembudidaya) tentang penerapan teknologi
perikanan budidaya sesuai standar CPIB, CBIB dan SNI. Sedangkan masalah
khususnya yaitu : a). Masih rendahnya psk PU dalam mengakses informasi
tentang teknologi perikanan (budidaya) sesuai anjuran. b). Masih rendahnya psk
PU tentang manajemen kelompok sesuai anjuran, c). Masih rendahnya psk PU
tentang administrasi kelompok sesuai anjuran, d). Masih rendahnya psk PU
tentang mengakses informasi lembaga keuangan & perbankan sesuai anjuran, e).
Masih rendahnya psk PU tentang mengakses informasi pasar sesuai anjuran, f).
Masih rendahnya psk penyuluh dalam membangun jejaring kemitraan, g).
Frekuensi penyuluh perikanan belum sesuai dengan kebutuhan PU, h). Masih
rendahnya PSK Pelaku Utama dan Penyuluh Perikanan dalam membangun
kemitraan, i). Masih rendahnya PSK Pelaku Utama dan Penyuluh Perikanan
tentang penyusunan programa perikanan.

Masalah umum yang ada di bidang perikanan tangkap yaitu : Belum


tercapainya target produksi perikanan tangkap. Masalah khususnya yaitu : a)
Masih kurangnya informasi tentang program informasi pembangunan perikanan
tingkat penyuluhan, b) Para Nelayan belum terampil mengoprasikan armada
tangkap >10GT, c) Masih lemahnya para nelayan melakukan jejaring bisnis
perikanan, d) Jumlah nelayan belum terampil mengakses lembaga permodalan, e)
Jumlah nelayan memanfaatkan fungsi kelompok perikanan masih rendah, f)
Frekuensi penyuluhan perikanan melaksanakan system partisipatif belum optimal.

37
Masalah umum yang ada di bidang pengolahan dan pemasaran yaitu :
Masih rendahnya mutu produk olahan hasil perikanan. Masalah khususnya yaitu :
a) Masih rendahnya PSK pelaku utama (PU) pengolah tentang penggunaan bahan
baku yang memenuhi standar mutu hasil perikanan (GMP/Good Manifacturing
Process & Hazzard Analysis Critical Control Point/HACCP), b) Masih rendahnya
PSK PU tentang penerapan sistem rantai dingin sesuai anjuran, c) Masih
rendahnya PSK PU tentang penerapan SSOP sesuai anjuran, d) Masih rendahnya
PSK PU tentang sanitasi dan higiene sarana pengolahan sesuai anjuran, e) Masih
rendahnya PSK PU dalam menerapkan packaging & labeling produk olahan
sesuai anjuran.
Permasalahan di bidang kehutanan yaitu : a) Masih banyaknya lahan kritis
yang perlu penanganan dari berbagai stake horder, b) Bibit tanaman kehutanan
yang berkualitas belum tersedia dalam jumlah yang memadai, c) Tingkat
partisipasi masyarakat dalam penanganan lahan kritis, pemanfaatan teknologi
tepat guna, pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan pemanfaatan
lahan di bawah tegakan masih rendah, d) Keterbatasan kapasitas dan kuantitas
penyuluh kehutanan dan PKSM dalam penyelenggaraan penyuluhan kehutanan, e)
Sarana dan prasarana penyelenggaraan penyuluhan kehutanan masih kurang.

38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Programa penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang


selanjutnya disebut Programa Penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun
secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan, dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman,
dan alat pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan penyuluhan. Secara
berjenjang untuk mengikuti prinsip sebuah perencanaan dari bawah (bottom up
planning) dan melibatkan secara aktif partisipasi masyarakat maka berjenjang
programa penyuluhan terdiri atas programa penyuluhan desa/ kelurahan atau unit
kerja lapangan, programa penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan
kabupaten/kota, programa penyuluhan provinsi, dan programa penyuluhan
nasional. Dalam pelaksanaannya programa penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan masih belum bisa terealisasikan dengan baik sesuai dengan susunan
rencana dan cara mencapai tujuan programa penyuluhan, karena adanya
keterlibatan dari tiga kementrian. Ketiga kementrian tersebut masih belum bisa
menyatukan visi dan misi beserta kepentingan dari masing-masing kementrian,
sehingga ketiga kementrian tersebut mempunyai kebijakan yang berbeda hal ini
sangat berdampak negatif pada penyusunan programa penyuluhan pertanian,
perikanan dan kehutanan dari mulai tim penyusun, pengawas sampai kepada
petani. Anggaran biaya programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
masih sulit untuk didapatkan karena masih banyak pihak yang
mempersulitkannya.

Programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan masih perlu


banyak perbaikan dari mulai kebijakan yang masih menyulitkan tim penyusun,
penyusunan programa pertanian, perikanan dan kehutanan harus sesuai dengan
kondisi di lapangan dan kemampuan para petani untuk menjalankan, serta
pengawasan dan pengawalan dalam pelaksanaan programa pertanian, perikanan
dan kehutanan harus lebih di tingkatkan sampai ke pada tingkat petani.

39
DAFTAR PUSTAKA

Triswiyana, Ira. 2013. Modul Penyusunan Programa Penyuluhan Perikanan.


https://iratriswiyana.wordpress.com/2013/05/01/modul-penyusunan-
programa-penyuluhan-perikanan/. [28 Februari 2016]

Fuadi, Firman. 2013. Penyusunan Programa Penyuluh Kehutanan.


https://penyuluhkehutanan.wordpress.com/2013/05/17/sekali-lagi-tentang-
penyusunan-programa-penyuluh-kehutanan-permenhut-p-41menhut-
ii2010/. [28 Februari 2016]

Razi, Fahrur. 2014. Pengertian Dan Tujuan Penyusunan Programa Penyuluhan


Kelautan Dan Perikanan .
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-
dan-tujuan-penyusunan.html. [28 Februari 2016]

Merauke, Silva. 2015. Substansi Programa Penyuluhan Kehutanan.


http://silvamerauke.blogspot.co.id/2015/03/substansi-programa-
penyuluhan-kehutanan.html. [28 Februari 2016]

Musa, Yenhartati. 2014. Penyusunan Programa Penyuluhan Perikanan.


http://cybex.pertanian.go.id/materilokalita/detail/8585. [28 Februari 2016]

40

Anda mungkin juga menyukai