Anda di halaman 1dari 13

HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

Dosen Pengampu : Riyani Pujiana M.Pd

Disusun Oleh :

1. Mochammad Sultan Ruby Tajri Arrizqi (20010410020)


2. Hendry Putra Kurniawan (20010410022)
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
A. Pengertian Hakikat..........................................................................................................................4
B. Pengertian Manusia.........................................................................................................................4
C. Tujuan Penciptaan Manusia.............................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................................11
Kesimpulan............................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................12
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulisan tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Penyusunan
tugas makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam dan topik yang dibahas adalah Hakekat manusia menurut Islam.
Penyusunan tugas ini dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami
materi tentang Hakekat manusia menurut Islam. Namun demikian, tentu saja dalam
penyusunan masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang tepat.
Dengan ini, memohon saran dan kritik yang konstruktif, sehingga penulis bisa menyempurnakan
hasil makalah yang telah dibuat.

Yogyakarta, 14 September 2020

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama dalam islam adalah membicarakan sesuatu
yang sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama
saja dengan berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk
Tuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘Manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Menurut pengertian ini manusia adalah
makhluk Tuhan yang diberi potensi akal, budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai
makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Dalam bahasa Arab ‘manusia’
ini bersepadan dengan kata – kata nas, basyar, insan, mar’u, ins dan lain – lain. Meskipun
bersinonim, namun kata kata tersebut memiliki perbedaan dalam hal makna spesifiknya.
Kata nas misalnya lebih merujuk pada makna manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan
kata basyar lebih menunjuk pada makna manusia sebagai makhluk biologis. Begitu juga
dengan kata kata lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hakikat dan manusia itu?
2. Apa saja tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia?
3. Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT?
4. Apa saja hakikat manusia itu?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia.
2. Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia
3. Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah
4. Untuk mengetahui apa saja hakikat manusia itu.
BAB II

PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

A. Pengertian Hakikat
Kata hakikat (Haqiqat)  merupakan kata benda yang berasal dari bahasa Arab yaitu
dari kata “Al-Haqq”, dalam bahasa indonesia menjadi kata pokok yaitu kata “hak“ yang
berarti milik (ke¬punyaan), kebenaran, atau yang benar-¬benar ada.
Sedangkan secara etimologi Hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau sumber dari
segala sesuatu.
Sedangkan secara etimologi, hakikat merupakan intisari atau kenyataan yang
sebenarnya dari sebuah benda atau situasi, ini di dasarkan dari penjelasan definisi hakikat
menurut KBBI. Berikut di bawah ini penjelasan definisi hakikat menurut KBBI.1
1) Hakekat berarti intisari atau dasar. Contoh : dia yg menanamkan “hakikat” ajaran
Islam di hatiku;
2) Hakekat berarti kenyataan yg sebenarnya (sesungguhnya). Contoh : pada “hakikat”nya
mereka orang baik-baik; syariat palu-memalu, pd -- nya adalah balas-membalas, pb
kebaikan harus dibalas dng kebaikan
Terakhir, dapat disimpulkan bahwa Hakikat adalah kalimat atau ungkapan yang digunakan
untuk menunjukkan mak¬na yang yang sebenar¬nya atau makna yang paling dasar dari
sesuatu seperti benda, kondisi atau pemikiran, Akan tetapi ada beberapa yang menjadi
ung¬kapan yang sudah sering digunakan dalam kondisi tertentu, sehingga menjadi
semacam konvensi, hakikat seperti disebut sebagai haki¬kat secara adat kebiasaan.

B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal
dari tanah.

1
KBBI,”Arti Kata Hakikat”( https://kbbi.web.id/hakikat, Diakses pada 27 September, 17.28)
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku
interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam
diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus
(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang
menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang
berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis
prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk
sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi
secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif
mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak
tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami,
dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa
basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata
basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau
lempung kering (al-hijr : 33 ; ar-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuun :
33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya).
Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai
makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah
makhluk yang menjadi dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti az-zumar : 27 walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi
manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada
semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang
tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Muhammad Daud Ali (1998) menyatakan pendapat yang bisa dikatakan mendukung
bantahan Munir Mursyi di atas, namun ia menyatakan bahwa manusia bisa menyamai
binatang apabila tidak memanfaatkan potensi-potensi yang diberikan Allah secara
maksimal terutama potensi pemikiran (akal), kalbu, jiwa, raga serta panca indra. Dalil al-
Qur’an yang diajukannya adalah surah alA’raf: “… mereka (manusia) punya hati tapi tidak
dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka punya mata tapi tidak
dipergunakan untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah), mereka mempunyai telinga tapi
tidak dipergunakan untuk (mendengar ayat-ayat Allah). Mereka itu sama dengan binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang yang lalai.” (QS:7:179).
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa manusia memang diciptakan Tuhan sebagai
makhluk terbaik dengan berbagai potensi yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya.
Namun apabila manusia tidak bisa mengembangkan potensinya tersebut bisa saja manusia
menjadi lebih rendah dari makhluk lain, seperti hewan misalnya.2

C. Tujuan Penciptaan Manusia


Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah.
Pengertian penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya
membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti
ketundukan manusia dalam hokum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi,
baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan
manusia. Oleh kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Allah tidak
membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual penyembahannya.
Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya

2
Siti Khasinah,”Hakekat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat”.Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA.Vol XIII N0. 2,
2013, hal. 298
sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta. Keseimbangan pada
kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah Allah
ciptakan.

D. Fungsi dan Peran Manusia


Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang
mempelopori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai
penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan
sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan
oleh Allah di antaranya adalah :
1. Belajar
2. Mengamalkan ilmu
3. Mengajarkan ilmu
4. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat manusia dan
hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada
masyarakat, pada Allah SWT.

E. Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT


a. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna yang esensial dari kata hamba adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, dalam al-
quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan
keluargamu dengan iman dari api neraka).
b. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus
dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah
tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta
pengolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang
memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk
mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat
kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di
muka bumi untuk kepentingan hidpnya.
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah.
Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk
amal saleh.

F. Hakikat Manusia
Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia.
Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam
a. Sebagai Hamba Allah
Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai
seorang hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara
menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai seorang
hamba, seorang manusia juga wajib menjalankan ibadah seperti shalat wajib, puasa
ramadhan (baca puasa ramadhan dan fadhilahnya), zakat (baca syarat penerima
zakat dan penerima zakat), haji (syarat wajib haji) dan melakukan ibadah lainnya
dengan penuh keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang disebutkan dalam ayat
berikut ini.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS:98:5).
b. Sebagai al- Nas
Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran
cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain
atau dalam masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan,
adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut :
“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada
keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta
satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An Nisa:1).
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu
disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al Hujurat :13).
c. Sebagai khalifah Allah
Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia
diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.(baca fungsi
alqur’an bagi umat manusia)
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).
Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung
jawabannya kelak di hari akhir.
d. Sebagai Bani Adam
Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi
kesalahpahaman bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang
disebutkan oleh Charles Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk
menghormati nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat. Dalam
Alqur’an Allah SWT berfirman :
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al araf
26-27).

e. Sebagai al- Insan


Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al
insan merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta
kemampuannya untuk berbicara dan melakukan hal lainnya. Sebagaimana disebutkan
dalam surat Al hud berikut ini :
“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami
cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al
Hud:9).
f. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar).
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia memiliki
raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan,
berkembang biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada
umumnya. Sama seperti makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat
manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami kematian, bedanya
manusia memiliki akal dan pikiran serta perbuatannya harus dapat
dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat
menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat
memenuhi tugas dan perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat utama
penciptaannya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna
manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam setiap
kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi individu yang
berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu
ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari
orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena manusia tidak
bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita harus saling
menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya ,
selain itu dalam hidup manusia juga terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1998
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta :
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Direktorat
Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung : Mizan,
1990
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta :
Rineka Cipta, 2004
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama
Islam Universitas Negeri Makassar.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan
Agama Islam Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai