Anda di halaman 1dari 18

Perbankan Indonesia

Pengertian Bank
Definisi Bank menurut UU No. 10/1998 tentang
Perbankan Pasal 1, yaitu

Bank adalah
Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Fungsi Bank
Menurut definisi tentang bank, maka fungsi bank dibagi menjadi tiga:
 Bank sebagai penerima uang
Dalam hal ini, bank menerima uang serta dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk
tabungan, deposito berjangka, atau giro (rekening koran). Dengan kata lain bank
melaksanakan operasi perkreditan secara ’pasif’ dengan menghimpun uang dari pihak
ketiga.
 Bank sebagai pemberi kredit
Dalam hal ini bank akan melempar dana ke masyarakat yang membutuhkan, baik untuk
pengembangan usaha atau konsumsi. Dana yang dilemparkan ke masyarakat diperoleh
dari modal sendiri, dana (simpanan) masyarakat, maupun melalui penciptaan uang bank.
Dengan kata lain bank melaksanakan operasi perkreditan secara ’aktif’.
 Bank sebagai pemberi jasa
Dalam hal ini bank melakukan pelayanan jasa secara luas, yang meliputi pelayanan
dalam mekanisme pembayaran (transfer of funds), dalam fasilitas pembiayaan
perdagangan luar negeri, penyimpanan barang-barang berharga, dan trust services
(contoh: bank berfungsi sebagai pengelola dana yang dikumpulkan pemerintah atau
perusahaan sehubungan dengan penerbitan dan penebusan saham-saham dan obligasi).

Pengelompokan Bank
Sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998, tentang Perbankan Bab III Pasal 5, Bank terdiri atas:
1. Bank Umum
 Adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam
hal pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan / atau bentuk lainnya yang
dapat dipersamakan dengan itu; dan dalam usahanya terutama memberikan kredit
jangka pendek.
 Bentuk hukum Bank Umum : Persero, Perusahaan Daerah, Koperasi, dan
Perseroan Terbatas.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


 Adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka,
tabungan, dan / atau bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu; dan
menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit. Pada prinsipnya kegiatan
usaha pokok BPR sama dengan Bank Umum, kecuali BPR tidak diperkenankan
untuk ikut serta dalam lalu lintas pembayaran (kegiatan kliring).

MP
 Bentuk hukum BPR : Perusahaan Daerah, Koperasi, Perseroan Terbatas, dan
bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Sumber Dana Bank

SUMBER DANA BANK


LIABILITY PRODUCT

LENDING  BANK  FUNDING  EQUITY
   MARGIN DEPOSIT
SERVICE  MONEY MARKET
 OFFSHORE LOAN
Secara garis besarnya, sumber dana bagi bank ada tiga (3), yaitu:
 Dana yang bersumber dari bank sendiri
Adalah modal (equity) yang disetor para pemegang saham dan cadangan-cadangan, serta
keuntungan bank yang belum dibagikan kepada para pemegang saham.
 Dana yang berasal dari masyarakat
Adalah dana yang berasal dari:
 Funding atau simpanan masyarakat dalam bentuk Tabungan, Deposito, atau Giro.
 Margin Deposit, adalah pendapatan dari jasa pelayanan yang diberikan oleh
Bank kepada masyarakat, misalnya pembukaan Letter Of Credit (L/C),
penyewaan Safe Deposit Box (SDB), dan lain-lain.
 Dana yang berasal dari Lembaga Keuangan lainnya
Adalah dana yang dipinjamkan oleh lembaga keuangan lain kepada bank, baik pinjaman
jangka pendek (berasal dari Money Market) maupun pinjaman jangka panjang (berasal
dari Off-shore Loan).

Penanaman Dana Bank


Dana yang telah terhimpun tersebut selanjutnya diputar kembali untuk ditanam atau dipergunakan
oleh masyarakat yang membutuhkan atau oleh bank sendiri sebagai suatu penanaman dana, baik
yang menghasilkan (earning assets) atau yang tidak menghasilkan (non earning assets).
Penanaman dana bisa dilakukan melalui :
 Pemberian pinjaman / kredit
 Pembelian surat-surat berharga earning assets
 Penyertaan

 Pembelian harta tetap dan inventaris non


 Penyediaan Likuiditas Minimum (cadangan primer) earning assets

Dalam memilih alternatif penanaman dana, bank akan memperhitungkan segi hasil (profit) dan
risiko.

Lembaga Penunjang Bank


1. Lembaga Penyelenggara Kliring
Kaitan lembaga penyelenggara kliring dengan dunia perbankan, lebih dititikberatkan
untuk memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral.

MP
Lembaga penyelenggara kliring adalah Bank Indonesia. Di tempat yang tidak terdapat
Bank Indonesia, penyelenggaraan kliring diserahkan kepada bank yang ditunjuk oleh
Bank Indonesia.
2. Pasar Uang Antar Bank (Interbank Call Money Market)
Kaitan pasar uang antar bank dengan dunia perbankan, lebih dititikberatkan untuk
memenuhi kebutuhan dana bank, misalnya:
 Untuk bank yang kekurangan dana, dana tersebut bisa digunakan sebagai dana
tambahan untuk:
 menutupi kekalahan kliring
 memelihara likuiditas minimum (reserve requirement)
 Untuk bank yang kelebihan dana, dana tersebut bisa digunakan untuk :
 memberikan pinjaman jangka pendek (earning assets) dalam rangka
mendapatkan rentabilitas yang optimal melalui peminjaman jangka
pendek.
3. Asuransi
Kaitan lembaga asuransi dengan dunia perbankan, lebih dititikberatkan untuk asuransi
jaminan kredit. Asuransi tersebut tergolong asuransi kerugian, contohnya:
 Asuransi kebakaran untuk jaminan kredit berbentuk bangunan
 Asuransi kendaraan bermotor
 Asuransi pengangkutan laut, untuk menjamin pengiriman barang
(kaitannya dengan L / C).
4. Leasing
Kaitan leasing dengan dunia perbankan, lebih dititikberatkan untuk membiayai perbankan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal, di mana pembayarannya dilakukan
berkala dan disertai hak pilih bagi perusahaan tersebut, untuk membeli barang-barang
modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai
sisa yang telah disepakati bersama.

Istilah – Istilah Umum Perbankan


1. Peleburan dan penggabungan usaha bank
 Peleburan Usaha (Merger)
Adalah suatu penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara mendirikan
bank baru dan melikuidasi bank-bank yang ada.

 Penggabungan Usaha (Akuisisi)


Adalah penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu bank dan melikuidasi bank-bank yang
ada.

Penggabungan bisa dilakukan dengan pembelian saham suatu bank oleh bank lain, atau
dengan mengadakan persetujuan penggabungan usaha antara dua bank atau lebih.

2. Instrumen pasar uang di Indonesia


 Surat Sanggup (Promissory Notes)
Adalah pernyataan kesanggupan bahwa peminjam akan membayar kembali
sejumlah dana (ditambah dengan bunga) kepada pemberi pinjaman pada tanggal
jatuh tempo transaksi.
 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan hutang jangka pendek. SBI digunakan oleh Bank

MP
Indonesia untuk menarik atau mengurangi jumlah uang yang beredar sesuai
dengan kebijakan Bank Indonesia.
 Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
Adalah surat berharga jangka pendek dalam rupiah yang dapat diperjualbelikan
di pasar uang. SBPU ini diterbitkan oleh bank-bank komersial.

Dasar – Dasar Operasional Bank


Kas dan Khazanah
1. Pengertian
a. Kas adalah uang kartal – baik uang kertas maupun logam – yang tersimpan
dalam khazanah bank.
b. Khazanah adalah ruangan khusus yang terdapat pada gedung bank yang
dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan segi-segi keamanan.
Khazanah digunakan sebagai ruangan untuk menyimpan uang tunai, uang kertas
asing, dan atau surat-surat berharga yang mengandung nilai uang.

2. Arus Uang Tunai


a. Arus Masuk
Adalah bertambahnya jumlah uang tunai pada kas bank yang bersumber dari:
 Penyetoran tunai di counter
 Pengambilan tunai dari Bank Indonesia
 Penyetoran tunai dari kantor – kantor cabang lain.
b. Arus Keluar
Adalah berkurangnya jumlah uang tunai pada kas bank yang disebabkan oleh:
 Penarikan tunai di counter
 Penyetoran tunai ke Bank Indonesia
 Penarikan tunai oleh kantor – kantor cabang lain.

3. Pengamanan Uang Tunai


Pengamanan uang tunai pada operasional bank dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Pengamanan terhadap khazanah, meliputi :
 Kunci pintu khazanah, terdiri dari:
 Kunci Kombinasi
 Anak Kunci
 Pemegang masing-masing kunci harus dua orang pejabat yang berbeda,
hal seperti ini disebut pengamanan ganda (Dual Custody).
 Selama jam kerja pintu jeruji khazanah harus dalam keadaan tertutup.
 Khazanah harus bebas dari barang-barang lain yang mudah terbakar.
 Tidak diperkenankan memasuki atau berada di ruang khazanah seorang
diri.
 Khazanah harus dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran, alarm
tanda bahaya dan lampu darurat.

b. Penutupan asuransi, meliputi


 Cash In Safe, adalah asuransi yang menjamin kerugian terhadap
kehilangan uang yang tersimpan dalam khazanah, mesin ATM, dan uang
yang terdapat di counter selama jam operasional dan non operasional
 Cash In Transit, adalah asuransi yang menjamin kerugian uang terhadap
perampokan atau perbuatan jahat lainnya, selama berada dalam perjalanan,
misalnya:
 dari / ke Bank Indonesia

MP
 dari / ke antar kantor cabang
 dari / ke lokasi mesin ATM

c. Pengamanan lainnya
 Rute perjalanan harus bervariasi.
 Jam perjalanan harus bervariasi dan tidak membentuk
suatu pola tertentu.
 Selama dalam perjalanan, sistem dual control harus
diperhatikan, uang diantar oleh minimal 2 orang, dikawal petugas polisi.
 Uang harus diletakkan di peti besi yang dikunci, di mana
kunci dipegang oleh petugas yang berbeda dengan yang menghitung uang.
 Apabila jumlah uang yang akan disetor atau diambil
melebihi dari maksimal pertanggungan asuransi ’Cash In Transit’, maka
harus dilakukan dalam beberapa perjalanan.
 Apabila beberapa perjalanan tersebut dilakukan dalam
waktu yang hampir berdekatan / bersamaan, maka kunci peti besi harus
saling ditukar.

Kurs
1. Pengertian
Kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.
Contoh :
1 USD = Rp. 9.300,-

1 USD berharga Rp. 9.300,-

2. Jenis Kurs
a. Kurs Transaksi (Counter Rate)
Kurs ini dipergunakan pada saat nasabah membeli / menjual valuta asing, terdiri
dari:
 Kurs jual / beli TT
 Kurs jual / beli B/N
 Kurs jual / beli TC

b. Kurs Pajak
Kurs ini dipergunakan untuk menghitung nilai rupiah dari pajak yang dipungut
atas transaksi valas (deposito valas, jasa giro valas, penyelesaian impor).
Kurs ini ditentukan oleh Menteri Keuangan dan dikeluarkan setiap 3 bulan sekali
yaitu periode bulan Januari s/d Maret, April s/d Juni, Juli s/d September dan
Oktober s/d Desember.

c. Kurs Jual / Beli Cabang Devisa


Kurs ini dipergunakan untuk transaksi membeli / menjual valas antara kantor
cabang dengan Kantor Pusat (KP). Kurs ini dikirim oleh KP setiap hari ke cabang
bersamaan dengan Kurs Transaksi (Counter Rate).

d. Kurs Tengah
Kurs ini dipergunakan untuk transaksi pemindahbukuan intern, untuk
menentukan nilai rupiah pada transaksi pembukuan valas. Kurs Tengah ini

MP
dikirim oleh KP setiap hari ke cabang bersamaan dengan Kurs Transaksi
(Counter Rate).
Kurs Tengah:
Kurs beli + Kurs jual
2

3. Penggunaan Kurs Pada Operasional Bank


a. Telegraphic Transfer (TT)
 Kurs transaksi jual TT
 Pada saat nasabah melakukan penempatan rekening valas (sumber dana
dalam mata uang yang berbeda), pada saat nasabah membeli valas untuk
outward remittance (OR) (sumber dana dalam mata uang yang berbeda),
pada saat bank menerbitkan bank draft.
 Kurs transaksi beli TT
 Pada saat nasabah mencairkan rekening valas (sumber dana mata uang
yang berbeda), pada saat nasabah mencairkan bank draft, pada saat
pencairan inward remittance (IR) dalam mata uang yang berbeda, pada
saat pencairan hasil outward clean collection.
b. Banknotes (B/N)
 Kurs transaksi jual B/N.
 Pada saat nasabah membeli B/N ke bank
 Kurs transaksi beli B/N.
 Pada saat nasabah menjual B/N ke bank
c. T/C
 Kurs transaksi jual T/C.
 Pada saat nasabah membeli T/C ke bank
 Kurs transaksi beli used T/C.
 Pada saat nasabah menjual T/C ke bank

Kliring
1. Latar Belakang Kliring
Latar belakang kliring, yaitu:
a. Setiap bank memiliki nasabah
b. Nasabah bank yang satu melakukan transaksi dengan nasabah
bank yang lain.
c. Transaksi antar nasabah dilakukan secara tidak tunai, yaitu
antara lain dilakukan dengan menggunakan:
 Cek
 Bilyet Giro
 Transfer
 Wesel

2. Mekanisme Kliring

MP
REKENING REKENING
BANK BANK

WARK WARK
PESERTA LEMBAGA KLIRING PESERTA
AT AT
KLIRING KLIRING
KLIRI KLIRI
NG NG
WILAYAH KLIRING / SISTEM
KLIRING
NASABA NASABAH
H
3. Kepesertaan Kliring
Kepesertaan dalam kliring dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Peserta langsung
Adalah kantor cabang yang terdaftar di lembaga kliring, biasanya Kantor Cabang
Utama (KCU).
b. Peserta tidak langsung
Adalah kantor cabang yang menginduk kepada peserta langsung, biasanya
Kantor Cabang Pembantu (KCP) dari KCU tersebut.

4. Lembaga Kliring
Biasanya yang menjadi lembaga kliring adalah Kantor Bank Indonesia di kota tersebut.
Jika tidak ada, maka Bank Indonesia dapat menunjuk bank pemerintah sebagai lembaga
kliring, misalnya di Serang BNI ditunjuk sebagai lembaga kliring.

5. Warkat Kliring
Jenis Nama Warkat Sifat / Pengaruh Terhadap Rekening Bank
Warkat
Debet 1. Ce 1. Menambah saldo bank
k yang menyerahkan
2. Bil 2. Mengurangi saldo bank
yet Giro (BG) yang menerima
3. No
ta Debet
Kredit 1. Lalu Lintas Giral 1. Mengurangi saldo bank yang
(LLG) menyerahkan
2. Nota Kredit 2. Menambah saldo bank yang
menerima

6. Istilah Dalam Kliring


a. Tolakan Kliring
Selembar warkat dapat ditolak bank penerima dengan alasan:
 dana tidak cukup
 tanda tangan tidak sama
 terdapat perubahan namun tidak diberi tanda tangan
 warkat kadaluarsa

MP
 rekening tutup
b. Tolakan di luar kliring
Adalah tolakan atas warkat-warkat kliring yang dikembalikan ke bank penarik
tanpa melalui proses kliring.
c. Cross Clearing
Cross clearing terjadi karena:
 Saldo rekening yang akan didebit dalam proses kliring berasal dari LLG
masuk pada saat bersamaan (kliring masuk).
Untuk memastikan menjaga kemungkinan cross clearing, petugas kliring
biasanya terlebih dahulu memproses pengkreditan LLG pada rekening sebelum
memproses pendebetan rekening giro.
d. Menang dan Kalah Kliring
 Menang Kliring
Sebuah bank dinyatakan menang kliring apabila:
DANA MASUK > DANA KELUAR
 Kalah Kliring
DANA MASUK < DANA KELUAR
Keterangan:
 Dana Masuk = total nominal warkat debet yang diserahkan + total
nominal warkat kredit yang diterima.
 Dana Keluar = total nominal warkat debet yang diterima + total nominal
warkat kredit yang diserahkan

Sejarah Perbankan Di Indonesia

Perkembangan Peran Bank Perkembangan Wilayahnya


1. Perdagangan Antar Kerajaan. Zaman Babylonia → Zaman Yunani Kuno
Bank sebagai tempat tukar menukar uang bagi → Zaman Romawi
para pedagang antar kerajaan.
2. Perdagangan Dunia. Eropa (Revolusi Industri)
Bank sebagai lembaga intermediasi, yaitu (Inggris, Perancis, Belanda, Spanyol,
menerima dana dari masyarakat dalam bentuk Portugis)
simpanan dan menyalurkan dana tersebut ke ↓
masyarakat yang membutuhkan kredit. Asia Barat
(Daerah jajahan Eropa)

Indonesia
(Daerah jajahan Hindia Belanda)

1746 Bank yang pertama kali lahir di Indonesia adalah De Bank Van Leening, bank
ini didirikan oleh VOC di Jawa.

1752 De Bank Van Leening berganti nama menjadi De Bank Courant En Bank Van
Leening, cikal bakal dari dunia perbankan pada masa selanjutnya. Jumlah bank
yang didirikan oleh Belanda di Indonesia semakin bertambah, salah satunya
adalah De Javasche Bank, di mana nantinya DJB inilah yang menjadi cikal

MP
bakal terbentuknya Bank Sentral di Indonesia.

24-01-1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Belanda sebagai Bank Komersil.

1949 Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, yang menetapkan
pertambahan peran De Javasche Bank yaitu sebagai Bank Sentral dan Bank
Komersil.


1-07-1953 De Javasche Bank dinasionalisasikan sebagai Bank Sentral dan berganti nama
dengan Bank Indonesia (UU Pokok Bank Indonesia No. 11 / 1953), namun BI
masih berperan ganda sebagai Bank Sentral dan Bank Komersil. Akibat peran
ganda tersebut terjadi perkembangan yang tidak sehat bagi perekonomian.

1955 PP No. 1 / 1955 mengatur mengenai:


1. ”Pengawasan Urusan Kredit”, yang merupakan cikal bakal semua
peraturan yang menyangkut dunia perbankan Indonesia.
2. Mengatur perbankan di Indonesia secara tegas, yaitu:
 Perbankan berperan penting dalam pembangunan ekonomi
Indonesia.
 Perbankan berwenang dalam menghimpun dana masyarakat.
 Perbankan dapat menyalurkan dana ke sektor-sektor usaha yang
membutuhkan.
 Perbankan berperan penting dalam menentukan tingkat suku
bunga.

1968 Penerbitan UU No. 13 / 1968, yang mengatur kedudukan Bank Indonesia murni
sebagai Bank Sentral (tidak lagi melakukan kegiatan komersil).

17-05-1999 Berdasarkan UU No. 23 / 1999, status dan kedudukan BI Independen dan bebas
dari campur tangan pemerintah.
Arti dari kedudukan Independen Bank Indonesia adalah:
1. Bank Indonesia tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara.
2. Bank Indonesia tidak sama dengan departemen.
3. Bank Indonesia berada di luar pemerintah.
4. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri kebijakan yang dikeluarkan
BI.

Bank Indonesia

MP
1 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
Undang-Undang No. 3 tahun 2004, Bank Indonesia mempunyai tujuan mencapai dan memelihara
kestabilan nilai Rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia memiliki tugas pokok,
yaitu:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
BI menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dengan menggunakan instrumen
moneter berupa:
 Operasi Pasar Terbuka
Operasi Pasar Terbuka dilaksanakan untuk mempengaruhi likuiditas rupiah di pasar uang,
yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat suku bunga. Operasi Pasar Terbuka
dilakukan melalui dua cara, yaitu:
 Penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
 Intervensi Rupiah
 Giro Wajib Minimum (GWM)
GWM merupakan sejumlah dana yang harus disimpan setiap bank di Bank Indonesia.
Besar GWM yang juga disebut Reserve Requirement (RR) diatur di dalam 7 / 29 / PBI /
2005 adalah sebesar 5% dari total dana pihak ketiga rata-rata mingguan periode 2 minggu
sebelumnya dengan tambahan % GWM Rupiah secara berjenjang sesuai dengan jumlah
DPK Rupiah dan LDR, sbb:
Giro Wajib Minimum; sesuai dengan jumlah DPK
 DPK > Rp. 1 Trilyun s/d Rp. 10 Trilyun wajib memelihara tambahan GWM
sebesar 1 % dari DPK.
 DPK > Rp. 10 Trilyun s/d Rp. 50 Trilyun wajib memelihara tambahan GWM
sebesar 2% dari DPK.
 DPK > Rp 50 Trilyun wajib memelihara tambahan GWM sebesar 3% dari DPK.
Giro Wajib Minimum; sesuai dengan LDR
 LDR > 90% tidak dikenakan tambahan GWM.
 75% < LDR < 90% wajib memelihara tambahan GWM sebesar 1% dari DPK.
 60% < LDR <75% wajib memelihara tambahan GWM sebesar 2% dari DPK.
 50% < LDR < 60% wajib memelihara tamabahan GWM sebesar 3% dari DPK.
 40% < LDR < 50% wajib memelihara tambahan GWM sebesar 4% dari DPK.
 LDR < 40% wajib memelihara tambahan GWM sebesar 5% dari DPK.

 Peran sebagai Lender Of The Last Resort


BI berfungsi sebagai Lender Of The Last Resort. Dalam melaksanakan fungsi ini, Bank
Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada
bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang disebabkan oleh terjadinya
mismatch dalam pengelolaan dana. Pinjaman tersebut berjangka waktu maksimal 90 hari,
dan bank penerima pinjaman wajib menyediakan agunan yang berkualitas tinggi serta
mudah dicairkan dengan nilai sekurang-kurangnya sama dengan jumlah pinjaman.
 Kebijakan Nilai Tukar
Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya
stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil
diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha.
 Cadangan Devisa
Cadangan devisa merupakan Posisi bersih aktiva luar negeri Pemerintah dan bank-bank
devisa yang harus di pelihara untuk keperluan transaksi internasional.
Dalam mengelola cadangan devisa yang optimal, Bank Indonesia menerapkan sistem
diversifikasi, baik berdasarkan jenis valuta asing maupun berdasarkan jenis investasi
surat berharga. Dengan cara ini diharapkan penurunan nilai dalam salah satu mata uang

MP
dapat dikompensasikan oleh jenis mata uang lainnya atau penempatan lain yang
mempunyai nilai yang lebih baik.
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk menerbitkan dan
mendistribusikan rupiah. Selain itu juga, BI bertanggung jawab terhadap sistem kliring untuk
pembayaran baik dalam rupiah maupun valuta asing.
BI mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran melalui BI RTGS dan Sistem
Kliring Nasional Bank Indonesia.
3. Mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.
Bank Indonesia membuat peraturan perbankan dan mengeluarkan ijin operasional bagi bank.
Selain itu BI juga:
 Menyetujui pembukaan atau penutupan kantor cabang bank
 Menyetujui kepemilikan dan manajemen bank
 Memberikan ijin untuk kegiatan tertentu bank

Bank Indonesia melakukan pengawasan bank-bank melalui pengawasan langsung secara ”on
– site” yaitu pengawasan ditempat / on – site presence (OSP). Selain itu Bank Indonesia juga
melakukan pengawasan secara ”off – site” melalui laporan-laporan bank yang disampaikan
bank kepada Biank Indonesia.

2. Status Dan Kedudukan Bank Indonesia


1. Sebagai Lembaga Negara yang Independen
Undang-undang No. 23 / 1999, yang berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 memberikan status
dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dan bebas dari campur tangan
Pemerintah ataupun pihak lainnya.
Sebagai suatu lembaga Negara yang independen, maka :
a. Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam
merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang tersebut.
b. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan
tugas Bank Indonesia
c. Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau
mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga.
Untuk lebih menjamin independensi tersebut, undang-undang ini telah memberikan
kedudukan khusus kepada Bank Indonesia dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia,
yaitu:
a. Sebagai lembaga Negara yang independen kedudukan
Bank Indonesia tidak sejajar dengan Lembaga Tinggi Negara.
b. Kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan
Departemen, karena kedudukan Bank Indonesia berada diluar Pemerintah
2. Sebagai Badan Hukum
a. Badan hukum publik
Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan
pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan
tugas dan wewenangnya.
b. Badan hukum perdata
Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar
pengadilan.

3. Visi Bank Indonesia

MP
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun
internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang
rendah dan stabil.

4. Misi Bank Indonesia


Mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan
pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang
berkesinambungan.

5. Dewan Gubernur Bank Indonesia


Gubernur 1. Satu (1) orang; sebagai Pemimpin.
2. Diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan
persetujuan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
3. Masa jabatan lima (5) tahun.
4. Masa jabatan yang sama dapat diperpanjang sebanyak -
banyaknya satu (1) kali masa jabatan berikutnya.
5. Tidak dapat diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila
mengundurkan diri, berhalangan tetap, atau melakukan
tindak pidana kejahatan.

Deputi Gubernur Senior 1. Satu (1) orang; sebagai Wakil Gubernur.
2. Diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan
persetujuan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
3. Masa jabatan lima (5) tahun.
4. Masa jabatan yang sama dapat diperpanjang sebanyak-
banyaknya 1 kali masa jabatan berikutnya.
5. Tidak dapat diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila
mengundurkan diri, berhalangan tetap, atau melakukan
tindak pidana kejahatan.

Deputi Gubernur 1. Empat (4) – tujuh (7) orang.
2. Deputi Gubernur diusulkan oleh Gubernur dan diangkat
oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
3. Masa jabatan lima (5) tahun.
4. Masa jabatan yang sama dapat diperpanjang sebanyak-
banyaknya satu (1) kali masa jabatan berikutnya.
5. Tidak dapat diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila
mengundurkan diri, berhalangan tetap, atau melakukan
tindak pidana kejahatan.
6. Peran Bank Indonesia
1. Peran Bank Indonesia Bagi Perbankan Di Indonesia

Peran Bank Indonesia sebagai bank sentral bagi perbankan di Indonesia, adalah sebagai berikut:
 Mengatur, mengkoordinir, mengawasi serta memberikan tindakan kepada dunia
perbankan.
 Mengurus dana yang dihimpun dari masyarakat agar disalurkan kembali ke
masyarakat benar-benar efektif penggunaannya sesuai dengan tujuan pembangunan.
 Mengatur dan mengawasi kegiatan perbankan secara keseluruhannya.
 Mencetak dan menyalurkan uang, terutama uang kartal (kertas dan logam).
 Mempunyai hak tunggal untuk menyalurkan uang kartal.

MP
 Mengendalikan jumlah uang yang beredar dan suku bunga dengan maksud untuk
menjaga kestabilan nilai rupiah.
 Pemegang kas pemerintah.

2. Peran Bank Indonesia Dalam Hubungan Dengan Dunia Internasional

Peran Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam hubungan keuangan dengan dunia
internasional adalah menerima pinjaman luar negeri.
Kebijakan mengenai pinjaman luar negeri ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.
7/1/PBI/2005, sebagai berikut:
 Pinjaman luar negeri merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
kemantapan neraca pembayaran dan kestabilan moneter.
 Penerimaan pinjaman luar negeri bank perlu dilakukan dengan memperhatikan
prinsip kehati-hatian, kepentingan perekonomian nasional dan upaya menjaga
kepercayaan dunia internasional.
 Ketentuan tentang pinjaman luar negeri perlu disesuaikan dengan perkembangan
perbankan dan perekonomian nasional.

Arsitektur Perbankan Indonesia (API)

1. Latar Belakang API


 API dikembangkan sebagai respon terhadap krisis ekonomi 1997 yang
memaparkan kelemahan industri perbankan, termasuk ketidakmampuannya
menahan guncangan, meski yang bersifat eksternal dari industri.
Disadari bahwa kurangnya fondasi yang kuat adalah tantangan baik bagi bank
maupun Bank Indonesia.

2. Definisi API
 Adalah kerangka kerja untuk perkembangan dan kesinambungan operasi sistem
perbankan Indonesia untuk 5 sampai 10 tahun ke depan.

3. Tujuan API
 Membuat sistem perbankan yang kuat dan efisien yang menciptakan financial
stability dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

4. Kategori Bank Menurut API


Kategori Bank Jumlah Modal
1. Bank Internasional > Rp. 50 Triliun
2. Bank Nasional > Rp. 10 Triliun – Rp. 50 Triliun
3. Bank Fokus Rp. 100 Milyar – Rp. 10 Triliun
4. Bank Usaha Terbatas < Rp. 100 Milyar

5. Tantangan API
Untuk memenuhi obyektifnya, API didesain untuk menjawab 8 tantangan yang dihadapi
sistem perbankan Indonesia, yaitu:
 Meningkatkan kapasitas lending bank
Besarnya lending bank harus meningkat signifikan untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan ekonomi.

MP
 Kelemahan struktural dalam sistem perbankan
Bahwa 11 bank besar mengontrol 75% dari aset perbankan Indonesia. Bank –
bank kecil memberi rentang produk yang sama dengan bank yang lebih besar
namun lebih lemah dalam manajemen risiko, kemampuan governance dan
operasionalnya.

 Kegagalan memenuhi kebutuhan publik


Bank-bank di Indonesia tidak memenuhi kebutuhan nasabahnya, terutama karena
angka kredit rendah dan suku bunga tinggi. Bank juga berjuang mengatasi
globalisasi dan kompleksitas sektor keuangan. Isu ini semakin penting ketika
nasabah menjadi semakin canggih dalam memahami produk dan meminta jasa
yang lebih banyak dan lebih canggih.

 Perlunya meningkatkan supervisi bank


Saat ini supervisi perbankan Indonesia belum memenuhi permintaan sistem
perbankan modern. Supervisi yang ada perlu dikembangkan karena:
 Beberapa regulasi belum sepenuhnya diterapkan
 Supervisi tidak dikoordinasikan dengan baik antar agensi
 Belum cukupnya supervisor yang berpengalaman
 Enforcement hukum dari supervisi belum efektif
Bank Indonesia bekerja untuk memperbaiki supervisi ketika menerapkan 25
Basel Core Principles untuk supervisi perbankan yang efektif. Ini termasuk
meningkatkan penggunaan teknologi dalam supervisi; namun, disadari pekerjaan
ini perlu berlanjut.

 Kelemahan dalam kemampuan industri perbankan


Beberapa bank besar memiliki kemampuan kuat. Namun, dibandingkan praktek
terbaik internasional, kebanyakan bank kekurangan good corporate governance
dan core banking Skull. Peningkatan diperlukan dalam kemampuan bank untuk
mengelola risiko operacional, terutama kemampuan untuk mengelola kontrol
internal dan patuh dengan prinsip kehati-hatian.

 Profitabilitas bank dan efisiensi operasi yang tidak sustainable


Profitabilitas dan tingkat efisiensi operasi bank secara umum berdasar pada
kinerja yang tidak bisa bertahan. Ini karena:
 Kelemahan dalam struktur aset
 Margin lebih rendah karena tren penurunan suku bunga
 Kebanyakan revenue diperoleh dari aktivitas trading, yang sensitif
terhadap fluktuasi suku bunga
 Nilai rendah per transaksi yang menyebabkan biaya operasi tinggi.
 Kurangnya proteksi nasabah
Bank Indonesia dan publik umum perlu bekerja sama untuk:
 Meningkatkan perlindungan nasabah
 Mengembangkan standar yang jelas
 Meningkatkan kualitas informasi produk yang dikeluarkan bank.
Secara umum nasabah juga kurang pengetahuan yang memadai tentang risiko
dan keuntungan dari menggunakan produk dan jasa bank.

 Kemajuan teknologi

MP
Perkembangan terbaru pada teknologi perbankan belum sepenuhnya digunakan
oleh kebanyakan bank di Indonesia, menyebabkan kelemahan dalam industri
yang semakin global.
Peningkatan teknologi telah menimbulkan perkembangan jenis produk finansial
yang baru dan lebih kompleks, menyebabkan kenaikan risiko bank.
Akibatnya, bank perlu meningkatkan penggunaan teknologi ini untuk
menerapkan teknik manajemen risiko baru dan meningkatkan efisiensi
operasionalnya.

6. Penerapan API
 Latar belakang pembentukan bank jangkar
Sesuai dengan latar belakang API, jumlah bank akan dikurangi oleh BI secara
perlahan dengan membentuk bank-bank jangkar (Anchor Bank).
 Definisi bank jangkar
Adalah bank-bank dengan skala menengah sampai besar yang kini berada dalam
kondisi sangat sehat dan memiliki kemampuan sumber daya yang memadai untuk
menggali potensi pasar secara ekspansif dan masih dalam batas kehati-hatian.
Selain itu harus merupakan perusahaan terbuka atau berencana untuk segera go
public dan mampu menjadi konsolidator.

 Kriteria Bank Jangkar


a. Kriteria Kuantitatif
 Total aset misalnya minimal 50 Triliun
 Total Dana Pihak Ketiga misalnya minimal Rp. 50 Triliun
 Total kredit yang diberikan misalnya minimal Rp. 50 Triliun
 Basis nasabah misalnya 5 juta nasabah
 Jaringan domestik yang luas misalnya 300 outlet
 Bank koresponden yang luas di dalam dan di luar negeri misalnya 500
bank koresponden.

b. Kriteria Kualitatif
 Pemilik mempunyai komitmen dan visi yang jelas terhadap
pengelolaan bank
 Jumlah customer base dengan produk yang beragam
 Infrastruktur teknologi informasi memadai dan jumlah cabang tersebar
di 8 kota besar
 Kemampuan manajemen dan sumber daya manusia, meliputi:
 Pengelolaan bank harus berdasarkan Good Corporate
Governance
 Risiko manajemen yang memadai : risiko pasar, risiko
operasional.

Perkembangan Terakhir Perbankan

1. Good Corporate Governance


1. Pengertian GCG
 Adalah suatu set hubungan antara dewan komisaris, dewan direksi, pemegang
saham, dan stakeholder suatu perusahaan.
Struktur GCG di bank memiliki banyak variasi tergantung kebiasaan lokal dan
batasan khusus serta sejarah perkembangan tiap bank.

MP
2. Pihak-Pihak Utama Dalam GCG
 Pemegang saham
 Dewan Komisaris
 Dewan Direksi

3. Pemangku Kepentingan Lainnya Dalam GCG


 Karyawan
 Pemasok
 Pelanggan
 Bank
 Kreditor
 Regulator
 Lingkungan
 Masyarakat

4. Prinsip GCG
Bank Indonesia telah mengembangkan prinsip GCG sejalan dengan praktek terbaik dan
sesuai dengan delapan prinsip Basel, yaitu:
 Board member harus qualified untuk posisinya, mengerti perannya dalam
corporate governance, dan mampu melakukan judgment secara kuat tentang hal-
hal berhubungan dengan bank (bank affairs)
 Board harus menyetujui dan mengawasi tujuan strategis bank dan nilainya yang
dikomunikasikan ke seluruh bank
 Board harus membuat dan menegakkan lini tanggung jawab dan akuntabilitas
yang jelas pada seluruh organisasi
 Board harus memastikan adanya pengawasan yang memadai oleh manajemen
senior sejalan dengan kebijakan board
 Board dan manajemen senior harus menggunakan hasil kerja fungsi internal
audit, external audit, dan internal kontrol secara efektif
 Board harus memastikan bahwa kebijakan dan praktek kompensasi konsisten
dengan kultur korporat, tujuan dan strategi jangka panjang, dan lingkungan
kontrol
 Bank harus dikelola secara transparan
 Board dan manajemen senior harus memahami struktur operasional bank, meski
ia beroperasi dalam yuridiksi, atau melalui struktur, yang menghambat
transparansi, (yaitu “ know your – structure”).

5. Cakupan GCG
Regulasi Bank Indonesia mengharuskan bank menerapkan proses GCG yang meliputi
paling tidak:
 Implementasi tanggung jawab dari dewan komisaris dan dewan direksi
 Aktivitas komite utama dan fungsi internal audit bank
 Kinerja departemen kepatuhan, internal auditor dan external auditor
 Praktek manajemen risiko bank, termasuk sistem pengendalian internal
 Pinjaman ke seseorang yang memiliki kontrol langsung atau tidak langsung ke
bank dan eksposure kredit besar
 Rencana strategis bank
 Paparan informasi kualitatif dan kuantitatif finansial dan non finansial .

6. Persyaratan Untuk Penerapan GCG

MP
Pada awal 2006, BI menerbitkan PBI No. 8/4/PBI/2006, “Good Corporate Governance
Implementation by Commercial Banks” berisi persyaratan untuk penerapan corporate
governance, yaitu:
 Transparent – bank harus terbuka memaparkan informasi relevan dan proses
pembuatan keputusannya
 Accountable – bank harus menerapkan kebijakan dan prosedur untuk
memastikan bahwa manajemen senior akuntabel ke stakeholders
 Responsible – manajemen bank harus bertindak sesuai hukum, regulasi dan
prinsip manajemen bank yang baik
 Independent – manajemen bank harus bertindak secara profesional tanpa
pengaruh / tekanan dari pihak manapun
 Fair – bank harus bertindak memenuhi hak stakeholders sesuai dengan
perjanjian, hukum atau regulasi .

2. Know Your Customer (KYC)


1. Latar Belakang KYC
 Bank perlu mengenal dengan baik siapa saja yang menjadi nasabahnya,
sehingga diharapkan bank dapat melakukan proses pemasaran yang lebih baik.
 KYC merupakan salah satu bentuk penerapan prinsip kehati-hatian yang
wajib dijalankan untuk meminimalkan risiko
Risiko – risiko yang dihadapi berkaitan dengan pencucian uang antara lain:
a. Risiko Kredit
b. Risiko Pasar
c. Risiko Operasional
d. Risiko Likuiditas
e. Risiko Hukum
f. Risiko Kepatuhan
g. Risiko Reputasi
h. Risiko Lainnya

2. Definisi KYC
KYC menurut PBI No. 5/21/PBI/2003 adalah prinsip yang diterapkan Bank untuk :
 Mengetahui identitas nasabah (termasuk profil nasabah),
 Memantau kegiatan transaksi yang dilakukan nasabah, serta
 Melaporkan transaksi keuangan yang mencurigakan (suspicious transactions).

3. Manajemen Risiko
1. Latar belakang Manajemen Risiko
 Bank berada pada bisnis risiko
 Situasi lingkungan yang berkembang pesat
 Keharusan mengikuti regulasi Bank Indonesia
 Kompetisi menjadi bank papan atas.

2. Definisi Manajemen Risiko


 Definisi Manajemen risiko yang dikutip dari Peraturan Bank Indonesia PBI no:
5/8/PBI/2003:
Manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang
timbul dari kegiatan usaha bank.
3. Ruang Lingkup Manajemen Risiko

MP
Bank Indonesia telah mengidentifikasi 4 aspek pokok Manajemen Risiko yang sekaligus
merupakan cakupan dari manajemen risiko, yaitu:
 Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi
 Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit
 Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko
serta sistem informasi manajemen risiko
 Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

MP

Anda mungkin juga menyukai