Diversifikasi Produk Tepung Pati Garut Maranta Aru
Diversifikasi Produk Tepung Pati Garut Maranta Aru
Abstrak
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan terhadap tingginya ketergantungan impor
terigu, salah satunya adalah mengembangkan tepung umbi-umbian yang ada di wilayah Nusantara.
Diantara umbi potensial adalah garut terutama tepung pati garut. Tujuan penelitian ini adalah diversifikasi
tepung pati garut menjadi produk sohun. Umbi garut dibuat tepung pati garut, selanjutnya dibuat sohun.
Parameter sohun yang dibuat diuji meliputi penentukan rasio pati dan air untuk gelatinisasi, penentuan rasio
pati tergelatinasi dengan pati kering, penentuan cara gelatinasi serta pengujian total cooking loss dan uji
sensoris terhadap sohun yang dihasilkan.Pengembangan produk tepung pati garut menjadi sohun
menunjukkan bahwa proses pembuatan sohun dengan bahan utama tepung pati garut memerlukan rasio
pati dengan air adalah 1:8, rasio pati yang digunakan gelatinasi dan pati kering 1: 11 serta proses
pemasakan dengan pengukusan. Sohun yang diproduksi dari tepung pati garut meskipun berbeda dengan
sohun komersial namun miliki rasa yang diterima konsumen dan total cooking loss (6,4249 %) yang
memenuhi persyaratan sohun. Tepung pati garut potensial untuk diversifikasi pangan menjadi produk sohun.
Abstract
Many efforts have been made to overcome the problem of the high dependence of wheat imports, one of
them is to develop tuber flours in Indonesia. Among the potential tuber are Garut (Maranta arundinaceae,
Linn.) especially Garut starch. The purpose of this research was to diversify corn starch into vermicelli
product. Garut tuber was made to be garut starch, then was made to be vermicelli. The vermicelli parameters
that were tested included the determination of starch and water ratio for gelatinization, the gelatinized starch
with the dry starch ratio, gelatination determination and the total cooking loss test and the sensory test on the
vermicelli produced. The development of Garut starch product into vermicelli showed that the process of
making vermicelli with the Garut starch as main ingredient required the ratio of starch to water was 1: 8, the
ratio of gelatinized starch and dry starch was 1: 11 and the cooking process by steaming. Vermicelli which
was produced from Garut starch flour, although different from commercial vermicelli, but has a sense which
can acceptance by consumen and total cooking loss (6.4249%) that suitable with the requirements of
vermicelli. Garut starch flour was potential for food diversification into vermicelli product.
dengan pati kering, penentuan cara gelatinasi beberapa variasi. Variasi tersebut meliputi Gel-
serta pengujian total cooking loss dan uji 1 (Rasio pati garut : air = 1:7), Gel-2 ((Rasio
sensoris terhadap sohun yang dihasilkan. pati garut : air = 1:8) dan Gel-3 (Rasio pati
garut : air = 1:9). Parameter yang digunakan
2. METODOLOGI PENELITIAN untuk menentukan rasio adalah
Bahan kepekatan/keenceran adonan dan waktu
menjendal (terjadi gelatinisasi) saat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
dipanaskan. Penjendalan ditentukan secara
penelitian ini terdiri dari bahan untuk
visual dengan terjadinya perubahan warna dan
pembuatan sohun dan pengujiannya.Bahan-
kepekatan adonan. Setelah diperoleh rasio
bahan tersebut terdiri dari tepung pati garut
yang tepat, dilanjutkan tahap selanjutnya untuk
yang dibeli dari produsen pati garut di
memperoleh proporsi yang tepat antara tepung
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo,
pati untuk gelatinasi awal dengan tepung pati
air, tepung beras, kertas minyak, dan lain-lain.
garut kering yang ditambahkan untuk
Peralatan
membentuk adonan.
Peralatan-peralatan yang digunakan Penentuan rasio tepung untuk gelatinisasi
untuk pembuatan dan pengujian sohun antara dan tepung kering/mentah
lain mesin pembuat pasta (Shule pasta
Penentuan rasio tepung pati untuk
machine) panci, bak perendaman, rak-rak
gelatinasi awal dengan tepung pati kering
penjemur sohun, dan lain-lain.
ditujukan untuk memperoleh sifat adonan pati
Jalannya penelitian yang sesuai sehingga pencetakan dan
pemasakan sohun tidak mengalami hambatan
Pembuatan sohun dalam penelitian ini dengan demikian mutu akhir sohun menjadi
mengadopsi cara yang dilakukan oleh Roisah seperti yang diharapkan. Setelah rasio tepung
(2009) dan tergambar seperti tampak pada pati garut dan air untuk proses
Gambar 1. Gambar 1 tersebut juga gelatinisasidiperoleh rasio yang tepat,
menunjukkan bahwa penelitian ini dilakukan dilanjutkan orientasi untuk memperoleh
dalam beberapa tahap, meliputi (1) Penentuan proporsi yang tepat antara pati tergelatinasi
rasio tepung pati garut dan air untuk proses dengan penambahan tepung pati garut kering
gelatinisasi, (2) Penentuan rasio tepung untuk meliputi beberapa variasi yaitu GP.1 = (1:9),
gelatinisasi dan tepung kering/mentah GP.2 = (1:10), GP.3= (1:11) dan GP.4 = (1:12).
(3)Pemilihanproses pemasakan antara Parameter yang digunakan untuk menentukan
perebusan dan pengukusan terhadap helai rasio yang tepat adalah sifat adonan (lengket,
adonanpasca pencetakan. (4) Pengujian Total kalis, dan sangat kalis) dan kemudahan adonan
Cooking Loss sohun pati garut serta (5). Uji untuk dicetak.. Pengamatan dilakukan secara
Sensoris visual dan subyektif.Setelah diperoleh adonan
yang berbentuk bola, yang lunak dan tidak
Penentuan rasio tepung pati garut dan air
lengketadonan (kalis) dilanjutkan dengan
untuk proses gelatinisasi
orientasi proses pemasakan meliputi perebusan
Penentuan rasio tepung pati garut dan atau pengukusan.
air untuk proses gelatinisasi ditujukan untuk Pemilihan proses pemasakan antara
menentukan rasio tepung pati garut dan air perebusan dan pengukusan terhadap helai
yang tepat sehingga proses gelatinisasi dalam adonan pasca pencetakan.
awal pembuatan sohun telah terbentuk.. Rasio
Pemilihan proses pemasakan helai
air dan pati garut untuk mendapatkan pati
adonan pasca pencetakan ditujukan untuk
tergelatinasi yang tepat diilakukan dengan
55
Agrisaintifika
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Vol. 1, No. 1, 2017
Hartati & Putro, 2017
memilih proses pemasakan yang tepat menggunakan persamaan berikut (DM = rasio
sehingga diperoleh helai sohun mirip tali dan bahan kering dalam sampel awal)
teruraidan tidak lengket. Setelah diperoleh bola
adonan pati yang lunak dan tidak lengk et di Total cooking loss (TCL;%) = (5 x DM –
tangan (adonan kalis) selanjutnya adonan W2) x 100/ (5 x DM)
diekstrusi menggunakan ektruder. Setelah lolos
dari ekstruder adonan dibagi 2 bagian, bagian Uji Sensoris
satu masuk ke panci perebusan pada air
Uji sensoris dilakukan menggunakan uji
mendidih, dan satu bagian masuk pada panci
pembedaan duo-trio dengan jumlah panelis
pengukus yang juga airnya telah mendidih.
agak terlatih 20 orang. Sebagai pembanding
Masing-masing mengalami perebusan atau
(kontrol) adalah sohun yang beredar di pasaran
pengukusan selama 5 menit. Pengamatan
dengan merk Pandawa yang diproduksi di Desa
dilakukan setelah helai adonan keluar dari
Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten
masing-masing proses pemasakan. Proses
Klaten dengan bahan baku pati aren. Panelis
pemasakan yang menghasilkan helai adonan
diminta memberikan tanda angka 1 untuk
sohun yang mirip tali dan terurai serta tidak
sampel yang berbedadengan kontrol (K) dan
lengket yang dipilih. Setelah diperoleh proses
angka 0 untuk yang samadengan kontrol (K).
yang sesuai dilakukan produksi sohun dengan
Jumlah panelis yang merespon dibandingkan
cara proses terpilih. Sohun diuji meliputi
dengan Tabel Duo-trio untuk memperoleh
cooking loss, daya regang serta uji sensoris.
jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata
sampel yang diuji.
Pengujian Total Cooking Loss sohun pati
garut
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Total Cooking Loss terhadap
sohun yang dibuat menggunakan prosedur Pengembangan produk tepung pati
analisa Total Cooking Loss menurut Mestres et garut yang potensial salah satunya adalah
al, 1998 dalam Haryadi, 2014. Air (150 ml) dengan dibuat menjadi produk sohun karena
dipanaskan di bawah reflux dalam gelas beker dalam pembuatan sohun kebutuhan bahan
250 ml. Saat air mendidih, dimasukkan sohun 5 dasar pati adalah dominan.Sohun merupakan
g yang telah dipotong-potong sepanjang 2 cm. produk berbentuk benang atau pita pipih seperti
Lama pemasakan optimum ditentukan dengan mi terigu, tetapi dibuat dari pati (Haryadi, 2014).
pengujian penekanan menggunakan sepasang Cara-cara pembuatan sohun dari berbagai pati
plat kaca. Pemasakan dilanjutkan selama 1 sangat beragam di beberapa wilayah dengan
menit setelah lama pemasakan tingkat penerapan teknologi yang beragam,
optimum.Sampel selanjutnya ditiriskan selama untuk menghasilkan bentuk-bentuk dan ukuran
5 menit dan segera ditimbang (W1, g).Produk yang beragam, yaitu meliputi bentuk-benrtuk
matang selanjutnya dikenai pengeringan benang lembut, benang besar, pita atau
pendahuluan dalam oven IR dan dikeringkan lembaran.
dalam oven pada suhu 130 ºC, sampai tercapai
Proses Pembuatan sohun tepung pati
berat konstan (W2, g).Air perebus disentrifus
garut yang dilakukan dalam penelitian ini
(7500 x g) selama 10 menit. Selanjutnya, kadar
mengacu pada proses pembuatan sohun dari
bahan kering dalam endapan dan supernatan
tepung pati ganyong seperti yang dilakukan
(W3, g dan W4, g) ditentukan dengan cara
oleh Roisah (2009). Untuk mengetahui apakah
menguapkan air endapan dan supernatan.
proses pembuatan sohun dari tepung pati
Total cooking loss meliputi bahan padat dan
ganyong sesuai untuk tepung pati garut,
bahan terlarut yang hilang, yang dihitung
56
Agrisaintifika
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Vol. 1, No. 1, 2017
Hartati & Putro, 2017
diperlukan beberapa orientasi dengan tujuan 50 % dalam penelitian ini tampak seperti pada
(1) mendapatkan rasio tepung pati garut dan air Tabel 2 (Lampiran).
untuk proses gelatinisasi (2) mendapatkan rasio
Tabel 2 memperlihatkan bahwa rasio
tepung untuk gelatinisasi dan tepung kering
terpilih antara tepung untuk gelatinisasi dan
serta (3) mendapatkan proses pemasakan yang
tepung kering adalah 1:11 untuk membentuk
tepat.
adonan yang siap cetak. Haryadi (2014)
Penentuan rasio tepung pati garut dan air menyatakan bahwa beberapa laporan tentang
untuk proses gelatinisasi. bahan yang berbeda bervariasi dalam proporsi
antara pati mentah : pati tergelatinasi, 1:1 s.d
Penentuan rasio tepung pati garut dan
1:3 (b/b) dan kadar air antara 45-60%. Rasio
air untuk proses gelatinisasi dalam proses
yang lebih rendah atau lebih tinggi dari pati
pembuatan sohun sangat penting dilakukan.
tergelatinasi menghasilkan slurry yang terlalu
Hasil penelitian seperti tersaji dalam Tabel 1
kering atau terlalu lunak untuk diekstrusi.
(Lampiran) memperlihatkan bahwa rasio untuk
proses gelatinisasi yang paling sesuai adalah
Pemilihan proses pemasakan antara
tepung pati garut : air = 1:8.
perebusan dan pengukusan terhadap helai
Kadar air akhir memiliki pengaruh yang adonan pasca pencetakan
sangat nyata pada sifat-sifat fisik sohun. Kadar
air dalam adonan pati juga menunjukkan jumlah Setelah diperoleh bola adonan pati yang
total pati, sehingga berpengaruh pada mutu lunak dan yag tidak lengket di tangan (adonan
akhir sohun (Haryadi, 2014). kalis) selanjutnya adonan diekstrusi
menggunakan ektruder. Setelah lolos dari
Setelah diperoleh rasio yang tepat,
ekstruder adonan dibagi 2 bagian, bagian satu
dilanjutkan orientasi untuk memperoleh
masuk ke panci perebusan pada air mendidih,
proporsi yang tepat antara pati tergelatinasi
dan satu bagian masuk pada panci pengukus
dengan penambahan tepung pati garut kering
yang juga airnya telah mendidih. Masing-
meliputi beberapa variasi yaitu GP1, GP2, GP3
masing mengalami perebusan atau
dan GP4. Setelah diperoleh adonan yang kalis
pengukusan selama 5 menit. Proses gelatinasi
dilanjutkan dengan orientasi proses pemasakan
penuh dapat dilakukan baik dengan perebusan
meliputi perebusan atau pengukusan. Setelah
maupun pengukusan (Haryadi, 2014). Hasil
diperoleh proses yang sesuai dilakukan
sohun sebagaimana tampak pada Tabel 3
produksi sohun dengan cara proses terpilih.
(Lampiran).
Sohun diuji meliputi cooking loss dan uji
sensoris. Tabel 3 menunjukkan bahwa dalam
pembuatan sohun dari tepung pati garut proses
Penentuan rasio tepung untuk gelatinisasi pemasakan yang sesuai adalah dengan
dan tepung kering/mentah pengukusan. Pengukusan merupakan proses
Penentuan rasio tepung untuk pemberian panas pada suatu bahan dengan
gelatinisasi dan tepung pati kering penting memanfaatkan uap air panas. Dalam proses
dilakukan untuk memperoleh sifat adonan pati pengukusan ini mengakibatkan pada
yang sesuai sehingga pencetakan dan tergelatinasinya pati garut namun tidak
pemasakan sohun tidak mengalami hambatan mematahkan helai-helai sohun yang tercetak.
dengan demikian mutu akhir sohun menjadi Sementara ada proses perebusan karena
seperti yang diharapkan. Rasio tepung untuk terjadi perendaman dengan air panas maka
keperluan gelatinisasi dengan tepung kering mengalami kesulitan saat pengambilan kembali
sehingga kadar air adonan pati menjadi sekitar
57
Agrisaintifika
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Vol. 1, No. 1, 2017
Hartati & Putro, 2017
58
Agrisaintifika
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Vol. 1, No. 1, 2017
Hartati & Putro, 2017
Tabel 1. Rasio tepung pati garut dan air untuk proses gelatinisasi
59
Agrisaintifika
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Vol. 1, No. 1, 2017
Hartati & Putro, 2017
Gelatinisasi
(suhu 61-75ºC Pencampuran (±5 menit)
Rasio terpilih
Pencetakan (ekstrusi)
(kadar air ± 55%)
Perebusan Pengukusan
Pengeringan (50-60ºC)
60
Agrisaintifika
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Vol. 1, No. 1, 2017
Hartati & Putro, 2017
Gambar 2. Total cooking loss sohun pati garut dibandingkan sohun komersial (pati aren)
Tabel 4. Hasil uji sensoris dengan metode duo-trio sohun dari tepung pati garut
Atribut yang dinilai Jumlah panelis Jumlah panelis merespon
merespon sama dengan control
beda dengan kontrol
Warna 17 3
/kenampakan
tekstur 18 2
rasa 18 2
Kesukaan (overall) 8 12
61
Agrisaintifika
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Vol. 1, No. 1, 2017
Hartati & Putro, 2017
Kurniawan, A., Estiasih, T., Nur Ida Panca Sukarminah E, Mohamad Djali dan Omadi,
Nugrahini, N. I. P.,Mie Dari Umbi 2002. Pengaruh Imbangan Pati Garut
Garut (Maranta arundinacea L.): (Maranta Arundinaceae, Linn) dengan
Kajian Pustaka Noodles from Tepung Kacang Hijau terhadap
arrowroot (Maranta arundinacea L.): A Karakteristik Cookies. Abstrak.
Review. Jurnal Pangan dan Seminar Nasional PATPI, Malang.Hal.
Agroindustri Vol. 3 (3):847-854. 143.
Lii, C. Y., dan Chang, S.M., 1990. Suryani Lilis,C., 2001. Karakterisasi
Characterization of Red Bean Amilografi Pati Ganyong Putih, Ubi
(Phaseolus Radiatus var. Aurea) Jalar dan Garut serta Sifat-sifat Fisik
Starch and Its Noodle Quality. Journal Sohun yang Dihasilkan. Himpunan
of Food Science. 46: 78-81. Makalah Seminar Nasional Teknologi
Pangan. PATPI Semarang.
Noor, E., 2008. Hidrolisis Pati Garut Secara
Enzimatis untuk Pembentukan Siklo Whistler R L, James N Bemiller and Eugene
dekstrin. Jurnal lmu Pertanian F Paschall, 1984.Starch :Chemistry
Indonesia, Vol.13 (2) : 90-94. and Technology. Academic Press Inc.
Harcourt Brace Jovanovich, Publisher
Putro, S, Hartati S, Musabbikhah, 2007. Orlando-San Diego-New York.
Inventarisasi Kreativitas dan Inovasi
Masyarakat Kabupaten Sukoharjo Widaningrum, Widowati, S., Soewarno T.
Soekarto, 2001, Garut Pengganti
62
Agrisaintifika
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Vol. 1, No. 1, 2017
Hartati & Putro, 2017
Gandum dan Beras, Berkhasiat Obat, Wijayanti, Y.R., 2007. Substitusi Tepung
Departemen Kesehatan Gizi. Gandum (Triticum Aestivum)
denganTepung Garut (Maranta
Widowati S, B A S Santosa dan Arundinaceae L) pada Pembuatan
Widaningrum, 2002. Studi Roti Tawar. Skripsi. Jurusan
Pengolahan Mie dengan Subtitusi Teknologi Pangan Dan Hasil
Tepung Garut dan Kedelai. Prosiding Pertanian, Fakultas Teknologi
Seminar Nasional PATPI, Malang. Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Hal. 117. Yogyakarta.
63