Anda di halaman 1dari 16

AYAT-AYAT TENTANG KEBAIKAN DAN KEJAHATAN

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah Tafsir Tarbawi
pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar

Oleh
MASDIANA
NIM. 20100115009
RAHMANIA
NIM. 201001150
MIFTAHUL JANNAH
NIM. 201001150
ANDI AFHAM MAPPA
NIM. 201001150

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR

1
Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur adalah ungkapan yang sepatutnya kita haturkan

kepada Allah swt. yang telah menganugerahkan nikmat kekuatan, kesehatan,

kesempatan dan kebesaran jiwa kepada kita semua. Salawat serta salam semoga

dilimpahkan kepada Rasulullah saw. karena atas limpahan rahmat-Nyalah

sehingga tugas makalah yang berjudul “Ayat-Ayat tentang Kebaikan dan

Kejahatan” ini dapat terselesaikan. Terima kasih kepada dosen yang telah

membimbing kita untuk membuat makalah ini.

Dengan adanya makalah ini, penulis berharap agar makalah ini lebih

mempermudah kita belajar tentang “Ayat-Ayat tentang Kebaikan dan Kejahatan”.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi para

pembaca dan masyarakat pada umumnya.

Samata, April 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 2-11
A. Penjelasan Ayat-Ayat tentang Kebaikan dan Kejahatan....... 2
B. Tafsiran Ayta-Ayat tentang Kebaikan dan Kejahatan........... 4
C. Hubungan Ayat-Ayat tentang Kebaikan dan Kejahatan....... 11
BAB III PENUTUP................................................................................. 12
A. Kesimpulan............................................................................ 12
B. Saran...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan kitab suci yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW. Al-Quran merupakan pegangan hidup umat manusia,
karena Al-Quran mengandung segala sumber hukum, ilmu penetahuan, serta
berisi tentang tata cara kehidupan kita dalam keseharian.
Tafsir Al-Quran adalah penjelasan tentang maksud firman-firman Allah
sesuai kemampuan manusia. Kemampuan itu bertingkat-tingkat, sehingga apa
yang dicerna atau diperoleh oleh seorang penafsir ari Al-Quran bertingkat-tingkat
pula. Tujuan dari tafsir itu sendiri adalah memahami ayat-ayat Al-Quran serta
maknanya, hukum-hukumnya, hikmah-hikmahnya, akhlak-akhlaknya serta
petunjuk-petunjuknya untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Faidah kita mempelajarinya adalah memelihara diri dari kesalahan dalam
memahami Al-Quran. Sementara maksud mempelajari tafsir adalah mengetahui
petunjuk-petunjuk Al-Quran, hukum-hukum dengan cara yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan ayat-ayat tentang kebaikan dan kejahatan?
2. Bagaimana tafsiran ayat-ayat tentang kebaikan dan kejahatan?
3. Bagaiman hubungan ayat-ayat tentang kebaikan dan kejahatan dengan
pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penjelasan ayat-ayat tentang kebaikan dan kejahatan
2. Untuk mengetahui tafsir ayat-ayat tentang kebaikan dan kejahatan
3. Untuk mengetahui hubungan ayat-ayat tentang kebaikan dan kejahatan
dengan pendidikan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penjelasan Ayat-Ayat tentang Kebaikan dan Kejahatan


1. Surah Al-An’am Ayat 22
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Dhahak
dari Ibnu Abbasmenceritakan bahwa ketika ayat ke-18 dari surat al-Mujaadilah
yang menegaskan tentang kehidupan di hari kiamat nanti diturunkan, orang-orang
munafik tidak bisa menerima kabar tersebut. Sehubungan dengan itu Allah
menurunkan ayat ke-22 – 25 sebagai ketegasan tentang keadaan mereka. Mereka
akan menerima akibat dari kedustaan mereka terhadap diri sendiri, yaitu
menganggap al-Quran hanya sebagai dongengan belaka.

22. dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka
semuanya[464] kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik: "Di
manakah sembahan-sembahan kamu yang dulu kamu katakan (sekutu-sekutu)
kami?".
2. Surah An-Nisa Ayat 79
Orang-orang munafik apabila dalam bertanam, mencari rezeki, berdagang
dan dalam berkeluarga baik dari sisi sanak, kerabat maupun anak-anaknya
mendapat kebaikan, maka mereka mengatakan bahwa semua itu datang dari Allah
SWT. Sebaliknya, kalau mereka mendapat musibah, baik dalam mencari rezeki
maupun dalam keluarga selalu menyalah-nyalahkan Rasulullah SAW.
Muhammad sebagai penyebab datangnya musibah.
Hal itu mereka lakukan karena dalam lahiriyahnya mereka cinta dan
tunduk kepada Rasulullah SAW. Tetapi dalam batinnya sangat benci terhadap
ajaran yang dibawa Rasulullah SAW. Sehubungan dengan itu Allah menurunkan

5
ayat ke-78 dan ke-79 dari surah an-Nisa sebagai ketegasan, bahwa semua itu
datang dari Allah. Musibah datang bukan karena mengikuti ajaran Muhammad,
dan bukan pula Muhammad penyebabnya. Tetapi atas kehendak Allah SWT,
dimaksudkan sebagai ujian bagi mereka. (HR. Abu Aliyah dari Suddi).

79. apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana
yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu
menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.
3. Surah Hud Ayat 114
Imam Tarmidzi dan lain-lainnya telah meriwayatkan sebuah hadits melalui
Abu Yusr yang telah menceritakan, aku kedatangan seorang wanita yang mau
membuli buah korma. Lalu aku katakan kepadanya, bahwa di dalam rumah
terdapat buah-buah korma yang lebih baik daripada yang di luar. Kemudian
wanita itu masuk kedalam rumah bersamaku, dan (sesampainya di dalam rumah)
aku peluk dia dan kuciumi. Setelah peristiwa itu aku menghadap kepada
Rasulullah dan menceritakan semua kisah yang kualami itu kepadanya. Maka
Nabi saw bersabda: “ Apakah engkau berani berbuat khianat seperti itu terhadap
istri seorang mujahid yang sedang berjuang di jalan Allah ?”.selanjutnya
Rasulullah menundukkan kepalanya dalam waktu yang cukup lama hingga Allah
menurunkan ayat ke 114 dari surah Hud.

6
114. Dan laksanakanlah salat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan
pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus
kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat
Allah.

B. Tafsiran Ayat-Ayat tentang Kebaikan dan Kejahatan


1. Surah Al-An’am 6:22

Wa yauma nakh-syuruhum jamii’an tsumma naquulu lil la-dziina asy-


ruku aina syurakaa-ukumul la-dziina kuntum taz’umuun = dan
(ingatlah) pada hari Kami mengumpulkan mereka, Kami bertanya kepada orang-
orang musyrik yang mempersekutukan Allah: “manakah orang-orang yang akan
menjadi penolongmu, yang selain Allah yang kamu dakwakan?”

Sebutkan, wahai Rasul, kepada mereka tentang hari, yang Kami


mengumpulkan mereka dari berbagi derajat. Tidak ada jarak antara satu agama
dengan agama yang lain, semua memandang kufur itu satu. Katakana juga kepada
mereka yang mempersekutukan Allah: “mana penolong-
penolongmu(sesembahanmu selain Allah)? Mereka tidak terlihat disni beserta
kamu (Qs. Al an’am: 94). Pertanyaan ini semata untuk menegur mereka.

7
Dalam tafsir al misbah ayat ini ditafsirkan:

Kalaupun di dunia ini mereka belum meraskan akibat penganiayaan itu,


maka suatu ketika mereka pasti akan menyesal, yakni pada hari kiamat nanti.
Karena ituDan ingatlah, kebohongan mereka terhadap Allah dalam kehidupan
dunia ini, ingatlah pada hari yang di waktu ituKami menghimpun mereka
semua secara paksa dan dalam keadaan hina dina, baik Ahl al-Kitab, maupun
kaummusyrikin serta apa yang mereka persekutukan dengan Allah, seperti
berhala-berhala kemudian Kami melalui para malaikat berkata kepada orang-
orang musyrikyang mempersekutukan Allah dengan sesuatu, baik berhala,
manusia, maupun cahaya atau gelap, bahkan sembahan apa saja: Dimanakah
sembahan-sembahan kamu yang dahulu kamu kira dan akui secara lisan dalam
pengalaman sebagai sekutu-sekutu Kami? Mintalah kepada mereka agar
membantu dan menyelamatkan kamu dari siksa yang sedang akan kamu hadapi.
Sungguh aneh sikap mereka ketika itu lagi jauh dari yang dapat dibayangkan,
sebagaimana dipahami dari kata kemudian.Betapa tidak aneh, pada hari
terbukanya segala tabir dan tersingkapnya segala kebohongan. Hal ini
dikarenakan ketika itu pikiran mereka demikian kacau sehinggahtiadalah fitnah
mereka, yakni jawaban dan ucapan ngawur yang tidak berdasar dari
mereka, kecuali mengatakan: Demi Allah, Tuhan kami, demikian mereka
bersumpah mengakui-Nya sebagai Tuhan dan demikian juga mereka berbohong
dengan berkata kami tidak pernah mempersekutukan Allah. Bukankah ketika di
dunia mereka mempersekutukan-Nya?

Ayat ini juga dapat dihubungkan dengan ayat yang lalu dengan
menjadikan ayat diatas sebagai jawaban dari satu pertanyaan yang timbul dalam
benak siapa yang mendengar ayat yang lalu yang menyatakan bahwa tidak akan
berbahagia orang-orang yang zhalim. Seakan-akan ada yang bertanya:
“bagaimana mereka tidak akan bahagia?” pertanyaan ini dijawab, itu disebabkan
karena kelak di hari Kemudian Allah akan menggiring mereka ke Padang
Mahsyar dan meminta pertanggungjawaban atas dosa-dosa mereka, khususnya
menyangkut persekutuan terhadap Allah.

8
Seperti terbaca diatas kata jami’an/ semuamencakup penyembah dan
yang disembah selain Allah. Itu sebabnya lanjutan ayat menyatakan kemudian
Kami berkata kepada orang-orang musyrik, bukan menyatakan Kami berkata
kepada mereka.Dihimpunnya yang disembah dan penyembah ditegaskan pula
oleh (Qs. Ash-Shaffat[37]: 22): (Kepada malaikat diperintahkan):
“kumpulkanlah orang-orang yang zhalim beserta teman sejawat mereka dan
sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah.”

Dihimpunnya sembahan-sembahan mereka itu, untuk leboh


menampakkan kehinaan dan kerendahan serta ketidakberdayaan mereka, dan
untuk membuktikan bahwa walau sembahan-sembahan itu hadir dihadapan
mereka, namun mereka sedikitpun tidak dapat membantu, bahkan mereka akan
berlepas diri dari apa yang dilakukan sembahan-sembahan itu demikian juga para
penyembahnya. Dalam ayat lain dikemukakan bahwa Nabi Isa as. pun dihimpun
bersama ummatnya (Qs. Al-Maidah [5]: 116) bahkan setan pun diperlakukan
demikian.

Kata  tsumma/ kemudian pada firman-Nya:Kemudian Kami berkata


kepada orang-orang musyriuntuk mengisyaratkan jarak waktu penantian yang
cukup lama antara keberadaan orang-orang musyrik dan sebahan mereka
di padang Mahsyar, dengan perkataan/ pertanyaan yang diajukan kepada mereka.
Jarak waktu penantian itu, menjadikan mereka lebih gelisah, sekaligus
menunjukkan betapa mereka tidak diperhatikan bahkan diabaikan begitu lama,
untuk lebih menghina dan melecehkan mereka.

Kata aina/ di mana, digunakan untuk menanyakan tempat sesuatu,


sebagaimana digunakan juga untuk menanyakan sesuatu walau tidak memiliki
tempat, tetapi diharapkan apa yang ditanyakan itu menjadi perhatian atau
dikerjakan. Seperti pertanyaan ‘Umar Ibn al-Khatthab ra. kepada seorang pria
yang bermaksud menceraikan istrinya: “dimanakah amanah perkawinan yang
engkau terima?” atau pertanyaan seorang pengembala ketika diminta oleh ‘Umar

9
ra. agar menjual kambing milik tuannya, karena ketika itu pemilik kambing tidak
ada; ketika itu sang pengembala berkata: “dan dimanakah Allah?”

Sebagaimana dikatakan di atas, sembahan-sembahan mereka ikut


dikumpulkan di Padang Mahsyar. Jika demikian, pertanyaan tentang di mana pada
ayat ini,bukanlah pertanyaan tempat keberadaan mereka, tetapi peran mereka
dalam membantu penyembahnya. Pertanyaan itu dimaksudkan sebagai kecaman
dan ejekan karena ketika itu sungguh jelas ketidakmampuan yang disembah
menolong siapa yang pernah menyembahnya.

2. Surah AN-Nisa 4:79

79. apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana
yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu
menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.
- Maa a-shaabaka min hasanatin faminallaahi wa maa a-shaabaka
min sayyi-atin famin nafsika =apapun kebaikan yang terjadi pada dirimu adalah
dari Allah. Adapun kejahatan yang terjadi atas dirimu adalah dari
(kesalahan) kamu.

Maksud dari ayat ini adalah, tiap-tiap kebajikan yang kita peroleh
merupakan keutamaan dari Allah dan limpahan karunia-Nya. Allahlah yang
memudahkan bagimu untuk mendapatkan banyak kemanfaatan. Dengan taufik-
Nya, kita bisa menempuh jalan menuju keselamatan dan kebahagiaan. Sebaliknya,
semua keburukan yang menimpa kita adalah dari kita sendiri, karena kita tidak
mau menempuh jalan yang dikehendaki akal dan hikmah atau menurut sunnah-
sunnah Allah.

10
Mereka menuduh bahwa penyakit yang menimpa mereka disebabkan
oleh Muhammad. Padahal, penyakit-penyakit keturunan adalah disebabkan oleh
mereka sendiri.

Disini ada dua hal yang harus diperhatikan:

1. Segala sesuatu datang dari sisi Allah. Maksudnya Allahlah yang


menjadikan (menciptakan) segala yang ada, baik yang terlihat maupun yang
ghaib. Allah pula yang menciptakan aturan-aturan dan sunnah-sunnah (hukum
objektif) agar kita mencapai sesuatu yang diinginkan dengan usaha kita sendiri.
Segala sesuatu dalam pandangan ini, dianggap baik karena merupakan kenyataan
atas keindahan ciptaan Allah.
2. Manusia tidak terjerumus ke dalam sesuatu yang tidak menyenangkan,
melainkan karena kecerobohan mereka sendiri dalam mengetahui sebab-sebab dan
hukum-hukum alam. Oleh karena itu, keburukan disandarkan kepada manusia
sebagai penyebabnya. Sakit, misalnya adalah sesuatu yang tidak
menyenangkanmanusia. Terjadinya sakit karena kelalaian manusia dalam
menjalankan aturan-aturan makan, minum, bekerja, dan sebagainya.

Kadangkala sesuatu disandarkan kepada Allah. Allahlah yang


menciptakan sesuatu itu, walaupun di dalam sesuatu itu, juga terdapat hasil usaha
manusia, baik dalam kebajikan ataupun keburukan. Dengan pandangan ini, pada
diri manusia tertanam rasa optimistis kepada Allah, selain berhati-hati untuk
menhindari terjadinya sesuatu keburukan.

Beginilah yang berlaku di antara manusia, dua hal ini di kuatkan dengan
nash-nash Al-Quran da as-Sunnah. Dengan pengertian inilah dikatakan, segala
kebaikan yang kita peroleh merupakan keutamaan Allah semata, dan segala
keburukan berasal dari manusia sendiri. Masing-masing pendapat itu ada
tempatnya.

- Wa arsalnaaka lin naasi rasuulaa = kami telah utus engkau menjadi
rasul kepada manusia.

11
Tafsir ayat ini yaitu, Hai Muhammad, engkau adalah seorang rasul, yang
bertugas menyampaikan wahyu Ilahi. Engkau tidak campur tangan dalam hal-hal
yang menimpa manusia. Mereka menuduh bahwa bencana-bencana yang terjadi
itu disebabkan oleh kemalanganmu. Itu adalah tuduhan yang tidak berdasarkan
akal sehat ataupun dalil Kitab, tetapi sebagai tuduhan kahufarat yang dibuat-buat.

- Wa kafaa billahi syahiidaa =  dan cukup Allahlah yang menjadi saksi.

Allah sendiri cukup menjadi saksi bagiu mereka. Maksudnya, Allah


menjelaskan bahwa Muhammad itu di utus kepada umat manusia sebagai pemberi
kabar (ajaran) yang menggembirakan bagi orang yang beriman dan kabar
menakutkan bagi orang yang kufur. Bukan sebagai pengbah hukum-hukum alam
atau menggantinya.
3.Surah Hud 114

114. Dan laksanakanlah salat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan
pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus
kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat
Allah.
- wa aqimish shalaata tharafayin nahaari wa zulafam minal laili
= dirikanlah sembahyang pada dua tepi siang dan pada permulaan malam.
Tunaikanlah sembahyang dengan sebaik-baiknya dan sesempurna-
sempurnanya, yakni sempyrna rukunnya, sempurna syarat, dan sempurnahaiahnya
(cara-caranya), pada awal siang dan akhirnya, serta pada beberapa malam yang
masuk kedalam siang dan beberapa jam siang yang masuk ke dalam malam.

12
Pembatasan waktu ini melengkapi semua waktu sembahyang,
sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat Kami yang lain. Petang, adalah waktu
antara zhuhur dan magrib, yaitu sembahyang ashar. Sembahyang magrib adalah
‘isya yang pertama dan ‘atamah adalah isya yang kedua, yaitu merah telah hilang.
Yang dimaksud dengan matahari tergelincir adalah mulai tergelincirnya
mtahari sampai ke permulaan malam. Masuk ke dalamnya, selain sembahyang
zhuhur adalah sembahyang ashar, magrib, dan isya. Yamg dimaksud
dengan quraanal fajri  adalah sembahyang subuh yang disaksikan oleh para
malikat.
Dikhususkan penyebutan sembahyang disini karena sembahyang
merupakan seni ibadat untuk menyuburkan iman dan menolong mereka dari
segala amalan yang lain.
- Innal hasanaati yudz-hibnas sayyi-aati =sesungguhnya segala
kebaikan itu menghlangkan kejahatan (kemaksiatan)
Semua perbuatan kebajikan akan menutup dosa-dosa kejahatan
(kemasiatan), sebab kebajikan mengheningkan jiwa dan memperbaikinya, serta
menghapuskan pengaruh pekerjaan yang keji dan merusak jiwa.
Yang dimaksud dengan “kebaikan-kebaikan” adalah amal saleh yang
bersifat umum. Sedangkan yang dimaksud dengan “kejahatan-kejahatan” disni
adalah dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar hanya ditutupi dengan bertaubat
kepada Allah.
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa seorang laki-laki mencium
seorang perempuan, lalu datang kepada Nabi mengajukan masalah itu. Seolah dia
bermaksud bertanya, apakah yang menjadi kaffarat bagi dosanya itu. Maka
turunlah ayat ini dan dirikanlah sembahyang pada dua tepi siang. Orang itu
berkata: “Apakah itu hanya untuk diriku saja?” jawab Nabi: “ untuk semua orang
yang mengamalkannya dari ummatku”.
Hadist ini memberikan pengertian bahwa dosa yang tidak ditentukan had
(hukum) untuknya, dikaffaratkan oleh amal saleh. Adapun marhalah-marhalah
tobat yang benar adalah:
1. Mengetahui bencana dosa yang sudah kita kerjakan

13
2. Menyesali diri karena telah berdosa
3. Menguatkan kemampuan untuk tidak berbuat dosa itu lagi, dan
4. Mengerjakan amalan yang saleh, yang menyucikan jiwa.

C. Hubungan Ayat-Ayat tentang Kebaikan dan kejahatan dengan


Pendidikan
Perlu adanya kerjasama yang baik dan seerat mungkin antara kegiatan
dakwah dengan pendidikan. Harus mendorong masyarakat agar mau meingkatkan
kuallitas dirinya dengan cara meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan
dalam arti yang luas. Demikian pula pendidikan pun harus mendorong masyarakat
agar mau melakukan dakwah dan mengamalkan ajaran amar ma’ruf nahi
mungkar. Pendidikan islam menepati posisi sentral dalam upaya
mensosialisasikan ajaran-ajaran islam, baik secara individu maupun sosial
diberbagai aspek kehidupan mansia. Pendidikan islam berkepentingan
menginternalisasikan nilai-nilai iman, takwa, dan moral kepada anak didik agar
memiliki  komitmen religius yang tinggi dalam mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya untuk beramal dan berkarya yang pada gilirannya melahirkan
budaya yang agamis. Dengan demikian hubungan dakwah dan pendidikan
sangatlah erat.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Surat al-An’am ayat 22
Pada ayat ini Allah akan menunjukkan bahwa Tuhan yang patut disembah
hanyalah Allah semata kepada orang-orang yang telah menyekutukannya, dan
juga membuktikan bahwa apa yang dulu mereka sembah tidak akan bisa
menolong mereka dari siksa Allah SWT.
2. Surat an-Nisa ayat 79
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa segala sesuatu kebaikan yang
menimpa umat manusia adalah secara mutlak dating dari Allah dan segala
sesuatu yang buruk yang menimpa manusia semata-mata karena perbuatan
manusia itu sendiri.
2.  Surat Hud ayat 114
Pada ayat ini dijelaskan bahwa segala amal saleh khususnya yang terdapat
dalam ayat ini yaitu shalat wajib yang lima waktu dapat menghapus dosa-dosa
kecil, dan apabila amal saleh yang dilakukan seseorang secara tulus dan
konsisten akan dapat membentengi dirinya sehingga dengan mudah dia dapat
terhindar dari keburukan-keburukan.
B. Saran
Untuk bagaimana dapat terciptanya kebaikan dan dijauhinya kemunkaran
tersebut, lahirlah perintah untuk melakukan anjuran untuk berbuat baik dan
meninggalkan kemunkaran yang dikenal sebagai amar ma'ruf nahi munkar.
Dengan adanya peran amar ma’ruf nahi munkar yang dialamatkan kepada
setiap individu maupun kepada masyarakat secara luas, maka keburukan,
kerusakan dan kemudharatan tersebut dapat ditiadakan atau diminimalisir serta
sebaliknya kebaikan dan kemaslahatan akan dapat diciptakan. Sehingga peran
amar ma’ruf nahi munkar ini sangatlah besar dirasakan manfaatnya bagi seluruh
hamba Allah Yang Maha Pemurah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Malik Arul. Makalah Tafsir Ayat-Ayat tentang Kebaikan dan Kejahatan.


http://tanpahentimencariilmu.blogspot.co.id/2012/06/makalah-tafsir-ayat-
ayat-tentang.html (18 April 2016)
Utari Dewi. Tafsir Ibadah kebaikan dan kejahatan.
http://dewdewutari.blogspot.co.id/2013/06/tafsir-ibadah-kebaikan-dan-
kejahatan.html (18 April 2016)
Varieha. Ayat-Ayat tentang kebajikan. http://varieha.blogspot.co.id/2010/04/ayat-
ayat-tentang-kebajikan-dan.html (18 April 2016)

16

Anda mungkin juga menyukai