Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH GANGGUAN KESEHATAN MENTAL PADA PROSES

BELAJAR

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH INI SEBAGAI SYARAT DALAM


MENGIKUTI UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH BAHASA
INDONESIA SEMESTER GENAP TAHUR AJARAN 2020/2021

OLEH :

NABILLA RIFDA M.P (1905015087)

2F

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR HAMKA

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada allah SWT atas berkat dan
rahmatnyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “ pengaruh gangguan kesehatan mental pada proses belajar “ tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk
mempelajari cara pembuatan karya tulis ilmiah pada matakuliah bahasa indonesia.

Penulis mengupayakan semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan


proposal karya tulis ilmiah. Penulis juga mendapat dukungan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar proses penyusunan tugas. Untuk itu, tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga selesainya proposal karya tulis ini, khususnya kepada Ibu Deasy Wahyu
Hidayati, M.Pd. selaku dosen bahasa Indonesia.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari dosen pengampu
khususnya dan dari pembaca umumnya demi perbaikan propasal karya tulis
ilmiah di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini bermanfaat


bagi para pembaca.

Jakarta, 18 Mei
2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN SAMPUL......................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian..................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori.............................................................................. 4

B. Penelitian Releven .................................................................... 10

C. Keranga Berfikir........................................................................ 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian...................................................................... 12

B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 12

C. Data dan Sumber Data............................................................... 12

D. Teknik Analisis Data................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang

Kesehatan mental merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis


yang baik, dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi,
berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Inti dari kesehatan mental sendiri adalah lebih pada keberadaan dan pemeliharaan
mental yang sehat. Akan tetapi, dalam praktiknya seringkali kita temui bahwa
tidak sedikit praktisi di bidang kesehatan mental lebih banyak menekankan
perhatiannya pada gangguan mental daripada mengupayakan usaha-usaha
mempertahankan kesehatan mental itu sendiri (“Determ. Minor. Ment. Heal.
Wellness,” 2009).

Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau


penyakit mental. Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam
menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu
hasrat untuk menyakiti diri sendiri.

Masalah kesehatan mental adalah serangkaian kondisi yang berdampak


pada kesehatan mental. Karenanya, ini adalah kondisi yang mengganggu suasana
hati kita, perilaku, pemikiran atau cara seseorang berinteraksi dengan orang lain.
Kondisi ini bisa ringan, sedang, dan berat, dan ditentukan berdasarkan seberapa
jauh dampaknya terhadap fungsi harian seseorang.

Kondisi mental yang sehat pada tiap individu tidaklah dapat


disamaratakan. Kondisi inilah yang semakin membuat urgensi pembahasan
kesehatan mental yang mengarah pada bagaimana memberdayakan individu,
keluarga, maupun komunitas untuk mampu menemukan, menjaga, dan
mengoptimalkan kondisi sehat mentalnya dalam menghadapi kehidupan sehari-
hari.

1
Hal terbaik untuk mempertahankan mental yang sehat bukanlah suatu hal
yang istimewa, kecuali pembiasaan diri. Besar harapan apabila hal-hal berikut:
berpikir positif, menyadari siapa diri kita

dan setiap perilaku adalah pilihan sadar kita berdasar informasi yang
didapat, menyadari tujuan hidup kita akan selalu terarah pada kenyamanan, dan
mencoba untuk bertumbuh seiring dengan kedewasaan, menyadari bahwa
seringkali ada hal-hal yang tidak menyenangkan yang harus kita lalui terlebih
dahulu sebelum mendapatkan kenyamanan yang kita harapkan, maka kita akan
mengurangi peluang untuk mengalami gangguan mental. Mengapa hanya
berkurang? bahwa perlu kita sadari juga bahwa gangguan mental dan
permasalahan terkait masih dapat terjadi pada diri kita akibat ketidakseimbangan
kimia tubuh atau gangguan pada sistem saraf pusat kita.

Kesehatan dan kesejahteraan mental dapat dipengaruhi oleh berbagai


faktor termasuk genetika, hubungan keluarga/teman sejawat, fungsi fisiologis,
gaya hidup, pekerjaan, faktor sosial, ekonomi, budaya, politik, pendidikan dan
faktor lingkungan lainnya.

Ada banyak cara untuk menjaga kesehatan mental yang positif seperti
cukup tidur, mempelajari keterampilan untuk menghadapinya, aktif secara fisik,
berhubungan dengan orang lain dan banyak lagi. Beberapa orang mungkin juga
memerlukan bantuan profesional.

2
B. Rumusan Masalah

1. apakah pengaruh gangguan kesehatan mental pada proses belajar ?

2. apakah yang melatar belakangi adanya gangguan kesehatan mental ?

3. Bagaimana ruang lingkup kesehatan mental ?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengaruh gangguan kesehatan mental pada proses belajar.

2. Mengetahui permasalahan penyebab gangguan kesehatan mental.

3. Mengetahui ruang lingkup kesehatan mental.

D. Manfaat Penelitian

1. Menjadikan kemampuan seseorang dalam menyesuiakan diri dengan diri


sendiri, orang lain, masyarakat atau lingkungannya.

2. Dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain, melakukan kegiatan aktif
secara fisik dan dapat mengontrol diri.

3. Terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, maupun menyesuaikan diri,


sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan yang
terjadi, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga,
berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang ada
semaksimal mungkin.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Kesehatan Mental

Pribadi yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan


tingkah laku yang adekuat & bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap
hidupnya sesuai norma & pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi
interpersonal & intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989).

Sehat mental adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan


diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang
lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Saat ini, individu yang sehat mental
dapat dapat didefinisikan dalam dua sisi, secara negatif dengan absennya
gangguan mental dan secara positif yaitu ketika hadirnya karakteristik individu
sehat mental. Adapun karakteristik individu sehat mental mengacu pada kondisi
atau sifat-sifat positif, seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being)
yang positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues) (Osofsky,
1996).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah


keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka
sendiri. Artinya, mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat
berfungsi secara produktif dan bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi
kepada komunitas mereka.

Kesehatan mental adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak


mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang
relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau
kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya,

4
memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya serta memiliki kebahagiaan dalam
hidupnya (Pieper&Uden, 2006).

Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara


penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak
hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU
Kesehatan No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat
secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk
hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis. World Health Organization
(WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari
kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-
kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara
produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya (WHO, 2001).

Seperti yang dikemukakan WHO bahwa kesehatan mental ditentukan oleh


banyak faktor dan interaksi sosial, psikologis dan faktor biologis, serta ekonomi
dan lingkungan, terkait dengan perilaku. Hal tersebut bukan hal yang sederhana
untuk mencapai situasi kesehatan jiwa yang diharapkan. Konsep upaya kesehatan
mental di Indonesia yaitu kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan mental
yang optimal bagi setiap individu, keluarga dan masyarakat dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.

2. Tujuan Kesehatan Mental

a) memahami makna sehat mental dan faktor-faktor yang mempengaruhinya


12 Kesehatan Mental.
b) memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan
kesehatan mental.

c) memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan


kesehatan mental masyarakat.

5
d) memiliki sikap proaktif dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya
dalam upaya penanganan kesehatan mental masyarakat.

3. Jenis – jenis Kesehatan Mental

a) Gangguan Kecemasan.
b) Gangguan Suasana Hati.
c) Gangguan Psikotik.
d) Gangguan Makan.
e) Gangguan Kontrol Impuls dan Kecanduan.
f) Gangguan Obsesif-Kompulsif.
g) Gangguan Stres Pasca-Trauma.
h) Gangguan Kepribadian.

Proses Belajar
1. Pengertian Proses Belajar
belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana
perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti
peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan
berbagai kemampuan lainnya.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan
serangkaian kegiatan, misalnya membaca, menulis dan sebagainya serta belajar itu
akan lebih baik jika si subjek mengalami dan melakukannya (Sardiman, 2007).
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu-
individu yang belajar (Sudjana, 2013).
Menurut Vygotsky, belajar dapat membangkitkan berbagai proses mental
tersimpan yang hanya bisa dioperasikan manakala seseorang berinteraksi dengan

6
orang dewasa atau berkolaborasi dengan sesama teman. Pengembangan
kemampuan yang diperoleh melalui proses belajar sendiri (tanpa bantuan orang
lain) pada saat melakukan pemecahan masalah disebut sebagai actual
development, sedangkan perkembangan yang terjadi sebagai akibat adanya
interaksi dengan guru atau siswa lain yang mempunyai kemampuan lebih tinggi
disebut potential development. Zone of proximal development selanjutnya
diartikan sebagai jarak antara actual development dan potential development.
Selanjutnya menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap: tahap
pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya
dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama
proses interaksi terjadi baik antara guru-siswa maupun antar siswa, kemampuan
berikut ini perlu dikembangkan: saling menghargai, menguji kebenaran
pernyataan fihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi pendapat yang
berkembang (VYGOTSKY, 2019).

2. Tujuan Proses Pembelajaran


a) Untuk Memperoleh Pengetahuan

Hasil dari kegiatan belajar dapat ditandai dengan meningkatnya


kemampuan berfikir seseorang. Jadi, selain memiliki pengetahuan baru, proses
belajar juga akan membuat kemampuan berfikir seseorang menjadi lebih baik.

Dalam hal ini, pengetahuan akan meningkatkan kemampuan berpikir


seseorang, dan begitu juga sebaliknya kemampuan berpikir akan berkembang
melalui ilmu pengetahuan yang dipelajari. Dengan kata lain, pengetahuan dan
kemampuan berfikir merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan

b. Menanamkan Konsep dan Keterampilan

Keterampilan yang dimiliki setiap individu adalah melalui proses belajar.


Penanaman konsep membutuhkan keterampilan, baik itu keterampilan jasmani
maupun rohani.

7
Dalam hal ini, keterampilan jasmani adalah kemampuan individu dalam
penampilan dan gerakan yang dapat diamati. Keterampilan ini berhubungan
dengan hal teknis atau pengulangan.

Sedangkan keterampilan rohani cenderung lebih kompleks karena bersifat


abstrak. Keterampilan ini berhubungan dengan penghayatan, cara berpikir, dan
kreativitas dalam menyelesaikan masalah atau membuat suatu konsep.

c. Membentuk Sikap

Kegiatan belajar juga dapat membentuk sikap seseorang. Dalam hal ini,
pembentukan sikap mental peserta didik akan sangat berhubungan dengan
penanaman nilai-nilai sehingga menumbuhkan kesadaran di dalam dirinya

Dalam proses menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak


didik, seorang guru harus melakukan pendekatan yang bijak dan hati-hati. Guru
harus bisa menjadi contoh bagi anak didik dan memiliki kecakapan dalam
memberikan motivasi dan mengarahkan berpikir.

3. Jenis – jenis Proses Belajar


ada delapan jenis belajar yang dilakukan oleh manusia. Adapun beberapa
jenis belajar adalah sebagai berikut:

1. Belajar rasional, yaitu proses belajar menggunakan kemampuan


berpikir sesuai dengan akal sehat (logis dan rasional) untuk
memecahkan masalah.
2. Belajar abstrak, yaitu proses belajar menggunakan berbagai cara
berpikir abstrak untuk memecahkan masalah yang tidak nyata.
3. Belajar keterampilan, yaitu proses belajar menggunakan kemampuan
gerak motorik dengan otot dan urat syaraf untuk menguasai
keterampilan jasmaniah tertentu.
4. Belajar sosial, yaitu proses belajar memahami berbagai masalah dan
cara penyelesaian masalah tersebut. Misalnya masalah keluarga,
persahabatan, organisasi, dan lainnya yang berhubungan dengan
masyarakat.

8
5. Belajar kebiasaan, yaitu proses pembentukan atau perbaikan
kebiasaan ke arah yang lebih baik agar individu memiliki sikap dan
kebiasaan yang lebih positif sesuai dengan kebutuhan (kontekstual).

6. Belajar pemecahan masalah, yaitu belajar berpikir sistematis, teratur,


dan teliti atau menggunakan berbagai metode ilmiah dalam
menyelesaikan suatu masalah.
7. Belajar apresiasi, yaitu belajar kemampuan dalam mempertimbangkan
arti atau nilai suatu objek sehingga individu dapat menghargai berbagai
objek tertentu.
8. Belajar pengetahuan, yaitu proses belajar berbagai pengetahuan baru
secara terencana untuk menguasai materi pelajaran melalui kegiatan
eksperimen dan investigasi.

4. Ciri – ciri Proses Belajar


Proses belajar dapat dikenali melalui beberapa karakteristiknya. Mengacu
pada definisi belajar di atas, berikut ini adalah beberapa hal yang menggambarkan
ciri-ciri belajar:

 Terjadi perubahan tingkah laku (kognitif, afektif, psikomotor, dan


campuran) baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati
secara langsung.
 Perubahan tingkah laku hasil belajar pada umumnya akan menetap atau
permanen.
 Proses belajar umumnya membutuhkan waktu tidak sebentar dimana
hasilnya adalah tingkah laku individu.
 Beberapa perubahan tingkah laku yang tidak termasuk dalam belajar
adalah karena adanya hipnosa, proses pertumbuhan, kematangan, hal
gaib, mukjizat, penyakit, kerusakan fisik.
 Proses belajar dapat terjadi dalam interaksi sosial di suatu lingkungan
masyarakat dimana tingkah laku seseorang dapat berubah karena
lingkungannya.

9
B. Penelitian Relevan

Kegunaan penilitian relevan di dalam penilitian diantaranya untuk


mencari persamaan dan perbedaan antara penilitian orang lain dengan
penilitian penulis. Selain itu juga digunakan untuk membandingkan
penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis
1. Penelitian dengan judul “pengaruh gangguan kesehatan mental
pada proses belajar” oleh Osofsky, Howard J., Hidayat, Adityawarman, S,
Vitalis Djarot, dan VYGOTSKY, L. S. program studi Kesehatan Masyarakat
fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Diponegoro, Semarang
tahun 2012.
Tujuan dalam penilitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
gangguan kesehatan mental pada proses belajar dan tujuan khusus dari
pengaruh gangguan kesehatan mental pada proses belajar. Metode
yang digunakannya dalam penilitian ini adalah penelitian yang bersifat
deskriptif kualitatif yaitu mengetahui gangguan kesehatan mental pada
proses belajar, dengan desain penelitian cross sectional yaitu
melakukan pendekatan terhadap responden dengan cara observasi dan
pengumpulan data pada waktu yang sama. Hasil dari penilitian ini
adalah berdasarkan hasil penelitian pengaruuh gangguan kesehatan
mental pada proses belajar Universitas Diponegoro Program Studi
Kesehatan Masyarakat secara umum memiliki status dengan pengaruh
gangguan kesehatan mental pada proses belajar.
Perbedaan penilitian penulis dengan penilitian ini adalah
penilitian penulis menggunakan Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu
menggambarkan tentang pengaruh kesehatan mental pada proses

10
belajar, dengan desain penelitian cross sectional yaitu melakukan
pendekatan terhadap responden dengan cara observasi dan
pengumpulan data pada waktu yang sama, sedangkan penelitian ini
menggunakan studi dokumen sekunder.

C. Kerangka Berpikir

PENGARUH GANGGAUN
KESEHATAN MENTAL PADA

Metode penelitian :
dengan metode
Kajian teori : Fokus Penelitian : mengetahui tentang
kualitatif
pengaruh gangguan kesehatan mental
 Pengertian, tujuan
dari pengaruh
gangguan
Rumusan Masalah :
kesehatan mental.
Sumber data :
1. apakah pengaruh gangguan
jurnal-jurnal
kesehatan mental pada proses tentang pengaruh
belajar ? kesehatan mental
pada proses belajar
2. apakah yang melatar belakangi
adanya gangguan kesehatan
mental ?
3. Bagaimana ruang lingkup kesehatan
mental ?

Penelitian Relevan
Manfaat Penelitian :

1. Menjadikan kemampuan
Tujuan Penelitian : seseorang dalam
a) memahami makna sehat mental dan faktor-faktor menyesuiakan diri dengan
yang mempengaruhinya 12 Kesehatan Mental. diri sendiri, orang lain,
b) memahami pendekatan-pendekatan yang masyarakat atau
digunakan dalam penanganan kesehatan mental. lingkungannya.
c) memiliki kemampuan dasar dalam usaha
peningkatan dan pencegahan kesehatan mental
masyarakat. 11
Kesimpulan :
meningkatkan kesehatan
mental dan mengurangi
timbulnya gangguan mental.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dalam penulisan
laporan pengaruh gangguan kesehatan mental pada proses belajar terhadap
kesehatan ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang
bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya dengan
cara pengumpulan data yang sedalam-dalamnyapula, yang menunjukan
pentingnya kedalaman dan detail data yang teliti.
Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif Penelitian kualitatif
merupakan suatu strategi inquiri yang menekankan pencarian makna,
pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol maupun deskripsi tentang
suatu fenomena; fokus dan multimetoda, bersifat alami dan holistik;
mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara, serta disajikan secara
naratif. Dari sisi lain dan secara sederhana dapat dikatakan bahwa tujuan
penelitian kualitatif adalah untuk menemukan jawaban terhadap suatu
fenomena atau pertanyaan melalui aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis
dengan menggunakan pendekatan kualitatif (Yusuf, 2013: 334).
B. Tempat dan Waktu Penilitian
Tempat Penelitian : Dirumah
Waktu : 8 – 15 Juni 2021

C. Sumber data

12
Data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan laporan Pengaruh
Gangguan Kesehatan Mental Pada Proses Belajar terhadap kesehatan ini adalah
data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
kuesioner atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Data yang
diperoleh dari data primer harus diolah lagi. Sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data.

D. Teknik Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data


Teknik analisis data yang digunakan penulis yaitu dengan pengisian
kuisioner atau angket, berikut adalah langkah-langkanya :
1. Menentukan tujuan penelitian
2. Menentukan kelompok sampel
3. Merancang kuesioner
4. Menguji cobakan kuesioner

2. Teknik Analisi Data


Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik yang dikemukakan
Miles dan Huberman dalam Emzir, yaitu reduksi data, model data dan penarikan
atau verifikasi kesimpulan.

B e r d a s a r k a

dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut;

13
(1) mencatat semua temuan fenomena di lapangan baik melalui pengamatan,
wawancara dan dokumentasi;

(2) menelaah kembali catatan hasil pengamatan, wawancara dan studi


dokumentasi, serta memisahkan data yang dianggap penting dan tidak penting,
pekerjaan ini diulang kembali untuk memeriksa kemungkinan kekeliruan
klasifikasi;
(3) mendeskripsikan data yang telah diklasifikasikan dengan memperhatikan
fokus dan tujuan penelitian; dan
(4) membuat analisis akhir dalam bentuk laporan hasil penelitian.
(Karakter & Homeschooling, 2016)

1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus
selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Antisipasi akan
adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitiannya memutuskan (seringkal
tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan
penelitian, dan pendekatan pengumpulan data mana yang dipilihnya. Selama
pengumpulan data berlangsung, terjadilan tahapan reduksi selanjutnya (membuat
ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugusgugus, membuat partisi,
membuat memo). Reduksi data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelian
lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

2. Penyajian Data
Miles & Huberman membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih

14
baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang
meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan.

Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu


bentuk 39 yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis
dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik
kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang
menurut saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin
berguna.

3. Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian dari
satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat
pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia
menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin
menjadi begitu seksama dan menghabiskan tenaga dengan peninjauan kembali
serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan
intersubjektif atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu
temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang
muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan
kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Kesimpulan akhir tidak hanya
terjadi pada waktu proses pengumpulan data saja, akan tetapi perlu diverifikasi
agar benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Determinants of Minority Mental Health and Wellness. (2009). In Determinants


of Minority Mental Health and Wellness. https://doi.org/10.1007/978-0-387-
75659-2
Hidayat, A. (2018). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP
NEGERI 1 RUMBIO JAYA. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan
Matematika. https://doi.org/10.31004/cendekia.v2i1.30

Osofsky, H. J. (1996). Psychiatry behind the walls: Mental health services in jails
and prisons. In Bulletin of the Menninger Clinic.

Sardiman. (2007). Doc 16. In Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.

Sudjana, N. (2013). Dasar-dasar proses belajar. Jurnal Pendidikan.

VYGOTSKY, L. S. (2019). Interaction between Learning and Development. In


Mind in Society. https://doi.org/10.2307/j.ctvjf9vz4.11

WHO. (2001). World Health Report 2001, Mental Health New hope. World
Health.

16
17

Anda mungkin juga menyukai