Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATUS

Dosen Pembimbing:
Ns. Harsisimanto.,S.Kep.,M.Kep

Oleh :
Alvistiqomah Rianni Safitri (1780200051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konsep
Asuhan Keperawatan Asfiksia Neonatus ”.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Kegawat Daruratan III. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada pembimbing, Ns. Harsismanto S.Kep.,M.Kep yang telah meluangkan
waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga penulis
dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Bengkulu, 12 November 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita
Asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru
lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc, 2011). Penilaian statistik dan
pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini
merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini
dibuktikan oleh Drage dan Berendes (2006) yang mendapatkan bahwa skor Apgar
yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan
mmperlihatkan angka kematian yang tinggi
Haupt (2001) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada
bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. Asidosis, gangguan kardiovaskuler serta
komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama
kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-
hari pertama setelah lahir (james,2009). Penyelidikan patologi anatomis yang
dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa (2011) Menunjukkan nekrosis berat dan difus
pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Asfiksia ?
2. Apa etiologi Asfiksia ?
3. Apa manifestasi klinis Asfiksia ?
4. Apa patofisiologi asfiksia ?
5. Apa komplikasi Asfiksia ?
6. Bagaimana tentang penatalaksanaan Asfiksia ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Asfiksia ?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud
dengan Asfiksia dan hal-hal yang menyangkut asuhan keperawatannya.
Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :
1. Mengetahui definisi Asfiksia
2. Mengetahui etiologi dan manifestasi klinis Asfiksia
3. Mengetahui komplikasi Asfiksia
4. Mengetahui tentang penatalaksanaan Asfiksia
5. Mengetahui tentang patofisiologi dari Asfiksia
6. Melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Asfiksia
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Asfiksia Neonatorum


1. Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia
janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang
timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono,
2007).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa
bernafas secara spontan dan adekuat (Wroatmodjo,2004).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin
timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu
dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.
2. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor etiologi dan predisposisi terjadinya asfiksia, antara lain
sebagai berikut:
a. Faktor Ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian
analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi
mendadak karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia, penyakit jantung
dan lain-lain.
b. Faktor Plasenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa,
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
c. Faktor Janin dan Neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi
tali pusat antara janin dan jalan lahir, gemelli, IUGR, kelainan kongenital dan
lain-lain.
d. Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain.

3. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi
lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ
menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan
pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban
dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin
lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung
mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-
angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan
menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan
darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2
dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
tidak dimulai segera.
4. Patway

Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan faktor lain : anestesi,
resentasi janin abnormal obat-obatan narkotik

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 paru-paru terisi cairan


Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat Pola nafas


tak efektif

Apneu suplai O2 suplai O2


ke otak dlm darah

Kerusakan otak
hipotermia Gg.meta
Bolisme &
perubahan
DJJ & TD Kematian bayi asam basa

Asidosis
Proses keluarga
terhenti Resiko
respiratorik infeksi Gg.perfusi ventilasi
Janin tdk bereaksi
Terhadap rangsangan

Gangguan
Nafsu makan pemenuhan
kebutuhan
tidak adekuat oksigen

Defisit Nutrisi
5. Tanda dan Gejala
Gejala klinik Asfiksia neonatorum yang khas meliputi :
a. Pernafasan terganggu
b. Detik jantung berkurang
c. Reflek / respon bayi melemah
d. Tonus otot menurun
e. Warna kulit biru atau pucat

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan
waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat ini dan waktu
sebelumnya (Carpenito-Moyet & Juall, 2007).
Menurut (Hidayat, 2008): (Tarwoto, 2006) pengkajian yang dilakukan
pada bayi dengan asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut:
a. Identitas
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat kesehatan Terdahulu
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Pemeriksaan fisik:
a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan.
b. Inspeksi: pergerakan dinding dada, pernapasan cuping hidung, retraksi
dan warna kulit (sianosis, pucat, kehitam-hitaman) serta amati diameter
dada anteroposterior yang memanjang dapat mengindikasikan udara
terperangkap dalam alveoli.
c. Auskultasi: suara napas tambahan dan suara paru.
d. Perkusi: kaji adanya suara tumpul yang menunjukkan bahwa cairan atau
jaringan padat telah menggantikan udara.
2) Kaji kebutuhan peningkatan oksigen.
3) Kaji tekanan darah bayi.
4) Pemeriksaan diagnostik meliputi oksimetri nadi dan analisa gas darah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola Napas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya Napas (Kelemahan otot
pernapasan) d.d Pola Napas Abnormal
b. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Sekresi yang Tertahan d.d Mekonium
di Jalan Napas
c. Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan Ventilasi- Perfusi d.d
Sianosis
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


.
1. Pola Napas Tidak Pola nafas dengan Pemantauan Respirasi
Efektif b.d ekspektasi membaik, O:
Hambatan Upaya dengan Kriteria hasil : - monitor frekuensi,
Napas (Kelemahan - Frekuensi irama,kedalaman dan
otot pernapasan) d.d nafas membaik upaya nafas
Pola Napas (5) - monitor pola nafas
Abnormal - Kedalaman - auskultasi bunyi nafas
nafas membaik - Monitor saturasi
(5) oksigen
T:
- Dokumentasi
hasil pemantauan
E:
- Informasikan
hasil pemantauan
2. Bersihan Jalan Bersihan jalan nafas Manajemen Jalan nafas
Napas Tidak Efektif dengan ekspektasi
b.d Sekresi yang meningkat, dengan - Monitor pola
Tertahan d.d kriteria hasil : nafas
Mekonium di Jalan - Sianosis - Monitor bunyi
Napas membaik (5) nafas tambahan
- Pola nafas T:
membaik (5) - Berikan minum
hangat
- Lakukan
penghisapan lendi
kurang dari 15
detik
- Lakukan
hiperoksigenisasi
sebelum
penghisapan
endrotrakeal
- Berikan oksigen
jika perlu.
E:
-
Anjurkan asupan
cairan
3. Gangguan Pertukaran gas dengan Terapi oksigen
Pertukaran Gas b.d ekspetasi meningkat, O:
Ketidakseimbangan dengan kriteria hasil : - Monitor
Ventilasi- Perfusi d.d - Tingkat kecepatan aliran
Sianosis kesadaran oksigen
meningkat (5) - Monitor posisi
alat terapi
oksigen
- Nafas cuping - monitor integritas
hidung mukosa hidung
menurun (5) akibat
pemasangan
oksigen
T:
- berikan secret
pada mulut,
hidung, dan
trakea, jika perlu
- pertahankan
kepatenan jalan
nafas
- siapkan dan atur
peralatan
pemberian
oksigen
- berikan oksigen
tambahan jika
perlu
K:
- kolaborasi
pemantauan dosis
oksigen
- kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas dan tidur

4. Implementasi & Evaluasi


No Diagnose Implementasi Evaluasi
1. Pola Napas Tidak Pemantauan Respirasi S : data berupa
Efektif b.d O: keluhan klien
Hambatan Upaya - Memonitor
Napas (Kelemahan frekuensi, O : Data hasil
otot pernapasan) irama,kedalaman pemeriksaan
d.d Pola Napas dan upaya nafas
Abnormal - Memonitor pola A : Perbandingan
nafas data dengan teori
- Mengauskultasi
bunyi nafas P : Perencanaan
- Memonitor tindak lanjut
saturasi oksigen
T:
- Mengdokumentasi
hasil pemantauan

E:
- Menginformasika
n hasil
pemantauan

2. Bersihan Jalan Manajemen Jalan nafas S : data berupa


Napas Tidak O: keluhan klien
Efektif b.d Sekresi - Memonitor pola
yang Tertahan d.d nafas O : Data hasil
Mekonium di Jalan - Memonitor bunyi pemeriksaan
Napas nafas tambahan
T: A : Perbandingan
- Memberikan data dengan teori
minum hangat
- Melakukan P : Perencanaan
penghisapan lendi tindak lanjut
kurang dari 15
detik
- Melakukan
hiperoksigenisasi
sebelum
penghisapan
endrotrakeal
- Memberikan
oksigen jika perlu.
E:
- Menganjurkan
asupan cairan
3. Gangguan Terapi oksigen S : data berupa
Pertukaran Gas b.d O : keluhan klien
Ketidakseimbangan - Memonitor
Ventilasi- Perfusi kecepatan aliran O : Data hasil
d.d Sianosis oksigen pemeriksaan
- Memonitor posisi
alat terapi oksigen A : Perbandingan
- Memonitor data dengan teori
integritas mukosa
hidung akibat P : Perencanaan
pemasangan tindak lanjut
oksigen
T:
- Memberikan
secret pada mulut,
hidung, dan
trakea, jika perlu
- Mempertahankan
kepatenan jalan
nafas
- Menyiapkan dan
atur peralatan
pemberian oksigen
- Memberikan
oksigen tambahan
jika perlu
K:
- Mengkolaborasi
pemantauan dosis
oksigen
- Mengkolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas dan tidur

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi,
perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode
neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru
lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga
kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan
generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun)
akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan
pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat
reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35
tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinannya serta alat-
alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami masalah
asfiksia pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah Asril. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Effendi Nasrul. (2012). Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta :EGC


Manuaba, Ida Bagus Gede. (2011). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

PPNI . (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Talbot Laura A . (2007). Pengkajian Keperawatan . Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai