Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DIMENSI KESEHATAN DALAM


ZAKAT, INFAK, SHODAQAH, DAN WAKAF

Dosen Pembimbing:

Dr. Salim Bella Pili., M.Ag

Oleh :

1. Alvistiqomah Rianni Safitri (1780200051)


2. Repri Arianshi (1780200001)
3. Putri Maryani (1780200007)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Dimensi
Kesehatan dalam Zakat, Infak, Shodaqah dan Wakaf”.

Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
AIK IV. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampuh,
Dr. Salim Bella Pili., M.,Ag yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak
masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada
waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
sebagai koreksi dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.

Bengkulu, 23 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian zakat, infaq, shadaqah dan wakaf.................................
B. Macam-macam zakat dan dasar hukum zakat................................
C. Benda yang wajib dizakati dan nishabnya.......................................
D. Ketentuan wajib zakat dan ashnafnya.............................................
E. Perlunya pengembangan konsep wajib zakat, ashnaf, barang-
barang zakat dan pengelolaan zakat..............................................
F. Hal-hal yang menjadi persoalan yang berkaitan dengan zakat,
infaq dan shadaqah..........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harta merupakan titipan Allah SWT yang pada hakekatnya hanya dititipkan
kepada kita sebagai manusia ciptaan-Nya. Konsekuensi manusia terhadap segala bentuk
titipan yang dibebankan kepadanya mempunyai aturan-aturan Tuhan, baik dalam
pengembangan maupun dalam penggunaan.
Terdapat kewajiban yang dibebankan pada pemiliknya untuk mengeluarkan zakat
untuk kesejahteraan masyarakat, dan ada ibadah maliyah sunnah yakni sedekah dan infaq.
Karena pada hakekatnya segala harta yang dimiliki manusia adalah titipan Allah SWT,
maka setiap kita manusia wajib melaksanakan segala perintah Allah mengenai hartanya.
Dalam makalah ini akan dijelaskan secar rinci apa yang menjadi pengertian zakat,
infaq dan shadaqah serta segala macam bentuk, dasar hukum dan segala hal yang
berkaitan dengan masalah zakat.
B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah di antaranya,
yaitu:
1. Jelaskan pengertian dan perbedaan zakat, infaq,shadaqah dan wakaf?
2. Jelaskan macam-macam zakat dan dasar hukum zakat?
3.  Apa saja yang wajib dizakati?
4.  Jelaskan ketentuan-ketentuan wajib zakat dan ashnafnya?
5.  Apa perlunya pengembangan konsep wajib zakat, ashnaf, barang-barang zakat
dan pengelolaan zakat?
6. Sebutkan hal-hal yang menjadi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
zakat,infaq dan shadaqah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan perbedaan zakat, infaq,shadaqah dan wakaf
2. Mengetahui macam-macam zakat dan dasar hukum zakat
3. Mengetahui apa saja yang wajib dizakati
4. Mengetahui ketentuan-ketentuan wajib zakat dan ashnafnya
5. Mengetahui perlunya pengembangan konsep wajib zakat, ashnaf, barang-barang
zakat dan pengelolaan zakat
6. Mengetahui hal-hal yang menjadi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
zakat,infaq dan shadaqah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian zakat, infaq, shadaqah dan wakaf


1. Pengertian
a. Pengertian Zakat
Secara etimologi zakat dapat diartikan berkembang dan berkah. Selain itu
zakat juga dapat diartikan mensucikan sebagaimana dalam firman Allah SWT:
‫قَ ْد أَ ْفلَ َح َم ْن زَ َّكهَا‬
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (Q.S Asyams(91):
9).
Sedangkan menurut istilah syar’i zakat berarti sesuatu yang dikeluarkan
atas nama harta atau badan dengan mekanisme tertentu.
b. Pengertian infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk
kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut istilah infaq berarti mengeluarkan
sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan ajaran islam.
c. Pengertian shadaqah
Shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang
membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah,  tanpa
disertai imbalan.
d. Pengertian Wakaf
Ditinjau dari segi bahasa wakaf berarti menahan. Sedangkan menurut
istilah syara’, ialah menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, untuk diambil
manfaatnya untuk kebaikan dan kemajuan Islam. Menahan suatu benda yang
kekal zatnya, artinya tidak dijual dan tidak diberikan serta tidak pula diwariskan,
tetapi hanya disedekahkan untuk diambil manfaatnya saja.
wakaf menurut mazhab syafi’i dan hambali adalah seseorang menahan
hartanya untuk bisa dimanfaatkan di segala bidang kemaslahatan dengan tetap
melanggengkan harta tersebut sebagai taqarrub kepada Allah ta’alaa.
wakaf menurut mazhab hanafi adalah menahan harta-benda sehingga
menjadi hukum milik Allah ta’alaa, maka seseorang yang mewakafkan sesuatu
berarti ia melepaskan kepemilikan harta tersebut dan memberikannya kepada
Allah untuk bisa memberikan manfaatnya kepada manusia secara tetap dan
kontinyu, tidak boleh dijual, dihibahkan, ataupun diwariskan.
wakaf menurut mazhab maliki adalah memberikan sesuatu hasil manfaat
dari harta, dimana harta pokoknya tetap/lestari atas kepemilikan pemberi manfaat
tersebut walaupun sesaat.
 wakaf menurut peraturan pemerintah no. 28 tahun 1977 adalah perbuatan
hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian harta
kekayaannya yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-
lamanya. Bagi kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai
dengan ajaran agama Islam.
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa wakaf itu termasuk
salah satu diantara macam pemberian, akan tetapi hanya boleh diambil
manfaatnya, dan bendanya harus tetap utuh. Oleh karena itu, harta yang layak
untuk diwakafkan adalah harta yang tidak habis dipakai dan umumnya tidak dapat
dipindahkan, mislanya tanah, bangunan dan sejenisnya. Utamanya untuk
kepentingan umum, misalnya untuk masjid, mushala, pondok pesantren, panti
asuhan, jalan umum, dan sebagainya.
Hukum wakaf sama dengan amal jariyah. Sesuai dengan jenis amalnya
maka berwakaf bukan sekedar berderma (sedekah) biasa, tetapi lebih besar pahala
dan manfaatnya terhadap orang yang berwakaf. Pahala yang diterima mengalir
terus menerus selama barang atau benda yang diwakafkan itu masih berguna dan
bermanfaat. Hukum wakaf adalah sunah. Ditegaskan dalam hadits:
)‫مسلم‬ ‫ح يَ ْدع ُْولَهُ (رواه‬ َ ‫ص َدقَ ٍة َجا ِريَ ٍة اَ ْو ِع ْل ٍم يَ ْنتَفَ ُع بِ ِه اَ ْو َولَ ِد‬
ٍ ِ‫صال‬ ٍ َ‫ِا َذا َماتَ ابْنَ ا َد َم اِ ْنقَطَ َع َع َملُهُ اِالَّ ِمنْ ثَال‬
َ :‫ث‬
Artinya: “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya,
kecuali tiga (macam), yaitu sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang
dimanfaatkan, atu anak shaleh yang mendoakannya.” (HR Muslim)
Harta yang diwakafkan tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan.
Akan tetapi, harta wakaf tersebut harus secara terus menerus dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan umum sebagaimana maksud orang yang mewakafkan. Hadits
Nabi yang artinya: “Sesungguhnya Umar telah mendapatkan sebidang tanah di
Khaibar. Umar bertanya kepada Rasulullah SAW; Wahai Rasulullah apakah
perintahmu kepadaku sehubungan dengan tanah tersebut? Beliau menjawab: Jika
engkau suka tahanlah tanah itu dan sedekahkan manfaatnya! Maka dengan
petunjuk beliau itu, Umar menyedekahkan tanahnya dengan perjanjian tidak
akan dijual tanahnya, tidak dihibahkan dan tidak pula diwariskan.” (HR Bukhari
dan Muslim).

Syarat dan Rukun Wakaf


a. Syarat Wakaf
Syarat-syarat harta yang diwakafkan sebagai berikut:
1) Diwakafkan untuk selama-lamanya, tidak terbatas waktu tertentu
(disebut takbid).
2) Tunai tanpa menggantungkan pada suatu peristiwa di masa yang akan
datang. Misalnya, “Saya  wakafkan bila dapat keuntungan yang lebih besar
dari usaha yang akan datang”. Hal ini disebut tanjiz.
3) Jelas mauquf alaih nya (orang yang diberi wakaf) dan bisa dimiliki barang
yang diwakafkan, (mauquf) itu.
b. Rukun Wakaf
1) Orang yang berwakaf (wakif), syaratnya:
a) kehendak sendiri
b) berhak berbuat baik walaupun non Islam
2) Sesuatu (harta) yang diwakafkan (mauquf), syartanya;
a) barang yang dimilki dapat dipindahkan dan tetap zaknya, berfaedah saat
diberikan maupun dikemudian hari
b) milki sendiri walaupun hanya sebagian yang diwakafkan atau
musya (bercampur dan tidak dapat dipindahkan dengan bagian yang
lain.
3) Tempat berwakaf (yang berhaka menerima hasil wakaf itu), yakni orang
yang memilki sesuatu, anak dalam kandungan tidak syah.
4) Akad, misalnya: “Saya wakafkan ini kepada masjid, sekolah orang yang
tidak mampu dan sebagainya” tidak perlu qabul (jawab) kecuali yang
bersifat pribadi (bukan bersifat umum).
c. Perbedaan zakat, infaq dan shadaqah

Menurut Zakat Infaq Shadaqoh

Berdasarkan Amal tidak Amal tidak


kewajibannya Amal wajib wajib wajib

Waktu
pembayaranny
a Ditentukan Kapan saja Kapan saja

Memberika
n sebagian Membelanjakan
harta hartanya untuk
dengan kepentingan Membelanjakan
Berdasarkan ketentuan diri sendiri dan hartanya dijalan
ketentuannya tertentu keluarganya Allah

B. Macam-macam zakat dan dasar hukum zakat


1. Dasar hukum zakat
Zakat diwajibkan pada tahun ke 2 hijriyah setelah  pensyariatan zakat fitrah.
Dasar pensyariatannya yaitu al-Qur’an, sunah. dan ijma’. Allah
berfirman, “Tunaikanlah Zakat”. Para Ulama’ kemudian sepakat mewajibkan zakat.
Hadist tersebut menunjukkan bahwa zakat merupakan salah satu rukun islam.
Orang yang mengingkari zakat dinyatakan kafir, meskipun dia menunaikannya.
Orang yang menolak untuk mengeluarkan zakat harus diperangi dan dirampas
hartanya secara paksa, seperti yang dilakukan Abu Bakar as-Shiddiq.
2. Zakat fitrah
a. Pengertian zakat fitrah
Zakat fitrah adalah zakat jiwa yang diambil dari kata” fitrah” yang
merupakan asal kejadian. Sedangkan menurut pengertian syara’ adalah zakat yang
dikeluarkan oleh seorang muslim dari sebagian hartanya kepada orang-orang yang
membutuhkan untuk mensucikan jiwanya serta menambal kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada puasanya seperti perkataan yang kotor dan
perbuatan yang tidak ada gunanya. Diriwayatkan oleh Ibn Abbas, ia berkata:
‫ث َوطُ ْع َمةً لِ ْل َم َسا ِك ْي ِن‬ ْ ِ‫م َز َكاة َْالف‬.‫ض َرسُوْ ُل هللاِ ص‬
ِ َ‫ط ِر طُ ْه َرةً لِلصَّائِ ِم ِم ْن الَّل ْغ ِو َوالَّرف‬ َ ‫فَ َر‬
Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan diri orang puasa dari
perbuatan sia-sia(al-laghw) dan perkataan kotor (ar-rafats), sekaligus untuk
memberi makan orang-orang miskin.
3. Zakat mal
Zakat harta yang dikeluarkan apabila telah mencapai nisabnya.
C. Benda yang wajib dizakati dan nishabnya
1. Binatang ternak
Syarat wajib zakat binatang ternak, unta, sapi dan kambing wajib dizakati apabila
telah memenuhi enam syarat, yaitu:
a. Islam
b. Merdeka
 

c. Hak milik sempurna


d. Telah mencapai satu nishab
e. Telah genap satu tahun
f. Digembalakan

2. Zakat Tanaman
Syarat wajib zakat tanaman:
a. Pemiliknya islam
b. Pemiliknya merdeka
c. Milik sempurna
d. Ditanam oleh manusia
 

e. Berupa makanan pokok dan tahan lama


 

f. Mencapai satu nishab


 

3. Zakat emas dan perak


Syarat wajib zakat emas dan perak:
a. Islam
b.  Merdeka
c.  Milik yang sempurna
d.  Sampai satu nishab
e.  Sampai satu tahun disimpan
D. Ketentuan wajib zakat dan ashnafnya
1. Rukun dan Syarat Zakat
Rukun  dimaksud adalah unsur-unsur yang terdapat dalam zakat yaitu:
a. orang yang berzakat
b. harta yang dizakatkan
c. orang yang menerima zakat.
Sedangkan syarat-syarat zakat adalah ketentuan yang mesti terpenuhi dalam setiap
unsur tersebut. Syarat-syarat tersebut diantaranya:
a. Syarat orang yang berzakat (muzakki) adalah sebagai berikut : islam, telah baligh,
berakal, memiliki harta yang memenuhi syarat.
b. Syarat harta yang dizakatkan : harta yang baik, milik yang sempurna dari yang
berzakat, telah mencapai nisab, telah tersimpan selama satu tahun qamariyah atau
haul.
c. Syarat orang yang menerima zakat (mustahiq) adalah jelas adanya, baik ia orang
atau badan atau lembaga atau kegiatan.
2. Orang yang berhak menerima zakat (ashnaf)
Menurut mahdzab syafii orang yang berhak menerima zakat ada 8 kelompok, yaitu:
a. Fakir : orang yang tidak mempunyai harta dan usaha untuk mencukupi
kebutuhannya.
b. Miskin : orang yang memiliki harta atau usaha namun tidak mampu mencukupi
kebutuhannya, dan hidupnya serba kekurangan.
c. ‘Amil : semua orang yang bekerja mengurus zakat, sedangkan dia tidak mendapat
upah selain dari zakat itu.
d. Muallaf : ada empat macam: (1) orang yang baru masuk islam dan masih lemah
imannya,(2) orang islam yang berpengaruh dalam kaumnya, (3)orang yang
menolak kejahatan orang yang anti zakat, (4) orang kafir yang ada harapan untuk
masuk islam.
e. Memerdekakan Budak : seorang yang hamba yang dijanjikan merdeka setelah
menebus dirinya. Hamba itu diberi zakat sekedar untuk menebus dirinya.
f. Orang yang berhutang: orang yang berhutang karena mendamaikan dua orang
yang berselisih, orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya sendiri pada
keperluan yang mubah dan tidak maksiyat, orang yang berhutang untuk menjamin
hutang orang lain.
g. Ibnu sabil:  orang yang berjuang dijalan allah untuk menegakkan agamanya,
diberi zakat untuk keperluan hidupnya selama perjuangannya.
h. Musafir: orang yang melakukan perjalanan jauh dan tidak dalam maksiyat
mengalami kesengsaraan dalam perjalananya.
E. Perlunya pengembangan konsep wajib zakat, ashnaf, barang-barang zakat
dan pengelolaan zakat
Zakat adalah ibadah wajib yang berkaitan dengan harta benda. Seorang yang telah
memnuhi syarat dituntut untuk menunaikannya bukan semata-mata atas dasar kemurahan
hatinya, tetapi kalau terpaksa dengan penekana penguasa. Karena itu, agama menetapkan
‘amilin atau petugas khusus yang mengelolanya disamping menetapkan sanksi-sanksi
duniawi dan ukhrowi terhadap mereka yang enggan melaksanakannya.
Zakat diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya, yaitun delapan
golongan yang terdiri dari fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah dan ibnu
sabil. Karena itu zakat dapat dijadikan sumber dana potensial untuk kesejahteraan
masyarakat dan bangsa Indonesia.
Masyarakat dan kebutuhannya mengalami perkembangan maka penafsiran itu
perlu disesuaikan dengan kondisi yang ada. Bahkan macam zakat harta pun perlu
dikembangkan pula sesuai dengan perubahan operasionalnya.
F. Hal-hal yang menjadi persoalan yang berkaitan dengan zakat, infaq dan shadaqah
Contoh problematika dalam zakat, infaq dan shadaqah:
1. Apakah orang yang telah membayar pajak masih wajib mengeluarkan zakat?
Orang yang telah membayar pajak tetap harus mengeluarkan zakat. Karena zakat
dan pajak mempunyai perbedaan. Menurut masfuk Zuhdi perbedaannya adalah:
a. Dasar hukum zakat dari Al-Qur’an sedang pajak dari undang-undang.
b. Zakat merupakan kewajiban agama sedang pajak kewajiban sebagai warga
Negara.
c. Zakat ada prosentase nisab
d. Sasaran zakat adalah 8 asnaf (golongan)
e. Zakat berhubungan dengan Allah sedang pajak berhubungan dengan
pemerintah
2. Apakah dapat dibenarkan zakat diberikan untuk beasiswa?
a. Sebagian ahli fiqh memasukkan orang-orang yang menghabiskan waktunya
untuk menuntut ilmu kedalam kadegori fuqara walaupun mereka mampu untuk
bekerja, mereka boleh diberi zakat.
b. Dari kitab Kasyafil Qana’ : seandainya seorang menghabiskan waktunya untuk
menuntut ilmu syar’I walaupun bukan kegarusan baginya ia mampu untuk
bekerja tetapi tidak mungkin berhasil memperoleh ilmu, jika bersama dengan
kerja maka ia diberi zakat karena kebutuhannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Zakat berarti sesuatu yang dikeluarkan atas nama harta atau badan dengan mekanisme
tertentu. infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan
untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran islam. shadaqah adalah pemberian
harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain
yang berhak menerima shadaqah,  tanpa disertai imbalan.
2. Para Ulama’ kemudian sepakat mewajibkan zakat. Hadist tersebut menunjukkan
bahwa zakat merupakan salah satu rukun islam.orang yang mengingkari zakat
dinyatakan kafir, meskipun dia menunaikannya.
Macam zakat yaitu zakat fitrah dan zakat mall.
a. Harta yang wajib dizakati adalah hewan ternak, tanaman, barang terpendam, emas
perak,  harta perniagaan, zakat profesi, barang tambang.
b. Orang yang berhak menerima zakat adalah fakir, miskin, ‘amil, muallaf,
garim,riqab, sabil, ibnu sabi.
3. Wakaf menahan dzat/benda dan membiarkan nilai manfaatnya demi mendapatkan
pahala dari Allah Ta’ala. Merupakan ibadah kebendaan yang secara tekstualitas tidak
ditemukan ayat nya di dalam al-Quran, kecuali ada beberapa hadist Nabi yang  secara
eksplisit memberikan kepastian tentang hukum wakaf. Wakaf adalah amalan yang
disunnahkan, teermasuk jenis sedekah yang paling utama yang dianjurkan Allah dan
termasuk bentuk taqarrub yang ermulia, serta merupakan bentuk kebaikan dan ihsan
yang terluas serta banyak manfaatnya.Wakaf merupakan amal yang tidak pernah
terputus, meski orang yang memberikan wakaf sudah meninggal dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, fiqh ibadah, (jakarta:
Amzah, 2009), hlm.343
Amir Syarifuddin,Garis-garis Besar fiqh , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)
hlm. 40.
Hasbi as-Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm. 6-7
Saifudin zuhri, zakat di era reformasi, (Semarang: Bima Sejati, 2012)hal.154-155.
Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, (Jakarta: Niaga Swadaya, 2010), hlm.433-434

Anda mungkin juga menyukai