Anda di halaman 1dari 11

AKAD

Dosen Pengampu

Norwili M.H.I

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Annisa Rahimah ( 2012130091)

Ahmad Sairaji (2012130049

Sigit (2012130090)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

FAKULTAS SYARIAH PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

KALIMANTAN TENGAH

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “Akad “ dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah hokum bisnis. Penulis berharap makalah Akad dan Pengaruhnya Dalam
Penetapan Hukum dapat menjadi referensi.

Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan
dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten, penulis memohon maaf. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Palangka Raya, 24 Maret 2021

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................4
C. TUJUAN...............................................................................................................................4
D. METODE PENULISAN......................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
1. PENGERTIAN AKAD........................................................................................................5
2. TERBENTUKNYA AQAD.................................................................................................5
3. SYARAT AQAD..................................................................................................................6
4. DAMPAK AKAD.................................................................................................................6
5. MACAM-MACAM AQAD.................................................................................................7
6. PRINSIP-PRINSIP AKAD..................................................................................................8
7. BERAKHIRNYA AKAD....................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP......................................................................................................................................10
KESIMPULAN..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akad merupakan perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul
(penerimaan) antara satu pihak dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban
masing-masing sesusi dengan prinsip syariah. Salah satu akad yang digunakan BMT
dalam transaksi pembiayaan berbasis jual beli adalah murabahah. Murabahah adalah
kontrak jual-beli dimana bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai
pembeli. Undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah telah
merumuskan maksud dari akad, bahwa “ Akad adalah kesepakatan tertulis antara
Bank Syari’ah atau Unit Usaha Syari’ah dan pihak lain yang membuat adanya hak
dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syari’ah’’

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Akad ?
2. Bagaimana proses pembentukan Akad ?
3. Apa saja syarat syarat Akad ?
4. Bagaimana dampak dari akad?
5. Apa saja macam macam akad?
6. Bagaimana jika Akad berakhir?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui tentang pengertian, pembentukan, syarat,dampak, macam
macam, dan akhir dari Akad.

D. METODE PENULISAN
Menggunakan metode pustaka dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan judul, baik berupa buku
maupun informasi di internet.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AKAD
Akad ( Arab: ُ‫( = ْدقَانع‬perikatan, perjanjian dan permufakatan).1Pertalian ijab
(pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan menerima ikatan), sesuai
dengan kehendak syari’at yang berpengaruh pada objek perikatan. Demikian
dijelaskan dalam Ensiklopedi Hukum Islam. Secara etimologi (bahasa), aqad
mempunyai beberapa arti, antara lain:2

a. Mengikat (ar-Aabthu), yaitu: mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah
satunya dengan yang lain sehingga bersambung dikemudian menjadi sebagai
sepotong benda.
b. Sambungan (Aqdatun), yaitu: sambungan yang menjadi memegang kedua ujung
itu dan mengikatnya.
c. Janji (Al-Ahdu) sebagaimana dijelaskan kedalam Alquran yang artinya
“sebenarnya siapa yang menepati janji dan bertakwa, Maka Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertakwa”. (Q.S.Ali-Imran 3:76)3

2. TERBENTUKNYA AQAD
Diperlukan syarat-syarat agar unsur-unsur yang membentuk aqad dapat
berfungsi membentuk aqad. Syarat-syarat yang terkait dengan rukun aqad ini disebut
syarat terbentuknya aqad (syuruth al-in‟iqadd) yaitu:

1) Tamyiz
2) Berbilang pihak atau pihak-pihak yang beraqad (atta‟adud)
3) Persesuaian ijab dan qabul (kesepakatan)
4) Kesatuan majlis aqad
5) Objek aqad dapat diserahkan
6) Objek aqad tertentu atau dapat ditentukan

1
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT Gaya Media Pratama, 2007), h. 97
2
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), h.13
3
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, (Bandung: PT Diponogoro, 2014), h. 59

5
7) Objek aqad dapat ditransaksikan (artinya berupa benda bernilai dan memiliki/
mutaqawwin dan mamluk)
8) Tujuan aqad tidak bertentangan dengan syara’.4

3. SYARAT AQAD
Setiap pembentuk aqad atau akad syarat yang ditentukan syara’ yang wajib
disempurnakan. Syaratsyarat umum yang harus dipenuhi dalam berbagai macam aqad
yaitu:

1) Kedua orang yang melakukan aqad cakap bertindak (ahli). Tidak sah akad
orang gila, orang yang berada di bawah pengampuan (mahjur) karena boros
atau lainnya.
2) Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
3) Akad itu diizinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak
melakukannya walaupun dia bukan aqid yang memiliki barang.
4) Aqad tidak dilarang oleh syara’.
5) Aqad dapat memberikan faedah.
6) Ijab tersebut berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul.
7) Ijab dan qabul bersambung jika berpisah sebelum adanya qabul maka batal.5

4. DAMPAK AKAD
Dampak hukum dari suatu akad adalah :

1) Terjadi perpindahan hak dan kewajiban dari para pihak (timbal balik)
2) Terjadi Perpindahan kepemilikan dari satu pihak kepada pihak lain
3) Berubahnya status hukum ( Dari Haram menjadi Halal).6

4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2005) h. 44 23
5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2005) h. 44
6
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, ( Jakarta, Gema Insani,2001) h. 18

6
5. MACAM-MACAM AQAD
Para ulama fiqh mengemukakan bahwa aqad itu bisa dibagi dari berbagai segi
keabsahannya.

Menurut syara’ dapat dibagi menjadi:7

a. Akad Sahih yaitu akad yang telah memenuhi rukun dan syarat. Hukum
dari akad shahih ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum yang
ditimbulkan akad itu serta mengikat kedua belah pihak yang berakad.
Ulama Hanafiyah dan Malikiyah membagi akad shahih ini menjadi dua
macam yaitu:
1) Akad Nafis (sempurna untuk dilaksanakan), yaitu akad yang
dilangsungkan sesuai dengan rukun dan syaratnya dan tidak ada
penghalang untuk melaksanakannya.
2) Akad Mauquf yaitu akad yang dilaksanakan seseorang yang cakap
bertindak hukum, tetapi ia memiliki kekuasaan untuk
melangsungkan dan melaksanakan akad itu.
Dilihat dari segi mengikat atau tidaknya, para ulama fiqh
membagi menjadi dua macam:
i. Akad yang bersifat mengikat bagi para pihakpihak yang
berakad, sehingga salah satu pihak tidak boleh
membatalkan akad itu tanpa seizin pihak lain.
ii. Akad yang tidak bersifat mengikat bagi pihakpihak yang
melakukan akad, seperti dalam akad al-wakalah
(perwakilan), (pinjam-meminjam), dan al-wadi‟ah (barang
titipan).
b. Akad yang tidak sahih yaitu akad yang terdapat kekurangan pada rukun
dan syaratnya sehingga seluruh akibat hukumnya tidak berlaku dan tidak
mengikat kedua belah pihak yang berakad.
Ulama Hanafiyah membagi menjadi dua macam yaitu akad yang fasad
dan akad yang batil. Akad yang batil adalah akad yang tidak memenuhi
salah satu rukun atau terdapat larangan dari syara’. Sedangakan akad fasad
adalah akad yang pada dasarnya disyariatkan tetapi sifat yang diakadkan
tidak jelas.
7
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007) h. 108

7
Menurut tujuannya, akad dibagi menjadi:
i. Akad Tabarru’ : Akad tabarru’ adalah segala macam
perjanjian yang menyangkut transaksi yang tidak mengejar
keuntungan (non profit transaction). Akad tabarru’ dilakukan
dengan tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan,
sehingga pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak
mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan
dari akad tabarru’ adalah dari Allah, bukan dari manusia.
Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh
meminta kepada rekan transaksi-nya untuk sekedar menutupi
biaya yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad, tanpa
mengambil laba dari tabarru’ tersebut.
ii. Akad Tijarah: Akad tijarah adalah segala macam perjanjian
yang menyangkut transaksi yang mengejar keuntungan (profit
orientation). Akad ini dilakukan dengan tujuan mencari
keuntungan, karena itu bersifat komersiil. Hal ini didasarkan
atas kaidah bisnis bahwa bisnis adalah suatu aktivitas untuk
memperoleh keuntungan.8

6. PRINSIP-PRINSIP AKAD
Dalam Hukum Islam telah menetapkan beberapa prinsip akad yang berpengaruh
kepada pelaksanaan akad yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang perkepentingan
adalah sebagai berikit:

a. Prinsip Kebebasan Berkontrak


b. Prinsip Perjanjian itu Mengikat
c. Prinsip Kesepakatan Bersama
d. Prinsip Ibadah
e. Prinsip Keadilan dan Keseimbangan Prestasi
f. Prinsip Kejujuran (Amanah)

8
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah,(Jakarta : PT Rajawali, 2010) h. 35

8
7. BERAKHIRNYA AKAD
Akad akan berakhir apabila9:

a. Berakhirnya masa berlaku akad itu, apabila akad itu memiliki tenggang
waktu.
b. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila kad itu sifatnya tidak
mengikat.
c. Dalam akad yang bersifat mengikat, suatu akad bisa dianggap berakhir jika:
i. jual beli itu fasad, seperti terdapat unsur-unsur tipuan salah satu rukun
atau syaratnya tidak terpenuhi;
ii. berlakunya khiyar syarat, khiyar aib, atau khiyar rukyah;
iii. akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak; dan
iv. tercapainya tujuan akad itu secara sempurna.
d. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia. Dalam hubungan ini para
ulama fiqh menyatakan bahwa tidak semua akad otomatis berakhir dengan
wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad. Akad yang bisa berakhir
dengan wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad, diantaranya
adalah akad sewa-menyewa.

9
Ibid., h.109

9
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pertalian ijab dan qabul , sesuai dengan kehendak syari’at yang berpengaruh pada
objek perikatan. Demikian dijelaskan dalam Ensiklopedi Hukum Islam. Janji sebagaimana
dijelaskan kedalam Alquran yang artinya «sebenarnya siapa yang menepati janji dan
bertakwa, Maka Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa».
Berakhirnya masa berlaku akad itu, apabila akad itu memiliki tenggang waktu. Dalam
hubungan ini para ulama fiqh menyatakan bahwa tidak semua akad otomatis berakhir dengan
wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad. 

10
DAFTAR PUSTAKA

Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT Gaya Media Pratama, 2007), h. 97

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2003), h.13

Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, (Bandung: PT Diponogoro, 2014), h.


59

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2005) h. 44 23

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2005) h. 44

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, ( Jakarta, Gema
Insani,2001) h. 18

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007) h. 108

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah,(Jakarta : PT Rajawali, 2010) h. 35

Ibid., h.109

11

Anda mungkin juga menyukai