Anda di halaman 1dari 11

3.3.8.

Analisis Transportasi
Analisis Transportasi adalah sebuah analisis yang bertujuan untuk mempermudah
pergerakan atau mobilisasi untuk menumbuhkan perekonomian sebuah kawasan, serta
mendukung fungsi dari masing-masing zona. Analisis ini dilakukan pada pusat kegiatan
untuk memproyeksikan kebutuhan lalu lintas dan digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan rencana struktur ruang. Analisis transportasi juga dapat menghasilkan
sebuah spesialisasi terapan yang heterogen diantaranya rekayasa jalan raya (highway
engineering), transportasi angkutan barang (freight transportation), manajemen
transportasi, perencanaan bandara, perencanaan dan pengembangan pelabuhan, regulasi
transportasi, transportasi ekonomi, dan dampak lingkungan [ CITATION Bam14 \l 1033 ].

A. Analisis Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)


Analisis tingkat pelayanan jalan atau level of service merupakan analisis yang
mengikut sertakan dua buah faktor yang saling berlawanan yaitu kecepatan rata-rata ruang
volume lalu lintas. Analisis ini juga membandingkan antara volume lalu lintas dengan
kapasitas suatu jalan. Jika volume suatu lalu lintas rendah maka suatu kendaraan akan
melaju dengan kecepatan rata-rata ruang yang tinggi. Begitupun sebaliknya apabila volume
lalui lintas tinggi, maka laju kecepatan suatu kendaraan akan memiliki kecepatan rata-rata
ruang yang rendah [ CITATION Rim14 \l 1033 ].
Ukuran efektivitas tingkat pelayanan jalan atau level of service (LOS) suatu jalan
dapat dibedakan menjadi enam kelas, yakni A untuk tingkat pelayanan yang sangat baik
hingga F untuk tingkat pelayanan yang sangat buruk. Pengelompokan enam kelas tersebut
dapat dimodelkan dalam bentuk derajat kejenuhan (DS). Derajat kejenuhan (DS)
meruapakan perbandingan antara arus jalan terhadap kapasitas, yang digunakan sebagai
faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja. Nilai DS juga bertujuan untuk
mengidentifikasi apakah jalan tersebut memiliki masalah kapasitas atau tidak. [ CITATION
Lis15 \l 1033 ]. Persamaan dasar untuk menentukan derajat kejenuhan yakni sebagai berikut;
Rumus… Rumus Derajat Kejenuhan
QC
DS=
C
Keterangan:
DS = Derajat Kejenuhan
Q = Arus lalu lintas (smp/jam)

1
C = Kapasitas (smp/jam)
Berdasarkan rumus tersebut dapat teridentifikasi apabila nilai DS kurang dari 0,75
maka jalan tersebut masih tergolong layak untuk dilintasi. Akan tetapi, apabila nilai DS
lebih dari 0,75 maka diperlukan penanganan pada jalan tersebut untuk mengurangi tingkat
kepadatan lalu lintas.

Tabel… Hubungan tingkat pelayanan dengan derajat kejenuhan


Tingkat Derajat
Pelayana Kejenuhan Keterangan
n (DS)
A 0,00 — 0,20 Arus bebas, kecepatan bebas
B 0,20 — 0,44 Arus stabil, kecepatan mulai terbatas
C 0,45 — 0,74 Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan
dikendalikan
D 0,75 — 0,84 Arus tidak stabil, kecepatan menurun
E 0,85 — 1,00 Arus stabil, kendaraan tersendat
F ≥ 1,00 Arus terhambat, kecepatan rendah
Sumber: Highway Capacity Manual
Adapun data-data yang dibutuhkan untuk mengetahui kapasitas dasar jalan (Co)
yaitu dibutuhkan beberapa faktor diantaranya faktor penyesuaian pemisah lebar jalan
(FCw), faktor penyesuaian pemisah arah (FCsp), faktor penyesuaian hambatan samping
(FCsf), dan faktor penyesuaian ukuran kota (FCs). Dalam perhitungan analisis tingkat
pelayanan jalan dapat diketahui dengan melakukan perhitungan perbandingan antara
volume lalu lintas dengan kapasitas dasar jalan (V/C).
1. Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas merupakan banyaknya kendaraan yang melintasi suatu jalan
pada titik dengan interval waktu tertentu seperti halnya pada setiap interval 1 jam 15 menit
dalam 1 hari bahkan dalam 1 tahun. Fluktuasi volume arus lalu lintas pada suatu ruas jalan
dalam waktu yang singkat akan menjadi hal yang penting untuk mengetahui kondisi
operasional lalu lintas dalam rentang waktu pengamatan misalnya 15 menitan. Perhitungan
volume lalu lintas dilakukan pada setiap interval waktu kurang dari 1 jam yang biasa
disebut dengan nilai arus (flow rate) [ CITATION Mas12 \l 1033 ].
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari faktor volume jam puncak (FJP)
didapat dari hubungan antara nilai arus dengan volume jam-an dengan formula sebagai
berikut:

2
Rumus… Rumus Faktor Volume Jam Puncak
V
FJP=
Q15
Keterangan:
FJP = Faktor Volume Jam Puncak
V = Volume jam-an (smp/jam)
Q15 = Arus lalu lintas (smp/15 menitan)
Menurut, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) jenis kendaraan dibagi empat
jenis yaitu kendaraan ringan (low vehicle), kendaraan berat (high vehicle), sepeda motor
(motorcycle), dan kendaraan tak bermotor. Pada kendaraan ringan atau low vehicle
meliputi kendaraan bermotor ber-as dua dengan empat roda dan jarak antar as dua hingga
tiga meter seperti mobil penumpang, oplet, mikrobis, pick-up dan truk kecil sesuai sistem
klasifikasi Direktorat Jenderal Bina Marga. Pada jenis kendaraan berat atau high vehicle
meliputi kendaraan bermotor dengan lebih dari empat roda seperti bis, truk dua as, truk tiga
as dan truk kombinasi sesuai sistem klasifikasi Direktorat Jenderal Bina Marga. Kemudian,
pada jenis kendaraan sepeda motor atau motorcycle yang meliputi kendaraan bermotor
dengan dua atau tiga roda seperti sepeda motor dan kendaraan roda tiga sesuai sistem
klasifikasi Direktorat Jenderal Bina Marga. Kendaraan tak bermotor meliputi kendaraan
dengan roda yang digerakkan oleh orang atau hewan seperti sepeda, becak, kereta kuda
dan kereta dorong sesuai dengan sistem klasifikasi Direktorat Jenderal Bina Marga.
Berikut rumus perhitungan volume kendaraan bermotor;
Rumus … Rumus Kendaraan Bermotor

Qsmp = (E𝑚𝑝𝐿𝑉 x LV + E𝑚𝑝𝐻𝑉 x HV + E𝑚𝑝𝑀𝐶 x MC)

Keterangan;
Qsmp = Volume Kendaraan Bermotor (smp/jam)
E𝑚𝑝𝐿𝑉 = Nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan ringan
E𝑚𝑝𝐻𝑉 = Nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan berat
E𝑚𝑝𝑀𝐶 = Nilai ekivalen mobil penumpang untuk sepeda motor
LV = notasi untuk kendaraan ringan
HV = notasi untuk kendaraan berat
MC = notasi untuk sepeda motor
2. Kecepatan Lalu Lintas

3
Kecepatan lalu lintas merupakan parameter kedua yang digunakan dalam analisis
tingkat pelayanan jalan yang menggambarkan karakteristik lalu lintas di suatu jalan.
Kecepatan juga diartikan sebagai jarak tempuh kendaraan pada suatu penggal jalan
dibahagi dengan jarak tempuhnya dan biasanya dinyatakan dalam satuan kilometer per jam
[ CITATION Mas12 \l 1033 ]. Kecepatan arus lalu lintas (S) dapat dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut;
Rumus… Rumus kecepatan arus lalu lintas
D
S=
T
Keterangan;
D = Jarak tempuh (km)
T = Waktu tempuh (jam)
S = Kecepatan (km/jam)

3. Kapasitas Lalu Lintas


Berdasarkan MKJI, kapasitas lalu lintas merupakan arus maksimum yang melalui
suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertenru. Pada
aspek ini pada dua lajur dua arah kapasitas ditentukan per jalur. Kapasital lalu lintas juga
telah diperkirakan dari hasil analisis kondisi iringan lalu lintas dan secara teoritis dengan
mengasumsikan hubungan matematika antara kerapatan, kecepatan, dan arus. Hal tersebut
disebabkan karena letak suatu lokasi yang memiliki arus harus mendekati kapasitas
segmen jalan, sebagaimana yang terlihat dari kapasitas simpang sepanjang jalan. Kapasitas
lalu lintas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang atau ditulis smp. Adapun persamaan
dasar yang digunakan untuk menentukan kapasitas jalan sebagai berikut;
Rumus… Rumus Kapasitas Lalu Lintas

𝐶 = 𝐶𝑜 × 𝐹𝐶𝑤 × 𝐹𝐶𝑠𝑝 × 𝐹𝐶𝑠𝑓 × 𝐹𝐶𝑐𝑠

Keterangan;
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam) (biasanya digunakan angka 2300 smp/jam)
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCsp = Faktor penyesuaian pemisahan arah

4
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota

Pada indikator kapasitas dasar yang digunakan sebagai acuan yakni sebagai berikut;
Tabel… Tabel Kapasitas Dasar Lalu Lintas Kota
Kapasitas Dasar
Tipe Jalan Keterangan
(smp/jam)
Enam atau Empat Terbagi atau Jalan Satu 1650 Per lajur
Arah
Empat lajur tak terbagi 1500 Per lajur
Dua lajur tak terbagi 2900 Total dua arah
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia
Dengan meninjau Tabel… yang mengidentifikasi kapasitas dasar jalan perkotaan
dengan empat, dua lajur tak terbagi dan enam atau empat terbagi atau jalan satu arah.
Adapun faktor penyesuaian yang memengaruhi lebar jalan (FCw) yang berpacu pada tabel
di bawah ini;
Tabel… Tabel Penyesuaian Kapasitas untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Tipe Jalan Lebar Jalur Lalu Lintas (Cw) (m) FCw
Enam atau empat lajur Per lajur
terbagi atau jalan satu arah 3,00 0,92
3,25 0,96
3,50 1,00
3,75 1,04
4,00 1,08
Empat lajur tak terbagi Per lajur
3,00 0,91
3,25 0,95
3,50 1,00
3,75 1,05
4,00 1,09
Dua lajur tak terbagi Total dua arah
5 0,56
6 0,87
7 1,00
8 1,14
9 1,25
10 1,29
11 1,34
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia

5
Selain itu, juga terdapat nilai faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisah arah atau
FCsp yang dijadikan landasarn dasar pada tabel di bawah ini;
Tabel… Tabel Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pemisahan Arah

Pemisahan arah SP% 50 — 50 55 — 45 60 — 40 65 — 35 70 — 30

Dua lajur 2/2 1,0 0,97 0,94 0,91 0,88


FCsp
Empat lajur 4/2 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia
Ada pula faktor penyesuaian hambatan samping serta bahu jalan (FCsf) yang
ditentukan dengan menjadi dasar acuan pada tabel di bawah ini;
Tabel… Tabel Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan Bahu Jalan (FCsf)
Faktor Penyesuaian untuk Hambatan samping lebar bahu (FCsf)
Kelas
Tipe
Hambatan Lebar Bahu Efektif Ws
Jalan
Samping
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
4/2 D VL 0,96 0,98 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,88 0,92 0,95 0,98
VH 0,84 0,88 0,92 0,96
4/2 UD VL 0,96 0,99 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,87 0,91 0,94 0,98
VH 0,80 0,86 0,90 0,95
2/2 UD VL 0,94 0,96 0,99 1,01
atau L 0,92 0,94 0,97 1,00
Jalan M 0,89 0,92 0,95 0,98
satu H 0,82 0,86 0,90 0,95
arah VH 0,73 0,79 0,85 0,91
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia
Berikut merupakan faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh ukuran kota
(FCcs) yang dijadikan dasar acuan pada tabel di bawah ini;
Tabel… Tabel Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pengaruh Ukuran Kota (FCcs)
Faktor Penyesuaian untuk
Ukuran Kota (Juta Penduduk)
Ukuran Kota
< 0,1 0,86
0,1—0,5 0,9
0,5—1,0 0,94
1,0—3,0 1
>3,0 1,04

6
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia

4. Kapasitas Lalu Lintas Antar Kota


Rumus… Rumus Lalu Lintas Jalan Antar Kota

𝐶 = 𝐶𝑜 × 𝐹𝐶𝑤 × 𝐹𝐶𝑠𝑝 × 𝐹𝐶𝑠𝑓

Keterangan:
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas Dasar
FCw = Faktor Penyesuaian Lebar Jalan
FCsp = Faktor penyesuaian arah lalu lintas
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
Kapasitas dasar untuk jalan dua lajur dua arah tanpa pemisah ditunjukkan dalam
tabel berikut.
Tabel … Tabel Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pengaruh Ukuran Kota (FCcs)
Kapasitas dasar total kedua arah
Tipe jalan/tipe alinyemen
(smp/jam)
Dua lajur tak terbagi
- Datar 3100
- Bukit 3000
- Gunung 2900
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia

Berbeda dengan kapasitas dasar untuk jalan 4 lajur dua arah tidak berpemisah dan
berpemisah sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini;
Tabel … Tabel Kapasitas Dasar Jalan Empat Lajur Dua Arah Tidak Berpemisah dan
Berpemisah
Kapasitas Dasar Total Kedua Arah
Tipe Jalan/Tipe Alinyemen
(smp/jam/jalur)
Empat lajur terbagi
- Datar 1900
- Bukit 1850
- Gunung 1800
Empat lajur tak terbagi
- Datar 1700
- Bukit 1650
- Gunung 1600
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia

7
Adapun faktor penyesuaian lebar jalan antar kota ditentukan dengan mengacu pada
tabel di bawah ini;
Tabel… Tabel Faktor Penyesuaian Lebar Jalan/Lajur Antar Kota
Lebar efektif lajur lalu
Tipe Jalan FCw
lintas (Wc) (m)
Empat lajur terbagi Per lajur 2 0,91
3,25 0,96
Enam lajur terbagi 3,5 1
3,75 1,03
Per lajur 3 0,91
3,25 0,96
Empat lajur tak terbagi
3,5 1
3,75 1,03
Total kedua arah 5 0,69
6 0,91
7 1
Dua lajur tak terbagi 8 1,08
9 1,15
10 1,21
11 1,27
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia

Nilai faktor penysuaian arah lalu lintas juga dapat diidentifikasi dengan menjadikan
dasar acuan pada tabel di bawah ini;
Tabel… Tabel Faktor Penyesuaian Arah Jalan Antar Kota
Pemisahan Arah SP %
50 — 50 55 — 45 60 — 40 65 — 35 70 — 30
—%
Dua lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
FCSPB
Empat lajur 4/2 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia
Adapun nilai faktor penyesuaian hambatan samping yang dapat ditentukan yang
dijasikan dasar acuan pada tabel di bawah ini;
Tabel … Tabel Faktor Penyesuaian Hambatan Samping Jalan Antar Kota
Kelas Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping (FCSF)
Tipe
Hambatan Lebar Bahu Efektif Ws
Jalan
Samping ≤ 0,5 1 1,5 ≥2,0
VL 0,99 1 1,01 1,03
L 0,96 0,97 0,99 1,01
M 0,93 0,95 0,96 0,99
4/2 D
H 0,9 0,92 0,95 0,97
VH 0,88 0,9 0,93 0,96
2/2 UD VL 0,97 0,99 1 1,02

8
L 0,93 0,95 0,97 1
M 0,88 0,91 0,94 0,98
4/2 UD
H 0,84 0,87 0,91 0,95
VH 0,8 0,83 0,88 0,92
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia

B. Analisis Kualitas Jalan


Analisis kualitas jalan meninjau dua aspek yang ditentukan oleh penentuan
program penanganan perawatan terhadap lalu lintas atau jalan yang memiliki perkerasan
aspal atau beton semen serta perkerasan non-aspal maupun non-beton semen. Hal tersebut
dapat ditinjau pada tabel di bawah ini;
Tabel … Tabel Penentuan Program Penanganan Pemeliharaan Jalan Berpenutup Aspal
maupun Beton
Persentase Batasan Kerusakan
Program Penanganan
Kondisi Jalan (persentase terhadap lapisan
(Treatment)
terluar perkerasan permukaan)
Baik (B) < 6% Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin /
Sedang (S) 6 — <11%
Berkala
Pemeliharaan
Rusak Ringan (RR) 11 — <15%
Rehabilitasi
Rekonstruksi /
Rusak Berat (RB) 15 > %
Peningkatan Struktur
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 13/PRT?M/2011

C. Analisis Pengembangan Jalur Pedestrian


Kata pedestrian sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu pedos yang berarti kaki,
sehingga pedestrian dapat didefinisikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki,
sedangkan jalan merupakan media dia atas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan
berjalan [ CITATION Nur14 \l 1033 ]. Sehingga, pedestrian dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan yang berpindah atau pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain dengan
berjalan kaki.
Analisis pengembangan jalur pedestrian mencakup kegiatan serta fungsi dari jalur
pedestrian pada daerah perkotaan, yakni;
1. Sebagai fasilitas penggerak bagi para pejalan kaki

9
2. Sebagai media interaksi sosial
3. Sebagai unsur pendukung, keindahan dan kenyamanan kota.
Beberapa pengalaman positif dari penerapan konsep pedestrianisasi dalam
perencanaan dan perancangan ruang kota antara lain:
1. Pedestrianisasi dapat menumbuhkan aktifitas yang sehat sehingga mengurangi
kerawanan kriminalitas.
2. Pedestrianisasi dapat merangsang berbagai kegiatan ekonomi, sehingga dapat
mendukung perkembangan kawasan bisnis yang menarik.
3. Pedestrianisasi sangat menguntungkan sebagai ajang kegiatan promosi, pameran
dan kampanye
4. Jalur pedestrian merupakan daerah yang menarik untuk kegiatan sosial, berekreasi
dan lain-lain.
5. Pedestrianisasi mampu menghadirkan suasana dan lingkungan yang spesifik, unik
dan dinamis di lingkungan pusat kota.
6. Berdampak positif terhadap upaya penurunan tingkat pencemaran udara dan suara.

Dalam analisi ini, penyediaan prasarana jaringan pejalan kaki dibutuhkan pada
setiap jenis fungsi jalan yang meliputi jalan arteri dan jalan kolektor, serta terkait dengan
penggunaan lahan yang dilintasi oleh jalur pedestrian itu sendiri. Kebutuhan
pengembangan prasarana jaringan pejalan kaki itu ditinjau berdasarkan fungsi jalan serta
penggunaan lahan yang dapat dimodelkan ke dalam bentuk tabel sebagai berikut;
Tabel … Tabel Kebutuhan Pengembangan Jaringan Pejalan Kaki Berdasarkan Fungsi dan
Penggunaan Lahan
Perumahan
Fungsi Jalan Komersial
0—3 Unit/ha 4—10 unit/ha >10 unit/ha
Arteri 2 2 2 2
Kolektor 2 2 2 2
Lokal /
2 0 1 2
Lingkungan
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03 Tahun 2014
Keterangan; 2 = Dibutuhkan pada kedua sisi jalan
1 = Dibutuhkan pada hanya satu sisi jalan
0 = Diharapkan namun tidak terlalu diperlukan
Tabel… Tabel Lebar Pejalan Kaki yang sesuai dengan Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Lebar Minimum (m) Lebar yang Dianjurkan (m)

10
Perumahan 1,6 2,75
Perkantoran 2 3
Industri 2 3
Sekolah 2 3
Terminal 2 3
Pertokoan 2 4
Jembatan dan terowongan 1 1
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03 Tahun 2014

Adapun penyediaan prasarana jaringan pejalan kaki atau pedestrian yang ditinjau
dari karakteristik atau fungsi jalan yang harus mempertimbangkan dimensi atau
ketersediaan ruang pada ruang milik lalu lintas atau jalan yang cukup. Selain itu, volume
dan kecepatan kendaraan yang melintasi di jalan juga penting untuk diperhatikan dalam
analisis pengembangan jalur pedestrian. Selain itu, jumlah penduduk, pengunjung, serta
jumlah unit rumah menjadi aspek yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan tingkat
pelayanan jalan dan tingkat pelayanan trotoar yang memadai. Interkoneksi antarmoda
transportasi dan ketersediaan sistem angkutan umum juga merupakan salah satu hal yang
penting untuk ditinjau. Oleh karena itu, dibutuhkan data-data yang digunakan untuk teknik
analisis ketersediaan dan dimensi jalur khussu pedestrian yang dapat ditinjau pada tabel
berikut;
Tabel… Data Analisis Ketersediaan dan Dimensi Jalur Khusus Pedestrian
Variabel Sub Variabel Data yang dibutuhkan
Jaringan Transportasi Jalur Khusus Pedestrian 1. Ketersediaan fasilitas
pejalan kaki
2. Lebar Trotoar
3. Ketersediaan Jalur Hijau
4. Jumlah Penduduk
5. Ketersediaan
Penyebrangan
6. Letak Prasarana Jalur
Khusus Pejalan Kaki

11

Anda mungkin juga menyukai