Anda di halaman 1dari 6

 

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM (LKP)


PERUNDANG-UNDANGAN
PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN
 Nama Mahasiswa : 1. Megananda Larasati (P1337433117062)
(P1337433117062)
2. Marliana Anggraini (P1337433117063)
(P1337433117063)
3. Wahyu Tri Ariani (P1337433117
(P1337433117064)
064)
4. Leni Verlianti (P1337433117065)
(P1337433117065)
5. Fania Dita Primanda (P1337433117066)
(P1337433117066)
Kelas/Semester : 3B/5 (Lima)
Program Studi : D III Kesehatan Lingkungan Purwokerto

Materi Praktek ke-6:


Telusur dan telaah: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit  
7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
(Materi : Intensitas Pencahayaan Ruang Pasien Saat Tidak Tidur)

INSTRUKSI KEGIATAN PRAKTIK:


A.  Mendownload regulasi “Peraturan
“Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
 Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingk
Lingkungan
ungan Rumah Sakit”. 
Sakit”. 

B.  DASAR TEORI

Ruang rawat inap sebuah rumah sakit merupakan salah satu wujud fasilitas
fisik yang penting keberadaannya bagi pelayanan pasien. Tata pencahayaan dalam
ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan dan proses kesembuhan pasien
selama menjalani perawatan dan berpengaruh bagi kelancaran paramedis dalam
menjalankan aktivitasnya. Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam
 perancangan ruang.Ruang yang ttelah
elah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya
dengan baik apabila tidak disediakan akses pencahayaan. Pencahayaan di dalam
ruang memungkinkan orang yang menempatinya dapat melihat benda-benda.
Tanpa dapat melihat benda-benda dengan jelas maka aktivitasnya di dalam ruang
akan terganggu. Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata
dengan berkurangnya daya efesiensi kerja, kelelahan mental dan sakit kepala sekitar
mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Brewer, 2006;
Sakai, 2009).Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga
kerja dapat melihat objek yang dikerjakan secara
secar a jelas, cepat dan tanpa upaya yang
 

tidak perlu (Hoffman, 2008; Richa, 2009).Dengan demikian intensitas cahaya perlu
diatur untuk menghasilkan kesesuaian kebutuhan penglihatan di dalam ruang
 berdasarkan jenis aktivitas-aktivitasnya.Arah cahaya yang frontal terhadap arah
 pandang mata dapat menciptakan kesialauan.Oleh karena itu arah cahaya beserta
efek-efek pantulan atau pembiasannya juga perlu diatur untuk menciptakan
kenyamanan penglihatan ruang. 
C.  ALAT
1.  Lux Meter

D.  BAHAN
1.  Alat Tulis

E.  CARA KERJA

1.  Meghitung luas ruangan.


2.  Menentukan titik pengukuran, luas ruangan antara 10 meter persegi sampai
100 meter persegi memotong garis panjang dan lebar ruangan pada jarak
setiap 3(tiga) meter.
3.  Menyiapkan alat Lux meter.
4.  Memasang baterai pada Lux Meter.
5.  Menekan tombol Power.
6.  Mengecek daya baterai.
7.  Melakukan kalibrasi alat

8.  Melakukan pengukuran dengan tinggi Luxmeter kurang lebih 100 cm di atas
lantai dan posisi photo cell menghadap sumber cahaya

9.  Membaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa
saatsehingga didapat nilai angka yang stabil.  

10. Mencatat
Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan  
Menurut SNI 16-7062-2004 jarak tertentu dapat dibedakan berdasarkan
berdasar kan luas
ruangan sebagai berikut
a.  Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong horizontal
 panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap satu meter : contoh
daerah pengukuran intensitas pencahayaan umum untuk luas ruangan
 

kurang dari 10 meter persegi


1m 1m 1m 1m

1m

1m

1m

Sumber BSN 2004


Gambar : penentuan titik pengukuran pencahayaan umum dengan luas
kurang dari 10m2

F.  HASIL

Jenis Pengukuran : Intensitas Cahaya


 Nama Sampel : Ruang Sal flamboyan
Lokasi Pengukuran : Rumah Sakit Margono
Tanggal Pengukuran : 8 Mei 2013
Operator : Dwi Bayu Karti Utami
Tri Widi Astuti

Intensitas Cahaya
 No No Sampel Keterangan
(Lux)

1. A 46 TMS
2. B 55 MS
3. C 53 MS
4. D 174 MS
5. E 121 MS
6. F 366 TMS
7. G 65 MS
8. H 128 MS
 

Ket :
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat

G.  INTERPRETASI
  Berdasarkan pengukuran intensitas cahaya yang telah dilakukan di ruang sal
flamboyant Rumah Sakit Margono pada 8 titik yaitu dengan titik A
didapatkan hasil 46 Lux, titik B - 55 Lux, titik C  –  53
  53 Lux, titik D  –  174
  174
Lux, titik E – 
E –  121
 121 Lux, titik F – 
F –  366
 366 Lux, titik G – 
G –  65
 65 Lux, dan titik H – 
H –  128
 128
Lux. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Standar baku
mutu intensitas pencahayaan menurut jenis ruang pasien saat
s aat tidak tidur 250
lux, saat tidur 50 lux. Faktor refleksi cahaya maksimal 30% dengan
keterangan warna cahaya sedang. Maka berdasakan pengukuran yang telah
dilakukan, dapat dikatakan bahwa titik B, C, D, E, G dan H memenuhi
 persyaratan dan titik A dan F tidak memenuhi persyaratan. Akibat
 pencahayaan melebihi intensitas yaitu :
1.  Pantulan cahaya menimbulkan silau pada mata
2.  Cahaya yang berlebihan juga menimbulkan pusing/sakit kepala pada
 pasien
3.  Mata lelah pada pasien
4.  Kesalahan kerja
5.  Pegal sekitar mata
6.  Kerusakan indra mata
Persayaratan pencahayaan kamar pasien dipehuni oleh sejumlah system
 pencahayaan yang diaktifkan secara terpisah yaitu :
1.  Kenyamanan pencahayaan umum

2.  Cahaya membaca untuk pasien

3.  Pencahayaan untuk pemeriksaan dan pengobatan disamping

tempat tidur

4.  Pencahayaan malam/observasi

5.  Pencahayaan orientasi


 

Nilai iluminasi dan indeks CRI yang dibutuhkan pada bangsal yaitu

Jenis Pencahayaan Iluminasi (lux) CRI

Pencahayaan umum 100 80

Pencahayaan Baca 300 80

Pemeriksaan Sederhana 300 80

Pemeriksaan dan 1000 90

Pengobatan

Pencahayaan 5 80

malam/Pengamatan

Pencahayaan orientasi -

Dengan demikian maka perlu diperhatikan persyaratan teknis yaitu :


1.  Rumah sakit tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
 bangunan pelayanan umum harus mempunyai bukaan untuk
 pencahayaan alami.
2.  Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan
dise suaikan dengan fungsi rumah sakit
dan fungsi masing-masing ruang di dalam rumah sakit.
3.  Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi
yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam rumah sakit dengan

mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang digunakan, dan


 penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
pantulan.
4.  Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja
5.  Pencahayaan di RS harus memenuhi standar kesehatan dalam
melaksanakan pekerjaannya sesuai standar intensitas cahaya.

H.  REGULASI
  Standar Nasional Indonesia 03-6197-2000
 Nilai rata – 
rata  –  rata
 rata yang direkomendasikan untuk pencahayaan di ruang rawat
rawa t

inap pasien dengan nilai 250 Lux.


 

  Keputusan
 Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MEN/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, intensitas cahaya di ruang pasien saat tidak tidur 100  –  200
  200
lux, saat tidur 50 lux dengan keterangan warna cahaya sedang.

Anda mungkin juga menyukai