Anda di halaman 1dari 7

Efry Theresia Sianturi dan Sahab H.

Sibuea | Penatalaksanaan Holistik dengan Pendekatan Dokter Keluarga pada Laki-laki Usia 50 Tahun
dengan Hipertensi Primer

Penatalaksanaan Holistik dengan Pendekatan Dokter Keluarga


pada Laki-laki Usia 50 Tahun dengan Hipertensi Primer
Efry Theresia Sianturi1, Sahab H. Sibuea2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global berakibat peningkatan angka kesakitan dan kematian serta beban biaya
kesehatan termasuk di Indonesia, yang dapat ditangani dengan modifikasi faktor risiko berupa gaya hidup termasuk diet,
kebiasaan olahraga, stres, dan kebiasaan merokok. Pendekatan kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif
dalam identifikasi faktor risiko internal dan eksternal yang mengutamakan patient-centred dan family-approached
diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup pasien. Studi ini merupakan laporan kasus. Data primer diperoleh melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah. Data sekunder diperoleh dari rekam medis pasien di Puskesmas.
Seorang laki-laki usia 50 tahun didiagnosis hipertensi primer sejak 5 tahun yang lalu. Pasien sudah mengonsumsi obat anti-
hipertensi, tetapi tekanan darah pasien belum pernah berada di bawah 140/90 mmHg. Faktor risiko internal, yaitu usia 50
tahun, jenis kelamin laki-laki, status gizi overweight, pola berobat kuratif, pola diet yang belum sesuai, belum mengetahui
bagaimana pemilihan makanan berdasarkan label fakta nutrisi, riwayat keluarga dengan ayah dan ibu hipertensi, dan ibu
meninggal karena stroke. Faktor risiko eksternal, yaitu kurangnya dukungan adik pasien terkait pengobatan pasien dan lama
kerja pasien 10 jam sehari. Dilakukan intervensi non-medikamentosa dan medikamentosa pada pasien dan keluarganya
dengan edukasi terkait penyakit pasien dan pola diet yang dianjurkan dalam 3 kali kunjungan rumah. Hasil evaluasi yang
didapatkan keluhan dan kekhawatiran pasien berkurang, pengetahuan pasien serta keluarganya terkait hipertensi
meningkat dan perbaikan perilaku terkait hipertensi.

Kata kunci: Hipertensi primer, gaya hidup, pendekatan dokter keluarga

Holistic Management with Family Doctor Approach in A 50-year-old


Male Patient with Primary Hypertension
Abstract
Hypertension is a global health problem resulting in an increase in morbidity and mortality and health costs, including in
Indonesia, which can be handled by modifying lifestyle, including diet, exercise habits, stress, and smoking habits. Holistic
and comprehensive family doctor approach in detecting internal and external risk factors, prioritizing patient-centered and
family-approached is hoped to improve patient’s quality of life. This study is a case report. Primary data were obtained
through history taking, physical examination and home visits. Secondary data were obtained from medical records of the
patient at the health center. A 50-year-old man was diagnosed with primary hypertension since 5 years ago. Patient has
taken anti-hypertension medicine but his lowest blood pressure is 140/80 mmHg. Internal risk factors, namely 50 years of
age, male, overweight, curative medical seeking behavioral, inappropriate diet, does not know how to choose food based
on nutrition fact labels, family history with hypertensive father and mother, and mother died of stroke. External risk factors,
namely the lack of support from his brother regarding the patient's treatment and the length of his work for 10 hours a day.
Non-medical and medical interventions were done on the patient and his family with education related to the patient's
disease and the recommended dietary pattern in 3 home visits. The evaluation results obtained that complaints and worries
of patients were reduced, the knowledge of patients and their families regarding hypertension increased and behavior
related to hypertension improved.

Key words: Lifestyle, family doctor approach, primary hypertension

Korespondensi: Efry Theresia Sianturi, alamat Jl. Bumi Manti 1 No. 74, Labuhan Ratu, Bandarlampung, HP: 082364287037,
email: efrysianturi@gmail.com.

Pendahuluan diastol ≥ 90 mmHg.2 Hipertensi tidak dapat


Hipertensi merupakan kondisi dimana disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan.1
tekanan darah berada di atas normal secara Hipertensi merupakan masalah
menetap.1 Berdasarkan JNC VII, tekanan darah kesehatan global berakibat peningkatan angka
yang digolongkan ke dalam hipertensi adalah kesakitan dan kematian serta beban biaya
tekanan darah sistol ≥ 140 mmHg dan/atau kesehatan termasuk di Indonesia.3 Di
Indonesia, prevalensi hipertensi pada umur ≥

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 654


Efry Theresia Sianturi dan Sahab H. Sibuea | Penatalaksanaan Holistik dengan Pendekatan Dokter Keluarga pada Laki-laki Usia 50 Tahun
dengan Hipertensi Primer

18 tahun sebesar 26,5% dengan banyaknya peristiwa sebaliknya berisiko terjadi pada
penderita yang terdiagnosis oleh tenaga orang yang kurang olahraga.9
kesehatan sebesar 9,4%. Prevalensi hipertensi Faktor risiko lain adalah pola asupan
meningkat seiring dengan peningkatan usia. garam. Konsumsi garam (natrium) yang
Penderita hipertensi terbanyak adalah berlebihan dapat menyebabkan konsentrasi
kelompok usia ≥ 75 tahun. Berdasarkan jenis natrium ekstrasel meningkat. Kondisi tersebut
kelamin, perempuan lebih banyak menderita membuat cairan intrasel ditarik ke ekstrasel
hipertensi dibandingkan dengan laki-laki. 4 Jika sehingga volume cairan ekstrasel meningkat.
dibandingkan dengan data tahun 2018, terjadi Hal ini menyebabkan peningkatan volume di
peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia vaskular sehingga dapat menyebabkan
dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta hipertensi.11 Sementara kebiasaan merokok
adalah 34,1% dibandingkan 27,8% pada dihubungkan dengan peningkatan risiko
Riskesdas tahun 2013.5 hipertensi maligna dan risiko terjadinya
Hipertensi merupakan salah satu faktor stenosis arteri akibat aterosklerosis.7
risiko dari stroke yang dapat dimodifikasi. Dengan demikian, penanganan
Risiko stroke meningkat seiring meningkatnya hipertensi dapat dilakukan dengan modifikasi
tekanan sistolik, yaitu di atas 115 mmHg. gaya hidup termasuk diet, kebiasaan olahraga,
Pengontrolan tekanan darah yang adekuat stres, dan kebiasaan merokok. Berdasarkan
dapat mengurangi risiko stroke 1-3 kali pada uraian di atas, pemeriksa tertarik untuk
pasien hipertensi. Selain hipertensi, diabetes membahas mengenai penatalaksanaan
melitus, merokok, dan dislipidemia juga holistik hipertensi dengan prinsip pendekatan
merupakan faktor risiko stroke yang dapat kedokteran keluarga.
dimodifikasi.6
Suatu artikel tinjauan pustaka tahun Kasus
2015 merangkum faktor-faktor yang Tn. R usia 50 tahun datang dengan
mempengaruhi hipertensi, yaitu genetik, keluhan nyeri kepala sejak 1 minggu yang lalu.
obesitas, jenis kelamin, stres, kurang olahraga, Nyeri dirasakan seperti diikat. Keluhan ini
pola asupan garam, dan kebiasaan merokok.7 disertai dengan rasa berat di bagian tengkuk
Faktor genetik mempengaruhi risiko atau leher. Keluhan pertama kali dirasakan
hipertensi dengan peningkatan kadar natrium oleh pasien sekitar 5 tahun yang lalu. Saat itu,
intrasel dan rendahnya rasio antara kalium pasien mengeluh kepalanya sangat nyeri
dan natrium individu dengan orang tua sehingga memeriksakan diri ke Puskesmas dan
dengan hipertensi memiliki risiko dua kali diperoleh tekanan darah 160/90 mmHg.
lebih besar untuk menderita hipertensi dari Pasien diberikan Captopril 25 mg yang
pada orang yang tidak memiliki keluarga diminum dua kali sehari dan Parasetamol 500
dengan riwayat hipertensi.8 Faktor lain, yaitu mg yang diminum tiga kali sehari atau jika
obesitas. Menurut National Institutes for nyeri. Sejak saat itu, pasien rutin
Health USA tahun 1988, prevalensi tekanan memeriksakan dirinya ke Puskesmas setiap
darah tinggi pada pasien obesitas adalah 38% bulan.
untuk pria dan 32% untuk wanita, Pasien mengeluh batuk selama
dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk mengonsumsi Captopril sekitar 3 bulan
pria dan 17% untuk wanita pada yang memiliki sehingga dokter mengganti obatnya menjadi
IMT normal.9 Amlodipin 5 mg sekali sehari pada malam hari.
Stres dapat meningkatkan tekanan Namun, tekanan darah pasien belum
darah sewaktu, peristiwa ini terkait aktivitas terkontrol. Berdasarkan pengukuran di
hormon adrenalin yang mengakibatkan puskesmas, tekanan darah pasien paling
peningkatan cardiac output.10 Di sisi lain, sering 140/90 mmHg, belum pernah mencapai
kurang olahraga berhubungan dengan angka di bawahnya.
tekanan perifer. Olahraga teratur dapat Pasien mengatakan sudah rutin
menurunkan tekanan darah sehingga berolahraga lebih kurang 1 jam hampir setiap
hari. Namun, pasien belum mulai mengubah

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 655


Efry Theresia Sianturi dan Sahab H. Sibuea | Penatalaksanaan Holistik dengan Pendekatan Dokter Keluarga pada Laki-laki Usia 50 Tahun
dengan Hipertensi Primer

jenis makanan yang dikonsumsi. Pasien fungsi keluarga ini baik karena bernilai total 8
memasak makanannya sendiri. Pasien suka (nilai 8-10, fungsi keluarga baik).
makanan yang asin, makanan cepat saji (tinggi
natrium) dan makanan tinggi kolesterol.
Pasien belum pernah memilih makanan
berdasarkan analisis label fakta nutrisi pada
bungkus makanan. Pasien tidak merokok.
Selain darah tinggi, pasien menyangkal ada
penyakit lain. Pasien pernah memeriksakan
kolesterol darah, hasilnya tinggi. Namun, saat
pemeriksaan ulang, kadar kolesterol sudah
normal dan tidak ada keluhan lagi sejak itu.
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Pasien mengatakan bahwa di
keluarganya, termasuk orang tua dan saudara,
banyak yang mengalami hipertensi. Selain itu,
ada saudara pasien yang mengalami serangan Gambar 1. Genogram Keluarga Tn. R
stroke sehingga pasien takut mengalami hal
yang sama. Ibu pasien juga meniggal karena Rumah pasien berukuran 10 x 15 m
stroke. Ayah pasien juga sudah meninggal, tidak bertingkat, memiliki 3 kamar tidur,
tetapi pasien tidak mengetahui penyebabnya seluruh anggota keluarga tidur dalam kamar
dan mengatakan dikarenakan sakit tua. Tidak masing-masing. Lantai keramik, dinding
ada riwayat kencing manis di keluarga pasien. kombinasi antara papan dan tembok, dengan
Pasien belum menikah dan tinggal atap genteng. Penerangan dan ventilasi
serumah dengan adiknya. Mereka tinggal di cukup. Kebersihan di dalam rumah cukup
rumah sendiri, pemberian dari orang tua terawat di bagian ruang tamu dan ruang
mereka. Tipe keluarga ini adalah single adult makan. Perabotan rumah tangga tertata rapi
living alone. Adik pasien berusia 47 tahun dan dengan penataan barang yang teratur.
yang bekerja sebagai pedagang keliling. Rumah sudah menggunakan listrik. Jarak
Keduanya berkumpul hampir setiap hari antara rumah pasien dengan rumah lainnya
bersamaan dengan waktu makan untuk saling berdekatan. Sumber air dari sumur
mendiskusikan kegiatan sehari dan khususnya timba, digunakan untuk mandi, mencuci dan
bila ada masalah keluarga besar yang perlu untuk diminum. Air minum dimasak sendiri
dibahas. Keputusan pribadi cenderung dengan kompor gas. Limbah rumah tangga
diselesaikan secara pribadi sehingga dialirkan ke kali belakang rumah. Rumah
pengambilan keputusan dilakukan sendiri. memiliki dua kamar mandi masing-masing
Namun, terkadang keduanya saling bertukar dengan jamban yang sangat dekat dengan
pikiran untuk membantu menyelesaikan dapur. Bentuk jamban jongkok. Tempat
masalah satu sama lain. Perilaku berobat sampah berada di luar rumah dan juga dapur.
pasien mengutamakan kuratif. Selain itu, Lingkungan tempat tinggal pasien cukup
dukungan dari adik pasien terkait penyakit padat.
dan pengobatan pasien masih kurang. Pasien Pasien bekerja di industri kikil yang
berobat ke Puskesmas yang berjarak 4 km dari berada tepat di samping rumah pasien. Tugas
rumah pasien. pasien di tempat kerjanya fleksibel, di
Hubungan pasien adiknya cukup baik. antaranya merebus, membakar atau
Pada kunjungan rumah pada tanggal 16 memotong kikil. Pasien sudah bekerja di sana
September 2020, dibuat genogram keluarga selama 5 tahun terakhir. Regulasi masuk
Tn. R (gambar 1). Fungsi keluarga dinilai bekerja di tempat kerja pasien berselang-
dengan menggunakan family APGAR score, seling dengan tim lain. Pasien bekerja
yaitu Adaptation 1, Partnership 1, Growth 2, termasuk permintaan kikil sehingga bisa
Affection 2, Resolve 2. Dengan demikian, bekerja setiap hari atau hanya 3 kali dalam

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 656


Efry Theresia Sianturi dan Sahab H. Sibuea | Penatalaksanaan Holistik dengan Pendekatan Dokter Keluarga pada Laki-laki Usia 50 Tahun
dengan Hipertensi Primer

seminggu. Dalam sehari, pasien bekerja lebih Aspek 2. Diagnosis Klinis Awal
kurang selama 10 jam. Kebanyakan pekerjaan Hipertensi primer (ICD X: I10)
dilakukan dengan berdiri. Pasien mengatakan
terkadang merasa kelelahan atau nyeri otot, Aspek 3. Aspek Risiko Internal
tetapi membaik dengan istirahat. Pendapatan - Usia 50 tahun
dalam keluarga berasal dari gaji pasien yang - Laki-laki
bekerja di industri rumah tangga pengolahan - Status gizi berdasarkan IMT 24,2 kg/m2
kikil tersebut. Pasien mengatakan bahwa termasuk kelompok Overweight
pendapatannya cukup untuk digunakan untuk - Pola berobat kuratif
memenuhi kebutuhan primer dan sekunder, - Pola diet yang tidak sesuai (tinggi natrium
sesekali tersier. dan kolesterol)
Pada pemeriksaan fisik diperoleh - Pasien belum mengetahui bagaimana
penampilan normal, keadaan umum baik, pemilihan makanan berdasarkan label fakta
kesadaran compos mentis dengan nilai GCS nutrisi di kemasan makanan
(Glasgow Coma Scale) 15. Berat badan 70 kg, - Riwayat keluarga dengan hipertensi (ayah
tinggi badan 170 cm., IMT 24,2 kg/m2 dan ibu)
(overweight). Tanda-tanda vital: tekanan - Ibu meninggal karena stroke sebagai
darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi komplikasi hipertensi
80x/menit, frekuensi pernapasan 18x/menit,
suhu tubuh 36,80C. Pada pemeriksaan status Aspek 4. Aspek Risiko Eksternal
generalis diperoleh bahwa kepala, leher, paru, - Dukungan adik pasien terkait proses
jantung, abdomen dan ekstremitas dalam pengobatan pasien masih kurang
batas normal. Pemeriksaan penunjang tidak - Lama kerja 10 jam sehari, posisi kerja
dilakukan. kebanyakan berdiri selama kerja di tempat
Berdasarkan anamnesis dan kerja.
pemeriksaan fisik, diperoleh diagnostik
holistik awal pada pasien ini, yaitu: Aspek 5. Skala Fungsional
Aspek 1. Aspek Personal Derajat 1. Masih sama seperti sebelum sakit.
- Alasan Kedatangan: Nyeri kepala dengan
tekanan darah tinggi Intervensi yang diberikan kepada pasien ini
- Harapan: Keluhan membaik dan tekanan terbagi menjadi patient-centered, family-
darah terkontrol. approached dan community-based. Intervensi
- Kekhawatiran: Pasien khawatir karena sudah secara patient-centered meliputi:
minum obat, tetapi tekanan darah masih  Edukasi kepada pasien mengenai hipertensi,
termasuk tinggi. Ada saudara pasien yang faktor risiko, pola diet yang disarankan, cara
mengalami serangan stroke dengan riwayat pencegahan, pengendalian, rencana
hipertensi sehingga pasien takut mengalami tatalaksana dan komplikasi hipertensi.
hal yang sama.  Edukasi kepada pasien untuk tetap rutin
- Persepsi: Pasien tahu keluhan nyeri kepala mengonsumsi amlodipine setiap hari pada
dan tengkuk serta sulit tidur diakibatkan malam hari.
atau ada hubungannya dengan tekanan  Edukasi kepada pasien mengenai pola diet
darah pasien yang masih tinggi. Pasien yang disarankan untuk pasien hipertensi.
mengetahui bahwa tekanan darah dapat  Edukasi pasien mengenai cara memasak
dikontrol dengan rutin minum obat dari yang disarankan dari Kemenkes untuk
dokter dan mengubah pola diet, tetapi pasien hipertensi.
pasien tidak tahu tepatnya apa yang  Edukasi dan memotivasi pasien untuk
disarankan. menurunkan berat badan dengan mengikuti
anjuran makanan yang disarankan. Target
berat badan

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 657


Efry Theresia Sianturi dan Sahab H. Sibuea | Penatalaksanaan Holistik dengan Pendekatan Dokter Keluarga pada Laki-laki Usia 50 Tahun
dengan Hipertensi Primer

 Edukasi mengenai perilaku berobat, Pasien sudah mengetahui penyakitnya sejak 5


memotivasi pasien untuk mau memulai tahun yang lalu. Pasien mengetahui bahwa
perilaku berobat secara preventif. hipertensi yang dideritanya ini ada kaitannya
 Edukasi mengenai label pemilihan makanan dengan ayah dan ibu pasien yang juga
dengan analisis label fakta nutrisi di bungkus hipertensi.
makanan, khususnya kandungan Pada pasien ditegakkan diagnosis
sodium/natrium. hipertensi berdasarkan panduan The Joint
 Edukasi untuk melakukan peregangan setiap National Community on Prevention, Detection,
2 atau 3 jam saat bekerja Evaluation and Treatment of Hight Blood
 Medikamentosa: Amlodipin tablet 5 mg satu Pressure VII (JNC VII), yaitu tekanan darah
1x1 (malam hari), Parasetamol tablet 500 darah sistol ≥ 140 mmHg dan/atau diastol ≥ 90
mg 3x1 jika nyeri masih dirasakan. mmHg.2 Diagnosis ditegakkan jika kondisi
tersebut didapatkan pada dua kali pengukuran
Intervensi secara family-approached meliputi: dengan selang waktu lima menit dalam
 Edukasi kepada keluarga pasien mengenai keadaan tenang.12 Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi, faktor risiko, pola diet yang hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer
disarankan, cara pencegahan, (esensial) dan sekunder. Hipertensi primer
pengendalian, rencana tatalaksana dan merupakan hipertensi yang tidak diketahui
komplikasi hipertensi. jelas etiologinya. Oleh karena itu tidak dapat
 Edukasi keluarga supaya mendukung pola diobati, tetapi dapat dikontrol. Hipertensi
hidup pasien termasuk pola diet pasien primer sering diturunkan dalam suatu
dan motivasi untuk ikut melakukan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
tindakan menjaga pola makan dan genetik berperan dalam risiko terjadinya
mendukung pasien dalam mencapai berat hipertensi. Karakteristik genetik
badan ideal. mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi
juga didapatkan hasil studi yang menyatakan
Intervensi secara community-based, yaitu: adanya mutasi genetik yang mengubah
 Berdiskusi dengan pemilik pekerjaan ekskresi kalikrein urin, pelepasan nitrit oksida,
terkait pengendalian risiko kelelahan kerja ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan
pada pekerja angiotensinogen. Sementara hipertensi
 Memotivasi pasien untuk mengikuti sekunder didasarkan pada penyakit komorbid
kegiatan di lingkungan terdekat yang dapat tertentu.13
meningkatkan kebugaran. Keadaan ini sesuai dengan kondisi
pasien. Tekanan darah pasien saat pertama
Pembahasan kali didiagnosis adalah 160/90 mmHg dan
Pembinaan keluarga dengan prinsip setelahnya, tekanan darahnya belum pernah
kedokteran keluarga dilakukan terhadap Tn. R berada di bawah 140/90 mmHg. Pasien tidak
usia 50 tahun dengan hipertensi primer. memiliki penyakit lain yang mendasari
Pembinaan ini dilakukan atas dasar Tn. R hipertensi sehingga pasien didiagnosis
menderita hipertensi dan sudah rutin berobat hipertensi primer.
ke Puskesmas sehingga tekanan darahnya Pada kunjungan pertama, pasien
sudah lebih baik dari sebelumnya, tetapi sedang dalam pengobatan Amlodipin tablet 5
tekanan darah belum pernah di bawah 140/90 mg rutin satu kali setiap hari. Kemudian
mmHg. Pasien khawatir mengalami stroke diberikan Parasetamol tablet 500 mg yang
seperti ibu dan kakak pasien yang juga dikonsumsi 3 kali sehari bila ada keluhan nyeri
hipertensi. Pengetahuan pasien mengenai kepala.
makanan yang dianjurkan pada pasien Amlodipin merupakan obat anti-
hipertensi dan cara pengendalian lain masih hipertensi golongan penghambat kanal
kurang. Kunjungan rumah dilaksanakan untuk kalsium (Calcium canal blocker) yang memiliki
melihat gaya hidup pasien dan aktivitasnya efek vasodilatasi, memperlambat laju jantung
yang dapat mempengaruhi kondisi pasien. dan menurunkan kontraktilitas otot jantung

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 658


Efry Theresia Sianturi dan Sahab H. Sibuea | Penatalaksanaan Holistik dengan Pendekatan Dokter Keluarga pada Laki-laki Usia 50 Tahun
dengan Hipertensi Primer

sehingga tekanan darah turun.14 Penggunaan Kekhawatiran pasien terhadap stroke sudah
amlodipine pada malam hari lebih efektif berkurang. Pasien sudah memulai perilaku
daripada pagi hari karena amlodine memiliki berobat preventif dengan kontrol rutin
efek yang dapat menurunkan nighttime blood tekanan darah walaupun tidak ada keluhan.
pressure, khususnya pada psien hipertensi tipe Evaluasi klinis dilakukan dengan menanyakan
non-dipper.15 Sementara Parasetamol keluhan dan tekanan darah pasien.
memiliki efek analgesik sentral dan ektivitas Didapatkan bahwa nyeri kepala pasien dapat
penghambat produksi prostaglandin dengan diatasi dengan Parasetamol dan sudah jarang
menghambat aktivitas COX-2 yang setara muncul. Pasien rutin mengonsumsi Amlodipin.
dengan NSAID.16 Tekanan darah pasien 140/80 mmHg. Dengan
Pembinaan pada pasien ini dilakukan demikian, terdapat perbaikan klinis pasien
dengan kunjungan rumah banyak tiga kali walaupu belum signifikan.
dimana kunjungan pertama pada tanggal 16 Pasien sudah melakukan perubahan
September 2020. Pada kunjungan pertama pola diet yang dilihat dari food recall yang
dilakukan pendekatan dan perkenalan dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga
terhadap pasien dan keluarga serta sudah melakukan pemilihan makanan yang
menerangkan tujuan kedatangan diikuti didasarkan pada analisis label fakta nutrisi
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang ada di bungkus makanan. Pada
terkait penyakit yang diderita, wawancara kunjungan ketiga ini juga dilakukan
mengenai keluarga dan lingkungan pasien. penimbangan berat badan, didapatkan
Pada kunjungan kedua yaitu tanggal 23 penurunan berat badan 500 gram.
September 2020, dilakukan intervensi berupa Faktor pendukung dalam penyelesaian
pemberian edukasi menggunakan materi masalah pasien dan keluarga adalah telah
leaflet berisi tentang Hipertensi, meliputi didapatkan dukungan dari adik pasien dalam
definisi, faktor risiko, gejala, pencegahan, pengobatan pasien, salah satunya dengan
pengendalian, komplikasi, dan pengaturan bersedia memakan makanan yang sesuai
diet terkait hipertensi. dengan diet hipertensi sehingga diharapkan
Berdasarkan IMT, pasien termasuk ini bisa dijadikan pola makan tetap di keluarga
overweight sehingga pasien disarankan untuk ini. Selain itu, pemilik kerja bersedia
memperhatikan pola dietnya. Pasien diberi mengomunikasikan dengan pekerja mengenai
edukasi tentang “Isi Piringku” dari Kemenkes shift kerja, yaitu semua pekerja hadir setiap
untuk digunakan sebagai panduan dalam ada bahan baku, tetapi shift dibagi dua
memilih jenis dan jumlah makanan untuk satu sehingga seorang pekerja bekerja selama 5
kali makan demi keseimbangan intake. Pasien jam dalam satu hari.
juga diberikan food recall saat kunjungan Berdasarkan perbaikan yang didapatkan
kedua untuk nanti dibandingkan dengan saat pada saat evaluasi, yaitu berupa peningkatan
evaluasi pada kunjungan ketiga. Keduanya pengetahuan, perubahan perilaku, dan kondisi
dibandingkan untuk menilai kepatuhan pasien klinis, dapat ditetapkan prognosis pasien ini
terhadap anjuran diet yang sudah diberikan. dalam hal quo ad vitam: dubia ad bonam; quo
Diberikan informasi kepada pasien mengenai ad functionam: dubia ad bonam; quo ad
target penurunan berat badan pada pasien sanationam: dubia ad malam karena pasien
dengan obesitas berdasarkan rekomendasi penyakit ini tidak bisa sembuh.
WHO yaitu penurunan berat badan 2-4 kg per
bulan.9 Selain itu, diberikan juga edukasi Simpulan
kepada pemilik kerja mengenai risiko Hipertensi merupakan penyakit yang
kelelahan kerja di tempat kerja akibat jam tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikontrol
kerja yang berlebihan. dengan pemberian terapi secara
Pada kunjungan ketiga, dilakukan medikamentosa dan non-medikamentosa
evaluasi terhadap pengetahuan dan perilaku yang disesuaikan dengan kondisi pasien
pasien. Evaluasi pengetahuan dilakukan tersebut, yaitu meliputi faktor risiko internal
dengan tanya jawab dengan pasien. dan eksternal. Penatalaksanaan holistik

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 659


Efry Theresia Sianturi dan Sahab H. Sibuea | Penatalaksanaan Holistik dengan Pendekatan Dokter Keluarga pada Laki-laki Usia 50 Tahun
dengan Hipertensi Primer

dengan pendekatan dokter keluarga mampu 10. Sari TW, Sari DK, Kurniawan MB, Syah
mengatasi permasalahan pasien. MIH, Yerli N, dan Qulbi S. Hubungan
tingkat stres dengan hipertensi pada
Daftar Pustaka pasien rawat jalan di puskesmas
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman sidomulyo rawat inap kota pekanbaru.
teknis penemuan dan tatalaksana CMJ. 2018; 1(3): 55-65.
penyakit hipertensi. Jakarta: Direktorat 11. Shapo L, Pomerleau J, McKee M.
Pengendalian Penyakit Tidak Menular; Epidemiology of hypertension and
2013. associated cardiovascular risk factors in a
2. Kementerian Kesehatan RI. Buletin country in transition. Journal
InfoDATIN, Pusat Data dan Informasi Epidemiology Community Health. 2003;
Kemenkes RI. Jakarta: Kemenkes RI; 57: 734-39.
2014. 12. Kemenkes RI. Panduan praktik klinis bagi
3. PERHI. Konsensus Penatalaksanaan dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
Hipertensi 2019. Jakarta: PERHI; 2019. primer. Jakarta: Kemenkes RI; 2017.
4. Balitbangkes Kemenkes RI. Riset
13. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci
kesehatan dasar (Riskesdas) 2013.
Jakarta: Kemenkes RI; 2013. AS, Hauser SL, Loscalzo J (eds.) Harrison’s
5. Balitbangkes Kemenkes RI. Riset principles of internal medicine. Edisi ke-
kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. 18. New York; Mc Graw Hill; 2011.
Jakarta: Kemenkes RI; 2018. 14. Sudoyono AW, Setiyohadi B, Alwi I,
6. Bendok, Bernard. Haemorrhagic and Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu
ischemic stroke medical imaging, surgical, penyakit dalam jilid II. Edisi V. Jakarta:
and interventional approach. New York:
Interna Publishing; 2015.
Thieme Medical Publisher Inc.; 2011.
7. Nuraini B. Risk factors of hypertension. J 15. Yifan L, Lixian R, Mingyan J, Yang C. Anti-
Majority. 2015; (4)5: 10-19. hypertensive efficacy of amlodipine
8. Wade A, Hwheir DN, Cameron A. Using A dosing during morning versus evening: A
problem detection study (pds) to identify meta-analysis. Reviews in Cardiovascular
and compare health care provider and Medicine. 2019; 20(2): 91-98.
consumer views of antyhypertensive 16. Arslan M, Celep B, Cicek R. Comparing
therapy. Journal of Human Hypertension. the efficacy of preemptive intravenous
2003; 17(6): 397. paracetamol on the reducing effect of
9. Cortas K, et al. Hypertension. [disitasi opioid usage in cholecystectomy. J
tanggal 27 September 2020]. Tersedia di Research Med Sci. 2013; 25: 172-89.
http://www.emedicine.com.

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 660

Anda mungkin juga menyukai