Anda di halaman 1dari 25

KIMIA FARMA TBK

Kelompok 1 

Anggota kelompok :

Jennifer Olivia / 12018000242 / 201801520002


Nathania Avelia / 12018000249 / 201801520005
Michelle Natalia D / 12018000252 / 201801520009 
Abigail Devis / 12018000452 / 201801520023
Syanetha Evelin Chandra / 12018002399  / 201801520051

BSD
UNIKA ATMA JAYA BSD
2020
BAB I
TOP DOWN ANALYSIS

1.1 Ekonomi Global

Ekonomi dunia atau ekonomi global secara umum merujuk ke ekonomi yang didasarkan pada
ekonomi nasional semua negara di dunia. Ekonomi global juga dapat dipandang sebagai
ekonomi masyarakat global dan ekonomi nasional – yaitu ekonomi masyarakat setempat,
sehingga menciptakan satu ekonomi global. Ekonomi dunia juga dapat dievaluasi dengan
berbagai cara. Misalnya, tergantung model yang dipakai, penilaian yang dipakai dapat
direpresentasikan menggunakan mata uang tertentu, misalnya dolar AS tahun 2006 atau euro
tahun 2005.

1.1.1 Lingkungan Ekonomi Nasional

Pandemi COVID-19 telah menyebar dengan kecepatan yang mengkhawatirkan,


menginfeksi jutaan orang dan membuat aktivitas ekonomi hampir terhenti karena negara-
negara memberlakukan pembatasan ketat pada gerakan untuk menghentikan penyebaran
virus. Dengan bertambahnya jumlah korban kesehatan dan manusia, kerusakan ekonomi
sudah terbukti dan merupakan guncangan ekonomi terbesar yang dialami dunia dalam
beberapa dekade.

Prospek Ekonomi Global Juni 2020 menggambarkan prospek langsung dan jangka
pendek untuk dampak pandemi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkannya terhadap
prospek pertumbuhan. Prakiraan dasar memperkirakan kontraksi 5,2 persen dalam PDB
global pada tahun 2020, menggunakan bobot nilai tukar pasar — resesi global terdalam
dalam beberapa dekade, terlepas dari upaya luar biasa pemerintah untuk melawan penurunan
dengan dukungan kebijakan fiskal dan moneter. Dalam jangka panjang, resesi mendalam
yang dipicu oleh pandemi diperkirakan akan meninggalkan bekas luka yang bertahan lama
melalui investasi yang lebih rendah, erosi sumber daya manusia melalui hilangnya pekerjaan
dan sekolah, dan fragmentasi perdagangan global dan hubungan pasokan.

Krisis tersebut menyoroti perlunya tindakan segera untuk melindungi kesehatan


pandemi dan konsekuensi ekonomi, melindungi populasi yang rentan, dan menyiapkan
panggung untuk pemulihan yang langgeng. Untuk pasar berkembang dan negara
berkembang, yang banyak di antaranya menghadapi kerentanan yang menakutkan,
memperkuat sistem kesehatan masyarakat, mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh
informalitas, dan melaksanakan reformasi yang akan mendukung pertumbuhan yang kuat dan
berkelanjutan setelah krisis kesehatan mereda sangatlah penting.

Setiap wilayah mengalami penurunan pertumbuhan yang substansial. Asia Timur dan
Pasifik akan tumbuh 0,5%. Asia Selatan akan berkontraksi 2,7%, Afrika Sub-Sahara 2,8%,
Timur Tengah dan Afrika Utara 4,2%, Eropa dan Asia Tengah 4,7%, dan Amerika Latin
7,2%. Penurunan ini diperkirakan akan membalikkan kemajuan bertahun-tahun menuju
tujuan pembangunan dan membawa puluhan juta orang kembali ke dalam kemiskinan
ekstrem.

Pasar negara berkembang dan negara berkembang akan dihantam oleh hambatan
ekonomi dari berbagai sisi: tekanan pada sistem perawatan kesehatan yang lemah, hilangnya
perdagangan dan pariwisata, berkurangnya pengiriman uang, arus modal yang lemah, dan
kondisi keuangan yang ketat di tengah meningkatnya hutang. Eksportir energi atau komoditas
industri akan sangat terpukul. Pandemi dan upaya untuk mengatasinya telah memicu jatuhnya
permintaan minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya dan jatuhnya harga minyak.
Permintaan logam dan komoditas terkait transportasi seperti karet dan platina yang digunakan
untuk suku cadang kendaraan juga turun. Sementara pasar pertanian dipasok dengan baik
secara global, pembatasan perdagangan dan gangguan rantai pasokan dapat meningkatkan
masalah keamanan pangan di beberapa tempat.
1.1.2 Nilai Tukar

Nilai tukar (atau dikenal sebagai Kurs) adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai
nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat ini atau di kemudian hari, antara dua mata
uang masing-masing negara atau wilayah.

Nilai tukar Rupiah menguat didukung langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia dan
berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik. Nilai tukar Rupiah pada
18 November menguat 3,94% (ptp) dibandingkan dengan level Oktober 2020. Perkembangan
ini melanjutkan penguatan pada bulan sebelumnya sebesar 1,74% (ptp) atau 0,67% secara
rerata dibandingkan dengan level September 2020. Penguatan Rupiah didorong peningkatan
aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik seiring dengan turunnya
ketidakpastian pasar keuangan global dan persepsi positif investor terhadap prospek
perbaikan perekonomian domestik. Dengan perkembangan ini, Rupiah sampai dengan 18
November 2020 mencatat depresiasi sekitar 1,33% (ytd) dibandingkan dengan level akhir
2019. Ke depan, Bank Indonesia memandang penguatan nilai tukar Rupiah berpotensi
berlanjut seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued. Hal ini didukung
defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah dan terkendali, daya tarik aset
keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun, serta likuiditas
global yang besar. Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah
sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi
moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada
perdagangan hari ini, Rabu (16/12/2020). Rupiah tidak mampu memanfaatkan momentum
tren pelemahan dolar.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 5 poin atau 0,04 persen ke
level Rp14.125. Sementara itu indeks dolar terpantau turun 0,05 persen ke level 90,427.
Rupiah melemah bersamaan dengan tren pelemahan mata uang Asia. Pelemahan mata uang
Benua Kuning dipimpin won Korea Selatan yang melemah 0,09 persen.

Rupiah di tengah perdagangan sempat menguat. Berdasarkan data Yahoo Finance,


rupiah bertengger di level Rp14.157,16 per dolar AS atau menguat 10,83 poin. Nilai tukar
rupiah juga menguat 20 poin ke level Rp14.151 berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank
Spot Dollar Rate atau Jisdor.
Indeks dolar terpantau di sisi lain turun 0,04 persen ke level 90,44. Indeks dolar turun
ke level terendah sejak April 2018 saat pengukuran stimulus tinggal menunggu disepakati di
Kongres AS.

Harapan bahwa anggota parlemen AS dapat menyetujui pengeluaran 1,4 triliun dolar
dan kejelasan lebih lanjut tentang distribusi vaksin Covid-19 telah membangkitkan selera
risiko investor. Secara langsung hal itu membuat investor tidak lagi melirik mata uang safe
haven seperti dolar. membuat mereka menjauh dari mata uang safe-haven.

Kemarin, (15/12/2020), rupiah melemah 25 poin atau 0,18 persen ke level Rp14.120
per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan
sekeranjang mata uang utama menguat 0,1 persen ke posisi 90,8.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan pelemahan rupiah


diakibatkan oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat 2020 yang masih
akan berkontraksi meski akan terjadi perbaikan.

“Untuk perdagangan besok pagi, mata uang rupiah kemungkinan dibuka melemah
sebesar antara 10-40 poin di level Rp 14.110 - Rp 14.180,” ujarnya melalui keterangan
tertulis, Rabu (16/12/2020).

Dia menjabarkan, pertumbuhan ekonomi masih lesu disebabkan angka kasus baru
Covid-19 terus menunjukkan peningkatan. Adapun pemerintah berencana melakukan PSBB
ketat yang diinstruksikan oleh pemerintah agar semua Gubernur kembali membatasi jam
operasional hingga pukul 19.00 WIB.

Pengetatan masa bekerja di rumah juga kembali ditekankan guna mengantisipasi atau
menekan lonjakan kasus Covid-19 pasca libur natal dan tahun baru 2021.

Menurut Ibrahim, walaupun nilai perdagangan Indonesia mengalami surplus,


sentimen pengetatan PSBB membuat pasar kembali kecewa dan aliran modal asing kembali
ke luar pasar finansial dalam negeri sehingga wajar jika mata uang garuda ikut terkoreksi.
1.2 Ekonomi Makro Domestik

1.2.1 Produk Domestik Bruto

Perekonomian di berbagai negara pada Triwulan 3-2020 lebih baik dibanding


Triwulan 2-2020. Hal ini tercermin dari berbagai indikator yang mengalami peningkatan
dalam beberapa bulan terakhir. Namun perbaikan ini masih terhambat tingginya kasus Covid-
19.

Harga komoditas pangan (minyak kelapa sawit & kedelai) dan komoditas hasil
tambang (timah, bijih besi, & tembaga) di pasar internasional pada Triwulan 3-2020
mengalami peningkatan secara (q-to-q) maupun (y-on-y), sementara harga komoditas migas
mengalami peningkatan (q-to-q), tetapi secara (y-on-y) mengalami penurunan.

Ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia pada Triwulan 3-2020 masih terkontraksi,
tetapi tidak sedalam kontraksi pada Triwulan 2-2020.

Terjadi deflasi sebesar 0,20 persen (q-to-q). Namun jika dibandingkan dengan posisi
September 2019, terjadi inflasi sebesar 1,42 persen (y-on-y).

Realisasi belanja Negara (APBN) Triwulan 3-2020 mencapai Rp771,37 triliun (28,16
persen dari pagu 2020 sebesar Rp2.739,17), naik dibanding realisasi Triwulan 3-2019 yang
mencapai Rp 559,97 triliun (22,75 persen dari pagu 2019 sebesar Rp2.461,11 triliun).

Realisasi penanaman modal yang tercatat di BKPM (PMA dan PMDN) selama
Triwulan 3-2020 sebesar Rp 209,0 triliun, atau naik sebesar 8,9 persen (q-to-q) dan naik 1,6
persen (y-on-y).

Produksi mobil pada Triwulan 3-2020 mencapai 113.563 unit, atau naik sebesar
172,78 persen (q-to-q) dan turun sebesar 68,47 persen (y-on-y), sedangkan penjualan mobil
secara wholesale (penjualan sampai tingkat dealer) pada Triwulan 3-2020 mencapai 111.114
unit, atau naik sebesar 362,17 persen (q-to-q) dan turun sebesar 59,30 persen (y-on-y).

Penjualan sepeda motor secara wholesale pada Triwulan 3-2020 mencapai 911.865
unit, atau naik sebesar 190,75 persen (q-to-q) dan turun sebesar 46,14 persen (y-on-y).

Produksi semen pada Triwulan 3-2020 sebesar 18,01 juta ton, atau naik 42,09 persen
(q-to-q)dan turun 8,57 persen (y-on-y). Sedangkan pengadaan semen dalam negeri pada
Triwulan 3- 2020 sebesar 17,52 juta ton, atau naik 39,80 persen (q-to-q) dan turun 10,83
persen (y-on-y).

Jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada Triwulan 3-2020


mencapai 474,62 ribu kunjungan, atau turun sebesar 1,25 persen (q-to-q) dan turun 89,18
persen (y-on-y).
1.2.2 Tingkat Pengangguran

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia tembus 9,77
juta orang pada Agustus 2020. Angka itu naik 2,67 juta orang dibandingkan periode yang
sama tahun lalu.

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada


Agustus 2020 melonjak menjadi 7,07 persen. Realisasi itu naik dari posisi Agustus 2019 yang
sebesar 5,23 persen.

1.2.3 Inflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pandemi COVID-19 telah mengganggu pola
inflasi di Indonesia. Hingga Juli 2020 ini, BPS menyatakan pergerakan inflasi sudah
meninggalkan trennya seperti yang terjadi di 2019. Salah satu buktinya terlihat dari Juli 2020
yang mengalami inflasi minus 0,1% alias deflasi. Deflasi ini tentu tidak biasa karena terjadi
dua bulan sesudah periode Ramadhan yang berakhir per Mei 2020. Jika mengikuti pola 2019,
maka deflasi baru terjadi 3 bulan sesudah Ramadhan. Pada September 2019 sesudah 3 bulan
dari Juni 2019 misalnya, terjadi inflasi minus 0,27%. Inflasi tahun ini beda jauh dengan
inflasi tahun sebelumnya karena ada pandemi COVID-19. Gangguan COVID-19 pada inflasi
Indonesia sebelumnya juga sudah terlihat pada rendahnya inflasi di bulan Ramadhan yang
jatuh selama April-Mei 2020. Inflasi keduanya tercatat hanya 0,08 dan 0,07%. Idealnya
inflasi seharusnya terjadi di Ramadhan seperti Mei-Juni 2019 di kisaran 0,68 dan 0,55%.
Suhariyanto mengatakan kondisi Ramadan 2020 memang berbeda karena jumlah uang yang
beredar tak banyak. Hal ini merupakan imbas dari penurunan permintaan dan perputaran
uang yang bersumber dari penurunan aktivitas ekonomi karena COVID-19.

Secara lebih detail, gangguan pola ini juga tampak dari kelompok-kelompok
pengeluaran yang dicatat BPS secara berkala. Yang paling kentara adalah rendahnya inflasi
pendidikan padahal bulan Juli bertepatan dengan pembukaan tahun ajaran baru. Inflasi Juli
2020 hanya 0,16% dengan andil 0,01%. Salah satu komponen yang mendapat perhatian BPS
adalah kenaikan biaya sekolah SD dengan andil 0,01%. Berbeda dengan Juli 2018-2019,
inflasi sub sektor pendidikan waktu itu mencapai 1,29% dan 1,16%. Sementara itu inflasi
perlengkapan pendidikan Juli 2018-2019 adalah 0,56% dan 0,66%. Di samping pendidikan,
inflasi dari kategori makanan, minuman, dan tembakau juga mengalami perubahan. Selama
Juli 2018 dan 2019, kelompok pengeluaran ini mengalami inflasi 0,45% dan 0,24%. Di 2020,
justru tercatat inflasi minus 0,73% alias deflasi dengan andil minus 0,19%. Kelompok bahan
makanan juga sama. Selama Juli 2019 terjadi inflasi 0,8% dengan andil 0,17%. Periode yang
sama di tahun 2020 malah tercatat inflasi minus 1,06% dengan andil minus 0,19%. Sejumlah
penyebabnya terkait turunnya harga sejumlah komoditas pangan. Antara lain bawang merah
dengan andil deflasi 0,11%, daging ayam ras 0,04%, bawang putih 0,03%. Lalu ada
penurunan harga beras, cabai rawit, kelapa, dan gula pasir dengan andil masing-masing
0,01%. Sebaliknya penyumbang inflasi tertinggi di Juli 2020 ini adalah pengeluaran
perawatan pribadi dan jasa lainnya. Inflasinya mencapai 0,93% dengan andil 0,06%. Kedua
angka itu adalah yang tertinggi dari 11 kelompok indikator yang dipantau BPS. Komoditas
penyumbang inflasi dalam kategori ini adalah kenaikan harga emas yang terjadi di 80 dari 90
kota IHK yang menjadi basis data BPS. Andil inflasi emas sendiri mencapai 0,05%. Sejalan
dengan itu harga emas Antam juga menunjukkan kenaikan hingga di posisi puncak Rp1,028
juta per gram. Padahal selama 2019 hingga sebelum pandemi COVID-19 di awal Maret 2020,
harganya berfluktuasi di kisaran Rp600-700 ribu per gram. Sejumlah penyebab kenaikan
harga emas bisa ditelisik dari keputusan sebagian masyarakat untuk berinvestasi di aset yang
dinilai lebih aman dari inflasi dan penurunan nilai mata uang. Belum lagi pandemi COVID-
19 dikhawatirkan terus berlanjut dan kasusnya masih naik.

Penurunan Daya Beli Salah satu perubahan terbesar yang diakibatkan COVID-19
pada inflasi hingga semester I 2020 adalah pergerakan inflasi yang memberi sinyal penurunan
daya beli. Inflasi tahunan Juli 2020 menunjukkan tanda terus menurun dari April ke Juli
2020. Secara berturut-turut dari 2,67% menjadi 2,19%, 1,96%, dan 1,54%. Inflasi tahun
kalender Juli 2020 juga mencapai 0,98%. Idealnya inflasi pada Juli tiap tahunnya selalu di
atas 1% seperti tahun 2019 di kisaran 2,36%. Suhariyanto bilang COVID-19 telah
menyebabkan tren inflasi Indonesia dan berbagai negara melambat bahkan mengarah deflasi.
Ia bilang pada periode ini angka inflasi mencatat gangguan yang ditimbulkan dari lonjakan
PHK dan perubahan skema kerja menjadi WFH sehingga memukul permintaan yang
berimbas pada suplai. Pelemahan daya beli ini menurutnya juga terlihat dari anjloknya inflasi
inti. Pada Juli 2020 angkanya hanya 0,16% dengan andil 0,11% padahal tahun 2019 lalu
0,33% dengan andil 0,2%.

Inflasi tetap rendah sejalan permintaan yang belum kuat dan pasokan yang memadai.
Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2020 tercatat 0,07% (mtm) sehingga inflasi
IHK sampai Oktober 2020 tercatat 0,95% (ytd). Secara tahunan, inflasi IHK tercatat rendah,
yakni sebesar 1,44% (yoy), sedikit meningkat dari inflasi September 2020 sebesar 1,42%
(yoy). Inflasi inti melambat sejalan pengaruh permintaan domestik yang belum kuat,
konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi pada kisaran
target, harga komoditas dunia yang rendah, dan stabilitas nilai tukar yg terjaga. Inflasi
kelompok administered prices tetap rendah terutama didorong oleh penurunan tarif listrik dan
berlanjutnya penurunan tarif angkutan udara. Sementara itu, inflasi kelompok volatile food
meningkat karena faktor musiman akibat kenaikan harga komoditas hortikultura seiring
dengan berlalunya musim panen. Bank Indonesia memperkirakan inflasi 2020 lebih rendah
dari batas bawah target inflasi dan kembali ke sasarannya 3,0% ± 1% pada 2021. Bank
Indonesia konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan
Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna mengendalikan inflasi sesuai kisaran
targetnya.

1.2.4 Tingkat Suku Bunga

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 November 2020
memutuskan untuk menurunkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,00%,
suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50%, dan BI 7-Day Reverse Repo
Rate (BI7DRR)

sebesar 25 bps menjadi 3,75%, Suku bunga acuan indonesia ini turun terus dari awal
tahun dan merupakan rekor terendah dari data tahun 2015-2020.
Keputusan untuk menurunkan suku bunga ini mempertimbangkan prakiraan inflasi
yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk
mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Inflasi masih mencatatkan rendah karena
pemintaan dalam negeri yang belum kuat. Tingkat inflasi Indonesia pada Oktober 2020
sebesar 0,07% (month on month).

1.2.5 Defisit Anggaran

Kementerian Keuangan melaporkan, hingga 31 September 2020, Anggaran


Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit Rp 682,1 triliun, atau 4,16 persen
dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit APBN tersebut setara dengan 65,6 persen dari
target yang tertuang dalam Perpres 72 tahun 2020 yang sebesar Rp 1.039,2 triliun. Defisit
APBN terjadi lantaran realisasi belanja negara yang besar oleh pemerintah untuk
penanggulangan pandemi COVID-19.

1.2.6 Sentimen

Moderna menyatakan vaksin yang diproduksinya mampu memberikan tingkat


efektivitas 94.5% dalam analisis uji klinis tahap akhir. Pilarmas Investindo Sekuritas
menyebutkan berita kali ini akan membuat ekspektasi dan harapan akan pemulihan ekonomi
kembali menguat naik ke atas.Vaksin ini diharapkan akan segera mendaftarkan diri untuk
penggunaan darurat, sama dengan vaksin Pfizer.

Sekuritas ini menyebutkan vaksin yang nyata bisa dapat hadir di pasar, sehingga dapat
memberikan kepastian untuk memberikan kekuatan bagi fundamental pasar sehingga tidak
lagi rapuh. Sentimen positif ini akan menjadi pendorong pasar hari ini. Dengan adanya kabar
penemuan vaksin Covid-19 dan hasil Pilpres AS, Sri Mulyani menilai sentimen positifnya
akan terasa pada perekonomian di Indonesia.

Analis Edwin Sebayang dari MNC Sekuritas menyebutkan setelah perusahaan farmasi
asal AS Pfizer Inc menemukan vaksin yang 90% efektif menangkal virus corona, kini giliran
perusahaan farmasi kedua asal AS, Moderna Inc menyatakan 94,5% efektif dalam mencegah
virus corona mendorong naik cukup tajam indeks DJIA (Dow Jones) sebesar +1.60%.

Penguatan pasar saham Amerika Serikat ini berpotensi menjadi sentimen positif
pendorong baik IHSG di hari Selasa (17/11/2020).
Sentimen positif juga datang dari penguatan harga beberapa komoditas seperti:
minyak +3.01%, batu bara +0.08% dan timah +1.73% sehingga berpotensi mendorong naik
saham di bawah komoditas tersebut. Dari segi teknikal, Reliance Sekuritas Indonesia
menyebutkan diperkirakan selama IHSG belum mampu menembus resistance (batas atas)
terdekatnya di 5.520, maka pergerakan IHSG masih rentan terkoreksi untuk membentuk
wave iv dari wave (v) dari wave [iii].

Adapun level koreksi IHSG berada pada area 5.350-5.412.

Namun sebaliknya, apabila IHSG berhasil menembus resistance 5.520, maka IHSG
saat ini sudah menyelesaikan wave iv (merah) dan sedang membentuk wave v dari wave (v)
dari wave [iii] ke area 5.600.

Untuk hari ini IHSG diperkirakan akan bergerak di kisaran support (batas bawah)
5.450 dan resisten di 5.527.

1.2.7 Government Policy

- Kebijakan Fiskal : Penggunaan pengeluaran pemerintah dan perpajakan untuk


menstabilkan ekonomi. Pada tahun 2020, pemerintah menyiapkan 3 kebijakan fiskal, yaitu
memobilisasi pendapatan dengan menjaga iklim investasi, meningkatkan kualitas belanja
agar lebih efektif dalam mendukung program prioritas, serta mencari sumber pembiayaan
secara hati-hati dan efisien melalui penguatan peran kuasi fiskal.

- Kebijakan Moneter : Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan


memelihara kestabilan nilai Rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3 Tahun
2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7. Kestabilan Rupiah yang dimaksud mempunyai
dua dimensi. Dimensi pertama kestabilan nilai Rupiah adalah kestabilan terhadap harga-harga
barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi. Sementara itu, dimensi kedua
terkait dengan kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara lain. Indonesia
menganut sistem nilai tukar mengambang (free floating). Namun, peran kestabilan nilai tukar
sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia sejak 1 Juli 2005 menerapkan
kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka kebijakan
tersebut dipandang sesuai dengan mandat dan aspek kelembagaan yang diamanatkan oleh
Undang-Undang. Dalam kerangka ini, inflasi merupakan sasaran yang diutamakan
(overriding objective). Bank Indonesia terus melakukan berbagai penyempurnaan kerangka
kebijakan moneter, sesuai dengan perubahan dinamika dan tantangan perekonomian yang
terjadi, guna memperkuat efektivitasnya.

Berpijak pada pengalaman krisis keuangan global 2008/2009, salah satu pelajaran
penting yang mengemuka adalah perlunya fleksibilitas yang cukup bagi bank sentral untuk
merespons perkembangan ekonomi yang semakin kompleks dan peran sektor keuangan yang
semakin kuat dalam mempengaruhi stabilitas ekonomi makro. Berdasarkan perkembangan
tersebut, Bank Indonesia memperkuat kerangka ITF menjadi Flexible ITF. Flexible ITF
dibangun dengan tetap berpijak pada elemen-elemen penting ITF yang telah terbangun.
Elemen-elemen pokok ITF termasuk pengumuman sasaran inflasi kepada publik, kebijakan
moneter yang ditempuh secara forward looking.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Desember 2020
memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,75%,
suku bunga Deposit Facility sebesar 3,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,50%.
Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas eksternal
yang terjaga, serta upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi. Bank Indonesia
memperkuat sinergi kebijakan dan mendukung berbagai kebijakan lanjutan untuk
membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional, melalui pembukaan sektor-sektor
ekonomi produktif dan aman Covid-19, akselerasi stimulus fiskal, penyaluran kredit
perbankan dari sisi permintaan dan penawaran, melanjutkan stimulus moneter dan
makroprudensial, serta mengakselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan. Di samping
kebijakan tersebut, Bank Indonesia menempuh pula langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melanjutkan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan fundamental
dan mekanisme pasar.
2. Memperkuat strategi operasi moneter untuk mendukung stance kebijakan moneter
akomodatif.
3. Memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif untuk mendorong peningkatan
kredit/pembiayaan kepada sektor-sektor prioritas dalam rangka pemulihan ekonomi
nasional di tengah terjaganya ketahanan sistem keuangan.
4. Mendorong penurunan suku bunga kredit melalui pengawasan dan komunikasi publik
atas transparansi suku bunga perbankan dengan koordinasi bersama OJK.
5. Memperkuat pendalaman pasar uang melalui perluasan underlying DNDF guna
meningkatkan likuiditas dan penguatan JISDOR sebagai acuan dalam mekanisme
penentuan nilai tukar di pasar valas.
6. Memperkuat koordinasi pengawasan perbankan secara terpadu antara Bank Indonesia,
OJK dan LPS dalam rangka mendukung stabilitas sistem keuangan.
7. Mempercepat transformasi digital dan sinergi untuk memperkuat momentum
pemulihan ekonomi melalui penguatan kebijakan sistem pembayaran dan percepatan
implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025.
1. Memperpanjang kebijakan Merchant Discount Rate QRIS sebesar 0 persen
untuk merchant Usaha Mikro sampai dengan 31 Maret 2021.
2. Memperkuat dan memperluas implementasi elektronifikasi dan digitalisasi,
baik di pusat maupun di daerah, bersinergi dengan Pemerintah Pusat dan
Daerah serta otoritas terkait melalui pembentukan Tim Percepatan dan
Perluasan Digitalisasi Daerah.
3. Mendorong inovasi dan pemanfaatan teknologi serta kolaborasi perbankan
dengan fintech melalui percepatan implementasi Sandbox 2.0, antara lain
meliputi regulatory sandbox, industrial test, innovation lab dan start up.

1.3 Ekonomi Industri

1.3.1 Definisi Industri

PDB Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional tumbuh sebesar 14,96 persen
didukung oleh peningkatan produksi obat-obatan, multivitamin dan suplemen untuk
memenuhi permintaan domestik dalam menghadapi wabah Covid-19.

Lebih dari 90% bahan baku industri farmasi nasional masih bergantung pada
produk impor. Namun, saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong terwujudnya kemandirian dan
peningkatan daya saing industri farmasi dalam negeri. Hal ini sejalan dengan Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan
Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Untuk mendukung kemandirian tersebut pula,
Kemenperin menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16 Tahun 2020 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN)
Produk Farmasi. Penerapan TKDN bagi industri farmasi juga dipandang sebagai upaya
memacu serta merangsang pelaku industri untuk membangun industri bahan baku obat
(Active Pharmaceuticals Ingredients) di dalam negeri.

Di era pandemi Covid-19 ini industri farmasi juga mengalami dampaknya. Bahan
baku farmasi nasional sebagian besar diimpor, baik dari China maupun India. Alhasil, saat
pandemi melanda dunia dan mengakibatkan kedua negara pemasok bahan baku tersebut
harus menutup aksesnya (lockdown), pasokan bahan baku farmasi nasional terhambat.
Kondisi ini tentu mengganggu proses bisnis perusahaan farmasi. Dengan adanya kendala
tersebut, industri farmasi nasional mulai mempertimbangkan untuk mendiversifikasi rantai
pasok bahan baku. Artinya, tak hanya bergantung dari China dan India tetapi impor juga
dari negara lain. Selain itu, tidak semua industri farmasi nasional memiliki portofolio
produk yang beragam. Beberapa di antaranya khusus memproduksi obat-obatan untuk
penyakit kronis, sehingga ketika wabah ini melanda penjuru negeri, yang mampu bertahan
di tengah gangguan pasar akibat wabah Covid-19 adalah perusahaan farmasi yang memiliki
portofolio terdiversifikasi. Perusahaan seperti ini biasanya tidak bergantung pada produksi
obat-obatan tertentu yang digunakan untuk penyakit langka atau penyakit non kritis. Hal ini
sangat penting karena pelayanan kesehatan tertentu seperti layanan dokter gigi hampir
seluruhnya dihentikan selama pandemi. Jumlah pasien yang berkunjung ke rumah sakit dan
menerima perawatan untuk penyakit kronis (yang tidak terkait Covid-19) selama pandemi
ini pun turun signifikan.

Perusahaan farmasi yang memiliki produk terkait pandemi Covid-19, baik dalam
bentuk produk promotif, preventif, dan kuratif mampu bertahan dan terus tumbuh. Bentuk
promotif bisa berupa multivitamin, kuratif sesuai regimen terapi Covid-19 secara nasional
serta preventif misalnya vaksin. Sejak pertengahan tahun ini, pemerintah melalui
Kementerian BUMN juga telah melakukan uji coba Fase 3 calon vaksin Covid-19 melalui
PT Biofarma (Persero) dan sejauh ini berjalan lancar, tidak ada efek samping yang
signifikan. Diharapkan, awal 2021 vaksin ini lolos uji coba dan bisa segera diproduksi
secara massal. Industri farmasi sedang menghadapi kondisi moderate raised dimana
permintaan produk-produk farmasi yang berkaitan dengan penanganan Covid-19
mengalami peningkatan signifikan, tetapi di sisi lain permintaan produk yang tidak
berkaitan langsung dengan Covid-19, tidak mengalami pertumbuhan atau mengalami
penurunan. Persoalannya jumlah pasien penyakit kronis yang berkunjung ke rumah sakit
turun signifikan dan pelayanan dokter gigi juga sempat ditutup sementara waktu, sehingga
beberapa produk yang tidak berkaitan langsung dengan Covid-19 tumbuh lambat. Namun,
dalam hal ini kami tetap optimistis akan tetap tumbuh hingga akhir 2020 mengingat saat ini
aturan PSBB sudah dilonggarkan, dan beberapa layanan dokter gigi juga sudah aktif
kembali sehingga dapat menstimulasi pertumbuhan kinerja di sektor obat–obatan yang
tidak terkait dengan Covid-19. Secara langsung beberapa produk kami juga mengalami
dampak akibat wabah Covid-19 seperti Antimo yang identik dengan traveling, cukup
tertekan di sepanjang 2020. Begitu juga dengan produk etikal/resep, khususnya yang
diindikasikan bagi penyakit yang tidak berhubungan dengan Covid-19, karena jumlah
dokter atau dokter gigi yang praktek dan jumlah kunjungan pasien non Covid-19 ke rumah
sakit menurun tajam.

Di sisi lain produk multivitamin tumbuh signifikan. Namun, yang terpenting adalah
bahwa dibutuhkan strategi baru untuk mencapai target di akhir tahun dan tetap tumbuh bagi
setiap industri farmasi. Dalam hal ini kami mengoptimalisasi semua saluran yang bisa
digunakan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan kinerja di tengah pandemi. Salah
satunya adalah sinergi dengan induk perusahaan yaitu PT Kimia Farma Tbk. Apotek Kimia
Farma yang luas dan tersebar di seluruh Indonesia dapat dimanfaatkan untuk mendongkrak
kinerja. Juga pengembangan produk-produk terkait Covid-19, baik produk promotif,
preventif, dan kuratif untuk mengisi pipeline produk.Industri farmasi juga harus mengubah
strategi pemasaran, di antaranya dengan optimalisasi digital, khususnya untuk produk obat
bebas. Adanya pandemi Covid-19 merupakan salah satu pendorong revolusi industri
farmasi nasional, sehingga diharapkan dukungan semua pihak untuk bisa memajukan
industri farmasi dalam negeri demi mencapai ketahanan nasional.

1.3.2 Siklus Bisnis

Berdasarkan leading indicator (stock prices), saat ini menunjukkan keberadaan


ekonomi pada titik expansion. Hal ini dapat dibuktikan dengan harga saham yang sudah
mulai naik setelah mengalami penurunan signifikan sebelumnya pada masa awal pandemi.

1.3.3 Rotasi Sektor

Pada titik expansion, paling baik melakukan investasi di industri perbankan dan
properti karena 2 industri ini yang paling berpengaruh terhadap suku bunga. Akan tetapi,
dalam masa pandemi, industri farmasi baik di semua titik siklus bisnis. Industri farmasi juga
membawa pengaruh besar pada saat ini, karena industri inilah yang dapat memproduksi
vaksin.

1.3.4 Siklus Hidup Industri

Saat ini, Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional berada di tahap maturity
stage, dimana produk yang telah dihasilkan telah mencapai potensi terbaik untuk digunakan
konsumen terutama pada masa pandemi yang menjadikannya sebagai industri yang sangat
diandalkan. Industri farmasi juga dinilai memiliki kemungkinan yang kecil untuk mengalami
penurunan (decline) karena industri ini beroperasi sesuai dengan kondisi global.

1.3.5 Struktur Industri dan Kinerja

Bargaining power of supplier karena memiliki monopolistic control terutama di awal


tahun 2020 saat pertama kali munculnya wabah Covid-19 karena banyak orang yang
kemudian membeli banyak vitamin untuk meningkatkan imun tubuh. Hal ini dapat ditandai
dengan meningkatnya harga-harga vitamin dan suplemen yang dijual. Selain itu, di akhir
tahun 2020, setelah vaksin covid dinyatakan sudah lulus uji dan siap dipasarkan,
pertumbuhan Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional akan meningkat pesat karena
industri inilah yang dapat menghasilkan atau mendistribusikan vaksin tersebut.

1.3.6 Demand Shock

Saat ini karena adanya pandemi covid-19, industri farmasi sedang mengalami
“Demand Shock” dimana saat ini terjadi peningkatan permintaan akan vitamin dan suplemen
lainnya untuk menghindari virus Covid-19. Ditambah lagi, adanya kebutuhan vaksin untuk
mengatasi pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. Hal ini ditandai dengan berkurangnya tarif
pajak dan meningkatnya pengeluaran pemerintah.
1.4 Ekonomi Perusahaan

Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan
oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV
Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks
perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik
Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan
Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk
badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah
menjadi PT Kimia Farma (Persero).

Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya
menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya
disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah merger dan kini
bernama Bursa Efek Indonesia). Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah
berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia.
Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan Surat Keputusannya Nomor AHU-0017895.AH.01.02 Tahun 2020 tanggal
28 Februari 2020 dan Surat Nomor AHU-AH.01.03-0115053 tanggal 28 Februari serta
tertuang dalam Akta ialah RUPSLB Nomor 18 tanggal 18 September 2019, terjadi perubahan
nama perusahaan yang semula PT Kimia Farma (Persero) Tbk menjadi PT Kimia Farma Tbk,
efektif per tanggal 28 Februari 2020.

PT Kimia Farma (Persero) Tbk. menyatakan akan melanjutkan peningkatan penjualan dan
efisiensi beban usaha pada 2021.

Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno mengatakan pihaknya akan menjaga
performa keuangan perseroan pada tahun depan. Adapun, Ganti meramalkan kinerja
perseroan masih akan tumbuh positif hingga akhir 2020 secara tahunan.
Perseroan terus melakukan pemenuhan kebutuhan pemerintah, baik dalam hal penanganan
Covid-19 maupun kebutuhan pemerintah dan masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan

Ganti mendata nilai penjualan perseroan naik 2,42 persen secara tahunan menjadi Rp7,04
triliun pada Januari-September 2020. Adapun, lanjutnya, laba operasi perseroan naik 17,57
persen secara tahunan menjadi Rp504,5 miliar.

Sayangnya, beban keuangan KAEF nak 25,39 persen yoy menjadi Rp447,75 miliar pada
kuartal III/2020. Akibatnya, perseroan membukukan penurunan laba sebelum pajak 32,97
persen secara tahunan menjadi Rp69,41 miliar per 30 September 2020.

Sebelumnya, Ganti berharap pihaknya dapat menurunkan nilai impor bahan baku obat (BBO)
hingga 25 persen pada 2024. Oleh karena itu, ujarnya, pelaksanaan peraturan tingkat
komponen dalam negeri (TKDN) industri farmasi menjadi penting.

Menurutnya, target penurunan BBO oleh pabrikan perlu dukungan dari pemerintah. Seperti
diketahui, Kimia Farma menargetkan dapat berkontribusi dalam penurunan BBO impor
hingga 20,52 persen menjadi sekitar 74,48 persen pada 2024.

Hal ini merupakan langkah yang dilakukan perseroan untuk mendukung Kemandirian
Industri Farmasi Nasional, khususnya dalam industri BBO mengingat ketergantungan impor
BBO masih tinggi.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), kontribusi Kimia Farma dalam


industri BBO akan ditopang oleh performa PT Kimia Farma Sungwoon Pharmacopia dan
kerja sama antara Kimia Farma dan PT Pertamina (Persero) dalam memproduksi
parasetamol.

Saat ini, industri farmasi nasional masih mengimpor parasetamol sebanyak 7.000 ton senilai
US$32,5 juta. Ganti belum melaporkan nilai investasi yang akan dikucurkan dalam kerja
sama antara pihaknya dan Pertamina.

Ganti berharap pihaknya dapat menurunkan nilai impor BBO hingga 25 persen pada 2024.
Oleh karena itu, ujarnya, pelaksanaan peraturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN)
industri farmasi menjadi penting.
1.5 Proyeksi 5 tahun kedepan ( 2019-2025 )

- Required rate of return = 12%

- Growth = 3.6%

- Tax = 25%

- EBIT: 501,655,742

- Depreciation = 9,279,811,270 (acc thn 2019) - 3,315,148,100 (acc thn 2018) =


5.964.663.170

- CAPEX = (2,124,681,095)

- NWC =

7,344,787,123 ( CA 2019 )

7,392,140,277 ( CL 2019 )

CA - CL 2019 = -47.353.154

6,378,008,236 ( CA 2018 )

4,745,842,439 ( CL 2018 )

CA-CL 2018 = 1.632.165.797

- NWC = -47.353.154 ( 2019 ) - 1.632.165.797 ( 2018 ) = -1.679.518.951

Asumsi NWC:

 Tahun 2020-2021 naik sebesar 10% dikarenakan adanya vaksin Covid-19


 Tahun 2022 turun sebesar 15%
 Tahun 2023-2025 tidak ada kenaikan maupun penurunan

- Value of Debt = 10,939,950,304 - 1,360,268,286 = 9.579.682.018


- Lembar Saham = 5.554.000.000
- Harga Saham rata rata tahun 2019 = 2.864
SUMBER

https://www.worldbank.org/en/news/feature/2020/06/08/the-global-economic-outlook-
during-the-covid-19-pandemic-a-changed-world

https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_228720.aspx

https://market.bisnis.com/read/20201216/93/1331475/nilai-tukar-rupiah-terhadap-dolar-hari-
ini-rabu-16-desember-2020

https://www.bps.go.id/website/materi_ind/materiBrsInd-20201105120056.pdf

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201105124256-532-566255/pengangguran-ri-
melonjak-jadi-977-juta-per-agustus-2020

https://tirto.id/bagaimana-pandemi-covid-19-mengganggu-pola-inflasi-indonesia-2020-fVqL

https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_228720.aspx

https://money.kompas.com/read/2020/10/19/103857526/hingga-akhir-september-defisit-
apbn-2020-tembus-rp-6821-triliun?page=all.

https://www.kemenkeu.go.id/apbn2020

https://www.cnbcindonesia.com/market/20201117082740-17-202306/banjir-sentimen-
positif-ihsg-bakal-melesat-hari-ini

https://news.ddtc.co.id/kata-sri-mulyani-2-kabar-baik-ini-beri-sentimen-positif-ke-indonesia-
25400?page_y=204

https://ekonomi.bisnis.com/read/20201022/257/1308478/revolusi-industri-farmasi-di-tengah-
pandemi-covid-19

https://www.infrontanalytics.com/fe-EN/30186FD/PT-Kimia-Farma-Persero-Tbk/gprv-
growth

https://kimiafarma.co.id/images/Investor/update/Company_Update_KAEF_Q2-
2020_Revised_2.pdf
https://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_J
SX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan//Laporan
%20Keuangan%20Tahun%202020/TW3/KAEF/FinancialStatement-2020-III-KAEF.pdf

https://www.kimiafarma.co.id/images/laporan-audited/LKTahunan2019.pdf

https://cocoshoppers.com/rumus-dan-cara-menghitung-free-cash-flow-fcf-dari-laporan-
keuangan/

https://money.kompas.com/read/2019/08/16/144306026/ini-3-strategi-kebijakan-fiskal-
indonesia-tahun-2020

https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/Default.aspx

Anda mungkin juga menyukai