Anda di halaman 1dari 19

Anamnesa dan pemfis

Semua informas pasien dikumpulkan secara akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien disebut pengkajian.
Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
1. Data Subjektif : Anamnesa, data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi/kejadian
2. Data Objektif :
- Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
- Pemeriksaan penunjang
- Review dari data medical record/status klien
- Data yang dapat diobservasi dan diukur, biasanya diperoleh dari “Sense” : 2S (Sight, Smell) dn HT
(hearing and Touch) selama pemeriksaan fisik. Juga hasil pemeriksaan diagnostik.

Pengumpulan Data Subjektif/anamnesa


Data yang diperoleh dari hasil pengkajian terhadap klien ataupun keluarga melalui
anamnesa/wawancara (allo dan auto anamnesa) Data subjektif dapat berisi mengenai
perasaan,keluhan , persepsi, keinginan, keuakinan, ide, nilai dan informasi personal, kecenderungan
diri.
Prinsip pengkajian data subjektif
- Memperkenalkan diri, menjelaskan yang akan dilakukan
- Memperhatikan aturan dalam melakukan wawancara : menggunakan pertanyaan
terbuka,melakukan klarifikasi, bahasa dimengerti klien
- Menghormati hak klien dan menjaga privasi
- Melakukan prinsip-prinsip komunikasi interpersonal
- Menggunakan waktu secara efektif
- Tuliskan data sesuai kebutuhan
- Mengkaji secara lengkap dari informasi yang ada
- Mengklarifikasi data yang tidak jelas dari klien

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL


Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistic berbagai fisiologis yang digunakan untuk
membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada pasien yang secara medis tidak
stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi kardiopulmonal dan untuk menilai respon
terhadap intervensi. Tanda vital juga berguna untuk menentukan dosis yang adekuat bagi tindakan
fisioterapi, khususnya exercise
Pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang paling dasar meliputi:
nadi, respirasi, suhu dan tekanan darah.
WAKTU YANG TEPAT UNTUK MENGUKUR TTV
Saat Klien Masuk Rumah Sakit atau fasilitas Kesehatan lain
Frekuensi rutin
Sebelum dan setelah prosedur operasi, prosedur diagnostic invasif
Sebelum dan sesudah pemberian obat-obatan
Saat kondisi fisik umum klien berubah)
Saat melakukan gerakan ROM ( range of motion ) atau ambulasi untuk pasien yang tirah baring.
Vital sign terdiri atas:
- Tekanan darah
Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke
seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di ukur melalui nilai sistolik dan
diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat sphygmomanometer dan stestoskop
untuk mendengar denyut nadi
- Denyut nadi
Frekunsi denyut nadi manusia bervariasi,tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal:
1) Normal: 60-100 x/mnt
2) Bradikardi: < 60x/mnt
3) Takhikardi: > 100x/mnt
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:
1) Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas pergelangan
tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.
2) Arteri Brachialis. Terlertak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku.
Digunakan untuk mengukur tekanan udara.
3) Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana terdapat arteri karotid
berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.
- Suhu tubuh
Temperatur (suhu) merupakan besaran pokok yang mengukur derajat panas suatu
benda/makhluk hidup.
Suhu tubuh dihasilkan dari:
1) Laju metabolisme basal diseluruh tubuh
2) Aktifitas otot
3) Metabolisme tambahan karena pengaruh hormoN
SISTEM PENGATURAN SUHU TUBUH
Kontrol neural dan Vaskular : diatur oleh Hipotalamus (hipotalamus anterior mengontrol
pengeluaran panas,hipotalamus posterior mengontrol produksi panas ) set point tubuh
dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C
Tindakan dalam pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan adalah termometer. Jenis2
termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh adalah termometer air raksa, digital,
Thermometer infrared
Metode mengukur suhu tubuh:
1) Oral. Termometer diletakkan dibawah lidah tiga sampai lima menit. Tidak dianjurkan pada bayi
2) Axilla. Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10 menit dengan menggunakan
termometer raksa/digital. Suhu aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari pada oral
3) Rectal. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari suhu oral
3. Dahi , thermometer infra red
4. telinga, thermometer infra red
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH
- Kecepatan metabolisme basal
- Rangsangan saraf simpatis
- Hormone pertumbuhan
- Hormone pertumbuhan
- Hormone tiroid
- Hormone kelamin
- Demam ( peradangan )
- Status gizi
- Aktivitas
- Gangguan organ
- Lingkungan
Proses Perpindahan panas
1. Radiasi: Perpindahan panas dari satu objek ke objek lain tanpa keduanya bersentuhan.Panas
berpindah melalui gelombang elekromagnetik.
Contoh : Melepaskan selimut atau pakaian
2.Konduksi : Perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung, contoh
:Kompres hangat
3. Konveksi: Perpindahan panas karena gerakan udara
Contoh : Kipas angin listrik
4. Evaporasi: Perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas
contoh : latihan dan stres emosi
MENURUT TAMSURI ANAS (2007), SUHU TUBUH
DIBAGI MENJADI :
Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C
Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C
Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

PEMERIKSAAN NADI/ PULSE


Nadi Merupakan aliran darah yang menonjol dan dapat diraba ( Arif Mutagin,2010 ). Denyut nadi
adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit. Mengkaji denyut nadi
tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung, tetapi juga mengkaji:
- irama jantung
- kekuatan denyut jantung

MEKANISME KONTROL TERHADAP DENYUT JANTUNG


- Refleks Baroreseptor
- Efek ion-ion terhadap Denyut Jantung
- Efek temperature Terhadap Denyut Jantung

FAKTOR PENYEBAB KECEPATAN NADI


- Dipengaruhi perubahan kecepatan jantung terhadap rangsangan yang ditimbulkan oleh
sistem sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis
- Rangsangan simpatis dapat menambah kecepatan denyut jantung ketika tubuh dalam
keadaan emosi, cemas, takut, nyeri,aktivitas, obat-obatan dan marah
- Rangsangan parasimpatis dapat mengurangi kecepatan nadi.
TEMPAT PENGKAJIAN NADI
❑ APIKAL
❑ KAROTIS
❑ Temporalis
❑ Brakialis
❑ Radialis
❑ Ulnaris
❑ Femorali
❑ Popliteal
❑ Tibilialis posterior
❑ Dorsalis Pedis

Denyut nadi pada orang yang sedang beristirahat adalah 60 - 80 kali permenit untuk orang dewasa,
80 - 100 kali permenit untuk anak-anak, 100 - 140 kali permenit pada bayi.
NADI ABNORMAL
Frekuensi
Takikardi > normal
Bradikardi< normal
Irama
Disritmia : detak jantung tidak normal, tidak beraturam, terlalu cepat atau terlalu lambat
Pulsus bigeminus :tiap 2 denyut jantung dipisahkan waktu cukup lama
Pulsus trigeminus : tiap 3 denyut jantung dipisahkan waktu cukup lama
Pulsus seler : denyut nadi meningkat tinggi dan menurun dengan cepat
Pulsus alternans : gagal jantung : denyut nadi lemah dan kuat muncul bergantian
Pernapasan
Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit.
Faktor yang mempengaruhi Respiratory Rate:
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Suhu Tubuh
4) Posisi tubuh
5) Aktivitas

PERNAPASAN
Pernapasan adalah Mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfir dengan darah
serta darah dengan sel ( Potter,Perry:2005 ) Pernapasan adalah Tindakan mengambil oksigen
( inspirasi)dan membuang karbondioksida dari dalam tubuh ( ekspirasi).
KONTROL FISIOLOGIS PERNAPASAN
Proses pasif
Pusat pernapasan pada medula oblongata Normal pernapasan orang dewasa 12-20 kali/menit.
Ventilasi diatur oleh konsentrasi O2,CO2 dan pH dalam darah arteri P CO2 meningkat Sistem kontrol
otak meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan
Kedalaman pernapasan diobservasi penyimpangan gerakan dinding dada, normalnya 1cm
Irama
Normalnya reguler perbandingan inspirasi dan ekspirasi adalah2:1.
Difusi dan perfusi
Diukur melalui saturasi oksigen darah, normalnya 95%-100%
Tipe/pola pernapasan

TEKANAN DARAH
Indikator penting dalam manilai fungsi kardiovaskuler. Terdiri atas sistolik ( saat jantung memompa )
dan diastolik ( saat jantung mengisi kembali )
Satuan tekanan darah adalah mmHg
Faktor yang mempengaruhi TD : Usia, jenis kelamin, aktivivitas, dan emosi
PERUBAHAN TEKANAN DARAH DIPENGARUHI :
Tolakan perifer memiliki sistem tekanan terringgi ( arteri ) dan sistemtekanan terendah ( vena ).
Terdapat arteriola
Jika arteri menguncup,arteriola mengecil, darah yang mengalir ke kapiler berkurang, dinding arteri
mengembang aliran darah ke kapiler meningkat, proses penyempitan pembuluh darah yang
melebihi normal : tekanan darah tinggi.
Gerakan memompa oleh jantung
Volume darah
Kekentalan darah

Td normal:

Tekanan Darah Abnormal


1) Hipertensi
Diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan rerata tekanan darah pada dua atau
lebih kunjungan/pemeriksaan, untuk tekanan sistolik 140 mmHg lebihdan tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih.
2) Hipotensi
Hipotensi dipertimbangkan secara umum saat tekanan darah sistolik turun sampai 90 mmHg atau
lebih rendah.
3) Hipotensi ortostatik postural
Penurunan Tekanan Darah saat bergerak dari posisi duduk ke berdiri disertai pusing, berkunang-
kunang sampai dengan pingsan.

Pemeriksaan Fisik

⦿ Asal kata “ Physical Examination “ :Memeriksa tubuh dengan atau tanpa alat.
⦿ Tujuan : mendapatkan informasi / data yang menggambarkan kondisi klien sesunguhnya

Pemeriksaan fisik adalah suatu Teknik pengumpulan data yang dilakukan dari ujung rambut samapai
dengan ujung kaki dengan menggunakan teknik Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi.

1. Inspeksi
⦿ Disebut juga periksa pandang, dengan melihat dan mengamati kondisi atau respon klien.
⦿ Inspeksi di fokuskan kepada: ukuran bentuk, posisi, kelainan anatomik organ, warna, tekstur,
penampilan,pergerakan dan kesimetrisan.
2. Palpasi
⦿ Disebut periksa raba :menggunakan perabaan atau sentuhan,menetukan struktur tubuh dibawah
kulit
⦿ Untuk mengidentifikasi ukuran, bentuk, tekstur, temperatur, konsistensi, mobilisasi dll
3. Perkusi
⦿ Disebut juga Periksa Ketuk, dilakukan dengan mengetuk area/organ unt perubauk mehasilkan
bunyi. Bunyi akan menginformasikan perubahan atau kondisi dari organ.
⦿ Untuk menentukan ukuran, densitas, lokasi dan batas batas suatu organ
4. Auskultasi
⦿ Juga disebut “Periksa Dengar”, dilakukan dengan mendengar bunyi yg dihasilkan organ tubuh.
⦿ Digunakan untuk mendegar bunyi paru, jantung, bising usus tentukan frekwensi, intensitas,
kulaitas dan lamanya.

Pendekatan Pem. Fisik


1. HEAD-TO-TOE (dari kepala s.d kaki).
(Keadaan umum, tanda tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut, pharing,
leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, genetalia, rektum, ektremitas dan punggung
2. Riview Of System (ROS), melakukan pengkajian sistem tubuh secara keseluruhan)
3. Pola Fungsi Kesehatan, mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan fokus pada masalah yang
khusus (nutrisi, eliminasi, pola tidur, dll)

A. Penilaian Keadaan Umum


1. Kesadaran:
2. Observasi usia, jenis kelamin, TB, BB, status nutrisi Sesak, kelelahan, ikterus, sianosis, pucat,
joundice

Tingkat kesadaran:
1. Secara kualitatif:
a. Komposmentis/alert: › Sadar penuh/kesadaran normal
b. Somnolen/Lethargi/Obtundate:› Keadaan mengantuk, kesadaran pulih bila dirangsang.
c. Sopor/Stupor:• Kantuk yang dalam, klien dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri kuat,
namun kesadaran segera menurun kembali.
d. Koma ringan/Semi koma
• Tidak ada respon terhadap rangsang verbal.
• Refleks (kornea, pupil) masih baik.
• Gerakan terutama timbul sebagai respon thd rangsang nyeri.
e. Koma (dalam atau komplit)
• Tidak ada gerakan spontan,
• Tak ada jawaban thd rangsang nyeri bagaimanapun kuatnya.

Posisi Pemfis
Prinsip pemberian obat
2.1 Aspek Legal dalam Pemberian Obat
A. Wewenang Bidan

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Bidan


dalam menjalankan praktik profesinya berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi; Pelayanan kebidanan kepada ibu pada masa pranikah, prahamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui. Meliputi:
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi :
- Penyuluhan dan konseling
- Pemeriksaan fisik
- Pelayanan antenatal pada kehamilan abnormal
- Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakuo abortus imminens,
hiperemesis gravidarum tingkat 1, preeclampsia dan anemia ringan
- Pertolongan persalinan normal
- Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus
macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi,
perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri, post
term dan preterm.
- Pelayanan ibu nifas normal
- Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta dan infeksi
ringan
- Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang mengalami
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
c. Pelayanan kebidanan pada anak, meliputi :
1) Pemeriksaan bayi baru lahir
2) Perawatan tali pusat
3) Perawatan bayi : 0 – 28 hari termasuk ASI eksklusif s/d 6 bulan
4) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
5) Pemantauan tumbuh kembang anak
6) Pemberian imunisasi
7) Pemberian penyuluhan
Selain itu bidan berwenang pula untuk :
a. Memberikan imunisasi
b. Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan, dan nifas
c. Mengeluarkan plasenta secara manual
d. Memberikan bimbingan senam hamil
e. Pengeluaran sisa jaringan konsepsi
f. Episiotomi jika diperlukan
g. Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai grade II
h. Melakukan amniotomi
i. Memberikan infus
j. Memberikan suntikan intra muskular uterotonika, antibiotika dan sedativa
k. Melakukan kompresi bimanual
l. Versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya
m. Vakum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul
n. Pengendalian anemia
o. Meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan ASI
p. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
q. Menangani hipotermia
r. Pemberian minum dengan sonde/ pipet
s. Memberikan surat kelahiran
d. Pelayanan keluarga berencana
a. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan, dan alat kontrasepsi dalam
rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom.
b. Memberikan penyuluhan/ konseling pemakaian kontrasepsi
c. Melakukan pencabutan alat kontrsepsi dalam rahim
d. Melakukan pencabutan alat kontrsepsi bawah kulit tanpa penyulit
e. Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana dan
kesehatan masyarakat
e. Pelayanan kesehatan masyarakat
a. Membina peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak
b. Memantau tumbuh kembang anak
c. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
d. Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk dan
memberikan penyuluhan infeksi menular seksual (IMS) penyalahgunaan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) serta penyakit lainnya.

B. Wewenang Bidan Dalam Pemberian Obat


Dalam setiap Puskesmas atau Rumah sakit, bidan merupakan tenaga profesi
kesehatan yang sangat penting peranannya terutama terhadap pelayanan kesehatan
keluarga. Seorang bidan dalam menjalankan setiap tugasnya mempunyai standar
pelayanan dan kode etik yang harus dipatuhi.adapun wewenang bidan diantaranya:

1. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan


pelayanan kegawatan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil / bersalin ,
nifas dan bayi baru lahir (0-28 hari), agar penanganan dini atau pertolongan
pertama sebelun rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu
2. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh bidan
adalah kelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan penundaan
haid.Pengobatan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan sementara sebelum
dirujuk kedokter
3. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan segera merujuk pada dokter.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI , nomor :


900/MENKES/SK/VII/2002, tanggal 25 Juli 2002. Wewenang seorang bidan adalah
sebagai berikut :

a. Pelayanan dan pengobatan kelaianan ginekologik yang dapat dilakukan oleh


bidan adalah kelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan penundaaan
haid. Pengobatan ginekologik yang diberikan tersebut pada dasarnya bersifat
pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau tindak lanjut
pengobatan sesuaii advis dokter.
b. Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja puteri,
calon pengantin, ibu dan bayi.
c. Memberikan suntikan kepada penyulit kehamilan meliputi pemberian secara
parental antbiotika pada infeksi /sepsis, oksitoksin pada kala III dan kala IV
untuk pencegahan/penanganan perdarahan post partum karena hipotonia uteri,
sedativa pada preeklamsia/eklamsi, sebagai pertolongan pertama sebelum
dirujuk.
d. Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm pada
letak belakang kepala, pada distosia karena inertia uteri dan diyakini bahwa
bayi dapat lahir pervaginam.
e. Kompresi bimanual internal dan atau eksternal dapat dilakukan untuk
menyelamatkan jiwa ibu pada perdarahan post partum untuk menghentikan
perdarahan. Diperlukan keterampilan bidan dan pelaksanaan tindakan sesuai
dengan protap yang berlaku.
f. Versi luar pada gameli pada kelahiran bayi kedua. Kehamilan ganda
seharusnya sejak semula direncanakan di rumah sakit oleh dikter. Bila hal
tersebut tidak diketahui, bidan yang menolong persalinan terlebih dahulu dapat
melakukan versi luar pada bayi kedua yang tidak dalam masa presentasi
kepala, sesuai dengan protap.
g. Ekstraksi vacuum pada bayi dengan kepala di dasar penaggul. Demi
penyelamatan hidup bayi dan ibu, bidan yang telah mempunyai kompetensi,
dapat melakukan ekstraksi vacuum atau ekstraksi cunam bila janin dalam
presentasi belakang kepala dan kepala janin telah berada di dasar panggul.
h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Bidan diberikan wewenang
melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia, yang
sering terjadi pada partus lama, ketuban pecah dini, persalinan dengan
tindakan dan pada bayi dengan berat badan lahir rendah, utamanya bayi
premature. Bayi tersebut selanjutnya perlu dirawat di fasilitas kesehatan,
khususnya yang mempunyai berat lahir kurang dari 1750 gram
i. Hipotermi pada bayi baru lahir. Bidan diberi wewenang untuk melaksanakan
penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan mengeringkan,
menghangatkan, kontak dini dan metode kangguru.
j. Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berncana harus memperhatikan
kompetensi dan protap yang berlaku di wilayahnya meliputi :
- Memeberikan pelayanan Keluarga Berencana yakni pemasangan IUD, alat
kontrasepsi bawah kulit (AKBK), pemberian suntikan,tablet, kondom,
diafragma, jelly dan melaksanakan konseling.
- Memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontasepsi. Pertolongan yang
diberikan oleh Bidan bersifat pertolongan pertam yang perlu mendapat
pengobatan oleh dokter bila gangguan belanjut.
- Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) tanpa penyulit.
Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan pelaksanaanya berdasrkan
protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk dilaksanakan melalui
pelayanan KB keliling.
- Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa, Bidan berwenanang
melakukan pelayanan kebidanan selain kewewnangan yang diberikan bila
tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli. Dalam memberikan
pertolongan Bidan harus mengikuti protap yang berlaku.
k. Penyediaan dan Penyerahan obat-obatan :
- Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
- Bidan diperkenankan menyerhakan obat kepada apsien sepanjang untuk
keperluan darurat sesuai dengan protap.

2.2 Obat yang Menjadi Kewenangan Bidan

No Jenis Obat Sediaan


KONTRASEPSI ORAL
1. Desogestrel Tablet
2. Kombinasi desogentrel dan ethinylestradiol Tablet
3. Kombinasi levonorgentrel dan ethinylestradiol Tablet
4. Lynestrenol Tablet
5. Kombinasi Cyproterone acetat dan ethynylestradiol Tablet
6. Kombinasi Gestodene dan ethynylestradiol Tablet
7. Levonorgestrel Tablet
8. Kombinasi drospirenone dan ethynylestradiol Tablet
9. Kombinasi ethynylestradiol dan lynestrenol Tablet
KONTRASEPSI SUNTIK
10. Medroxyroprogesterone acetate (DMPA) Vial
11. Kombinasi Medroxyroprogesterone acetate (DMPA) dan Vial
estradiol cypionate
KONTRASEPSI IMPLAN
12. Levonorgestrel Rods
13. Etonogestrel Rods
KONTRASEPSI AKDR
14. IUD Cu T 380 A Set
15. IUD Levonogestrel Set
KONDOM
16. Kondom Buah
OBAT KEGAWAT DARURATAN DAN OBAT LAIN
17. Oksitosin Inj Ampul
18. Metilergometrin Inj. Ampul
19. MgSO4 40% inj. Ampul
20. Kalsium Glukonat 10% inj. Ampul
21. Nifedipin/amlodipin
22. Metildopa
23. Vitamin A Dosis tinggi Softgel
24. Tablet tambah darah Tablet
25. Vitamin K 1 injeksi Ampul
26. Salep mata Gentamicin Tube

2.3 Enam Tepat dalam Pemberian Obat


Prinsip enam tepat merupakan prinsip yang harus diperhatikan oleh bidan dalam
pemberian obat untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan keberhasilan
pengobatan. Penerapan prinsip enam tepat (six rights) oleh bidan akan mempengaruhi
keberhasilan pengobatan. Hal ini terutama akan tampak pada pasien yang dirawat di
ruang rawat inap. Di ruang rawat inap, seorang perawat/bidan harus memberikan berbagai
macam obat kepada beberapa pasien yang berbeda yang menjadi tanggung jawabnya.
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat,perawat/bidan harus menerapkan
prinsip “enam tepat” tersebut.
1. Benar Pasien
Dapat di pastikan dengan melihat nama pada label obat dan mencocokkan dengan
nama, usia, dan jenis kelamin. Hal hal yang pelu dierhatikan dalam ketepatan
pasien:
a) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b) Memanggil nama pasien yang akan diberikan obat
c) Mengecek identitas pasien pada papan/ kardeks di tempat tidur pasien
yang akan diberikan obat
2. Benar Obat
Pastikan obat yang diberikan harus sesuai resep  dokter yang merawat , dari nama
obat, bentuk dan warna, serta membaca label obat sampai 3 kali yaitu  saat melihat
kemasan obat, saat menuangkan obat, sesudah menuangkan obat. Jika labelnya
tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian apotek.
Hal hal yang harus diperhatikan untuk ketepatan obat:
a) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b) Menanyakan ada tidaknya alergi obat
c) Menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat
d) Mengecek label obat 3 kali (saat melihat kemasan, sebelum menuangkan,
dan setelah menuangkan obat) sebelummemberikan obat
e) Mengetahui interaksi obat
f) Mengetahui efek samping obat
g) Hanya memberikan obat yang disiapkan diri sendiri
3. Benar Dosis
Memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan instruksi dokter dan catatan
pemberian obat. Berikut adalah hal hal yang harus di cek kembali :
a) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b) Mengecek hasil hitungan dosis dengan perawat laian (double check)
c) Mencampur/ mengoplos obat sesuai petunjuk pada label/ kemasan obat
4. Benar Waktu Pemberian
Waktu pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang tertera pada  catatan
pemberian obat , misalnya obat diberikan 2 kali sehari maka catatan pemberian
obat akan tertera waktu pemberian misalnya jam 6 pagi dan 6 sore. Perhatikan
apakah obat diberikan sebelum atau sesudah makan. Berikut hal hal yang perlu
diperhatikan utuk waktu pemberian obat
a) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b) Mengecek tanggal kadaluarsa obat
c) Memberikan obat dalam rentang 30 menit sebelum sampai 30 menit
setelah waktu yang diprogramkan
5. Benar Cara Pemberian Obat
Pastikan obat diberikan sesuai dengan cara yang diintruksikan dan periksa pada
label cara pemberian obat. Misalnya oral (melalui mulut) sublingual (dibawah
lidah), inhalasi (semprot aerosol) dll. Berikut hal yng perlu diperhatikan dalam
pemberian obat :
a) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b) Mengecek cara pemberian pada label/ kemasan obat
c) Pemberian per oral: mengecek kemampuan menelan, menunggui pasien
sampai meminum obatnya
d) Pemberian melalui intramuskular: tidak memberikan obat >5cc pada satu
lokasi suntikan
6. Benar Dokumentasi
Pendokumentasian merupakan salah satu unsur yang penting dalam prinsip enam
tepat pemberin obat ini. Berikut hal hal yang harus diperhatikan:
a) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b) Mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat
c) Mencantumkan nama/ inisial dan paraf
d) Mencatat keluhan pasien
e) Mencatat penolakan pasien
f) Mencatat jumlah cairan yang digunakan untuk melarutkan obat (pada
pasien yang memerlukan pembatasan cairan)
g) Mencatat SEGERA setelah memberikan obat
2.4 Persiapan Pemberian Obat
a. Persiapan Pemberian
1. Saat menyiapkan beberapa obat seperti heparin, insulin, digoxin lakukan
pemeriksaan ulang.
2. Jangan membuka bungkus obat jika dosis obat belum pasti. Buka sebelum
diberikan pada klien.
3. Ketika menyiapkan obat topikal, nasal, opthalmic dan obat-obat dan kardus obat,
ambil obat dari kotaknya dan periksa label untuk memastikan isinya sesuai.
4. Saat mengambil pil dan botol, tuangkan pil tersebut pada tutupnya kemudian
letakkan pada tempat obat.
5. Tuangkan obat cair tidak pada bagian labelnya. Baca jumlah obat yang dituang
pada dasar meniscus.
6. Pisahkan obat-obat yang memerlukan data pengkajian awal, seperti tanda vital.
7. Periksa tanggal kadaluarsa obat saat menyiapkannya.

b. Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah– langkah sebagai
berikut:

1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

2. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap

3. Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap

4. Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan dalam LAF.

5. Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat.


6. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.

7. Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.

8. Melakukan pencampuran secara aseptis

c. Tehnik memindahkan obat dari ampul (kaca, plastik)


 Alat/Bahan yang dibutuhkan :
Alat suntik dengan ukuran yang tepat, jarum suntik dengan ukuran yang sesuai,
sediaan obat atau cairan dalam ampul, kain kasa.
 Tempat :
1. Cuci tangan terlebih dahulu.
2. Pasang jarum pada alat suntik.
3. Turunkan cairan dari leher ampul dengan mengetukkan jari ke ampul atau
ampul digoyang dengan gerakan memutar ke arah bawah.
4. Gesekkan alat pemotong sepanjang leher ampul.
5. Lindungi jari dengan kain kasa jika ampul terbuat dari kaca.
6. Patahkan bagian atas ampul dengan hati-hati (untuk ampul plastik, dipotong
dengan cara diputar).
7. Sedot cairan dari ampul.
8. Keluarkan udara dari alat suntik.
9. Bersihkan dan rapikan ; buang semua bekas alat dengan benar; cuci tangan.

d. Tehnik memindahkan obat dari vial


 Alat / Bahan yang dibutuhkan
Obat dalam vial dan pelarutnya, alat suntik dengan ukuran sesuai, jarum suntik
dengan ukuran yang tepat (intramuskular, subkutan atau intravena), desinfektan
(alkohol 70%), kain kasa.
 Teknik
1. Cuci tangan terlebih dahulu.
2. Bersihkan bagian atas vial dengan kapas beralkohol.
3. Gunakan alat suntik dengan volume dua kali jumlah obat atau larutan yang
dibutuhkan dan pasang jarum.
4. Ambil udara sebanyak mungkin disesuaikan dengan jumlah larutan yang
akan disuntikkan.
5. Masukkan jarum suntik ke dalam vial , kemudian dibalik sehingga vial ada
di atas.
6. Pompa udara dari alat suntik ke dalam vial.
7. Ambil larutan hingga berlebih 0,1 mL. Pastikan ujung jarum bebas dari
cairan.
8. Tarik jarum keluar dari vial.
9. Keluarkan udara dari alat suntik.
10. Bersihkan dan rapikan; buang alat bekas pakai dengan benar; cuci tangan.

2.5 Pencegahan dan Identifikasi Injuri Pengobatan

a. Pada Alergi
Alergi obat biasanya terjadi karena tubuh seseorang sangat sensitif sehingga bereaksi
secara berlebihan terhadap obat yang digunakan.
 Hindari mengkonsumsi obat yang tidak diperlukan.
 Ganti obat yang digunakan dengan obat yang sesuai dengan kondisi/respon
organ-organ dalam/luar.
 Vitamin dikatakan aman, sebab sekalipun vitamin dapat menimbulkan alergi
bukan karena zat tambahan didalamnya.
 Untuk menghentikan alergi obat, hanya dengan satu cara yaitu hanya dengan
menghentikan pemakaian obat tersebut dan mengatasi keadaan yang timbul dari
efek.
 Perlu kerja sama antara pasien dengan dokter (tenaga medis)
 Pasien harus mengemukakan pengalamannya menggunakan obat selama ini,
apakah obat tertentu membuat tubuh alergi atau yang dicurigai menimbulkan
alergi, akan sangat bagus atau baik jika setiap orang memiliki catatan tertulis
mengenai penggunaan obat dan apa yang dialami tubuhnya.

b. Teknik penyimpanan obat


Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :
 Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan
terkunci.
 Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru
diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna
(dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.
Teknik penyimpan obat dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
 Secara Umum
Cara penyimpanan obat yang secara umum perlu diketahui oleh masyarakat
adalah sebagai berikut :
 Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan
 Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
 Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.
 Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
 Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
 Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
 Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
 Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
 Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di
lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair.

 Sediaan Aerosol / Spray


Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena
dapat menyebabkan ledakan. Peralatan yang digunakan untuk penyimpanan obat
dengan kondisi khusus :
 Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
 Fasilitas peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala
 Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat psikotropika
 Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan pembuangan limbah
sitotoksik dan obat berbahaya harus dibuat secara khusus untuk menjamin
keamanan petugas, pasien dan pengunjung
Beberapa obat perlu disimpan pada kondisi dan tempat yang khusus untuk
memudahkan pengawasan, yaitu :
 Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam
lemari khusus dan terkunci.
 Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari
pendingin untuk menjamin stabilitas sediaan.
 Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan
dalam lemari yang berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar
dan peralatan elektronik. Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.

c. Hal-hal yang diperhatikan dalam pemberian obat pada ibu hamil


 Sedapat mungkin hindari penggunaan obat terutama pada trimester pertama
kehamilan. Upayakan terapi non farmakologik (dilakukan terapi dengan
menghindari pemberian obat-obatan)
 Obat hanya diberikan jika jelas diperlukan dengan mempertimbangkan manfaat
dan resikonya.
 Hindari obat baru, karena datanya masih terbatas.
 Pilih obat dengan profil keamanannya yang sudah diketahui
 Utamakan monoterapi (maksudnya, penggunaan satu jenis obat untuk
pengobatan suatu penyakit)

Anda mungkin juga menyukai