BAB I
PENDAHULUAN
pasca stroke, kemampuan dalam transfer dan ambulasi sering menjadi prioritas
yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.
Sehingga, banyak pasien pasca stroke yang mencari dan mencoba berbagai
dan kontrol gerak serta kemampuan menerima dan merespon input sensorik yang
akhirnya dieksekusi sebagai sebuah gerakkan yang bertujuan oleh tubuh. Untuk
adalah 1 diantara 5 untuk wanita dan 1 diantara 6 untuk laki-laki. Setiap 2 detik 1
orang di dunia teserang stroke. Setiap 6 detik, kehidupan dan kualitas seseorang
akan berubah akibat stroke. Prevalensi penderita stroke di Indonesia meningkat dari
8,3 per 1.000 populasi penduduk pada tahun 2007 menjadi 12,1 per 1000 populasi
1
2
pengobatan sangat tinggi, hal ini ditambah masalah produktifitas pasien menurun.
Kemandirian merupakan sesuatu yang sangat bernilai baik dari aspek pemenuhan
kebutuhan maupun dari aspek finansial sebagai kompensasi biaya perawatan atau
biaya caregiver, terutama di negara-negara maju dimana biaya tenaga kerja sangat
tinggi, sehingga pasien pasca stroke sangat diharapkan untuk dapat mandiri dalam
pembebanan yang seimbang antara kaki kanan dan kaki kiri. Tumpuan optimal
akan mengaktifasi otot-otot gravitasi untuk membuat tubuh menjadi tegak dan
stabil. Tumpuan menjadi dasar untuk melakukan gerakan yang dinamis dan
perhatian, perhatian dalam hal ini masih banyak dalam hal kekuatan otot dan
perbaikan kualitas tumpuan. Pada kondisi tersebut juga dijumpai distribusi berat
badan yang tidak seimbang dimana pada sisi lemah mendapatkan pembebanan
yang lebih ringan, menjadikan base of support pada kaki lemah menjadi kecil hal
ini menyebabkan fase menumpu pada sisi lemah menjadi lebih singkat. Pola
tersebut merupakan aspek dasar yang penting dalam bergerak dan keseimbangan.
Bahkan kondisi tersebut masih sering dijumpai pada pasien pasca stroke yang
sudah memiliki kemampuan fungsional pada level yang tinggi. Dengan demikian
aktifitas fungsional sangat jelas dan mempunyai korelasi yang kuat (Kim, 2014).
2013).
pada pasien pasca stroke untuk meningkatakan postural stability bisa menggunakan
4
fungsi, gerak dan postural kontrol karena adanya suatu lesi pada sistem saraf pusat
(SSP) dengan konsep postural kontrol dan gerak selektif melalui fasilitasi dan dapat
diterapkan pada individu-individu dari segala usia dan semua derajat cacat fisik dan
fungsional (Raine, 2006; IBITA, 2008). Aktifasi otot postural dan meningkatkan
selective movement pada anggota gerak, terutama pada anggota gerak bawah akan
memperbaiki distribusi berat badan pada tumpuan ke dua kaki, dengan tumpuan
gerakan melalui stabilitas postural dan gerak selektif yang menjadi target
internal representation dan kesadaran gerak yang akan meningkatkan rasa tubuh
dalam berbagai posisi yang dilakukan sama pada sisi kanan dan sisi kiri tubuh
(Ginsburg, 2010). Metode Bobath lebih aktif dalam mengajarkan pasien dalam
stability pada pasien pasca stroke yang akan dipaparkan dalam bentuk penelitian
dengan judul “Metode Bobath Lebih Baik Daripada Metode Feldenkrais dalam
masalah sebagai berikut: Apakah metode Bobath lebih baik daripada metode