Anda di halaman 1dari 21

Kepemimpinan dan Kekuasaan

Disusun Guna Memenuhi Tugas :

Mata Kuliah : Perilaku dan Budaya Oragnisasi

Dosen Pengampu : Dra. Siti Prihatiningtyas, M.Pd

Disusun Oleh :

Nuriyatul Hayati (1801036097)

MANAJEMEN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin dan setiap manusia akan diminta
pertanggung jawaban atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai pemimpin minimal
mampu memimpin dirinya sendiri. Setiap organisasi harus ada pemimpinnya yang secara
ideal dipatuhi dan disegani bawahannya.

Organisasi tanpa pimpinan akan kacau balau. Oleh karena itu, harus ada seorang
pemimpin yang memerintah dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan individu,
kelompok dan organisasi. Dari kepemimpinan itu, maka muncul lah kekuasaan.

Kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya didalam suatu


hubungan sosial yang ada termasuk dengan kekuasaan atau tanpa mengiraukan landasan yang
menjadi pijakan kemungkinan itu. Seorang pemimpin mempunyai kekuasaan untuk mengatur
dan mengarahkan anggota-anggotanya.

Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna
menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan
tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh. Maka kepemimpinan tidak akan
pernah lepas dari kekuasaan untuk mengatur anggota-anggotanya. Kepemimpinan adalah
suatu aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu.

Cara mempertahankan kekuasaan ialah menghilangkan aturan lama, birokrasi yang baik
dan konsolidasi vertical dan horizontal. Cara memperkuat kekuasaan yaitu dengan menguasai
bidang-bidang kehidupan secara damai dan menguasai bidang-bidang kehidupan secara
koersif.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kepemimpinan
2. Teori kepemimpinan
3. Pengertian Kekuasaan
4. Hubungan Kepemimpinan dan Kekuasaan dengan Perilaku Organisasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin atau leader)


untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga
oang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai
suatu proses sosial.

Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-
kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau badan. Sebagai suatu proses,
kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sesuatu
badannyang menyebabkan gerak dari warga masyarakat. 1

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan pengikut-


pengikutnya untuk bekerja sama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh pimpinan mereka. Kepemimpinan dapat juga di artikan sebagai 
kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu
sesuai tujuan bersama. menurut para ahli kepemimpinan adalah :

1. James J Cribin mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan memperoleh


konsensus dan keikatan pada sasaran bersama, melampaui syarat-syarat organisasi,
yang dicapai dengan pengalaman sumbangan dan kepuasan di pihak kelompok kerja. 
2. Miftah Thoha mendefinisikan kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku
orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perseorangan maupun
kelompok. 
3. James A.F Stoner mengatakan bahwa kepemimpinan manajerial adalah suatu proses
pengarahan dan pemberian pengaruh kepada kegiatan – kegiatan dari sekelompok
anggota yang saling berhubungan tugasnya.
4. Chung dan Megginson mengatakan bahwa Kepemimpinan adalah kesanggupan
mempengaruhi perilaku orang lain dalam suatu arah tertentu.

1
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, cet.I, Dian Rakyat, 1967, hal.181
     Dari pendapat para ahli diatas dapat di simpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu
keahlian yang dimiliki oleh sorang pemimpin dalam mengajak anggota kelompoknya untuk
melakukan perintah yang di berikan guna mencapai tujuan bersama dari organisasi atau
kelompok tersebut.

George R. Terry yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi


orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.2

Seorang pemimpin adalah seseorang yang dengan wewenang kepemimpinannya


mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya
dalam mencapai tujuan bersama. Dan oleh karenanya seorang pemimpin harus bias
memberdayakan dan meningkatkan kualitas orang-orang yang dipimpinnya dengan
menumbuhkan dan mengembangkan segala potensi yang mereka miliki supaya mereka
mampu menyelesaikan tugas yang didelegasikan kepada mereka.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat menerima kepercayaan etnis dan moral
dari berbagai agama secara kumulatif, selain itu seorang pemimpin juga harus bias bersikap
ing ngarsa sung tulodha yaitu mampu menjadikan dirinya sebagai contoh dan teladan yang
baik bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Dalam kehidupan ini dibutuhkan seorang pemimpin yang mengatur sebuah sistem kehidupan.
Banyaknya manusia dan makhluk hidup di muka bumi ini, akan bergantung kepada sebuah
kepemimpinan karena Seorang pemimpin akan menentukan arah tujuan sebuah kelompok.
Menurut Keating dalam Mangunhardjana, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan
berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan
bersama.3

Hakikat Kemampuan Kepemimpinan


a. KemampuanKognitif
Kemampuan kognitif mempunyai tipe atau jenis yang berbeda, seperti:
a) Kemampuan verbal (verbal ability), yaitu kemampuan seseorang dalam memahami
dan mengekspresikan bahasa secara lisan dan tulisan (oral and written
communication),

2
Kartini kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hal 57
3
A.M. Mangunhardjana, Kepemimpinan Teori dan Pengembangannya, Yogyakarta: Kanisius, 1986, hlm 9
b) Kemampuan kuantitatif (quantitatif ability), yaitu kemampuan seseorang yang
berkaitan dengan operasional matematika seperti penambahan, pengurangan,
pengalian, dan pembagian serta matematika logika dalam pemecahan suatu masalah,
c) Kemampuan mempertimbangkan (reasoning ability), yaitu, kemampuan seseorang
yang dilihat dari beberapa faktor seperti pemahaman, aturan, dan logika dalam
memecahkan suatu masalah ditinjau dari ketiga faktor tersebut,
d) Kemampuan spasial (spatialability) adalah kemampuan seseorang dalam merangkai
bagian-bagian sebuah bentuk menjadi susunan yang menyatu dari bagian-bagian itu
yang disebut dengan spatial orientation. Adapaun kemampuan seseorag dalam
memvisualisasikan sesuatu objek yang besar dalam gambaar kecil tetapi tidak
mengurangi bagian-bagian dari objek itu disebut dengan kemampuan visualization
ability,
e) Kemampuan pengamatan (perceptual ability) adalah kemampuan mengamati,
mamahami, dan menjelaskan informasi yang ia terima. Dalam jenis kemampuan ini
seseorang diukur dari kecepatan dan fleksibilitasnya dalam menerima informasi yang
kemudian menjelaskan mengenai manfaat dari informasi tersebut.Terakhir adalah
Kemampuan mental secara keseluruhan (general mental ability), yaitu kemampuan
secara konprehensif meliputi kemampuan verbal, quantitative, menimbang, spasial
serta perseptual yang disingkat dengan faktor g (g factor)
b. Kemampuan Emosional
Kemampuan emosional (emotional ability) adalah jenis kemampuan yang kedua yang
disebutkan oleh Colquitt dalam bukunya Organization Behavior, dalam kemampuan
emosional ini ia membedakan menjadi beberapa jenis seperti:
a) Kesadaran diri (self awareness), yaitu kemampuan dalam mengenali, mengelola, dan
mengendalikan emosi diri sendiri,
b) Kesadaran pada orang lain (other awareness), yaitu kemampuan memahami perasaan
orang lain dan menjalin hubungan baik dengan orang lain sehingga membentuk
jalinan komunikasi yang baik antar anggota organisasi,
c) Ketetapan emosi (emotion regulation), yaitu kemampuan mengendalikan emosi dalam
situasi dan kondisi apapun, tidak terpancing oleh amarah dan tetap dapat
mengontrolnya secara baik,
d) Mempergunakan emosi (use of emotion), yaitu dengan mengontrol emosi sebaik
mungkin dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan oleh organisasi sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu,
e) Kenggunakan kecerdasan emosi (apply emotional Intelligence), yaitu mempraktekkan
kecerdasan emosi dalam organisasi sehingga tingkat efektifitas dalam organisasi
tercapai, (f) Menilai kecerdasan emosi (assessing emotional intelligence), yaitu
memberikan penilaian terhadap kecerdasan emosi seseorang, misalnya melalui raut
muka atau ekspresinya dalam situasi dan kondisi tertentu.
c. Kemampuan Fisik
Kemampaun fisik (phisical abilities) adalah kemampuan seseorang dilihat dari kondisi fisik
seperti:
a) Kekuatan (strength), yaitu melihat kekuatan fisik seseorang seperti tangan, kaki,
tubuh, dan organ tubuh yang lainnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
b) Stamina (stamina), yaitu kemampuan sistem sirkulasi udara pada paru-paru seseorang
dalam meningkatkan efisiensi kerja pada waktu menjalankan aktivitas sehari-hari,
c) Koordinasi dan keleluasaan (flexibility and coordination), yaitu kemampuan fisik
seseorang dalam mengkoordinasikan dan melenturkan tubuhnya, seperti olahragawan
senam ballet atau senam alat,
d) Kemampuan psikomotor (psychomotor abilities), yaitu kemampuan memegang dan
mempergunakan alat sesuai dengan fungsinya (pemahaman fungsi alat atau benda),
e) Kemampuan sensor (sensory abilities), yaitu kemampuan yang berkaitan dengan
membaca visi dan mendengarkan secara detail. Misalnya, seorang konduktor orkestra
musik dapat mendengarkan setiap instrumen musik yang dibunyikan oleh para pemain
orkestra secara detail satu persatu dengan benar.
d. Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan
mental. Sebab, pekerjaan membutuhkan tuntutan- tuntuan yang berbeda kepada pelaku yang
mengerjakan pekerjaan tersebut. Singkatnya, semakin banyak tuntutan pemrosesan informasi
dalam pekerjaan tertentu, semakin tinggi pula kecerdasan dan kemampuan verbal umum yang
dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.4
Dalam kehidupan sehari hari hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan
sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan
lainnya. Para ahli memaknai konsep pemimpin sebagai seseorang dengan wewenang

4
Elliot, at.al., “On The Motivation of Cognitive Dissonance: Dissonance as Psychology

Discomport,” dalam Journal of Personality and Social Psychology, September 1994, hlm 382-394
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya
dalam mencapai tujuan. Stephen Robbins, misalnya mendefinisikan kepemimpinan sebagai
The ability to influence a group toward the achievement of goals. Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai serangkaian tujuan.5

2. Teori-Teori Kepemimpinan
1. Teori Sifat

Seseorg dpt menjadi pemimpin apabila memiliki sifat yang dibutuhkan oleh seorang
pemimpin. Titik tolak teori : keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat
kepribadian baik secara fisik maupun psikologis. Keefektifan pemimpin ditentukan oleh sifat,
perangai atau ciri kepribadian yang bukan saja bersumber dari bakat, tapi dari pengalaman
dan hasil belajar. Tahun 1940-an kajian tentang kepemimpinan didasarkan pada teori sifat.
Teori sifat adalah teori yang mencari sifat sifat kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang
membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Berdasarkan teori ini kepemimpinan itu
dibawa sejak lahir atau merupakan bakat bawaan. Misalnya ditemukan adanya enam macam
sifat yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin yaitu ambisi dan energi,
keinginan untuk memimpin, kejujuran dan integritas, rasa percaya diri, inteligensi, dan
pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan. Namun demikian teori sifat ini tidak
memberikan bukti dan adanya indikasi kesuksesan seorang pemimpin.

2. Teori Great Man

Kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir. Bennis & Nanus
menjelaskan bahwa teori ini berasumsi pemimpin dilahirkan bukan diciptakan. Kekuasaan
berada pada sejumlah orang tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki kemampuan
memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai
pemimpin. “Asal Raja Menjadi Raja” Anak raja pasti memiliki bakat untuk menjadi raja
sebagai pemimpin rakyatnya.

3. Teori Big Bang

Suatu peristiwa besar menciptakan seseorang menjadi pemimpin. Mengintegrasikan antara


situasi dan pengikut. Situasi merupakan peristiwa besar seperti revolusi,
kekacauan/kerusuhan, pemberontakan, reformasi. Pengikut adalah orang yang mengokohkan
seseorang dan bersedia patuh dan taat.
5
 https://media.neliti.com/media/publications/258565-pemimpin-yang-melayani-dalam-membangun-b-
e1d3abc2.pdf.
4. Tingkah Laku

Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam melaksanakan


fungsi-fungsi kepemimpinan. Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara melakukan
pengambilan keputusan, cara memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara
berkomunikasi, cara mendorong semangat bawahan, cara membimbing dan mengarahkan,
cara menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, cara menegur dan memberikan sanksi.
Antara tahun 1940-an hingga 1960-an muncul teori kepemimpinan tingkah laku . Teori
kepemimpinan tingkah laku ini mengacu pada tingkah laku tertentu yang membedakan antara
pemimpin dan bukan pemimpin.Berdasarkan teori ini kepemimpinan itu dapat diajarkan,
maka untuk melahirkan pemimpin yang efektif bisa dengan mendesain sebuah program
khusus.

5. Teori personal situasional

Kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat
dasar kelompok dan anggotanya serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
Resistensi atas teori kepemimpinan yang telah diuraikan sebelumnya memberlakukan asas-
asas umum untuk semua situasi. Hal ini tidak mungkin setiap organisasi hanya dipimpin
dengan gaya kepemimpinan tunggal untuk segala situasi terutama apabila organisasi terus
berkembang atau jumlah anggotanya semakin besar. Respon atau reaksi yang timbul berfokus
pada pendapat bahwa dalam menghadapi situasi yang berbeda diperlukan gaya kepemimpin
yg berbeda-beda pula.6

3. Gaya Kepemimpinan

Ada banyak gaya kepemimpinan yang telah dituturkan oleh para ahli, akan tetapi menurut
Hadari Nawawi pada dasarnya secara teoretis gaya kepemimpinan itu dibedakan menjadi tiga
yaitu gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan laissez faire dan gaya kepemimpinan
demokratis. Adapun penjelasan dari ketiga gaya kepemimpinan ini adalah sebagai berikut:

1. Gaya kepemimpinan otoriter

Gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan pada seseorang atau ditangan sekelompok
kecil orang yang disebut atasan atau orang yang kedudukannya sebagai pihak penguasa.
Adapun sejumlah orang yang dipimpin jumlahnya lebih banyak yang disebut bawahan yang
kedudukannya tidak lebih daripada pelaksana kehendak atau keputusan atasannya.
6
Warren Bennis and Burt Nanus, 1990, Leaders (Strategi For Taking Charge), Hlm. 7
Gaya kepemimpinan otoriter ini mengembangkan cara yang disebut “working in his group”
yaitu kegiatan hanya melaksanakan perintah atasan. Bawahan tidak diberi kesempatan untuk
berinisiatif dan mengeluarkan pendapatnya. Suatu kreatifitas dalam suatu pekerjaan akan
dianggap suatu penyimpangan, sekalipun terkadang kegiatan yang dilakukan tersebut bias
emberikan hasil yang lebih efesien dan efektif bila dibandingkan dengan perintah yang telah
diberikan. Secara sederhananya kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang dilakukan
berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi


b. Menyamakan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
c.  Menganggap bawahan sebagai alat
d. Tidak mau menerima kritis, saran dan pendapat
e. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya.
f. Dalam melakukan penggerakan sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung paksaan.
2. Gaya kepemimpinan Leissez Faire

Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya tidak melaksanakan kegiatan dengan cara apapun.
Pemimpin dalam hal ini Cuma berkedudukan sebagai symbol karena realitas
kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya pada orang yang
dipimpin untuk berbuat dan mengambil keputusan secara perseorangan. Pimpinan dalam
menjalankan tugas kepemimpinannya hanya berfungsi sebagai penasehat, dengan
memberikan kesempatan bertanya bilamana dirasa perlu. Dengan demikian, bila orang yang
dipimpin merasa mampu mengambil keputusan sendiri dan melaksanakannya sendiri pula,
maka pemimpin tidak akan berfungsi.

     Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan leissez faire ini, antara lain adalah sebagai
berikut

a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dan partisipasi minimal dari
pemimpin.
b. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang
selalu siap sedia akan memberi informasi pada saat ditanya.
c. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam menentukan tugas.
d. Pemimpin terkadang memberikan komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau
pertanyaan akan tetapi tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
3.      Gaya kepemimpinan demokratis

Gaya kepemimpinan ini, menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting.
Pemimpin memandang orang lain sebagai subyek yang memiliki sifat-sifat manusiawi seperti
dirinya. Setiap orang dihargai dan dihormati sebagaimana manusia yang memiliki
kemampuan, kehendak, pikiran, minat, perhatian, pandapat,  dan lain-lain yang berbeda
antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, semua harus dimanfaatkan dan diikut
sertakan dalam semua kegiatan organisasi. Keikutsertaan itu tentunya disesuaikan dengan
posisi masing-masing yang memiliki wewenang dan tanggung jawab yang sama pentingnya
bagi pencapaian tujuan bersama.

Adapun beberapa ciri dari gaya kepemimpinan demokratis, antara lain adalah sebagai berikut

a. Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia itu adalah makhluk yang mulia.
b. Senang menerima saran, kritik dan pendapat.
c. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai
tujuaan.
d. Selalu berusaha menjadikan bawahan lebih sukses darinya.

Selain gaya kepemimpinan yang telah diungkapkan diatas, masih ada gaya kepemimpinan
yang lain, diantaranya adalah

1. Tipe Militeristik

Gaya kepemimpinan tipe militeristik ini adalah seorang oemimpin di dalam memipin dengan
mengguanakan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:

a. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan


b. Senang bergantung pada pangkat dan jabatannya
c. Senang pada formalitas yang berlebiha
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawah
e. Sukar menerima kritik dari bawahan

2. Tipe Paternalistik

Gaya kepemimpinan tipe paternalistik ini adalah seorang oemimpin di dalam memipin
dengan mengguanakan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:
a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
b. Bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberi kesempatan pada bawahannya untuk mengambil inisiatif
danmengambil keputusan
d. Jarang memberikan kesempatan pada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi
dan fantasinya
e. Sering bersikap maha tahu

3. Tipe Developer dan Tipe Compromiser

a. Tipe developer (pembangun)

Sifat dari tipe developer, adalah kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan
wewenang dengan baik dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.

b. Tipe compromiser (kompromi)

Sifat dari tipe compromiser ini, antara lain: kurang tegas pendiriannya, selalu mengikuti
angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.

4.      Tipe Kharismatik

Pemimpin yang kharismatik mempunyai daya tarik yang amat besar dan pada umumnya
mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula
tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikutnya. Sementara itu Susilo
Martoyo menyebutkan ada 6 tipe kepemimpinan, yaitu :

a. Tipe pribadi, didasarkan pada kontak pribadi secara langsung dengan bawahannya.
b. Tipe non pribadi, kurang adanya kontak pribadi dengan bawahannya, karena diantara
mereka ada sarana atau media tertentu seperti rencana-rencana, intruksi-intruksi,
sumpah-sumpah, sehingga hubungan tersebut bersifat tidak langsung.
c. Tipe otoriter kepemimpinan merupakan hak pribadi dan berpendapat bahwa ia dapat
menentukan apa saja dalam organisasi.
d. Tipe demokratis, menitik beratkan kepada partisipasi kelompok dengan
memanfaatkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat kelompok.
e. Tipe paternalistis, cenderung terlalu “kebapakan“sehingga sangat memikirkan
keinginan dan kesejahteraan anak buahnya, terlalu melindungi dan membimbing.
f. Tipe indegenous, timbul dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan yang bersifat
informal, seperti perkumpulan-perkumpulan sepak bola, sekolah dan sebagainya,
dimana interaksi antara orang seorang dalam organisasi tersebut ditentukan oleh sifat
dan pembawaan pemimpin.7
4. Unsur Munculnya Pemimpin

Sejarah manusia telah mencatatbahwa dari awalnya manusia merupakan makhluk social
yang hidup secara berkelompok. Dari yang semula nomaden atau berpindah-pindah tempat
sebagai perubahan habitat lingkungan hidupnya, sampai pada akhirnya seiring dengan
perkembangan jaman manusia pun hidup menetap di suatu wilayah dengan peradabannya
yang sedikit demi sedikit mengalami perubahan menuju kearah yang lebih modern.

Namun  bila dicermati, sejak dari jaman yang masih serba primitive sampai dengan era yang
serba modern ini, ada satu hal yang tidak berubah dalam karakterkehidupan manusia. Yaitu,
mereka selalu membutuhkan seorang pemimpin dalam setiap kelompoknya. Mulai dari
kelompok kecil yang berupa keluarga sampai dengan kelompok yang terbesar yaitu Negara.

Ada tiga teori yang menjelaskan bagaimana munculnya pemimpin:

1. Teori geneti

Teori ini menyatakan bahwa pemimpin itu sudah ada bakat sejak lahir dan tidak dapat dibuat.
Diat memang sudah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Teori ini menganut pandangan
determin artinya pandangan yang sudah ditentukan sejak dulu.

2. Teori social

Teori ini menyatakan bahwa pemimpin tidak dilahirkan akn tetapi seorang calon pemimpin
dapat disiapkan, dididik, dan dibentuk agar dia menjadi pemimpin melalui pendidikan dan
dorongan berbagai pihak.

3. Teori ekologis atau sintesis

Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin apabila dia memang
memiliki bakat-bakat pemimpin. Kemudian bakat ini dikembangkan melalui pendidikan,
dorongan dan pengalaman yang membentuk pribadi seorang pemimpin.8

5. Fungsi Kepemimpinan

7
Martoyo Susilo, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan, (Yogyakarta: BPFE, 1989).hlm 151-157
8
Kartono, kartini, pemimpinan dan kepemimpinan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm 29
1.      Fungsi instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan
pihak yang menetukan apa, bagimana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan
dapat dilaksanakan secara efektif memerlukan kemampuan untuk mengerakkan dan
memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
2.      Fungsi konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Ketika pemimpin akan mengambil keputusan
biasanyamemerlukan beberapa pertimbangan yang mengharuskan berkonsultasi dengan
orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi dilakukan untuk mendengarkan pendapat dan
saran kepada semua unsur penting dalam suatu organisasi.
3.      Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannnya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semuanya, tetapi dilakukan
secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak memcampuri atau
mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi
sebagi pemimpin dan bukan pelaksana.
4.      Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/
menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari
pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Oarang-orang penerima
delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan
prinsip, persepsi dan aspirasi.
5.      Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses dan efektif mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat
diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengesahan, koordinasi dan pengawasan.
Menurut  Hadari  Nawawi  (1995:74),  fungsi  kepemimpinan  berhubungan
langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang
mengisyaratkan  bahwa  setiap  pemimpin  berada  didalam,  bukan  berada  diluar
situasi  itu.  Pemimpin  harus  berusaha  menjadi  bagian  didalam  situasi  sosial
kelompok atau organisasinya.
Fungsi  kepemimpinan  menurut  Hadari  Nawawi  memiliki  dua  dimensi yaitu:
1) Dimensi  yang  berhubungan  dengan  tingkat  kemampuan  mengarahkan
dalam  tindakan  atau  aktivitas  pemimpin,  yang  terlihat  pada  tanggapan orang-
orang yang dipimpinnya.
2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-
orang  yang  dipimpin  dalam  melaksanakan  tugas-tugas  pokok  kelompok
atau  organisasi,  yang  dijabarkan dan dimanifestasikan  melalui  keputusan-keputusan
dan kebijakan pemimpin.
Tugas Kepemimpinan
Tugas pemimpin dalam suatu birokrasi sangat urgent dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pemimpin pada dasarnya meliputi dua bidang
utama, yaitu pencapaian tujuan birokrasi dan kekompakkan orang yan dipimpinnya. Tugas
kepemimpinan yang berhubungan dengan kelompok yaitu:
1) Memulai (initiang): usaha agar kelompok memulai kegiatan atau gerakan tertentu.
2) Mengatur (regulating): tindakan untuk mengatur arah dan langkah kegiatan kelompok
3) Memberitahu (informating): kegiatan memberi informasi data, fakta, pendapat para
anggota dan meminta dari mereka informasi yang diperlukan 
4) Mendukung (supporting): usaha untuk menerima gagasan, pendapat, usul dari bawah dan
menyempurnakannya dengan menambah atau mengurangi untuk digunakan dalam rangka
penyelesaian yugas Bersama
5) Menilai (evaluating): tindakan untuk menguji gagasan yang muncul atau cara kerja yang
diambil dengan menunjukan kosekuensinya
6) Menyimpulkan (summrizing): kegiatan untuk mengumpulkan dan merumuskan gagasan,
pendapat dan usul yang muncul, menyingkat lalu menyimpulkannya sebagai landasan
untuk memikirkan lebih lanjut.
6.  Pemimpin yang Efektif
1. Pengertian Kepemimpinan Yang Efektif
Pemimpin yang efektif adalah seorang yang tidak hanya bekerja sendiri tanpa melibatkan
siapapun, melainkan mampu memanfaatkan berbagai potensi yang mengelilinginya.
Kepemimpinan efektif bukan sekedar pusat kedudukan atau kekuatan akan tetapi
merupakan interaksi aktif antar komponen yang efektif.
2. Sifat Kepemimpinan Yang Efektif
Sifat kepemimpinan yang efektif menurut Keith Davis adalah:
a.       Intelegensi yang tinggi (Intellegence)
b.      Kematangan jiwa social (social Maturity)
c.       Motivasi terhadap diri dan hasil (Inner motivation and achievement drives)
d.      Menjalin hubungan kerja manusiawi (Human relation attitudes)
3. Fungsi Kepemimpinan Yang Efektif
Fungsi seorang pemimpin yang efektif adalah:
a.       Membantu mencapai sasaran organisasi
b.      Menggerakan anggota menuju sasaran tersebut
c.       Mewujudkan interaksi dan keterikatan antar individu
d.      Memelihara kekuatan dan kohesi anggota.
4. Cara menumbuhkan pemimpin yang efektif
Untuk mengembangkan sikap pemimpin efektif bisa dilakukan ibarat mengelola kebun.
Delapan  prinsip pengembangan yang efektif antara lain:
a. Pilihlah benih yang bagus. ”pilihlah orang dengan potensi alamiah untuk bisa
memainkan peran pemimpin”.
b. Siapkan tanahnya. “periksa kultur perusahaan anda apakah kultur ini
menumbuhkan atau memandulkan tumbuhnya kepemimpinan” kejujuran,
keadilan, dan ketidakcurangan.
c. Perkaya tanahnya dengan pupuk dan air.”pastikan matahari yang membawa nilai-
nilaibaik:integritas.
d. Rotasikan tanaman. “berikan kepada pemimpin beragam tantangan dan
kesempatan”.
e. Biarkan ladang tanpa tanaman: tidak semua pohon berbuah setiap tahun. “berikan
waktu kepada para pemimpin untuk berpikir, merenung dan menyelesaikan
masalah mereka”.
f. Lihat baik-baik dimana pohon akan tumbuh subur. “seorang pemimpin yang
sanggup berjuang dalam satu bidang atau sektor mungkin juga dapat sukses
dalam bidang atau sektor lain’’
g. Buanglah bagian-bagian pohon yang mati. Sederhanakan pohon hingga tersisa
batang saja. “buanglah praktek-praktek dan ide-ide yang tidak memberikan
hasil”.
h. Biarkan akarnya tumbuh jauh kedalam tanah.”air inspirasi terletak jauh dibawah
tanah” prinsip paling penting dalam pengembangan kepemimpinan adalah jangan
pernah mengangkat seseorang yang tidak mempunyai pelatihan atau persiapan
yang sesuai.9

B. KEKUASAAN
1. Kekuasaan dalam Organisasi

Kekuasaan ialah suatu bagian yang merasuk keseluruh sendi kehidupan organisasi.
Manejer dan non manejer menggunakannya. Mereka memanipulasi kekuasaan untuk
mencapai tujuan dan dalam kebanyakan hal untuk memperkuat kedudukan mereka.
Keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam menggunakan atau bereaksi terhadap
kekuasaan, sebagian besar ditentukan oleh pemahaman tentang kekuasa, dengan
mengetahui bagaimana dan bila menggunakannya, serta mampu mengantisipasi
kemungkinan dampaknya.

Dengan pemberian perintah dan dituruti oleh bawahannya, berarti Pemimpin ataupun
Manajer tersebut telah menggunakan kekuasaannya dalam organisasi. Jadi pada dasarnya,
yang dimaksud dengan Kekuasaan (Power) adalah kemampuan memengaruhi orang lain
untuk bersedia untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya.10

2. Sumber Kekuasaan

Sumber kekuatan bisa dalam bentuk posisi, kekayaan, atau kepercayaan. Misalnya,
seorang komandan dengan anak buahnya atau majikan dengan karyawannya. Dalam hal
ini, bawahan dapat dituntut jika mereka melanggar disiplin kerja atau melakukan korupsi.

Sumber kekuasaan juga bisa menjadi sumber kekayaan. Sebagai contoh, seorang
pengusaha kaya memiliki kekuasaan atas politisi dengan bawahan yang memiliki hutang
yang belum dilunasi.

Kekuasaan juga bisa berasal dari kepercayaan atau agama. Di banyak tempat, Alim
Ulama memiliki kekuasaan atas rakyatnya, sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin
informal yang harus dipertimbangkan ketika membuat keputusan di sana.

9
Aun Falestian Faletehan. Dasar-dasar manajemen. Fakultas Dakwah. IAIN Sunan Ampel
Surabaya. 2006, hlm 72-79.
10
Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta,
Graha Ilmu, hlm. 126-127.
Menurut Gibson dan kawan-kawan kekuasaan adalah kemampuan untuk memperoleh
sesuatu dengan cara yang diinginkan seseorang agar orang lain melakukannya. Jadi
kekuasaan itu adalah kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang
diinginkannya.

 Ada juga pendapat yang mengatakan kekuasaan adalah energy orisinil di luar dan
didalam diri individu. Jadi kekuasaan adalah merupakan sebuah konsep yang multi segi
yang telah di analisis dari berbagai prespektif sebagai karakteristik individual, sebagai
proses pengaruh interpersonal, sebagai komoditas yang diperdagangkan, sebagai tipe
penyebab dan sebagai topic dalam mempelajari nilai dan etika.

Menurut Amitai Etziomi yang dikutip oleh Miftah Thohah mengatakan bahwa sumber
dan bentuk kekuasaan itu ada dua yakni kekuasaan jabatan (position power) dan
kekuasaan pribadi (personal power). Perbedaan keduanya bersemi pada konsep kekuasaan
itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi perilaku. Kekuasaan dapat
diperoleh dari jabatan organisasi, pengaruh pribadi, atau keduanya.

Seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk
melakukan kerja karena jabatan organisasi yang disandangnya, maka orang itu memiliki
kekuasaan jabatan. Adapun seseorang yang memperoleh kekuasaan dari para pengikutnya
dikatakan mempunyai kekuasaan pribadi. Bisa saja seseorang bisa memiliki keduanya.

Sumber Kepemimpinan

TIGA SUMBER KEKUATAN KEPEMIMPINAN

1) KEKUATAN KEPRIBADIAN. Untuk memahami potensi kekuatan kepribadian


anda, perlu untuk mengerti dua sumber utama lainnya, kekuatan peran dan kekuatan
pengetahuan.
2) KEKUATAN PERAN. Kekuatan peran berasal dan kedudukan yang anda pegang.
3) KEKUATAN PENGETAHUAN11

3. Hubungan Kepemimpinan dan Kekuasaan dengan Perilaku Organisasi


Hubungan pemimpin dan kekuasaan adalah ibarat gula dengan manisnya,
ibarat garam dengan asinnya. Dua-duanya tak terpisahkan. Kepemimpinan yang
efektif (effective leadership) terealisasi pada saat seorang pemimpin dengan
11
Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta,
Graha Ilmu, hlm. 127.
kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang
memuaskan. Ketika kekuasaan ternyata bisa timbul tidak hanya dari satu sumber,
kepemimpinan yang efektif bisa dianalogikan sebagai movement untuk
memanfaatkan genesis (asal usul) kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang
tepat.

Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau


kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang
diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh
atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang
atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku. Hubungan Kekuasaan dan
Kepemimpinan dapat di ibaratkan seperti gula dengan manisnya tak terpisahkan atau
bisa juga di ibaratkan seperti gula dan semut dimana ada gula disitu ada semut.
Seorang pemimpin yang efektif merupakan pemimpin yang dapat mengelola
kekuasaannya, sehingga pemimpin dapat menggunakan kekuasaannya dengan benar
untuk meningkatkan kinerja para bawahannya. 

Refleksi dari kepemimpinan yang efektif, bertanggungjawab, dan terbalutnya


hubungan sinergis antara pemimpin dengan yang dipimpin, adalah makna filosofis
dari nasehat Rasulullah SAW: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin
bertanggungjawab terhadap pimpinannya, seorang Amir (kepala negara) adalah
pemimpin dan ia bertanggungjawab terhadap rakyatnya ….” (HR Bukhari & Muslim)

Legitimate Power (kekuasaan sah), yakni kekuasaan yang dimiliki seorang


pemimpin sebagai hasil dari posisinya dalam suatu organisasi atau lembaga.
Kekuasaan yang memberi otoritas atau wewenang (authority) kepada seorang
pemimpin untuk memberi perintah, yang harus didengar dan dipatuhi oleh anak
buahnya. Bisa berupa kekuasaan seorang jenderal terhadap para prajuritnya, seorang
kepala sekolah terhadap guru-guru yang dipimpinnya, ataupun seorang pemimpin
perusahaan terhadap karyawannya.
Coercive Power (kekuasaan paksa), yakni kekuasaan yang didasari karena
kemampuan seorang pemimpin untuk memberi hukuman dan melakukan
pengendalian. Yang dipimpin juga menyadari bahwa apabila dia tidak mematuhinya,
akan ada efek negatif yang bisa timbul. Pemimpin yang bijak adalah yang bisa
menggunakan kekuasaan ini dalam konotasi pendidikan dan arahan yang positif
kepada anak buah. Bukan hanya karena rasa senang-tidak senang, ataupun faktor-
faktor subyektif lainnya.
Reward Power (kekuasaan penghargaan), adalah kekuasaan untuk memberi
keuntungan positif atau penghargaan kepada yang dipimpin. Tentu hal ini bisa
terlaksana dalam konteks bahwa sang pemimpin mempunyai kemampuan dan
sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-
arahannya. Penghargaan bisa berupa pemberian hak otonomi atas suatu wilayah yang
berprestasi, promosi jabatan, uang, pekerjaan yang lebih menantang, dsb.
Expert Power (kekuasaan kepakaran), yakni kekuasaan yang berdasarkan
karena kepakaran dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu, sehingga
menyebabkan sang bawahan patuh karena percaya bahwa pemimpin mempunyai
pengalaman, pengetahuan dan kemahiran konseptual dan teknikal. Kekuasaan ini
akan terus berjalan dalam kerangka sang pengikut memerlukan kepakarannya, dan
akan hilang apabila sudah tidak memerlukannya. Kekuasaan kepakaran bisa terus
eksis apabila ditunjang oleh referent power atau legitimate power.
  Referent Power (kekuasaan rujukan) adalah kekuasaan yang timbul karena
karisma, karakteristik individu, keteladanan atau kepribadian yang menarik. Logika
sederhana dari jenis kekuasaan ini adalah, apabila saya mengagumi dan memuja anda,
maka anda dapat berkuasa atas saya.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

            Kekuasaan dan kepemimpinan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat
penting dalam kehidupan sosial di masyarakat. Kekuasaan adalah kemungkinan seorang
pelaku mewujudkan keinginannya didalam suatu hubungan sosial yang ada termasuk dengan
kekuatan atau tanpa mengiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu.

            Kekuasaan sesungguhnya merupakan konsekuensi logis yang muncul dari setiap


organisasi yang didalamnya terdapat pimpinan dan bawahan, atau manajemen puncak dan
manajemen tingkat bawah. Karena organisasi merupakan kumpulan orang dalam pencapaian
tujuan, maka organisasi ditujukan untuk mengubah situasi melalui orang-orang agar
perubahan terjadi. Agar perubahan ini dapat terjadi, maka kekuasaan diperlukan. Sumber-
sumber kekuasaan ialah kekuasaan legitimasi, kekuasaan imbalan, kekuasaan paksaan,
kekuasaan ahli, kekuasaan referensi, kekuasaan informasi, dan kekuasaan koneksi.

Daftar Pustaka
Aun Falestian Faletehan. Dasar-dasar manajemen. Fakultas Dakwah. IAIN Sunan Ampel Surabaya.
2006

Elliot, at.al., “On The Motivation of Cognitive Dissonance: Dissonance as Psychology


Discomport,” dalam Journal of Personality and Social Psychology, September 1994

Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009,
Yogyakarta, Graha Ilmu

Martoyo Susilo, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan, (Yogyakarta: BPFE, 1989).

Kartini kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

https://media.neliti.com/media/publications/258565-pemimpin-yang-melayani-dalam-membangun-
b-e1d3abc2.pdf

A.M. Mangunhardjana, Kepemimpinan Teori dan Pengembangannya, Yogyakarta: Kanisius, 1986

Anda mungkin juga menyukai