Anda di halaman 1dari 29

M.

K Perumahan dan Permukiman (AT-343)


Dosen Pengampu : Lucy Yosita, S.T.,M.T.
Asisten Dosen : Kunthi Herma Dwiyanti, S.Pd.,M.Sc.

Analisis Permukiman Kampung Kota


(Studi Kasus: Kondisi Sepanjang Koridor Jalan Cigondewah)

Diusulkan Oleh:

Alief Purwa Ananta - 1702458


Diaz Hamda Awalia - 1702772
Fadhlan M. Azka - 1704872
Falina Putri Rachmani - 1701028
Taufik Zarkasya – 1703103
Adrian Zaid Mukarom - 1700019

Program Studi Arsitektur


Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya
sehingga makalah yang berjudul “Analisis Permukiman Kampung Kota; Studi
Kasus: Kondisi Sepanjang Koridor Jalan Cigondewah”, ini dapat tersusun
sampai dengan selesai. Tidak lupa tim mengucapkan terimakasih kepada rekan-
rekan yang telah ikut berkontribusi membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah untuk menyelesaikan


tugas besar dari mata kuliah AT-343 Perumahan dan Permukiman. Adapun
tujuan lainnya, Tim berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengalaman bagi pembaca.

Tim menyadari bahwa dalam penyusun makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan wawasan dan pengalaman. Untuk itu tim
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 30 Desember 2020

Tim

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................... 4
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 4
1.2. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 5
1.3. TUJUAN PENELITIAN ........................................................................................ 5
1.4. METODE PENELITIAN ....................................................................................... 5
BAB II .......................................................................................................................... 7
2.1. KAJIAN LITERATUR ........................................................................................... 7
2.1.1 PENGERTIAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN ...................................... 7
2.1.2 KAWASAN CIGONDEWAH........................................................................ 7
2.1.3 POLA SIRKULASI ...................................................................................... 8
2.1.4 PERATURAN TATA GUNA LAHAN ..........................................................10
2.2. REGULASI .........................................................................................................14
2.3. DATA LOKASI....................................................................................................16
2.3.1 DATA LOKASI ...........................................................................................16
2.3.2 DATA SIRKULASI KENDARAAN ..............................................................19
BAB III ........................................................................................................................23
3.1. TATA GUNA LAHAN ..........................................................................................23
3.2. KONDISI FISIK SIRKULASI CIGONDEWAH KIDUL ..........................................24
BAB IV ........................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................28

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Sentra Kain ........................................................................................ 8


Gambar 2. Lokasi ............................................................................................. 16
Gambar 3. Sentra kain ..................................................................................... 17
Gambar 4. Jalan Tol ......................................................................................... 17
Gambar 5. Permukiman Warga ........................................................................ 18
Gambar 6. Industri Kecil ................................................................................... 18
Gambar 7. Koordinat Lokasi Penelitian ............................................................ 19
Gambar 8. Jalan Kordinat A ............................................................................. 20
Gambar 9. Pemodelan Jalan Kordinat A .......................................................... 20
Gambar 10. Jalan Kordinat B ........................................................................... 21
Gambar 11. Pemodelan Jalan Kordinat B ........................................................ 21
Gambar 12. Jalan Kordinat C ........................................................................... 22
Gambar 13. Pemodelan Jalan Kordinat C ........................................................ 22
Gambar 14. Tata Guna Lahan .......................................................................... 23
Gambar 15. Potongan Eksisting Koridor Jalan Cigondewah ............................ 24
Gambar 16. Kondisi Sirkulasi Utama Cigondewah Kidul .................................. 24
Gambar 17. Solusi Rekayasa Lalu Lintas ......................................................... 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Di kawasan Kota bandung terjadi suburbanisasi yang diakibatkan


oleh peningkatan kuantitas penduduk dengan kurangnya lahan, dan pada
akhirnya menyebabkan permasalahan lingkungan. Kawasan Kota bandung
mempunyai daya tarik sebagai destinasi wisata, pembelanjaan, aktivitas
ekonomi, serta pusat pemerintahan. Selain itu Bandung merupakan kota
metropolitan terpadat ketiga setelah kota Surabaya dan Jakarta.

Kawasan Cigondewah merupakan salah satu kawasan prioritas


ekonomi di kota Bandung berdasarkan nilai potensi kreatif. Dengan wilayah
kerja kecamatan Bandung Kulon, termasuk didalamnya Sentra Tekstil
Cigondewah, 71 Rukun warga (RW) dan 404 Rukun Tetangga (RT) dengan
luas wilayah 638,808 Ha, kepadatan penduduk sebesar 181 jiwa per hektar.
(Sumber: Data kependudukan kota bandung). Wilayah Cigondewah adalah
yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Bandung sebagai kawasan strategis
melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung 2011-2031
kategori sentra tekstil (sentra kain Cigondewah).

Sentra Tekstil ini berada di Kawasan Kelurahan Cigondewah


Rahayu. memiliki luas wilayah 284,859 ha, yang terdiri dari 210,136 ha/m2
pemukiman, 40 ha/m2 persawahan, 0,051 ha/m2 perkebunan, 0,25 ha/m2
pemakaman, 30,801 ha/m2 pekarangan, 2 ha/m2 taman, 1,122 ha/m2
perkantoran dan 0,499 ha/m2 prasarana umum lainnya.

Sirkulasi menjadi faktor utama penyebab kemacetan di daerah ini,


kompleksitas penduduk di kawasan Cigondewah Kidul menjadi salah satu
dampaknya, karena banyak penduduk yang menjadikan fungsi rumah

4
tinggal berganti sebagai fungsi komersil, yang menyebabkan banyak faktor
sebagai dampaknya, seperti pergeseran penggunaan koridor jalan, tidak
tersediannya jalur pedestrian, tidak terdapat zona parkir di setiap kawasan
yang awalnya fungsi rumah tinggal menjadi komersi, dan semakin tingginya
KDB di kawasan ini.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan dan latar belakang yang telah di


paparkan. Rumusan Masalah yang didapat dipaparkan antara lain :
1. Bagaimana Menciptakan kawasan sentra industri kain
Cigondewah Kidul yang sesuai dengan peraturan yang di
tetapkan pemerintah mengenai tata guna lahan?
2. Bagaimana Pengaplikasian sistem sirkulasi yang baik untuk
kenyamanan pengguna.
3. Apa solusi yang tepat pada kawasan yang sudah melakukan
perubahan fungsi bangunan dari fungsi rumah tinggal menjadi
fungsi komersial ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan. Tujuannya


untuk mencari solusi yang tepat untuk kawasan yang sudah melakukan
perubahan fungsi bangunan dari fungsi rumah tinggal menjadi fungsi
komersil yang sesuai dengan regulasi yang ada guna tercapainya
kenyamanan bagi pengguna.

1.4. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang di pakai yaitu menggunakan metode


Kuantitatif deskriptif berdasarkan data yang ada melalui data statistik
Kecamatan Cigondewah, dan kelurahan Cigondewah Kidul, serta dari
beberapa sumber baik media masa atau media cetak dan jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan penelitian ini. Data yang digunakan terdiri dari data primer

5
dan sekunder; data primer merupakan data data yang berasal dari data
Statistik Kecamatan Cigondewah, sedangkan data sekunder berasal dari
jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KAJIAN LITERATUR

2.1.1 PENGERTIAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

Perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang berbeda dan


tidak bisa dipisahkan, hal tersebut juga sangat berkesinambungan
dengan kondisi ekonomi, industrialis hingga pembangunan. Permukiman
sendiri berarti bahwa kegiatan yang ada didalam perumahan sangat
berkaitan dengan segala hal yang ada di dalam pemukiman tersebut.
Pemukiman (human settlement) sendiri kerap kali dikatakan sebagai
perumahan (housing) Pemukiman sering disebut perumahan dan atau
sebaliknya. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau
kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana ligkungannya.

Perumahan menitik beratkan pada fisik atau benda mati, yaitu


houses dan land settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan
tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya
di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada
sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia. Dengan
demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling
melengkapI (Wijaya 2017).

2.1.2 KAWASAN CIGONDEWAH

Kawasan Cigondewah merupakan kawasan pemukiman yang saat


ini menjadi sentra penjualan kain. Mayoritas penggunaan kawasan ini
diantaranya pedagang dan pengusaha yang sebagian besar merupakan

7
penghuni sebagai pelaku ekonomi utama. Sebagian besar penduduk
yang tinggal di wilayah Cigondewah berpotensi sebagai penjual kain,
ratusan toko yang berjejer di sepanjang jalan wilayah Cigondewah
menjajakan kain.

Gambar 1.Sentra Kain


Sumber:seputarbandungraya.com

Kawasan Wisata Belanja kain ini terletak pada kelurahan


Cigondewah Kidul, Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung, namun
kawasan tekstil itu sendiri mencakup wilayah yang terdiri dari tiga desa
yang berbeda yaitu Cigondewah Rahayu, Cigondewah Kaler dan
Cigondewah Kidul pada kecamatan Bandung kulon, bahkan ada
beberapa bagian wilayah sentra tekstil ini yang berada pada wilayah
Kabupaten Bandung. (Wijaya et al. 2017a).

2.1.3 POLA SIRKULASI

Pola sirkulasi dapat diartikan sebagai jalur pergerakan yang terikat


dengan elemen penyambung inderawi yang menghubungkan ruang-
ruang sebuah bangunan atau serangkaian hubungan ruang luar dengan
ruang dalam secara bersamaan. Sistem sirkulasi sebagai elemen-
elemen positif yang mempengaruhi pandangan manusia terhadap
bentuk dan ruang bangunanbangunan.

8
A. Sirkulasi Pejalan Kaki
Kenyamanan dipengaruhi oleh jarak tempuh. Faktor
yang mempengaruhi jarak tempuh adalah :
a. Waktu yang berkaitan dengan maksud atau kepentingan
berjalan kaki
b. Kenyamanan orang berjalan kaki dipengaruhi oleh cuaca
dan jenis aktifitas.
Kenyamanan adalah suatu keadaan lingkungan yang
memberi rasa yang sesuai dengan panca indera disertai
fasilitas yang sesuai dengan kegiatannya. Tingkat
kenyamanan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berjalan
dapat dicapai apabila jalur pedestrian tersebut lancar dan
bebas hambatan untuk berjalan tanpa adanya gangguan dari
aktivitas lain yang banyak memakai jalur tersebut, selain itu
jalur pedestrian harus lebar agar dapat menampung arus lalu
lintas pejalan kaki dari dua arah. Adapun untuk menunjang
kenyamanan pejalan kaki di jalur pedestrian adalah adanya
fasilitas yang berupa tempat peristirahatan yang cukup,
adanya telepon umum yang memadai, adanya tempat
sampah serta tempat menunggu kendaraan umum.
(Wicaksono, Wardianto, and Mandaka 2020)

B. Sirkulasi Kendaraan Bermotor


Berdasarkan kenyamanan sirkulasi berkendara,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu jarang
terjadi kemacetan yang diakibatkan penumpukan
kendaraan, kemudahan dalam akses keluar masuk
kendaraan mencapai tujuan, dan kemudahan dalam parkir
kendaraan.(Listianto 2006). Berikut merupakan pola sirkulasi
kendaraan dan pejalan kaki yang ideal :

9
Sumber : Jonathan, 2019

2.1.4 PERATURAN TATA GUNA LAHAN

Permasalahan yang dihadapi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya


dalam melaksanakan Tugas dan Fungsi Pelayanan dapat dilihat dari
beberapa aspek yang secara umum terbagi ke dalam Urusan Penataan
Ruang, Urusan Pekerjaan Umum, dan Urusan Perumahan.
Permasalahan yang dihadapi berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya adalah :

1. Perencanaan Tata Ruang

a. Berlakunya Undang-undang No. 26 Tahun 2007


mengakibatkan perlu adanya penyesuaian terhadap
peraturan-peraturan di bawahnya yang bersifat operasional.
Beberapa ketentuan dalam UU No. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang adalah adanya perubahan jangka waktu
perencanaan tata ruang (RTRW, RDTRK) dari 10 tahun
menjadi 20 tahun; substansi yang dimuat (ketentuan 30%
proporsi RTH dan penyusunan peraturan zonasi),
penerapan sanksi, serta ketentuan bahwa landasan hukum
RDTRK adalah perda; karena itu perlu
penyusunan/penyempurnaan kembali RDTRK dan
penyusunan peraturan zonasi.

10
b. Dinamika perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat
sangat dinamis, dan berpengaruh terhadap pemanfaatan
ruang, sehingga penggunaan lahan eksisting selalu
berubah dan tidak jarang berpengaruh terhadap
terkoreksinya arahan teknis garis rencana kota.
c. Masih kurangnya pemahaman dan partisipasi masyarakat
dalam penataan ruang merupakan salah satu
permasalahan dan tantangan bagi Dinas Tata Ruang dan
Cipta Karya.

2. Pemanfaatan Ruang

a. Upaya mengarahkan pemanfaatan ruang sesuai dengan


rencana menghadapi kendala karena adanya kepentingan
masyarakat yang terkadang berbeda dengan kaidah
perencanaan.
b. Belum terwujud/tersedianya infrastuktur yang mendukung
kegiatan, atau infrastruktur yang ada kurang memadai.
c. Adanya pembangunan tidak sesuai ijin yang dikeluarkan,
seperti pembangunan pada sempadan sungai, sempadan
jalur kereta api bahkan pada jalur/rel yang tidak lagi
digunakan, serta pada brandgang. Ada juga bangunan yang
memiliki izin namun pembangunannya tidak sesuai izin yang
dimiliki.

3. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan


ruang belum maksimal, kendala yang dihadapi antara lain belum
diketahuinya rencana yang ada dan kurangnya kepedulian
masyarakat.

11
4. Penataan Bangunan

a. Dalam perkembangannya kavling-kavling perumahan ada


yang dipecah dan ada yang digabung, hal ini mengakibatkan
tidak teraturnya nomornomor bangunan sehingga dapat
mengakibatkan kesulitan dalam orientasi lokasi, untuk itu
perlu dilakukan penertiban penomoran bangunan.
b. Kegiatan Pembangunan Stadion Gedebage belum
terlaksana sesuai target waktu dan realisasi pekerjaan yang
telah ditetapkan karena terkendala oleh beberapa
permasalahan seperti kendala cuaca, dukungan dari
masyarakat, perlunya adanya perubahan kontrak dan desain
bangunan, dan sebagainya.

5. Pengembangan Perumahan
a. Secara umum permasalahan perumahan adalah : adanya
backlog perumahan, menurunnya kualitas lingkungan
perumahan, kekurangmampuan penyediaan rumah sehat
dan layak huni, serta kepadatan bangunan yang tinggi.
Selain itu mahalnya harga tanah di Kota Bandung ikut
mempengaruhi kemampuan masyakat untuk memiliki rumah
yang layak.
b. Pengembangan perumahan tidak selalu dikembangkan
dalam luasan yang besar dalam satu waktu, karenanya
seringkali pengembangan perumahan ini tidak terintegrasi
dalam ruang sehingga seringkali ada kendala dalam
pengembangan sarana dan prasarananya.
c. Konstruksi bangunan rusunawa didanai dari APBN baik
melalui Departemen Pekerjaan Umum maupun Kementrian
Perumahan Rakyat. Walaupun dana konstruksi telah
tersedia dari APBN, namun dana untuk pembebasan lahan

12
yang cukup besar harus dibiayai dari APBD. Selain itu
proses pembebasan lahan yang cukup sulit termasuk
adanya penolakan warga/masyarakat menyebabkan
rencana pembangunan rusunawa sulit terwujud.
d. Bangunan rusunawa yang dibangun dana APBN tidak
langsung dapat diserahterimakan dan dikelola karena ada
kendala aturan yang belum jelas. Untuk program
pengembangan hunian vertikal melalui pembangunan
rusunawa perlu dipikirkan agar biaya konstruksi dapat
disediakan dari APBD Kota.
e. Pembangunan hunian vertikal dan peremajaan kawasan
kumuh untuk pemukiman padat dan kumuh memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi, terutama dalam ketersediaan
anggaran pembebasan lahan, pelaksanaan pembebasan
lahan serta penyiapan/pengkondisian masyarakat.
f. Secara umum penanganan prasarana dan sarana
lingkungan masih terbatas dibandingkan permasalahan
yang dihadapi. Pembangunan prasarana seperti septic tank
komunal juga masih sangat terbatas, permasalahan yang
dihadapi selain keterbatasan anggaran adalah sulitnya
mencari lahan untuk instalasi yang akan dibangun.

13
2.2. REGULASI
Regulasi Terkait dengan Zona campuran di mana aturan disini
menjelaskan fungsi rumah tinggal dan fungsi komersial ada di dalam satu
kawasan dengan kepadatan penduduk sedang ke tinggi. Ada beberapa
aturan yang telah di tentukan pemerintah kota bandung yaitu :
A. Dalam Peraturan Kota bandung Pasal 44 ayat (1) tentang
perwujudan pola ruang zona Campuran sebagai berikut :
a. Penerapan konsep superblok atau megastruktur yang
disesuaikan dengan pengaturan pemanfaatan ruang udara
dan ruang bawah tanah;
b. Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor
informal/PKL;
c. Penyediaaan prasarana untuk pejalan kaki, penyandang
disabilitas dan jalur sepeda yang terintegrasi dengan
angkutan umum massal; 35
d. Pengembangan dan pengarahan kawasan untuk kegiatan
campuran antara kegiatan perdagangan dan jasa dengan
hunian baik secara horisontal maupun vertikal;
e. Pengembangan sistem pengelolaan kawasan (estate
management) dengan mempertimbangkan faktor sosial,
estetis, ekologis dan kepentingan evakuasi bencana;
f. Pembangunan kawasan skala besar harus
memperhitungkan bangkitan lalu lintas dan dalam skala
tertentu menyediakan sarana dan fasilitas di dalam zona
campuran;
g. Pengembangan kawasan dengan memperhitungkan sistem
tata air di dalam zona dan kawasan yang dipengaruhinya
harus diperhitungkan dalam pengembangannya;
h. Pengembangan pengelompokan jalur wisata sesuai dengan
karakter dan potensi kawasan;

14
i. Pengembangan zona campuran dengan konsep TOD di
terminal/stasiun antar moda di pusat kegiatan, stasiun,
shelter, dan terminal angkutan umum massal yang
terintegrasi dengan daerah sekitarnya;
j. Penyediaan ruang bagi usaha kecil dan menengah
merupakan bagian dari pengembangan zona campuran

B. Cigondewah disini juga merupakan kawasan pemukiman dengan


tingkat kepadatan penduduk sedang ke tinggi yang di tuangkan
dalam peraturan Kota Bandung dengan pasal 44 ayat (2) huruf D
yaitu:
1. peningkatan kualitas lingkungan zona perumahan melalui
perbaikan lingkungan dan peremajaan lingkungan;
2. pengurangan secara bertahap pemanfaatan air tanah
sebagai sumber air bersih;
3. penyediaan prasarana utilitas terutama persampahan,
pengolahan air limbah, dan air bersih;
4. penyediaan sistem pengendalian limpasan air hujan dan
peningkatan jaringan drainase dengan kapasitas tampung
yang memadai untuk mengatasi masalah genangan banjir;
5. penyediaan RTH, fasilitas umum dan fasilitas sosial di zona
perumahan;
6. Penerapan teknik rekayasa pada zona perumahan yang
rawan bencana banjir;
7. pengendalian kepadatan bangunan pada zona perumahan
KDB Tinggi

C. Dalam Peraturan Kota Bandung kawasan Cigondewah


merupakan kawasan / Zona Industri dan Pergudangan terdapat
di pasal 93 ayat 3 huruf m , dan zona Perdagangan dan jasa
Terdapat pada Pasal 90 ayat (2) huruf b

15
D. Dalam Peraturan Kota Bandung kawasan Cigondewah
merupakan kawasan Perwujudan prioritas penanganan Zona
sentra tekstil terdapat pada pasal 111 huruf b

2.3. DATA LOKASI


2.3.1 DATA LOKASI

Gambar 2. Lokasi
Sumber : Google Earth

Lokasi Cigondewah Kidul berada di kecamatan bandung kulon,


kota bandung, Jawa Barat. Luas wilayah 810.000 m2. Terdapat 6 RW
dan 35 RT. kelurahan cigondewah kidul memiliki penduduk sebanyak
9.488 jiwa, terdiri dari 4.667 Laki-laki dan 4.821 perempuan.

Kelurahan cigondewah kidul merupakan kelurahan dengan


persentase penduduk terendah di bandung kulon. Adapun Batasan
batasan tapak yang menjadi fokus penelitian yaitu:

16
a. Utara

Gambar 3. Sentra kain


Sumber: Google Eaarth

Pada daerah utara terdapat jalan cigondewah rahayu.


Terdapat beberapa toko penjual tekstil. Wilayah ini
digunakan untuk wilayah komersil.

b. Selatan

Gambar 4. Jalan Tol


Sumber : Google Earth

Di bagian selatan wilayah Cigondewah Kidul dibatasi


dengan jalan tol padaleunyi di sepanjang bagian selatan
wilayah Cigondewah Kidul.

17
c. Barat

Gambar 5. Permukiman Warga


Sumber : Google Earth

Di bagian barat wilayah cigondewah kidul dibatasi


dengan adanya pemukiman warga dengan kondisi ekonomi
menengah..

d. Timur

Gambar 6. Industri Kecil


Sumber : Google Earth

Pada bagian timur wilayah cigondewah kidul terdapat


kawasan industri kecil. Di sini juga terdapat kawasan
pemukiman dengan tingkat ekonomi menengah kebawah.

18
Capaian di lokasi tapak dengan lokasi sekitar:
1. Taman Holis Indah 1
2. Pasar Cigondewah Rahayu
3. Kawasan Tekstil Cigondewah
4. LCC TK SD Kasih Bangsa
5. ACE Hardware Taman Kopo Indah

2.3.2 DATA SIRKULASI KENDARAAN

Gambar 7. Koordinat Lokasi Penelitian


Sumber : Google Earth

Di kelurahan cigondewah kidul terdapat beberapa titik yang sering


terjadi kemacetan di jalur sirkulasi di sekitar kelurahan cigondewah kidul.

19
a. Jalur A

Gambar 8. Jalan Kordinat A


Sumber : Google Earth

Gambar 9. Pemodelan Jalan Kordinat A


Sumber : Data Pribadi

Jalur A terletak di bagian selatan kecamatan


cigondewah kidul tepatnya di jalan cibolerang barat terletak
di dekat pasar cigondewah rahayu.

20
b. Jalur B

Gambar 10. Jalan Kordinat B


Sumber : Google Earth

Gambar 11. Pemodelan Jalan Kordinat B


Sumber: Data Pribadi

Jalur B terletak di jalan cigondedwah rahayu di jalan ini


paling sering terjadi kemacetan di daerah pertigaan karena
ukuran jalan yang relatif kecil dan banyak kendaraan yang
melalui jalur ini.

21
c. Jalur C

Gambar 12. Jalan Kordinat C


Sumber : Google Earth

Gambar 13. Pemodelan Jalan Kordinat C


Sumber: Data Pribadi

Jalur C masih terletak di Jalan Cigondewah Rahayu.


Letaknya di bagian paling utara kecamatan cigondewah
kidul.

22
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. TATA GUNA LAHAN

Gambar 14. Tata Guna Lahan


Sumber: RDTR Kota Bandung

Berdasarkan RDTR Kota Bandung Tahun 2011-2031, Sepanjang


Koridor jalan Cigondewah Kidul merupakan pusat aktifitas masyarakat untuk
berdagang, yang dikelilingi dengan permukiman dengan tingkat kepadatan
penduduk tinggi, serta berada di zona campuran, dan pelayanan umum yang
rendah.
Pada Kenyataan, Permukiman warga yang mempunyai tingkat
kepadatan penduduk tinggi ini, tidak murni merupakan permukiman penduduk
melainkan mempunyai fungsi lainnya, seperti sebagai industri kecil (rumahan) di
bidang produksi tekstil. Terjadi Perubhan fungsi bangunan hunian menjadi ruko
mendominasi kawasan ini. Penyebaran bangunan tersebut tidak merata
sehingga banyak meninggalkan ruang/lahan yang terbengkalai dan menciptakan
lingkungan hunian yang kualitas lingkungannya rendah atau tidak nyaman.

23
3.2. KONDISI FISIK SIRKULASI CIGONDEWAH KIDUL

Terdapat tiga akses masuk kedalam kawasan Cigondewah tersebut.


Pintu Masuk Cigondewah berada sebelum persimpangan Jalan Cigondewah
yang merupakan perempatan jalan. Adapun rata-rata volume kendaraan adalah
± 80-100 kendaraan/Jam. Kelas jalan sirkulasi jalan sekunder, jalan lingkungan
dan jalan gang. Jaringan jalan yang termasuk jalan sekunder adalah jalan
Cigondewah Rahayu, jalan Cigondewah Hilir, dan jalan Cigondewah Kaler,
Jaringan Jalan tersebut memiliki lebar 6- 7 meter dengan perkerasan aspal
dengan dua jalur yang sangat padat saat jam sibuk dan menimbulkan
kemacetan. Kawasan Cigondewah dilalui oleh angkutan umum yang lalu lalang.

Gambar 15. Potongan Eksisting Koridor Jalan Cigondewah


Sumber : Jurnal Langkau Betang(Wijaya et al. 2017b)

Gambar 16. Kondisi Sirkulasi Utama Cigondewah Kidul


Sumber : Google Earth

24
Jaringan jalan Cigondewah Kidul merupakan kelas jalan lingkungan,
dengan jalan aspal selebar 3,5 meter yang berfungsi untuk akses ke dalam
permukiman jalan Cigondewah. Pada umumnya untuk gang pada Cigondewah
kidul memiliki lebar sekitar 2 meter - 2,5 meter dan sebagian besar hanya dapat
dilalui oleh pengendara sepeda motor, pesepeda, dan pejalan kaki.

Terdapat dua aktifitas dominan pada kawasan Cigondewah yaitu kawasan


Permukiman dan Komersil. Salah satu masalah yang terjadi sepanjang koridor
jalan Cigondewah Kidul adalah penumpukan kendaraan atau kemacetan, Hal ini
disebabkan karena pada kawasan ini tersedia: (1)berbagai sarana seperti
pertokoan, kawasan Gudang, Pasar Tradisional, Tempat Ibadah, Industri dan
hunian, serta banyaknya aktifitas perdagangan yang meluap hingga ke bibir
jalan. Aktifitas terpadat pada koridor jalan cigondewah yang mempunyai
karakteristik perdagangan, bongkar muat barang, parkir on street;
(2)Perkembangan kawasan industri, terjadi perubahan fungsi dari hunian menuju
komersial. Lebar jalan Cigondewah Kidul yang tadinya diperuntukan untuk fungsi
hunian tidak ikut mengalami pertambahan yang sejalan dengan perubahan
fungsi dan pertambahan penduduk.

Gambaran perubahan fungsi lingkungan binaan yang adapada koridor


jalan Cigondewah, diantaranya(Wijaya 2017):

 Rumah tinggal yang berubah ¼ menjadi Komersial


 Rumah tinggal yang berubah ½ menjadi Komersial
 Rumah tinggal yang berubah ¾ menjadi Komersial
 Rumah tinggal yang berubah penuh menjadi bangunan komersial.

Alasan perubahan fungsi hunian menjadi komersial ini disebabkan oleh


faktor ekonomi yang berperan penting dalam masyarakat Cigondewah.

Sistem Pengaplikasian yang baik untuk mengatasi rendahnya kualitas


sirkulasi Cigondewah, sebenarnya bisa dengan penataan kembali sirkulasi

25
dengan pelebaran jalan atau pun rekayasa sirkulasi dengan sistem jalan satu
arah. Sehingga diharapkan dapat mengurangi volume kendaraan yang melewati
koridor jalan tersebut, hal ini, dapat pula menekan jumlah titik kemacetan di
koridor jalan Cigondewah Kidul.

Adapun skema rekayasa yang bisa dijadikan alternatif solusi, yaitu


dengan sistem jalan satu arah adapun detailnya dapat di lihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 17. Solusi Rekayasa Lalu Lintas


Sumber: Data Pribadi

26
BAB IV
KESIMPULAN

Perkembangan kawasan ini memberikan potensi yang luas terutama


dalam pengembangannya sebagai sebuah kawasan yang memiliki produk
unggulan atau spesialisasi dalam cakupan rencana pengembangan pariwisata
Kota Bandung.
Fasilitas prasarana dan sarana berbanding terbalik dengan
pertumbuhan koridor sepanjang jalan Cigondewah. Seperti jalan yang hanya
bisa dilalui oleh dua kendaraan mobil, tidak ada area parkir, dan sistem drainase
yang masih buruk sehingga hal-hal tersebut menjadikan kawasan ini tidak terlalu
nyaman bagi pengunjung yang memiliki tujuan untuk berwisata maupun
pengguna jalan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Listianto, Terstiervy Indra Pawaka. 2006. “HUBUNGAN FUNGSI DAN


KENYAMANAN JALUR PEDESTRIAN ( STUDI KASUS Jl. PAHLAWAN
SEMARANG ).”
Wicaksono, Febrianto, Gatoet Wardianto, and Mutiawati Mandaka. 2020. “Pola
Sirkulasi Pasar Tradisional Modern” 6 (2): 71–90.
Wijaya, Karto. 2017. “Perubahan Fungsi Lingkungan Terbangun Di Koridor
Jalan Cigondewah Kota Bandung.” Jurnal Arsitektur ARCADE 1 (1): 8.
https://doi.org/10.31848/arcade.v1i1.13.
Wijaya, Karto, Asep Yudi Permana, Kata-Kata Kunci, Lingkungan Terbangun,
and Perkembangan Kawasan. 2017a. “Kawasan Cigondewah Terkait
Sarana Prasarana Lingkungan Terbangun Sebagai Kawasan Wisata
Tekstil Di Kota Bandung Cigondewah Area Related To Environment Built
Infrastructure Facilities As Sentra Cloth in Bandung City.” Langkau Betang
4 (2): 79. https://doi.org/10.26418/lantang.v4i2.23247.
———. 2017b. “KAWASAN CIGONDEWAH TERKAIT SARANA PRASARANA
LINGKUNGAN TERBANGUN SEBAGAI KAWASAN WISATA TEKSTIL DI
KOTA BANDUNG CIGONDEWAH AREA RELATED TO ENVIRONMENT
BUILT INFRASTRUCTURE FACILITIES AS SENTRA CLOTH IN
BANDUNG CITY.” Langkau Betang.
https://doi.org/10.26418/lantang.v4i2.23247.
Badan Pusat Statistik Bandung, 2017. “Kecamatan Bandung Kulon Dalam
Angka”. BPS Kota Bandung

28

Anda mungkin juga menyukai