Diusulkan Oleh:
Puji syukur tim ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya
sehingga makalah yang berjudul “Analisis Permukiman Kampung Kota; Studi
Kasus: Kondisi Sepanjang Koridor Jalan Cigondewah”, ini dapat tersusun
sampai dengan selesai. Tidak lupa tim mengucapkan terimakasih kepada rekan-
rekan yang telah ikut berkontribusi membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Tim
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
tinggal berganti sebagai fungsi komersil, yang menyebabkan banyak faktor
sebagai dampaknya, seperti pergeseran penggunaan koridor jalan, tidak
tersediannya jalur pedestrian, tidak terdapat zona parkir di setiap kawasan
yang awalnya fungsi rumah tinggal menjadi komersi, dan semakin tingginya
KDB di kawasan ini.
5
dan sekunder; data primer merupakan data data yang berasal dari data
Statistik Kecamatan Cigondewah, sedangkan data sekunder berasal dari
jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
penghuni sebagai pelaku ekonomi utama. Sebagian besar penduduk
yang tinggal di wilayah Cigondewah berpotensi sebagai penjual kain,
ratusan toko yang berjejer di sepanjang jalan wilayah Cigondewah
menjajakan kain.
8
A. Sirkulasi Pejalan Kaki
Kenyamanan dipengaruhi oleh jarak tempuh. Faktor
yang mempengaruhi jarak tempuh adalah :
a. Waktu yang berkaitan dengan maksud atau kepentingan
berjalan kaki
b. Kenyamanan orang berjalan kaki dipengaruhi oleh cuaca
dan jenis aktifitas.
Kenyamanan adalah suatu keadaan lingkungan yang
memberi rasa yang sesuai dengan panca indera disertai
fasilitas yang sesuai dengan kegiatannya. Tingkat
kenyamanan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berjalan
dapat dicapai apabila jalur pedestrian tersebut lancar dan
bebas hambatan untuk berjalan tanpa adanya gangguan dari
aktivitas lain yang banyak memakai jalur tersebut, selain itu
jalur pedestrian harus lebar agar dapat menampung arus lalu
lintas pejalan kaki dari dua arah. Adapun untuk menunjang
kenyamanan pejalan kaki di jalur pedestrian adalah adanya
fasilitas yang berupa tempat peristirahatan yang cukup,
adanya telepon umum yang memadai, adanya tempat
sampah serta tempat menunggu kendaraan umum.
(Wicaksono, Wardianto, and Mandaka 2020)
9
Sumber : Jonathan, 2019
10
b. Dinamika perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat
sangat dinamis, dan berpengaruh terhadap pemanfaatan
ruang, sehingga penggunaan lahan eksisting selalu
berubah dan tidak jarang berpengaruh terhadap
terkoreksinya arahan teknis garis rencana kota.
c. Masih kurangnya pemahaman dan partisipasi masyarakat
dalam penataan ruang merupakan salah satu
permasalahan dan tantangan bagi Dinas Tata Ruang dan
Cipta Karya.
2. Pemanfaatan Ruang
11
4. Penataan Bangunan
5. Pengembangan Perumahan
a. Secara umum permasalahan perumahan adalah : adanya
backlog perumahan, menurunnya kualitas lingkungan
perumahan, kekurangmampuan penyediaan rumah sehat
dan layak huni, serta kepadatan bangunan yang tinggi.
Selain itu mahalnya harga tanah di Kota Bandung ikut
mempengaruhi kemampuan masyakat untuk memiliki rumah
yang layak.
b. Pengembangan perumahan tidak selalu dikembangkan
dalam luasan yang besar dalam satu waktu, karenanya
seringkali pengembangan perumahan ini tidak terintegrasi
dalam ruang sehingga seringkali ada kendala dalam
pengembangan sarana dan prasarananya.
c. Konstruksi bangunan rusunawa didanai dari APBN baik
melalui Departemen Pekerjaan Umum maupun Kementrian
Perumahan Rakyat. Walaupun dana konstruksi telah
tersedia dari APBN, namun dana untuk pembebasan lahan
12
yang cukup besar harus dibiayai dari APBD. Selain itu
proses pembebasan lahan yang cukup sulit termasuk
adanya penolakan warga/masyarakat menyebabkan
rencana pembangunan rusunawa sulit terwujud.
d. Bangunan rusunawa yang dibangun dana APBN tidak
langsung dapat diserahterimakan dan dikelola karena ada
kendala aturan yang belum jelas. Untuk program
pengembangan hunian vertikal melalui pembangunan
rusunawa perlu dipikirkan agar biaya konstruksi dapat
disediakan dari APBD Kota.
e. Pembangunan hunian vertikal dan peremajaan kawasan
kumuh untuk pemukiman padat dan kumuh memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi, terutama dalam ketersediaan
anggaran pembebasan lahan, pelaksanaan pembebasan
lahan serta penyiapan/pengkondisian masyarakat.
f. Secara umum penanganan prasarana dan sarana
lingkungan masih terbatas dibandingkan permasalahan
yang dihadapi. Pembangunan prasarana seperti septic tank
komunal juga masih sangat terbatas, permasalahan yang
dihadapi selain keterbatasan anggaran adalah sulitnya
mencari lahan untuk instalasi yang akan dibangun.
13
2.2. REGULASI
Regulasi Terkait dengan Zona campuran di mana aturan disini
menjelaskan fungsi rumah tinggal dan fungsi komersial ada di dalam satu
kawasan dengan kepadatan penduduk sedang ke tinggi. Ada beberapa
aturan yang telah di tentukan pemerintah kota bandung yaitu :
A. Dalam Peraturan Kota bandung Pasal 44 ayat (1) tentang
perwujudan pola ruang zona Campuran sebagai berikut :
a. Penerapan konsep superblok atau megastruktur yang
disesuaikan dengan pengaturan pemanfaatan ruang udara
dan ruang bawah tanah;
b. Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor
informal/PKL;
c. Penyediaaan prasarana untuk pejalan kaki, penyandang
disabilitas dan jalur sepeda yang terintegrasi dengan
angkutan umum massal; 35
d. Pengembangan dan pengarahan kawasan untuk kegiatan
campuran antara kegiatan perdagangan dan jasa dengan
hunian baik secara horisontal maupun vertikal;
e. Pengembangan sistem pengelolaan kawasan (estate
management) dengan mempertimbangkan faktor sosial,
estetis, ekologis dan kepentingan evakuasi bencana;
f. Pembangunan kawasan skala besar harus
memperhitungkan bangkitan lalu lintas dan dalam skala
tertentu menyediakan sarana dan fasilitas di dalam zona
campuran;
g. Pengembangan kawasan dengan memperhitungkan sistem
tata air di dalam zona dan kawasan yang dipengaruhinya
harus diperhitungkan dalam pengembangannya;
h. Pengembangan pengelompokan jalur wisata sesuai dengan
karakter dan potensi kawasan;
14
i. Pengembangan zona campuran dengan konsep TOD di
terminal/stasiun antar moda di pusat kegiatan, stasiun,
shelter, dan terminal angkutan umum massal yang
terintegrasi dengan daerah sekitarnya;
j. Penyediaan ruang bagi usaha kecil dan menengah
merupakan bagian dari pengembangan zona campuran
15
D. Dalam Peraturan Kota Bandung kawasan Cigondewah
merupakan kawasan Perwujudan prioritas penanganan Zona
sentra tekstil terdapat pada pasal 111 huruf b
Gambar 2. Lokasi
Sumber : Google Earth
16
a. Utara
b. Selatan
17
c. Barat
d. Timur
18
Capaian di lokasi tapak dengan lokasi sekitar:
1. Taman Holis Indah 1
2. Pasar Cigondewah Rahayu
3. Kawasan Tekstil Cigondewah
4. LCC TK SD Kasih Bangsa
5. ACE Hardware Taman Kopo Indah
19
a. Jalur A
20
b. Jalur B
21
c. Jalur C
22
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
3.2. KONDISI FISIK SIRKULASI CIGONDEWAH KIDUL
24
Jaringan jalan Cigondewah Kidul merupakan kelas jalan lingkungan,
dengan jalan aspal selebar 3,5 meter yang berfungsi untuk akses ke dalam
permukiman jalan Cigondewah. Pada umumnya untuk gang pada Cigondewah
kidul memiliki lebar sekitar 2 meter - 2,5 meter dan sebagian besar hanya dapat
dilalui oleh pengendara sepeda motor, pesepeda, dan pejalan kaki.
25
dengan pelebaran jalan atau pun rekayasa sirkulasi dengan sistem jalan satu
arah. Sehingga diharapkan dapat mengurangi volume kendaraan yang melewati
koridor jalan tersebut, hal ini, dapat pula menekan jumlah titik kemacetan di
koridor jalan Cigondewah Kidul.
26
BAB IV
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28