Anda di halaman 1dari 37

2.1.

Penelitian Terdahulu

Sri Setyowati (2019) Melakukan Penelitian tetang Peran Gapoktan dalam

Pemberdayaan Masyarakat di Desa Gunungsari Kecamatan Tegalwungu

Kabupaten Pati. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap peran agen

perubahan pemberdayaan, dan menemukan faktor pendukung dan penghambat

pemberdayaan dalam pengembangan kopi organik. Metode dasar penelitian

yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif dan studi

kasus. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) di Desa Gunungsari

Kabupaten Pati dengan pertimbangan kelompok tani Wanna Lestari merupakan

satu-satunya kelompok tani yang mendapatkan program desa organik. Hasil

penelitian menunjukkan agen perubahan pemberdayaan menjalankan perannya

masing-masing untuk mendampingi keberjalannya pengembangan kopi organik.

Faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan masyarakat tani di

kelompok tani Wanna Lestari meliputi beberapa aspek yaitu kelembagaan,

ketenagaan, sarana dan prasarana, pembiayaan, penyelenggaraan, dan

pengawasan. Aspek yang paling menonjol yaitu faktor pembiayaan atau dana

yang dimana pemberdayaan akan berhenti setelah program selesai yang

diberikan di kelompok tani.

Lestari, dkk (2017) Melakukan Penelitian tentang Strategi Pemberdayaan

Masyarakat melalui Penguatan Modal Kelompok Tani di Kecamatan Purwosari

Kabupaten Pasuruan (Study Kasus Kelompok Tani Usaha Bersama Desa

Sukarmojo). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penyaluran dana

bantuan program PUAP kepada Kelompok Tani dan untuk mengetahui

keberhasilan PUAP melalui Strategi Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis

Melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok Tani. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan Metode Importance-

Performance Analysis (IPA). Hasil penelitian menjelaskan dana PUAP yang


disalurkan ke Gapoktan selanjutnya akan dibagi rata sesuai dengan jumlah

Kelompok Tani yang ada di Desa Sekarmojo. Sementara itu pada Kelompok Tani

Usaha Bersama program dana PUAP dapat dikatakan membantu dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat. PUAP juga sangat membantu petani

maupun anggota kelompok tani dalam mengembangkan dan meningkatkan

produksi usaha tani serta pendapatan petani itu sendiri. Selain itu, peran

Penyuluh Pendamping dan pertemuan kelompok atau kegiatan rutin, sangat

berpengaruh pada indikator keberhasilan pelaksanaan PUAP, selanjutnya untuk

faktor penghambatnya ialah adanya suku bunga pada peminjaman dana modal

PUAP yang dianggap memberatkan petani dan anggota kelompok tani penerima

dana PUAP.

Aris Sugiarti (2016) Melakukan Penelitian tentang Strateg Pemberdayaan

Masyarakat Petani Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) di

Kabupaten Ponorogo (Study Kasus Gapoktan Margo Rejeki di Desa Sidoharjo

Kecamatan Pulung Kab. Ponorogo). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pemberdayaan

masyarakat petani melalui program PUAP di Kabupaten Ponorogo dengan

mengambil studi pada pemberdayaan Gapoktan Margo Rejeki. Analisis data

dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi

pemberdayaan masyarakat petani melalui program PUAP di Gapoktan Margo

Rejeki dapat dilihat dari aspek sasaran, teknik dan tujuan. Dari aspek sasaran

yaitu masyarakat petani yang tergabung dalam kelembagaan Gapoktan yang

berada pada desa miskin sesuai dengan data Badan Pusat Statistik dan PNPM-

Mandiri. Kelembagaan Gapoktan Margo Rejeki masih lemah karena masih

adanya kesenjangan hubungan yang jauh antara masyarakt petani biasa dengan

kelembagaan yang berdampak pada banyaknya usaha agribisnis yang dikelola di


Gapoktan tidak dapat berkembang. Dari segi teknik, Gapoktan masih belum

mampu mengembangkan inovasi usaha pengolahan produk pemberi nilai

tambah karena rendahnya kesadaran masyarakat petani dan kecilnya intensitas

pemberian pelatihan dari tenaga pendamping. Dari aspek tujuan, sudah dapat

digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat

petani sehingga dapat digunakan dalam pengembangan usaha agribisnis di

Gapoktan Margo Rejeki, namun tidak semua usaha tersebut dapat berkembang

dengan baik sehingga masih belum mampu meningkatkan kesejahteraan

anggota.

Anisa Rahadini (2017) Melakukan Penelitian tentang Pemberdayaan

Masyarakat Petani Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan

(PUAP) di Kabupaten Nganjuk (Study di Desa Palem kecamatan Kertosono).

Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data

dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan

masyarakat petani melalui program PUAP di Desa Pelem dapat dilihat dari aspek

sasaran, teknik dan tujuan. Dari aspek sasaran yaitu masyarakat petani yang

tergabung dalam kelembagaan Gapoktan yang berada pada desa miskin sesuai

dengan data Badan Pusat Statistik dan PNPM-Mandiri. Dari segi teknik,

Gapoktan masih belum mampu mengembangkan usaha pengolahan produk

pemberi nilai tambah dari Dinas Pertanian karena kurangnya kesadaran

masyarakat petani dan kecilnya intensitas pemberian pelatihan dari tenaga

pendamping. Dari aspek tujuan menunjukkan bahwa peningkatkan pengetahuan

dan keterampilan masyarakat petani dapat pengembangan usaha agribisnis di

Gapoktan Margo Makmur sudah baik, namun tidak semua usaha tersebut dapat

berkembang dengan baik sehingga masih belum mampu meningkatkan

kesejahteraan anggota khususnya kelompok masyarakat petani.


Wiyanti Wahyuni (2018) Melakukan penelitian tentang Strategi

Pemberdayaan Masyarakat Petani melalui Pengembangan Agribisnis (studi

Kasus Pada Gapoktan Subur Desa Kedungjati Kecamatan Bukateja Kabupaten

Purbalingga Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang terdiri

atas tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa strategi pemberdayaan

masyarakat petani melalui pengembangan agribisnis di Gapoktan Subur dapat

dilihat dari 5P strategi pemberdayaan yaitu Pemungkinan, memungkinkan

masyarakat untuk mandiri dalam membuat bibit sendiri yang berkualitas.

Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan melalui berbagai

pelatihan seperti pembuatan pupuk organik, penguatan organisasi dengan cara

melakukan pertemuan rutin. Perlindungan, melindungi masyarakat terutama

kelompok-kelompok lemah melalui pengelolaan saluran irigasi. Penyokongan,

memberikan bimbingan dan dukungan kepada masyarakat melalui Koperasi

LKM-A membantu mengatasi permasalahan dari aspek permodalan.

Pemeliharaan, menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan

setiap orang memperoleh kesempatan berusaha yaitu melalui petani desa

berdikari dan toko tani Indonesia dimana disitu petani dibantu dalam hal

pemasaran produksi pertanian dan adanya kepastian harga padi tidak jatuh

dipasaran

Sheilla Marga Sanjaya (2019) Melakukan penelitian tentang Strategi

Gapoktan Mojorayung daam Keberlanjutan Program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP). Tujuan Penelitian ini Menganalisis faktor- faktor

internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, ancaman serta

peluang bagi pengembangan program PUAP guna merumuskan alternatif

strategi keberlanjutan program serta menentukan prioritas strategi terbaik untuk

keberlanjutan program PUAP. Metode Analisis yang digunakan adalah Evaluasi


Faktor Internal (IFE – Internal FactorEvaluation), Hasil Penelitian ini

menunjukkan bahwa berdasarkan Analisis Internal FactorEvaluation (IFE)

kekuatan utama yang dimiliki Gapoktan Mojorayung adalah pengembalian dana

pinjaman dengan cara tanggung renteng. Sedangkan kelemahan utama

Gapoktan Mojorayung adalah nominal pinjaman yang kecil sehingga sulit untuk

menunjang pengembangan usahatani dalam skala yang lebih besar.

Khoirul Fanani (2016) Melakukan Penelitian tentang Evaluasi Dampak

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap

Pemberdayaan Petani di Gapoktan Usaha Jaya Desa Sidomulyo Kecamatan

Silo. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Dampak Pemberdayaan Petani

melalui Program Puap pada Gapoktan Usaha Jaya berdasarkan aspek manusia

dan usaha. Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis Tri Bina : Bina manusia,

Bina Usaha, Bina Lingkungan. Dimana Hasil Penelitian menyatakan Aspek bina

manusia dengan variabel sikap kewirausahaan, sikap profesionalisme, sikap

kemandirian, posisi tawar menawar, dan variabel bina usaha menunjukkan

sebagian besar responden menganggap program PUAP berdampak pada

variabel-variabel tersebut. Pada variabel sikap kewirausahaan, pendampingan

program PUAP dianggap berdampak pada kemampuan petani dalam

menentukan komoditas, keberanian mengambil resiko, dan berupaya melakukan

perbaikan pada hasil pertanian.

Badriatus Sholika (2016), Melakukan Penelitian Tentang Peran

Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dalam Pemberdayaan

Klompok Tani (studi Kasus Desa Gadingkulon Kecamatan Dau Kabupaten

Malang Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gadingkulon kecamatan Dau

Kabupaten Metode Analisis yang digunakan analisis data redusi data, Penyajian

data, pengambilan kesimpulan dan Verifikasi data. Hasil penelitian

menunujukkan bahwa adanya peran PUAP dalam pemberdayaan kelompok tani


di Desa Gading kulon sudah mampu menigkatkan penguatan kelembagaan

kelompok tani melalui pembinaan serta dalam pencatatan transaksi dan

pertemuan rutin untuk membahas program PUAP. Peran PUAP juga mampu

meringankan beban modal petani yang meminjam dana PUAP untuk kegiatan

usaha tani sehingga dapat meningkatkan hasil produksi dan menambah

pendapatan. Peran PUAP belum efektif dalam meningkatkan kegiatan agribisnis

di Desa Gadingkulon karena modal yang masih terbatas tapi dalam

pelaksanannya kelompok tani Desa Gadingkulon sudah mengembangkan modal

PUAP untuk dapat membagi rata modal kepada anggota kelompok tani di Desa

Gadingkulon.

Adeliya Fajarati (2018) Melakukan penelitian tentang Pemberdayaan

Mayarakat melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) (Studi Kasus Gapoktan Lembursitu Kecamatan Lembursitu Kotamadya

Sukabumi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat

melalui Program PUAP dan menganalisis perbedaan pendapatan anggota

Gapoktan sebelum dan sesudah menerima dana Program PUAP. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pelaksanaan Program PUAP di Gapoktan Lembursitu telah

berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari pembinaan dan pelatihan yang

dilaksanakan oleh Gapoktan Lembursitu memberikan pengetahuan kepada

anggota mengenai sistem pertanian dan pengelolaan dana bantuan. Disamping

itu, dampak pelaksanaan Program PUAP mengakibatkan peningkatan rata-rata

pendapatan rumah tangga petani penerima manfaat sebesar 22,61 %.

Devita Suryaningrum (2020) Melakukan penelitian tentang Analisis

Peranan Pemberdayaan Program PUAP Terhadap Tingkat Pendapatan Usaha

Tani di Kabupaten Tulungagung (Study Kasus pada Gapoktan Tani Mulyo

Kelurahan Kutoanyar dan Gapoktan Sumbe Rejeki Desa Tanjungsari). Penelitian

ini bertujuan untuk meneliti peranan program pemerintah Pengembangan Usaha


Agribisnis Perdesaan (PUAP) dalam meningkatkan kesejahteraan usaha tani

melalui meningkatnya pendapatan petani seiring dengan dilaksanakannya

program PUAP. Alat analisis yang diguakan yaitu Uji Asumsi Klasik dan Regresi

Linear Sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Terdapat

perbedaan rata-rata pendapatan petani yang signifikan sebelum dan sesudah

menerima PUAP; 2) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

pendapatan usaha tani penerima PUAP pada gapoktan Tani Mulyo Kelurahan

Kutoanyar dengan pendapatan usaha tani non PUAP pada gapoktan Sumber

Rejeki Desa Tanjungsari.;

2.2. Landasan Teori

2.2.1.Konsep Pemberdayaan

1. Definisi Pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment)

berasal dari kata ‘power’ yang artinya kekuasaan atau keberdayan. Karenanya,

ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.

Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang

lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat

mereka.11

Pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki

konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses

pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal:

a. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah,

pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.

b. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada

pengertian yang tidak statis, melainkan dinamis.

Dalam kaitan dengan konsep pemberdayaan masyarakat, banyak pakar


yang membahas hal ini. Salah satunya adalah Payne, yang mengemukakan

bahwa pemberdayaan (empowerment) pada intinya ditujukan guna membantu

klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi

efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan

melalui dan fase percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain

melalui transfer daya dari lingkungannya.12

Secara harfiah, pemberdayaan bisa diartikan sebagai “pemberkuasaan”

kepada masyarakat yang lemah.13 Istilah pemberdayaan semakin populer dalam

konteks pembangunan dan pengentasan kemiskinan. 14 Namun, hal yang penting

dalam proses pemberdayaan yaitu peningkatan kesadaran. Masyarakat yang

sadar adalah masyarakat yang memahami hal-hal dan tanggung jawab secara

politik, ekonomi, dan budaya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan sekelompok masyarakat untuk

meningkatkan harkat dan martabat masyarakat agar memiliki keberdayaan

dalam menghadapi segala persoalan yang ada.15

Sebagaimana dikutip oleh Alfitri, menurut Craig dan Mayo konsep

pemberdayaan masyarakat terdiri unsur kemandirian, partisipasi, jaringan kerja,

dan pemerataan.16 Konsep ini memiliki cakupan luas tidak hanya semata-mata

memenuhi kebutuhan dasar untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut

namun juga mencakup pengembangan secara keseluruhan, mulai dari aspek

manusia, aspek sosial dan aspek ekonomi.

Sebagaimana dikutip oleh Oos dalam bukunya, Slamet menekankan

bahwa hakikat pemberdayaan adalah bagaimana membuat masyarakat mampu

membangun dirinya dan memperbaiki kehidupannya sendiri. Istilah mampu di

sini mengandung makna: berdaya, paham, termotivasi, memiliki kesempatan,

melihat dan memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu


sebagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil risiko,

mampu mencari dan menangkap informasi serta mampu bertindak sesuai

inisiatif. Sedangkan indikator pemberdayaan menurut Suharto paling tidak

memiliki empat hal, yaitu kegiatan yang terencana dan kolektif, memperbaiki

kehidupan masyarakat, prioritas bagi kelompok lemah atau kurang beruntung,

serta dilakukan melalui program peningkatan kapasitas.17

Dalam pelaksanaanya, pemberdayaan memiliki makna dorongan atau

motivasi, bimbingan, atau pendampingan dalam meningkatkan kemampuan

individu atau masyarakat untuk mampu mandiri. Upaya tersebut merupakan

sebuah tahapan dari proses pemberdayaan dalam mengubah perilaku,

mengubah kebiasaan lama menuju perilaku baru yang baik, dalam

meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya.

Dari berbagai pandangan tesebut terlihat jelas bahwa konsep

pemberdayaan masyarakat harus didasarkan pada keterlibatan semua pihak,

baik pemerintah maupun semua lapisan masyarakat. Maka dari itu diambil

rumusan bahwa konsep pemberdayaan masyarakat merupakan rancangan

pembangunan melalui proses pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber

daya yang melibatkan seluruh pihak, baik masyarakat maupun pemerintah untuk

mewujudkan kesejahteraan hidup masyarakat di berbagai bidang.18

Dengan demikian, target dan tujuan itu sendiri dapat berbeda sesuai

dengan bidang pembangunan yang digarap. Tujuan pemberdayaan bidang

ekonomi belum tentu sama dengan tujuan pemberdayaan di bidang pendidikan

ataupun bidang sosial. Misalnya, tujuan pemberdayaan bidang ekonomi adalah

agar kelompok sasaran dapat mengelola usahanya, kemudian memasarkan dan

membentuk siklus pemasaran yang relatif stabil. Pada bidang pendidikan,

memiliki tujuan agar kelompok sasaran dapat mengali berbagai potensi yang ada

dalam dirinya dan memanfaatkan potensinya untuk mengatasi permasalahan


yang dia hadapi. Sedangkan tujuan pemberdayaan pada bidang sosial misalnya

agar kelompok sasaran dapat menjalankan fungsi sosialnya kembali dengan

peran dan tugas sosial.19

Pemberdayaan erat kaitanya dengan pembangunan, dimana

pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang

dilakukan secara terus menerus untuk mencapai kehidupan masyarakat yang

sejahtera lahir dan batin, untuk itu peran serta masyarakat dalam pembangunan

sangat diperlukan karena merekalah objek sekaligus subjek pembangunan,

sehingga berkembanglah model pembangunan partisipatif.

Pembangunan partisipatif merupakan pendekatan pembangunan yang

sesuai dengan otonomi daerah yang melekatkan landasan pembangunan yang

tumbuh berkembang dari masyarakat, diselenggarakan secara sadar dan

mandiri oleh masyarakat dan hasilnya dinikmati oleh seluruh masyarakat.20

2. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan

masyarakat, khususnya kelompok lemah yang tidak memiliki keberdayaan, baik

karena kondisi internal, maupun karena kondisi eksternal (adanya ketidakadilan

dalam struktur sosial).

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok

rentan dan lemah sehingga mereka bisa memiliki kekuatan atau kemampuan

dalam hal, antara lain:21

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan.

Tidak hanya bebas dalam mengemukakan pendapat, melainkan bebas

dari kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas dari kesakitan.

b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang mungkin mereka dapat

meningkatkan pendapatannya sehingga dapat memperoleh barang-

barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.


c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan- keputusan

yang mempengaruhi mereka.

3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat menyangkut dua kelompok yang saling terkait,

yaitu masyarakat yang belum berkembang sebagai pihak yang harus

diberdayakan, dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang

memberdayakan. Konsep pemberdayaan atau empowerment sebagai upaya

memberikan otonomi, wewenang, dan kepercayaan kepada setiap individu

dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat

menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin (Surjono dan Nugroho, 2008).

Pemberdayaan dan pengembangan pada kelembagaan atau organisasi di

perdesaan meliputi: (1) pola pengembangan pertanian berdasarkan luas dan

intensifitas lahan, perluasan kesempatan kerja dan berusaha yang dapat

memperluas penghasilan; (2) perbaikan dan penyempurnaan keterbatasan

pelayanan sosial (pendidikan, gizi dan kesehatan, dan sebagainya); (3) program

memperkuat prasarana kelembagaan dan ketrampilan mengelola kebutuhan

perdesaan. Keberhasilan pemberdayaan pada kelembagaan dapat dicapai

melalui kerjasama antara administrasi lokal, pemerintah lokal,

kelembagaan/organisasi yang beranggotakan masyarakat lokal, kerjasama

usaha, pelayanan dan bisnis swasta yang dapat diintegrasikan ke dalam pasar

baik lokal, regional dan global (Indrajit, 2014).

Usman (2012), mengemukakan lima prinsip dasar dari konsep

pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:

a. Pemberdayaan masyarakat memerlukan break-even masyarakat

keuntungan dalam setiap kegiatan yang dikelolanya, meskipun

orientasinya berbeda dari organisasi bisnis, dimana dalam pemberdayaan

yang diperolehdidistribusikan kembali dalam bentuk program atau kegiatan


pembangunan lainnya.

b. Pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik

dalam perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan.

c. Kegiatan pelatihan merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari

program pemberdayaan masyarakat.

d. Usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan sumber daya dalam

implementasinya, khususnya dalam hal pembiayaan baik yang berasal dari

pemerintah, swasta maupun sumber-sumber lainnya.

e. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai

penghubung antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dengan

kepentingan masyarakat yang bersifat mikro.

4. Pemberdayaan Masyarakat Petani

Berdasarkan Undang-Undang No 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan

dan Pemberdayaan Petani sebagai berikut :

a. Perlindungan Petani adalah segala upaya untuk membatu petani dalam

menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana

produksi, kapasitas usaha, resiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi

biaya tinggi dan perubahan iklim.

b. Pemberdayaan Petani adalah segala upaya untuk meningkatkan

kemampuan petani dalam melaksanakan usahatani yang lebih baik melalui

pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan

sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian, konsolidasi dan jaminan

luasan lahan pertanian, kemudahan akses ilmu pengetahuan teknologi dan

informasi serta penguatan Kelembagaan Petani

c. Pemberdayaan Petani dilakukan untuk memajuan dan menegmbangkan

pola pikir dan pola kerja petani, meningkatkan usaha tani serta

menumbuhkan dan menguatkan Kelembagaan petani agar mampu mandiri


dan berdaya saing.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan koordinasi dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pemberdayaan petani. Koordinasi

sebagaimaimana yang dilakukan untuk melaksanakan Strategi Pemberdayaan

petani sebagai berikut :

a. Pendidikan dan Pelatihan

b. Penyuluhan dan Pendampingan

c. Pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian

d. Konsolidasi dan dan jaminan luasan lahan pertanian,

e. Penyediaan fasilitasi pembiayaan dan permodalan

f. Kemudahan akses ilmu pengetahuan , teknologi dan informasi

g. Penguatan Kelembagaan Petani

2.2.2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M)

PNPM Mandiri adalah program nasional dalam bentuk kebijakan yang

dijadikan dasar dan acuan dalam pelaksanaan program-program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM

Mandiri dilaksanakan melalui pengembangan sistem serta mekanisme dan

prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan untuk

mendorong inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang

berkelanjutan. Menurut Sekretariat Kelompok Kerja Pengendali Program

Penanggulangan Kemiskinan (2014), tujuan umum PNPM Mandiri adalah

meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara

mandiri. Sedangkan secara lebih khusus tujuan PNPM Mandiri adalah sebagai

berikut :

1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat ke dalam proses

pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.


2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat

3. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan,

program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin

(pro-poor)

4. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat

dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya

penanggulangan kemiskinan.

5. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas

pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi

kemiskinan di wilayahnya.

6. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan

potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

7. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi

dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

Menurut Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2012),

rangkaian proses pemberdayaan masyarakat PNPM-Mandiri ini dilakukan

melalui beberapa komponen program seperti, kegiatan pengembangan

masyarakat untuk membangun kritis dan kemandirian masyarakat, bantuan

langsung masyarakat (BLM) sebagai dana stimulant keswadayaan yang

diberikan kepada kelompok masyarakat, peningkatan kapasitas pemerintah dan

pelaku lokal agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergis, dan

bantuan pengelolaan dan pengembangan program.


2.2.3 Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

1. Pengertian Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang selanjutnya disebut

PUAP, adalah bantuan modal usaha Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi

pertanian desa. PUAP merupakan program yang dilaksanakan oleh

Departemen Pertanian pada tahun 2008 dilakukan secara terintegrasi dengan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)

Tujuan program PUAP adalah untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran,

dan kesenjangan antar wilayah. Untuk mendukung pelaksanaan PUAP

diawali dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia sebagai

pelaksanaan kegiatan PUAP di lapangan (Sitompul, 2017).

PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha bagi petani

anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah

tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

Gapoktan merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran

bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal

dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh Tenaga Pendamping

PUAP seperti Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani (Nugroho dkk, 2018).

2. Tujuan Program PUAP

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 06/ Permentan/ OT.140/ 2/

2015 pada Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian (2015), berikut

ini merupakan tujuan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP):

a. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan

pengembangan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi

wilayah.
b. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pelaku usaha agribisnis,

pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani (PMT).

c. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk

pengembangan kegiatan usaha agribisnis.

d. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau

mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

3. Sasaran Program PUAP

Sasaran program PUAP menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor

06/Permentan/OT.140/2/2015 pada Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana

Pertanian (2015) adalah sebagai berikut:

a. Berkembangnya usaha agribisnis di desa terutama desa miskin sesuai

dengan potensi pertanian desa.

b. Berkembangnya Gapoktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani untuk

menjadi kelembagaan ekonomi.

c. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak

(pemilik dan/atau penggarap) skala kecil, dan buruh tani.

d. Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha.

2.2.4 Srategi

1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti seni berperang.

Suatu strategi memiliki dasar-dasar untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi

pada dasarnya strategi merupakan alat mencapai tujuan. Strategi juga dapat

diartikan sebagai tindakan yang bersifat senantiasa meningkat secara terus

menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang

diharapkan di masa depan (Umar, 2003). Menurut Akbar (2011), strategi adalah

cara yang dilakukan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sebagai langkah-langkah pelaksanaan program untuk mencapai

tujuan diperlukan perumusan serangkai kebijakan (policy formulation method and

technique). Strategi untuk seluruh pembangunan adalah mewujudkan keadilan

dan kemakmuran, sedangkan kebijakan untuk membangun sektor adalah

mengatasi berbagai hambatan dan kendala yang dihadapi.

Pengertian strategi dapat disimpulkan merupakan alat untuk mencapai atau

respon secara terus menerus terhadap peluang dan ancaman eksternal serta

kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Strategi

merupakan tujuan jangka panjang, serta pendayagunaan dan alokasi semua

sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan (Dwi, 2012).

2. Tahapan Manajemen Strategik

Manajemen strategik adalah sekumpulan keputusan manajerial dan aksi

pengambilan keputusan jangka panjang didalam organisasi atau perusahaan.

Keputusan jangka panjang tersebut berorientasi pada misi, visi dan tujuan

organisasi terkait, serta pengembangan kebijakan dan program pelaksanaan

untuk mencapai misi, visi serta tujuan. Manajemen strategik sebagai suatu seni

dan ilmu dalam hal pembuatan (formulasi), penerapan (implementasi) dan

evaluasi keputusan-keputusan startegis antara fungsi yang memungkinkan

sebuah organisasi mencapai tujuannya pada masa mendatang (Assauri, 2016).

Berikut ini adalah tiga tahapan kegiatan utama manajemen strategik:

a. Formulasi Strategi

Menurut David (2012), teknik formulasi strategi dapat dikelompokkan

menjadi tiga tahap kerangka formulasi strategi, yaitu:

1) Tahap masukan (input stage) adalah tahapan pertama dalam perumusan

strategi. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan yang terdapat dalam suatu organisasi serta peluang dan

ancaman dari lingkungan eksternal. Analisis pada tahap masukan terdiri


atas matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) dan dan matriks IFE

(Internal Factor Evaluation). Penyusunan strategi membutuhkan

penyusunan faktor secara subjektif selama tahap awal dari proses

perumusan strategi.

2) Tahap analisis (matching stage) merupakan tahapan kedua setelah

tahapan masukan dalam perumusan masalah. Tahap analisis dilakukan

dengan pencocokan antara sumber daya dan keterampilan baik kekuatan

maupun kelemahan internal organisasi dengan peluang dan risiko atau

ancaman yang diciptakan oleh faktor eksternal organisasi. Tahap

pencocokan dari kerangka kerja perumusan strategi dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik Matriks IE (Internal-Eksternal) dan Analisis

SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats). Alat ini bersandar

pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokkan

peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal.

3) Tahap pengambilan keputusan (decision stage) merupakan tahap terakhir

dari proses perumusan strategi. Pada tahap ini dilakukan pemilihan

terhadap beberapa alternative strategi yang diperoleh melalui Analisis

matriks IE (Internal-Eksternal) dan Matriks SWOT (Strengths-Weakness-

Opportunities-Threats).

b. Implementasi Strategi

Implementasi strategi atau disebut tahap pelaksanaan dalam manajemen

strategis, dimana pada tahap ini merupakan proses menempatkan strategi yang

telah diformulasikan menjadi tindakan dengan melibatkan karyawan dan manajer

dalam menjalankannya. Perusahaan diharuskan untuk menetapkan sasaran

tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan

sumber daya sehingga perumusan strategis dapat dilaksanakan. Suksesnya


implementasi strategi terletak pada kemampuan manajer untuk memotivasi

karyawan (Assauri, 2016).

c. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategik. Evaluasi

adalah usaha-usaha untuk memonitor hasil-hasil dari perumusan (formulasi) dan

penerapan (implementasi) strategi termasuk mengukur kinerja organisasi, serta

mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan. Ketika strategi yang akan

ataupun telah diimplementasikan dinilai menunjukkan perubahan yang tidak

sesuai dengan rencana yang ada, hasil yang dicapai, atau memang disebabkan

asumsi yang salah dan oleh hal-hal lain yang sifatnya tidak dapat dikontrol, maka

rencana perlu direvisi ulang dengan evaluasi kinerja. Tiga aktivitas penilaian

strategi yang paling mendasar menurut David (2012) adalah:

1) Peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi

landasan strategi saat ini.

2) Pengukuran kinerja.

3) Pengambilan langkah korektif.

2.2.5 Matriks IFE, Matriks EFE dan Matriks IE

Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) merupakan sebuah alat formulasi

strategi yang digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan (strength)

dan kelemahan (weakness) utama dalam area fungsional bisnis atau organisasi,

dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan

antara area-area tersebut. Data dan informasi aspek internal dapat digali dari

beberapa fungsional organisasi atau perusahaan, yaitu dari aspek manajemen,

keuangan atau akuntansi, pemasaran, sistem informasi manajemen dan produksi

atau operasi. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) digunakan untuk


mengetahui faktor-faktor eksternal organisasi atau perusahaan berkaitan dengan

peluang (opportunity) dan ancaman (threats) yang dianggap penting. Data

eksternal organisasi atau perusahaan dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal

menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,

pemerintahan, hukum, teknologi dan persaingan (David, 2012).

Matriks IE (Internal-Eksternal) merupakan salah satu parameter yang

meliputi matriks parameter kelemahan dan kekuatan internal serta peluang dan

ancaman bagi organisasi atau perusahaan yang masing-masing akan

diidentifikasikan ke dalam elemen eksternal dan internal melalui matriks IFE dan

EFE. Matriks IE digunakan untuk menentukan posisi organisasi saat ini.

Kemudian berdasarkan posisi tersebut, organisasi dapat menentukan strategi

umum yang tepat untuk diterapkan guna mencapai harapan tentang masa depan

suatu organisasi (Kusnadi, 2000). Tampilan sembilan sel ilustrasi Matriks IE

(Internal-Eksternal) dapat dilihat pada gambar berikut :

Internal Factor Evaluation


Kuat Rata – rata Lemah
3,00 – 4,00 2,00 – 2,99 1,00 – 1,99
Tinggi
I II III
3,00 – 4,00
External
Sedang
Factor IV V VI
2,00 – 2,99
Evaluation
Rendah
VII VIII IX
1,00 – 1,99

Gambar 2, Matriks IE (Internal – Eksternal)

Lebih lanjut David (2012) menjelaskan bahwa, gambar tersebut dapat

mengidentifikasi sembilan sel strategi perusahaan dalam matriks IE (Internal-

Eksternal, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel tersebut dapat dikelompokkan

menjadi strategi utama yaitu:

1) Strategi tumbuh dan kembangkan (growth and build), yang berada pada sel

I, II, dan IV. Strategi yang tepat untuk diterapkan adalah strategi intensif
(penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) dan

strategi integratif (integrasi ke depan, ke belakang dan horizontal).

2) Strategi mempertahankan dan memelihara (hold and maintain), yang

berada pada sel III, V, dan VII. Strategi penetrasi pasar dan

pengembangan produk merupakan strategi yang banyak dilakukan.

3) Strategi panen atau divestasi (harvest or divest), yang berada pada sel VI,

VIII dan IX. Strategi yang umum dipakai adalah strategi divestasi dan

likuiditasi.

2.2.6 Analisis SWOT

Menurut David dan Budi (2008), Analisis SWOT (strengths-weakness-

opportunities-threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (opportunities), namun secara

bersamaan meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan

misi, tujuan, strategi dan kebijakan organisasi.

Analisis SWOT berupa teknik partisipasi yang sangat sederhana dan

sistematis yang dapat digunakan di berbagai situasi untuk mengidentifikasi

kekuatan dan peluang serta bagaimana mengoptimalkannya, selain

mengidentifikasi kelemahan dan ancaman untuk mempermudah merumuskan

langkah-langkah untuk mengatasinya. Teknik ini biasanya digunakan untuk

menilai kemampuan suatu kelompok masyarakat (organisasi maupun komunitas)

dalam menjalankan suatu program atau proyek. Hasil yang diperoleh dari

Analisis SWOT bisa dijadikan basis untuk merumuskan strategi dan atau untuk

menjalankan aksi (Kusnadi, 2000).


Analisa ini bersifat deskriptif dan terkadang akan sangat subjektif, karena

bisa jadi dua orang yang menganalisis sebuah organisasi akan memandang

berbeda ke empat bagian tersebut. Hal ini diwajarkan, karena analisis SWOT

adalah sebuah analisis yang akan memberikan output berupa arahan dan tidak

memberikan solusi dalam sebuah permasalahan. Analisis SWOT hanya

menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah, sehingga

dapat diartikan sebagai berikut:

1) Kekuatan (Strength)

Kekuatan adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki oleh

suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan berperan besar, tidak

hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh

organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimilliki oleh organisasi.

Kekuatan yang dimaksud adalah kelebihan organisasi dalam mengelola kinerja di

dalamnya.

2) Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang dimiliki

oleh suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan berperanan besar, tidak

hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh

organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimililiki oleh organisasi.

3) Peluang (Opportunity)

Peluang adalah peluang yang bersifat positif yang dihadapi oleh suatu

organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar peranannya dalam

mencapai tujuan organisasi. Opportunity merupakan peluang organisasi untuk

meningkatkan kualitasnya.

4) Ancaman/ Hambatan (Threat)

Hambatan adalah kendala yang bersifat negatif yang dihadapi oleh suatu

organisasi, yang apabila berhasil di atasi akan besar peranannya dalam


mencapai tujuan organisasi. Threat merupakan ancaman bagi organisasi baik itu

dari luar maupun dari dalam.

Menurut Rangkuti (2005), SWOT adalah identitas berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi pelayanan. Analisis ini berdasarkan logika

yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kekurangan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan

antara faktor eksternal dan faktor internal. Diagram analisis SWOT:

Tabel Matriks SWOT


Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1.Daftar Kekuatan 1.Daftar Kelemahan
2. 2.
Faktor Eksternal 3. 3.
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Daftar Peluang Menggunakan Kekuatan Mengatasi kelemahan
2. untuk memanfaatkan dengan memanfaatkan
3. peluang peluang
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Daftar Ancaman Menggunakan Kekuatan Meminimalkan
2. untuk menghindari kelemahan dan
3. ancaman menghindari ancaman

Masing-masing strategi dari Analisis SWOT diatas dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1) Strategi S-O

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

2) Strategi S-T

Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau

mengurangi dampak dari ancaman–ancaman eksternal eksternal.

3) Strategi W-O

Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal

perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.


4) Strategi W-T

Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi

kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.

2.3 Kerangka Penelitian

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)

adalah suatu kebijakan yang dijadikan dasar dan acuan dalam pelaksanaan

program-program penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan

masyarakat. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang

dilaksanakan oleh Departemen Pertanian dilakukan secara terintegrasi dengan

program PNPM Mandiri. Gapoktan Rukun Makmur merupakan salah satu desa

penerima dana BLM PUAP sejak tahun 2010. Dana tersebut diberikan kepada

seluruh petani anggota kelompok tani yang mempunyai kendala keterbatasan

modal berusahatani. Namun dalam pelaksanaan program PUAP, bantuan dana

PUAP yang diberikan pemerintah tersebut tidak dapat tersalurkan secara merata

kepada seluruh anggota Gapoktan Rukun Makmur. Hal tersebut disebabkan oleh

minimnya pemupukan modal yang dilakukan oleh gapoktan sehingga modal

dana PUAP terbatas. Kurangnya pemupukan modal ini juga menimbulkan

masalah keterbatasan modal dana PUAP yang menyebabkan nominam pinjaman

yang ditawarkan gapoktan tergolong kecil untuk menunjang pengembangan

usahatani. Pengembangan modal dana PUAP telah dilakukan dengan

menjadikan dana tersebut sebagai simpan pinjam yang memberlakukan jasa,

sehingga pemupukan modal dana PUAP baru diambil dari jasa yang

diberlakukannya tersebut. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu kebijakan

melalui strategi keberlanjutan program PUAP.

Strategi keberlanjutan program PUAP dapat dianalisis melalui faktor

internal dan eksternal. Faktor internal merupakan sumber daya manusia yang
melakukan pengelolaan program PUAP seperti Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

dan pengurus gapoktan. Sumber daya manusia tersebut dianalisis terkait

kemampuan diri dalam pengelolaan program PUAP di Gapoktan Rukun Makmur.

Faktor internal ini juga menganalisis mengenai manajemen PUAP seperti,

pembentukan unit simpan pinjam, penentuan bunga serta pengembalian

pinjaman dana PUAP. Sedangkan faktor eksternal yang dianalisis adalah terkait

dengan sosialisasi, pendampingan dan fasilitator program dari Penyuluh

Pertanian Lapangan (PPL) serta keberadaan pesaing atau lembaga kredit lain.

Melalui faktor internal dan eksternal gapoktan tersebut maka dapat dirumuskan

alternatif strategi keberlajutan program PUAP. Adapun kerangka pemikirannya

adalah sebagai berikut


Rendahnya Kesadaran Masyrakat serta Platform
Nominal Pinjaman rendah

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat


Mandiri (PNPM Mandiri)

Program Pengembangan Usaha Agribisnis


Perdesaan (PUAP)

Keberlanjutan Program PUAP

Faktor Eksternal
Faktor Internal
PPL
Sumber Daya
Pesaing
Manusia
Manajemen PUAP

Matriks IFE Matriks EFE

Matriks IE
(Internal – Eksternal)

Formulasi Strategi Keberlanjutan


PUAP menggunanakan Analisis
SWOT

Rekomendasi Strategi yang tepat untuk


Keberlanjutan Program PUAP Gapoktan
Rukun Makmur Kabupaten Mojokerto

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi, Waktu dan Objek Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di Desa

Kepuhanyar Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojoketo. Penentuan lokasi

penelitian di Desa Kepuh Anyar Kecamatan Mojoanyar dipilih dengan beberapa

pertimbangan sebagai lokasi penelitian. Kecamatan Mojoanyar dipilih menjadi

lokasi penelitian atas pertimbangan informasi dari Penyuluh Pertanian Lapangan

(PPL) Kabupaten Mojokerto yang menyebutkan bahwa program PUAP di

Kecamatan Mojoanyar tersebut berjalan dengan lancar di seluruh desa penerima

dana program PUAP. Sedangkan secara khusus Desa Kepuhanyar dipilih

menjadi lokasi penelitian atas dasar potensi desa seperti usaha agribisnis yang

layak dikembangkan melalui dana PUAP dengan perumusan strategi yang tepat

untuk keberlanjutan program kedepannya. Penelitian ini dilakukan sejak bulan

April 2021 sampai selesai. Objek penelitian ini adalah Gapoktan Rukun Makmur

Desa Kepuhanyar Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

3.2 Penentuan Sampel

Penentuan Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive

(sengaja), dengan memilih orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki

kompetensi dengan topik penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah tujuh orang key informan. Adapun key informan yang diambil adalah

instansi terkait dalam pengelolaan program PUAP seperti dua orang yang

merupakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), satu orang ketua dan dua orang

Badan Pengurus Harian Gapoktan Rukun Makmur, dan dua orang yang

merupakan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) pendamping Gapoktan Rukun


Makmur dalam program PUAP. Key informan pengelola program PUAP ini dipilih

karena melalui orang-orang tersebut dapat memperoleh informasi yang lebih

lengkap dan detail terkait hal-hal yang diteliti. Key informan tersebut digunakan

untuk tiga tahap pengumpulan data, dimana tahap pertama untuk identifikasi

faktor internal dan faktor eksternal, pada tahap kedua penilaian bobot dan

penentuan rating dalam matriks IE (Internal-Eksternal) dan pada tahap terakhir

adalah untuk penilaian matriks SWOT.

3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari dua sumber, yaitu data primer dan data

sekunder yang bersumber dari beberapa referensi. Kedua sumber tersebut akan

diuraikan sebagai berikut:

3.3.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari wawancara secara

langsung kepada pihak – pihak yang terlibat dalam objek penelitian, serta hasil

observasi di lokasi penelitian di Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini

menggunakan data primer yang didapatkan dengan cara sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara terstruktur secara langsung kepada para key Informan.

Pemilihan responden ini dilakukan dengan sengaja (porposive) dengan

pertimbangan bahwa responden mengetahui dan dapat memberikan informasi

mengenai data yang dibutuhkan.

2. Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini merupakan instrument yang berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menggali

informasi terkait perumusan strategi gapoktan Rukun Makmur dalam

keberlanjutan program PUAP. Peneliti akan memberikan daftar-daftar pertanyaan


di kertas atau dokumen dan Responden hanya perlu mengisi setelah itu

memberikannya kembali kepada peneliti. Kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan kuesioner pertanyaan tertutup, dimana peneliti sudah

menyediakan pilihan jawaban dan informan hanya perlu untuk mengisinya saja.

3. Observasi

Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung pada objek yang

diteliti. Pengamatan ini memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian

mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan

sebenarnya. Peneliti hanya sebagai pengamat dengan cara hanya melihat dan

mengetahui faktor internal dan eksternal perumusan strategi keberlanjutan

program dengan melihat dari hasil wawancara.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder berarti data yang diperoleh dari studi literatur, baik dari

instansi terkait, maupun dari buku, jurnal, maupun penelitian terdahulu, yang

telah teruji kebenarannya. Studi literatur dilakukan dengan mengkaji beberapa

sumber yang telah terbukti kebenarannya. Data yang dibutuhkan dari instansi

antara lain yaitu data Badan Pusat Statistik Kabupaten Mojokerto.

3.4 Asumsi dan Pembatasan Masalah

Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki batasan-batasan tertentu agar

penelitian lebih spesifik dan tidak terlalu luas cakupannya. Adapun

batasanbatasannya adalah:

1. Objek penelitian adalah Gapoktan Rukun Makmur Desa Kepuhanyar

Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

2. Peneliti hanya meneliti satu desa saja yaitu di Desa Kepuhanyar Kecamatan

Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.


3.5 Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Teknik analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengumpulkan data dari berbagai informan kemudian disusun dan dianalisis

untuk dijelaskan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Reduksi data adalah proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakkan

dan pengubahan data kasar yang muncul dari catatan tertulis yang

dihasilkan wawancara ketika berada di lapang. Tujuan dari reduksi data ini

adalah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan dan

membuang data yang tidak diperlukan.

b. Penyajian data adalah penyusunan segala informasi dan data yang

diperoleh menjadi serangkaian kata-kata ataupun tabel dan matriks yang

mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Tujuan penyajian data adalah

untuk mengambil kesimpulan sementara dan dapat merencanakan

tindakan berikutnya bila ternyata masih terdapat data yang tidak lengkap,

perlu klarifikasi atau sama sekali belum diperoleh.

c. Verifikasi data adalah langkah terakhir dalam analisis data deskriptif.

Berdasarkan data yang telah direduksi dan disajikan, peneliti membuat

kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat pada tahap

pengumpulan data. Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masalah dan

pertanyaan yang telah diungkapkan oleh peneliti sejak awal.

2. Metode Perumusan Strategi Program

Metode perumusan atau formulasi strategi keberlanjutan program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) pada Gapoktan Rukun

Makmur Desa Kepuhanyar Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:


1. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE-Internal Factor Evaluation)

Evaluasi Faktor Internal (IFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor

internal lembaga berkaitan dengan kekuatan (strenghts) dan kelemahan

(weakness) yang dianggap penting. Tahap-tahap dalam mengidentifikasikan

faktor-faktor ligkungan internal dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

program PUAP dapat dikembangkan sebagai berikut:

1) Menuliskan faktor-faktor internal utama yang mempunyai dampak penting

untuk aspek internal (kekuatan dan kelemahan) gapoktan pada program

PUAP.

2) Memberikan rating 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk menunjukan

apakah faktor itu yang berpengaruh sangat lemah (rating = 1) berpengaruh

lemah (rating = 2), berpengaruh kuat (rating = 3) berpengaruh sangat kuat

(rating = 4).

3) Memberikan penentuan skala bobot 1 sampai 3 pada setiap faktor untuk

menunjukkan apakah faktor kurang penting dibanding faktor lain (bobot =

1), sama penting (bobot = 2) dan lebih penting (bobot = 3).

4) Menghitung bobot dengan kisaran dari 0,0 (tidak penting) sampai 0,1

(terpenting) pada setiap faktor. Perhitungan bobot didapatkan dengan cara

pembagian total rating pada faktor ke-i dibagi dengan jumlah total rating

faktor. Bobot yang diberikan pada suatu faktor mengindikasikan tingkat

penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan program PUAP. Jumlah

dari semua bobot harus sama dengan 1,0.

5) Mengalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk menentukan skor

setiap variabel.

6) Menjumlahkan skor untuk setiap variabel untuk menentukan total skor

faktor internal. Nilai rata-rata adalah 2,5. Total skor faktor internal dibawah
2,5 menggambarkan gapoktan yang lemah secara internal, sementara total

skor faktor internal diatas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat.

Data faktor-faktor internal terkait dengan kekuatan (strenghts) dan

kelemahan (weakness) yang dianggap penting pada hasil rumusan di lapangan

kemudian dimasukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)


No Faktor Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan (Strengths) A B X1 = A*B
1
2
Kelemahan(Weakness) A B X2 = A*B
1
2
Total 1,00 ƩX

2. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE-Eksternal Factor Evaluation)

Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dilakukan untuk mengevaluasi faktor-

faktor eksternal lembaga seperti peluang (opportunities) dan ancaman (threats).

Faktor eksternal menyangkut PPL, dukungan pemerintah dan lembaga pesaing

yang memberikan bantuan pinjaman modal. Tahap-tahap dalam

mengidentifikasikan faktor-faktor ligkungan eksternal dalam matriks EFE program

PUAP dapat dikembangkan sebagai berikut:

1) Menuliskan faktor-faktor eksternal diluar gapoktan yang mempunyai

dampak penting untuk aspek eksternal (peluang dan ancaman) pada

program PUAP.

2) Memberikan bobot dengan kisaran dari 0,0 (tidak penting) sampai 0,1

(terpenting) pada setiap faktor. Bobot yang diberikan pada suatu faktor

mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan

program PUAP. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1,0.

3) Memberikan rating 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk menunjukan

apakah faktor itu yang berpengaruh sangat lemah (rating = 1) berpengaruh


lemah (rating = 2), berpengaruh kuat (rating = 3) berpengaruh sangat kuat

(rating = 4).

4) Memberikan penentuan skala bobot 1 sampai 3 pada setiap faktor untuk

menunjukkan apakah faktor kurang penting dibanding faktor lain (bobot =

1), sama penting (bobot = 2) dan lebih penting (bobot = 3).

5) Menghitung bobot dengan kisaran dari 0,0 (tidak penting) sampai 0,1

(terpenting) pada setiap faktor. Perhitungan bobot didapatkan dengan cara

pembagian total rating pada faktor ke-i dibagi dengan jumlah total rating

faktor. Bobot yang diberikan pada suatu faktor mengindikasikan tingkat

penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan program PUAP. Jumlah

dari semua bobot harus sama dengan 1,0.

6) Mengalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk menentukan skor

setiap variabel.

7) Menjumlahkan skor untuk setiap variabel untuk menentukan total skor

faktor eksternal. Nilai rata-rata adalah 2,5. Total skor faktor eksternal

dibawah 2,5 menggambarkan gapoktan yang lemah secara eksternal,

sementara total skor faktor eksternal diatas 2,5 mengindikasikan posisi

eksternal yang kuat.

Data faktor-faktor eksternal terkait dengan peluang (opportunities) dan

ancaman (threats) yang dianggap penting pada hasil rumusan di lapangan

kemudian dimasukkan pada tabel 5.

Tabel 2. Matriks EFE (Internal Factor Evaluation)


No Faktor Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang (Opportunities) A B X1 = A*B
1
2
Ancaman (Threats) A B X2 = A*B
1
2
Total 1,00 ƩX
3. Analisis Matriks IE (Internal – Eksternal)

Matriks IE disusun berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE. Dimana pada

sumbu horizontal merupakan total skor IFE dan pada sumbu vertikal merupakan

total skor EFE. Titik perpotongan antara kedua sumbu tersebut akan menujukkan

strategi yang dianggap tepat untuk diterapkan oleh organisasi. Tampilan

sembilan sel ilustrasi matriks IE dapat dilihat pada gambar 4.

Internal Factor Evaluation


Kuat Rata – rata Lemah
3,00 – 4,00 2,00 – 2,99 1,00 – 1,99
Tinggi
I II III
3,00 – 4,00
External
Sedang
Factor IV V VI
2,00 – 2,99
Evaluation
Rendah
VII VIII IX
1,00 – 1,99

Gambar 2, Matriks IE (Internal – Eksternal)

Diagram tersebut dapat mengidentifikasi sembilan sel strategi perusahaan

dalam matriks IE, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel tersebut dapat

dikelompokkan menjadi strategi utama yaitu:

1) Strategi tumbuh dan kembangkan (growth and build), yang berada pada sel

I, II, dan IV. Strategi yang tepat untuk diterapkan adalah strategi integratif

(penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) dan

integrasi (integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi

horizontal).

2) Strategi mempertahankan dan memelihara (hold and maintain), yang

berada pada sel III, V, dan VII. Strategi penetrasi pasar dan

pengembangan produk merupakan strategi yang banyak dilakukan.

3) Strategi panen atau divestasi (harvest or divest), yang berada pada sel VI,

VIII, dan IX. Strategi yang umum dipakai adalah strategi divestasi dan

likuiditasi.
Organisasi yang sukses berada dalam atau sekitar sel I dalam matriks IE.

Nilai-nilai IFE dikelompokkan dalam kuat (3,0 - 4,0), rata-rata (2,0 – 2,99) dan

lemah (1,0 – 1,99). Sedangkan nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam tinggi (3,0 –

4,0), sedang (2,0 – 2,99) dan rendah (1,0 – 1,99).

4. Analisis SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats)

Analisis SWOT merupakan alat untuk memaksimalkan peranan faktor yang

bersifat positif, meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi

dan menekan dampak ancaman yang timbul. Secara lengkap matriks SWOT

dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel Matriks SWOT


Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1.Daftar Kekuatan 1.Daftar Kelemahan
2. 2.
Faktor Eksternal 3. 3.
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
4. Daftar Peluang Menggunakan Kekuatan Mengatasi kelemahan
5. untuk memanfaatkan dengan memanfaatkan
6. peluang peluang
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
4. Daftar Ancaman Menggunakan Kekuatan Meminimalkan
5. untuk menghindari kelemahan dan
6. ancaman menghindari ancaman
11
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: kajian

strategis pembangunan kesejahteraan sosial & pekerjaan sosial,

(Bandung: Refika Aditama, 2017), hlm.57


12
Isbandi Rukminto Adi, IntervensiKomunitas Pengembangan Masyarakat,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 78


13
Soetomo, Pemberdayaan Masyarakat (Mungkinkah Muncul Antitesisnya),

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 21


14
Oos M. Anwas, Pemberdayaan Masyarakat.......hlm, 48
15
Esrom Aritonang, dkk., Pendampingan Komunitas Pedesaan, (Jakarta:

Sekretariat Bina Desa, 2001), hlm. 8


16
Alfitri, Community Development: Teori dan Aplikas), (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2011),
17
Oos M. Anwas, Pemberdayaan Masyarakat. hlm, 50
19
Isbandi Rukminto Adi, IntervensiKomunitas Pengembangan Masyarakat.

.................................................................................................................... hlm.

78-79
20
I Nyoman Sumayadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan

Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta: Citra Utama, 2005), hlm.66


21
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: kajian

strategis....., Hlm. 58

di Era Otonomi Daerah (Edisi Pertama). Malang: Bayumedia.

(Indrajit, 2014). Indrajit, D. (2014). Pemberdayaan Masyarakat dan

Pembangunan. Malang: Malang Intrans Publishing.

Usman (2012), Usman, S. (2012). Pembangunan dan Pemberdayaan

Masyarakat. Yogyakarta: Yogyakarta Pustaka Pelajar.


Sitompul, R. E. S. (2017). Partisipasi Petani dalam Program Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Adiluwih Kabupaten

Pringsewu. Universitas Lampung.

Surjono dan Nugroho. (2008). Paradigma, Model, Pendekatan Pembangunan,

dan Pemberdayaan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai