sebagai makhluk yang diciptakan oleh seorang ayah, yang dimulai dari setetes
Allah SWT. air mani yang dipertemukan dengan sel
Penciptaan manusia terdiri dari telur di dalam rahim.
bentuk jasmani yang bersifat kongkrit, Hakikat pertama ini berlaku pada
juga disertai pemberian sebagian Ruh umumnya manusia di seluruh jagad raya
ciptaan Allah swt yang bersifat abstrak. sebagai ciptaan Allah diluar alam yang
Manusia dicirikan oleh sebuah intelegensi disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan
sentral atau total bukan sekedar parsial alam nyata yang konkrit sedangkan alam
atau pinggiran. Manusia dicirikan oleh akhirat merupakan ciptaan yang ghaib
kemampuan mengasihi dan ketulusan, kecuali Allah yang bersifat ghaib bukan
bukan sekedar refles-refleks egoistis. ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.
Sedangkan, binatang, tidak mengetahui
apa-apa diluar dunia inderawi, meskipun 2. Kemandirian dan Kebersamaan
barangkali memiliki kepekaan tentang (Individualitas dan Sosialita).
yang sacral. Kemanunggalan tubuh dan jiwa yang
Manusia perlu mengenali hakekat diciptakan Allah SWT, merupakan satu diri
dirinya, agar akal yang digunakannya individu yang berbeda dengan yang lain.
untuk menguasai alam dan jagad raya setiap manusia dari individu memiliki jati
yang maha luas dikendalikan oleh iman, diri masing - masing. Jati diri tersebut
sehingga mampu mengenali ke-Maha merupakan aspek dari fisik dan psikis di
Perkasaan Allah dalam mencipta dan dalam kesatuan. Setiap individu
mengendalikan kehidupan ciptaanNya. mengalami perkembangan dan berusah
Dalam memahami ayat-ayat Allah dalam untuk mengenali jati dirinya sehingga
kesadaran akan hakekat dirinya, manusia mereka menyadari bahwa jati diri mereka
menjadi mampu memberi arti dan makna berbeda dengan yang lain. Firman Allah
hidupnya, yang harus diisi dengan patuh dalam Q.S. Al-A’raf 189 yang Artinya
dan taat pada perintah-perintah dan “Dialah yang menciptakanmu dari satu
berusaha menjauhi larangan-larangan diri”
Allah. Berikut adalah hakekat manusia Firman tersebut jelas menyatakan
menurut pandangan Islam: bahwa sebagai satu diri (individu) dalam
1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah merealisasikan dirinya melalui kehidupan,
SWT ternyata diantaranya terdapat manusia
Hakekat pertama ini berlaku umum yang mampu mensyukurinya dan menjadi
bagi seluruh jagat raya dan isinya yang beriman.
bersifat baru, sebagai ciptaan Allah SWT Di dalam sabda Rasulullah SAW
di luar alam yang disebut akhirat. Alam menjelaskan petunjuk tentang cara
ciptaan meupakan alam nyata yang mewujudkan sosialitas yang diridhoiNya,
konkrit, sedang alam akhirat merupakan diantara hadist tersebut mengatakan:
ciptaan yang ghaib, kecuali Allah SWT “Seorang dari kamu tidak beriman
yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang sebelum mencintai kawannya seperti
ada karena adanya sendiri. mencintai dirinya sendiri” (Diriwayatkan
Firman Allah SWT mengenai oleh Bukhari)
penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj “Senyummu kepada kawan adalah
ayat 5 yang Artinya : “Sesungguhnya sedekah” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, dan Baihaqi)
kemudian dari setetes air mani menjadi Kebersamaan (sosialitas) hanya akan
segumpal darah, menjadi segumpal terwujud jika dalam keterhubungan itu
daging yang diberi bentuk dan yang tidak manusia mampu saling menempatkan
berbentuk, untuk Kami perlihatkan sebagai subyek, untuk memungkinkannya
kekuasaan Tuhanmu.” menjalin hubungan manusiawi yang
Firman tersebut menjelaskan pada efektif, sebagai hubungan yang disukai
manusia tentang asal muasal dirinya, dan diridhai Allah SWT. Selain itu manusia
bahwa hanya manusia pertama Nabi merupakan suatu kaum (masyarakat)
Adam AS yang diciptakan langsung dari dalam menjalani hidup bersama dan
tanah, sedang istrinya diciptakan dari satu berhadapan dengan kaum (masyarakat)
bagian tubuh suaminya. Setelah itu yang lain. Manusia dalam perspektif
semua manusia berikutnya diciptakan agama Islam juga harus menyadari
melalui perantaraan seorang ibu dan dari
75
Budi Abdullah : Konsep Manusia Dalam Islam …………………………………………………….
bahwa pemeluk agama Islam adalah manusia yang diciptakan Allah terdiri dari
bersaudara satu dengan yang lain. dua unsur yang berbeda, yaitu jasmani
3. Manusia Merupakan Makhluk yang (jism) dan jiwa (nafs). Jism merupakan
Terbatas. tampat tinggalnya jiwa. Ia merupakan
Manusia memiliki kebebasan dalam unsur manusia, yang bersifat kasat mata,
mewujudkan diri (self realization), baik membutuhkan makanan untuk
sebagai satu diri (individu) maupun pertumbuhannya dan mengalami
sebagai makhluk social, terrnyata tidak kematian, kerusakan dan akhirnya
dapat melepaskan diri dari berbagai menyatu dengan tanah. Adapun jiwa
keterikatan yang membatasinya. merupakan jauhar fard (esensi), yang
Keterikatan atau keterbatasan itu mengandung nur, mempunyai potensi
merupakan hakikat manusia yang melekat untuk berpikir, bekerja, dan bergerak.
dan dibawa sejak manusia diciptakan Jiwa (nafs) yang menjadi esensi
Allah SWT. Keterbatasan itu berbentuk manusia yang dimaksudkan Al-Ghazali
tuntutan memikul tanggung jawab yang bukanlah jiwa potensi intelektualnya
lebih berat daripada makhluk-makhluk dipengaruhi sifat untuk makan, atau
lainnya. Tanggung jawab yang paling potensi geraknya untuk selalu memenuhi
asasi sudah dipikulkan ke pundak kehendak syahwat dan amarah, atau
manusia pada saat berada dalam proses tidak menyalurkan potensi hidupnya untuk
penciptaan setiap anak cucu Adam berkembang biak, karena jiwa yang
berupa janji atau kesaksian akan menurutkan kehendak-kehendak
menjalani hidup di dalam fitrah beragama jasmaniah seperti itu, menurutnya,
tauhid. Firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 172 disebut roh hayawaniyah.
yang Artinya : “Dan ingat lah ketika Juga bukan roh thabi’iyah yang
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak- secara alamiah akan terus tumbuh
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah (namiyah, growth) dan berkembang biak
mengambil kesaksian jiwa mereka, (maulidah, reproduksi) sebagaimana
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka layaknya dialami oleh jasmani, sehingga
menjawab, “Betul Engkau Tuhan kami cenderung menuruti sifat-sifat roh hewani.
dan kami bersaksi.” Akan tetapi, yang dimaksud jiwa di sini
Kesaksian tersebut merupakan adalah nafs yang mempunyai jauhar al-
sumpah yang mengikat atau membatasi kamil al-fard (substansi jiwa yang
manusia sebagai individu bahwa didalam sempurna) yang senantiasa berzikir,
kehidupannya tidak akan menyembah memelihara diri, bertafakur, meneliti dan
selain Allah SWT. Bersaksi akan menjadi merenung. Jadi, jiwa yang sempurna
manusia yang bertaqwa pada Allah SWT. inilah, menurut Al-Ghazali, yang menjadi
Manusia tidak bebas menyembah sesuatu penerima segala ilmu. Pendapat ini sama
selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan dengan Ibnu Sina.
syirik dan kufur hanya akan Pentingnya menganalisis jiwa
mengantarkannya menjadi makhluk yang tersebut karena jiwa manusia merupakan
terkutuk dan dimurkaiNya. tambang dan sumber bagi ilmu dan
hikmah. Jiwa jadi tempat bersemayam
STRUKTUR EKSISTENSIAL MANUSIA dan berprosesnya segala ilmu. Ilmu
merupakan unsur orisinil dalam jiwa,
Yang dimaksud dengan struktur bukan eksternal karena merupakan sifat
eksistensial di sini adalah komposisi yang dari jiwa. Sebaliknya, jisim bukan tempat
memperlihatkan keberadaan manusia ilmu, karena akan lenyap dengan
dalam suatu totalitas. Manusia sebagai kematian, dan fungsi jisim hanya sebagai
kenyataan faktual terdiri atas bagian- kendaraan bagi jiwa.
bagian yang membentuk suatu komposisi Dari uraian di atas, jelas Al-Ghazali
yang menunjukkan keberadaannya. Untuk berkeyakinan bahwa jiwa merupakan
mengetahui jiwa mana yang potensial unsur terpenting dalam diri manusia. Ia
untuk berpikir dan menerima berbagai berfungsi sebagai wadah untuk menerima
ilmu, Al-Ghazali menganalisisnya melalui dan memproses segala jenis ilmu.
konsepsinya tentang manusia. Adapun indera dan akal merupakan alat
Sebagai seorang yang banyak pengantar ilmu untuk sampai ke jiwa
mengkaji manusia, Al-Ghazali cukup arif manusia, dan ilmu yang dihasilkan indera
dalam memahami manusia. Menurutnya, dan akal ini disebut ilmu insani. Ilmu jenis
76
Budi Abdullah : Konsep Manusia Dalam Islam …………………………………………………….
Pada arti kata ‘nafs’ ini terdapat tiga memberikan kepadamu beberapa macam
unsur yaitu : anugerah berikut ini :
1. Qolbu : menurut para ulama salaf 1. Akal sebagai alat untuk
adalah nafs yang terletak di jantung memahami sesuatu, terutama
2. Domir : bagian yang samar, dengan akal itu kamu dapat
tersembunyi dan kasat mata membedakan antara yang baik dan
3. Fuad : mempunyai manfaat dan jelek, antara yang lurus dan yangs
fungsi esat, antara yang benar dan yang
Dengan demikian, dalam potensi salah
ruhaniyyah terdapat pertanggungjawaban 2. Pendengaran sebagai alat untuk
atas diberinya manusia kekuatan pemikir mendengarkan suara, terutama
yang mampu untuk memilih dan dengan pendengaran itu kamu
mengarahkan potensi-potensi fitrah yang dapat memahami percakapan
dapat berkembang di ladang kebaikan diantara kamu
dan ladang keburukan ini. Karena itu, jiwa 3. Penglihatan sebagai alat untuk
manusia bebas tetapi bertanggung jawab. melihat segala sesuatu, terutama
Ia adalah kekuatan yang dibebani tugas, dengan penglihatan itu kamu dapat
dan ia adalah karunia yang dibebani mengenal diantara kamu.
kewajiban. 4. Perangkat hidup yang lain
Demikianlah yang dikehendaki Allah sehingga kamu dapat mengetahui
secara garis besar terhadap manusia. jalan untuk mencari rizki dan materi
Segala sesuatu yang sempurna dalam lainnya yang kamu butuhkan,
menjalankan peranannya, maka itu bahkan kamu dapat pula meilih
adalah implementasi kehendak Allah dan mana yang terbaik bagi kamu dan
qadar-Nya yang umum. meninggalkan mana yang jelek.
3. Potensi Aqliyah Menurut An-Nawawi menafsirkan ayat
Potensi Aqliyah terdiri dari panca ini bahwa agar kamu (manusia)
indera dan akal pikiran (sam’a basar, menggunakan ni’mat Allah itu untuk
fu’ad). Dengan potensi ini, manusia dapat kebaikan, maka kamu mendengar akan
membuktikan dengan daya nalar dan nasihat Allah, dan melihat tanda-tanda
ilmiah tentang ‘kekuasaan’ Allah. Serta Allah dan memikirkan kebesaran Allah.
dengan potensi ini ia dapat mempelajari Selain ayat tersebut, surat Al-Israa
dan memahami dengan benar seluruh hal ayat 36 juga menjelaskan tentang potensi
yang dapat bermanfaat baginya dan tentu ini yang berbunyi :
harus diterima dan hal yang mudharat س دلدك إبإه إعلم إإسن السسلمدع دوالدبدصدر دوالكفدؤادد كلل دودل دتلقكف دما دللي د
baginya tentu harus dihindarkan. Potensi كأول لإئدك دكادن دعلنكه دملسكئولل
Aliyah juga merupakan potensi yang “Dan janganlah kamu mengikuti
dianugerahkan Allah kepada manusia apa yang kamu tidak mempunyai
agar manusia dapat membedakan mana pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
yang haq dan mana yang bathil dan mapu pendengaran, penglihatan dan hati,
berargumen terhadap pemilihan yang semuanya itu akan diminta
dilakukan oleh potensi ruhiyah. pertanggungan jawabnya”.
Allah berfirman dalam Al-qur’an surat Pada ayat ini Qatadah mengatakan
An-Nahl ayat 78 : bahwa makna yang dimaksud adalah
هوَهاولج أهفخهرهججكفم لمفن جبجطولن أجومهه التجكفم ل هتفعلهجموهن هشفيئئ ا هوهجهعهل لهجكجم janganlah kamu mengatakan bahwa
ص اهر هوَهال ف لئهدهة لههعلوجكفم هتفشجكجروهن
َهالوسفمهع هوَهالفب ه kamu melihatnya, padahal kamu tidak
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari melihatnya, atau kamu katakana kamu
perut ibumu dalam keadaan tidak mendengarnya padahal kamu tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia mendengrnya, atau kamu katakana
memberi kamu pendengaran, penglihatan bahwa kamu mengetahuinya, padahal
dan hati, agar kamu bersyukur”. kamu tidak mengetahui. Karena
Ayat ini menurut Tafsir Al-maraghi sesungguhnya Allah kelak akan meminta
mengandung penjelasan bahwa setelah pertanggungjawaban darimu tentang hal
Allah melahirkan kamu dari perut ibumu, itu secara keseluruhan, sehingga inti dari
maka Dia menjadikan kamu dapat ayat ini adalah bagaimana kita mengolah
mengetahui segala sesuatu yang potensi yang terdapat dalam ayat ini
sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah dengan sebaik-baiknya karena ketika kita
menggunakan potensi ini, maka cara kita
81
Budi Abdullah : Konsep Manusia Dalam Islam …………………………………………………….
lebih tepat diartikan sebagai petunjuk” melaksanakan fungsinya. Setiap sisi alam
dari pada jalan. Hidayah itu berupa dalil- semesta ini merupakan ayat-ayat Allah
dalil keesaan Allah dan kebangkitan Rasul yang dengannya manusia dapat
yang disebutkan dalam kitab suci. mencapai kebenaran.
Sabil (hidayah) itu dapat Sabil Hal ini terdapat dalam firman Allah
(hidayah) itu dapat ditangkap dengan surat Al-Imraan ayat 190 dan 191 yang
pendengaran, penglihatan dan pikiran. berbunyi :
Tuhan hendak menunjukkan kepada ض هوَهافخلتهللف َهالولفيههلل هوَهالونهههه الر لفر ل إون لفهه ي هخفلههلق َهالوسهههم اهوَهالت هوَها ف ه
ل
manusia bukti-bukti kewujudan Nya لفلهب الب َهاوللذميهن هميفذجكجروهن َهاوله لقهي ائمه ا هوجقجعهوئدَها هوهعهلهه ى لولل ي َها ف ه
لهمي است ل ج
هه
melalui penglihatan terhadap diri (ciptaan) ض هروبهنهه ا همهه الفر ل جججنههولبلهفم هوهميهتهفوكههجروهن لفهه ي هخفلههلق َهالوسهههم اهوَهالت هوَها ف ه
manusia sendiri dan melalui penglihatan هخلهفقهت هههذَها هب الطئل جسفبهح اهنهك هفلقهن ا هعهذَهاهب َهالون الر
terhadap alam semesta, sehingga “Sesungguhnya dalam
pikirannya merasa puas untuk penciptaan langit dan bumi, dan silih
mengimani-Nya. bergantinya malam dan siang terdapat
Akan tetapi memang sudah tanda-tanda bagi orang-orang yang
merupakan kenyataan bahwa terhadap berakal, (yaitu) orang-orang yang
pemberian Allah itu, sebagian manusia mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
ada yang bersyukur tetapi ada pula yang atau dalam keadan berbaring dan mereka
ingkar (kafir). Tegasnya ada yang menjadi memikirkan tentang penciptaan langit dan
mukmin yang berbahagia, ada pula yang bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
kafir. Dengan sabil itu pula manusia tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
bebas menentukan pilihannya. sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
Dan maksud dari ayat ini juga telah peliharalah kami dari siksa neraka”.
dijelaskan bahwasanya kami (Allah) telah Pada ayat ini ditafsirkan bahwa
menjelaskan kepadanya (manusia) jalan memikirkan penciptaan Allah terhadap
hidayah dengan menutus rasul-rasul makhluk-Nya, merenungkan kitab alam-
kepada manusia (ada yang bersyukur) alam semesta yang terbuka, dan
yaitu menjadi orang mukmin (dan ada merenungkan kekuasaan Allah yang
pula yang kafir) kedua lafal ini, yakni menciptakan dan menggerakan alam
Syakiraan dan Kafuuran merupakan haal semesta ini, merupakan ibadah Allah
dari maf’ul; yakni Kami telah menjelaskan kepada diantara pokok-pokok ibadah, dan
jalan hidayah kepadanya, baik sewaktu ia merupakan zikir kepada Allah diantara
dalam keadaan bersyukur atau pun dzikir-dzikir pokok. Seandainya ilmu-ilmu
sewaktu ia kafir sesuai dengan kepastian kealaman yang membicarakan desain
Kami. alam semesta, undangan-undangan dan
Sehingga ketika manusia tidak sunnahnya, kekuatan dan kandungannya,
menggunakan potensi eksternal ini yaitu, rahasia-rahasianya dan potensi-
hidayah dengan baik, maka ia tidak dapat potensinya berhubungan dengan dzikir
menjalankan tugas sebagai ciptan-Nya dan mengingat Pencipta ala mini, dari
dengan baik. Potensi eksternal ini juga merasakan keagungan-Nya dan karunia-
terdapat dalam firman Allah surat Al- Nya niscaya seluruh aktifitas kelimuannya
Baqarah ayat 38 : itu akan berubah menajdi ibadah kepada
“Turunlah kamu semuanya dari surga Sang Pencipta alam semesta ini, akan
itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku luruslah kehidupan ini, dan akan terarah
kepadamu, maka barang siapa yang kepada Allah Ta’ala.
mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada Pada ayat ini juga ditafsirkan
kekhawatiran atas mereka, dan tidak bagaimana Allah Ta’ala tidak
(pula) mereka bersedih hati”. menampakkan hakikat alam yang
Pada ayat ini dijelaskan dalam mengesankan keculai pada hati yang
konteks potensi eksternal yaitu, ketika selalu berdzikir dan beribadah. Mereka
seseorang mengikuti dan yang selalu ingat kepada Allah pada
menjalankan yaiu petunjuk Allah maka waktu berdiri, duduk dan berbaring,
bagi orang tersebut niscaya tidak ada sembari memikirkan penciptaan langit dan
kekhawatiran ataupun kesedihan hati. bumi serta pergantian siang dan malam
2. Potensi Alam maka, mereka adalah yang terbuka
Alam semesta adalah merupakan pandangannya terhadap penciptaan langit
potensi eksternal kedua untuk dan bumi serta pergantian malam dan
membimbing umat manusia siang. Dan yang seperti itulah, ketika
83
Budi Abdullah : Konsep Manusia Dalam Islam …………………………………………………….