Manajemen risiko dalam Anestesi adalah bagian penting dari keselamatan pasien.
Karena perawatan anestesi biasanya dianggap sebagai fasilitatif daripada terapeutik.3 Resiko
pada pemberian anestesi umumnya baru dapat diamati secara terperinci setelah dilakukan anestesi
itu sendiri. Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa resiko pemberian anestesi adalah “nol”
karena anestesia sendiri bukanlah pengobatan dari penyakit yang mereka derita. Ada juga yang
beranggapan bahwa obat-obatan anestesi adalah tidak mematikan kecuali terjadi kesalahan dalam
penggunaanya.1
Insiden kejadian kecil atau komplikasi saat ini diperkirakan 18-22% selama anestesi,
0,45-1,4% untuk komplikasi berat, dan 1: 100.000 untuk kematian. Bukti menunjukkan
bahwa meskipun tingkat komplikasi rendah, hasil yang lebih baik akan didapat jika kita
mengetahui efek samping anestesi terkait yang dapat dicegah sehingga faktor risiko dapat
dideteksi dan dieliminasi.3
1. Morgan GE., Michail MS., Muray MJ. Clinical anesthesiology. 5th ed. New York: Lange; 2013.
2. Mangku, G & Tjokorda. G.A.S. 2010. Buku Ajar Anastesia dan Reanmasi. Jakarta: Indeks.
3. Khairy MA, Salem YA, Saleh M. Risk management and anesthesia. Ain-Shams J Anaesthesiol
2014 [cited 2021 Jan 26];7:1-4. Available from: http://www.asja.eg.net/text.asp?2014/
7/1/1/128386