Anda di halaman 1dari 44

STATUS PENDERITA NEUROLOGI

IDENTIFIKASI
Nama : Ny. A
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lorong sawah no 27 RT 30 RW 03 Kelurahan 3
ulu, Palembang
Agama : Islam
MRS Tanggal : 18 Mei 2016

ANAMNESA
Pasien dirawat di bangsal saraf RSUD Palembang BARI karena tidak bisa
berjalan yang disebabkan kelumpuhan pada tungkai kiri dan lengan kiri secara
tiba-tiba.
4 jam SMRS, saat penderita sedang beraktivitas, tiba-tiba penderita terjatuh
dan tidak bisa berjalan karena mengalami kelemahan pada lengan kiri dan tungkai
kiri tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan penderita tidak mengeluh
sakit kepala, mual dan muntah, kejang tidak ada, dan tidak ada gangguan rasa
pada sisi yang lemah. Kelumpuhan dirasa sama berat. Saat serangan penderita
tidak mengalami jantung yang berdebar-debar dan tidak disertai sesak napas.
Sehari-hari penderita menggunakan tangan kanan. Penderita masih dapat
mengungkapkan isi pikiran baik secara lisan, tulisan dan isyarat. Penderita dapat
mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan dan isyarat.
Saat bicara mulut penderita tidak mengot dan bicaranya tidak pelo.
Riwayat darah tinggi ada sejak 2 tahun yang lalu tidak terkontrol. Penyakit
jantung disangkal. Riwayat diabetes melitus disangkal. Riwayat trauma disangkal.
Riwayat merokok disangkal.
Penyakit ini merupakan yang kedua kalinya. serangan pertama terjadi pada
tahun 2006, dengan kelemahan pada lengan kiri. penderita maupun keluarganya

1
2

tidak tahu apa penyebabnya karena tidak dibawa berobat. kondisi terakhir
penderita masih bisa berjalan dan mampu menggerakan jari-jarinya.

PEMERIKSAAN
STATUS PRAESENS
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Cukup
Suhu Badan : 36,8oC
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Tekanan Darah : 240/120 mmHg
Berat Badan : ±55 kg
Tinggi Badan : ±152 cm

Status Internus
Jantung : BJ I, II normal, Gallop (-), Murmur (-)
Paru : Vesikuler (+), Ronkhi (-), Wheezing (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Anggota Gerak : Akral hangat
Genetalia : Tidak diperiksa

Status Psikiatrikus
Sikap : kooperatif Ekspresi Muka : wajar
Perhatian : ada Kontak Psikis : ada

Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk : brachiocephali
Ukuran : normochepali
Simetris : simetris
3

LEHER
Sikap : lurus Deformitas : tidak ada
Torticolis : tidak ada Tumor : tidak ada
Kaku kuduk : tidak ada Pembuluh darah : tidak ada
Pelebaran

SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Anosmia tidak ada tidak ada
Hyposmia tidak ada tidak ada
Parosmia tidak ada tidak ada

N.Opticus Kanan Kiri


Visus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Campus visi

- Anopsia tidak ada tidak ada


- Hemianopsia tidak ada tidak ada
Fundus Oculi
- Papil edema tidak diperiksa tidak diperiksa
- Papil atrofi tidak diperiksa tidak diperiksa
- Perdarahan retina tidak diperiksa tidak diperiksa

Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens


Kanan Kiri
Diplopia tidak ada tidak ada
4

Celah mata simetris simetris


Ptosis tidak ada tidak ada
Sikap bola mata
- Strabismus tidak ada tidak ada
- Exophtalmus tidak ada tidak ada
- Enophtalmus tidak ada tidak ada
- Deviation conjugae tidak ada tidak ada
Gerakan bola mata bebas ke segala arah bebas ke segala arah
Pupil
- Bentuknya bulat bulat
- Besarnya Ø 3 mm Ø 3 mm
- Isokori/anisokor isokor
- Midriasis/miosis tidak ada tidak ada
- Refleks cahaya
- Langsung ada ada
- Konsensuil ada ada
- Akomodasi ada ada
- Argyl Robertson tidak ada tidak ada

N.Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit normal normal
- Trismus tidak ada
- Refleks kornea normal normal
Sensorik
- Dahi normal normal
- Pipi normal normal
- Dagu normal normal
5

N.Facialis Kanan Kiri


Motorik
Mengerutkan dahi : simetris
Menutup mata : lagophtalmus tidak ada lagophtalmus tidak
ada
Menunjukkan gigi : tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Lipatan nasolabialis : tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Bentuk Muka
- Istirahat : simetris
- Berbicara/bersiul : simetris

Sensorik
2/3 depan lidah normal

Otonom
- Salivasi tidak ada kelainan
- Lakrimasi tidak ada kelainan
- Chvostek’s sign tidak ada kelainan

N. Cochlearis Kanan Kiri


Suara bisikan : terdengar terdengar
Detik arloji : terdengar terdengar
Tes Weber : Tidak dilakukan penilaian
Tes Rinne : Tidak dilakukan penilaian

N. Glossopharingeus dan N. Vagus Kanan Kiri


Arcus pharingeus : tidak ada kelainan
Uvula : tidak ada kelainan
Gangguan menelan : tidak ada kelainan
Suara serak/sengau : tidak ada kelainan
Denyut jantung : tidak ada kelainan
6

Refleks
- Muntah : normal
- Batuk : normal
- Okulokardiak : normal
- Sinus karotikus: normal
Sensorik
- 1/3 belakang lidah: tidak dilakukan pemeriksaan

N. Accessorius Kanan Kiri


Mengangkat bahu : normal normal
Memutar kepala : tidak ada hambatan

N. Hypoglossus Kanan Kiri


Mengulur lidah : mengot ke kanan
Fasikulasi : tidak ada kelainan
Atrofi papil : tidak ada kelainan
Disartria : tidak ada kelainan

FUNGSI MOTORIK
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan cukup tidak ada
Kekuatan 5 0
Tonus normal meningkat
Refleks fisiologis
- Biceps normal meningkat
- Triceps normal meningkat
- Radius normal meningkat
- Ulna normal meningkat

Refleks patologis
7

- Hoffman Ttromner negatif


Trofik tidak ada kelainan

TUNGKAI Kanan Kiri


Gerakan cukup tidak ada
Kekuatan 5 0
Tonus eutoni eutoni
Klonus
- Paha tidak ada tidak ada
- Kaki tidak ada tidak ada

Refleks fisiologis
- KPR normal meningkat
- APR normal meningkat

Refleks patologis
- Babinsky negatif Positif
- Chaddock negatif negatif
- Oppenheim negatif negatif
- Gordon negatif negatif
- Schaeffer negatif negatif
- Rossolimo negatif negatif
- Mendel Bechterew negatif negatif
Refleks kulit perut
- Atas tidak ada kelainan
- Tengah tidak ada kelainan
- Bawah tidak ada kelainan

SENSORIK
Tidak ada kelainan
8

GAMBAR

Lidah
deviasi
kearah
kanan
Gerakan :
kurang
Gerakan : Kekuatan : 0
kurang
Kekuatan : 0

Gerakan :
kurang
Gerakan : Kekuatan : 0
kurang
Kekuatan : 0

FUNGSI VEGETATIF
Miksi : tidak ada kelainan
Defekasi : tidak ada kelainan
Ereksi : tidak diperiksa

KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : tidak ada
Lordosis : tidak ada
Gibbus : tidak ada
Deformitas : tidak ada
Tumor : tidak ada
Meningocele : tidak ada
Hematoma : tidak ada
9

Nyeri ketok : tidak ada


GEJALA RANGSANG MENINGEAL
Kanan Kiri
Kaku kuduk tidak ada
Kernig tidak ada tidak ada
Lasseque tidak ada tidak ada
Brudzinsky
- Neck tidak ada
- Cheek tidak ada
- Symphisis tidak ada
- Leg I tidak ada tidak ada
- Leg II tidak ada tidak ada

GAIT DAN KESEIMBANGAN


Gait Keseimbangan dan Koordinasi
Ataxia : belum dapat dinilai Romberg : belum dapat dinilai
Hemiplegic : belum dapat dinilai Dysmetri : Tidak ada kelainan
Scissor : belum dapat dinilai - jari-jari : Tidak ada kelainan
Propulsion : belum dapat dinilai - jari hidung : Tidak ada kelainan
Histeric : belum dapat dinilai - tumit-tumit : Tidak ada kelainan
Limping : belum dapat dinilai

Steppage : belum dapat dinilai Trunk Ataxia : tidak dilakukan


Astasia-Abasia: belum dapat dinilai Limb Ataxia : tidak dilakukan

GERAKAN ABNORMAL
Tremor : tidak ada
Chorea : tidak ada
Athetosis : tidak ada
Ballismus : tidak ada
Dystoni : tidak ada
10

Myocloni : tidak ada

FUNGSI LUHUR
Afasia motorik : tidak ada
Afasia sensorik : tidak ada
Apraksia : tidak ada
Agrafia : tidak ada
Alexia : tidak ada
Afasia nominal : tidak ada

LABORATORIUM
DARAH
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hb 13,2 g/dl 13-16
Leukosit 9100 /ul 5000-10000
Hematokrit 38 % 37-43
Trigliserida 76 Mg/dl <200
Kolestrol total 245 Mg/dl <200
Kolestrol HDL 67 Mg/dl <65
Kolestrol LDL 165 Mg/dl <130
Ureum 37 Mg/dl 20-40
Creatinin 1,2 Mg/dl 0,6-1,1
Hitung Jenis
 Basofil 0 % 0-1
 Eosinofil 2 % 1-3

 Batang 7 % 2-6

 Segmen 61 % 50-70
30 % 20-40
 Limfosit
5 % 2-8
 Monosit

URINE : tidak diperiksa


FAECES : tidak diperiksa
LIQUOR CEREBROSPINALIS : tidak diperiksa
11

PEMERIKSAAN KHUSUS

Rontgen foto cranium :


Rontgen foto thoraks : tidak diperiksa
Rontgen foto columna vertebralis : tidak diperiksa
Electro Encephalo Graphy : tidak diperiksa
Arteriography : tidak diperiksa
Electrocardiography : tidak diperiksa
Pneumography : tidak diperiksa
Lain-lain : tidak diperiksa

RINGKASAN
12

ANAMNESA
Pasien dirawat di bangsal saraf RSUD Palembang BARI karena tidak bisa
berjalan yang disebabkan kelumpuhan pada tungkai kiri dan lengan kiri secara
tiba-tiba.
4 jam SMRS, saat penderita sedang beraktivitas, tiba-tiba penderita terjatuh
dan tidak bisa berjalan karena mengalami kelemahan pada lengan kiri dan tungkai
kiri tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan penderita tidak mengeluh
sakit kepala, mual dan muntah, kejang tidak ada, dan tidak ada gangguan rasa
pada sisi yang lemah. Kelumpuhan dirasa sama berat. Saat serangan penderita
tidak mengalami jantung yang berdebar-debar dan tidak disertai sesak napas.
Sehari-hari penderita menggunakan tangan kanan. Penderita masih dapat
mengungkapkan isi pikiran baik secara lisan, tulisan dan isyarat. Penderita dapat
mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan dan isyarat.
Saat bicara mulut penderita tidak mengot dan bicaranya tidak pelo.
Riwayat darah tinggi ada sejak 2 tahun yang lalu tidak terkontrol. Penyakit
jantung disangkal. Riwayat diabetes melitus disangkal. Riwayat trauma disangkal.
Riwayat merokok disangkal.
Penyakit ini merupakan yang kedua kalinya. serangan pertama terjadi pada
tahun 2006, dengan kelemahan pada lengan kiri. penderita maupun keluarganya
tidak tahu apa penyebabnya karena tidak dibawa berobat. kondisi terakhir
penderita masih bisa berjalan dan mampu menggerakan jari-jarinya.

PEMERIKSAAN
Status Generalis
Kesadaran : E4 M6 V5
Gizi : cukup
Suhu Badan : 36,8oC
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Berat Badan : ±55 kg
13

Tinggi Badan : ±152 cm

Status Neurologicus
- Nn. Cranialis : tidak ada kelainan

FUNGSI MOTORIK
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan cukup tidak ada
Kekuatan 5 0
Tonus normal meningkat
Refleks fisiologis
- Biceps normal meningkat
- Triceps normal meningkat
- Radius normal meningkat
- Ulna normal meningkat
Refleks patologis
- Hoffman Ttromner negatif
Trofik tidak ada kelainan

TUNGKAI Kanan Kiri


Gerakan cukup tidak ada
Kekuatan 5 0
Tonus eutoni eutoni
Klonus
- Paha tidak ada tidak ada
- Kaki tidak ada tidak ada

Refleks fisiologis
- KPR normal meningkat
- APR normal meningkat
14

Refleks patologis
- Babinsky negatif Positif
- Chaddock negatif negatif
- Oppenheim negatif negatif
- Gordon negatif negatif
- Schaeffer negatif negatif
- Rossolimo negatif negatif
- Mendel Bechterew negatif negatif
Refleks kulit perut
- Atas tidak ada kelainan
- Tengah tidak ada kelainan
- Bawah tidak ada kelainan
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Gejala Rangsang Meningeal : tidak ada kelainan
Fungsi Gait dan Keseimbangan : belum bisa dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : tidak ada kelainan

DIAGNOSA
DIAGNOSA KLINIK : Hemiplegi sinistra Tipe spastik + parese N XII sinistra
central
DIAGNOSA TOPIK : Lesi di capsula interna Hemispherium cerebri dextra
DIAGNOSA ETIOLOGI : Hemorrhagia cerebri

PENGOBATAN
 Perawatan
• Bed rest

• Diet bubur biasa


15

 Medikamentosa
o IVFD RL gtt XV/menit
o Inj. Citicolin 2x500 mg
o Inj. Ranitidin 2x50 mg
o Asam Traneksamat 3x500 mg
o Candesartan 1x8 mg
o Neurodex 1x1 tab

PROGNOSA
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
16

DISKUSI

A. Diagnosis banding Topik


1) Lesi di subcortex Hemisferium Cerebri Pada penderita ditemukan gejala:
dextra, gejalanya:  
*Ada gejala defisit motorik  - Hemiparesis sinistra tipe spastik
*Ada afasia motorik subkortikal  - tidak afasia motorik subkortikal
* Jadi, Kemungkinan lesi disub korteks hemispherium cerebri dextra dapat
disingkirkan
2) Lesi di Cortex hemisferium Pada penderita ditemukan gejala:
Cerebri dextra  
-Defisit Motorik  -Hemiparesis sinistra tipe spastik
 - tidak ada kejang pada sisi yang
-Gejala iritatif lemah
 -kelemahan lengan dan tungkai
-Gejala Fokal (kelumpuhan tidak sama berat) sinistra sama berat
-Gejala defisit sensorik pd sisi yang lemah  - tidak ada kelainan
*Jadi, kemungkinan lesi di cortex hemispherium cerebri dextra dapat
disingkirkan

3) lesi di kapsula Interna hemisferium cerebri Pada penderita ditemukan gejala:


dextra, gejalanya:  
-ada hemiparese/hemiplegia typical  - Hemiparase sinistra tipe spastik
 - tidak ada Parase N. VII sinistra
-parase N.VII dekstra sentral sentral
-parase N.XII dextra sentra  - ada Parase N. XII sinistra sentral
 - Kelemahan lengan dan tungkai
-kelemahan di lengan dan tungkai sama berat sama berat
* Jadi, kemungkinan lesi di kapsula interna Hemispherium cerebri dextra
belum dapat disingirkan
kesimpulan : lesi di kapsula interna hemisferium cerebri dextra

B. Diagnosis Banding Etiologi


1) Hemorrhagia Cerebri Pada penderita ditemukan gejala
*Kehilangan kesadaran > 30 menit Tidak ada kehilangan kesadaran > 30 menit
*Terjadi saat aktifitas Terjadi saat aktivitas
17

*Didahului sakit kepala, mual,


muntah Didahului sakit kepala, mual, muntah (-)
*Riwayat Hipertensi Riwayat Hipertensi
Jadi kemungkinan etiologi Hemorrhagia cerebri belum dapat disingkirkan
   
2) Emboli Serebri Pada penderita ditemukan gejala
- Tidak ada kehilangan kesadaran < 30
*Kehilangan kesadara < 30 menit menit
*Ada arterial Fibrilasi *Tidak ada arterial Fibrilasi
*Terjadi saat akitifitas *Tidak terjadi saat akitifitas
Jadi, kemungkinan etiologi emboli serebri sudah dapat disingkirkan
   
3) Trombosis Cerebri Pada penderita ditemukan gejala
*Tidak ada kehilangan kesadaran  - Tidak ada kehilangan kesadaran
*Terjadi saat istirahat  - Terjadi saat aktivitas
Jadi, kemungkinan etiologi thrombosis serebri sudah dapat disingkirkan
Kesimpulan : Hemorrhagia cerebri

Skor Stroke Siriraj:


SJ : (2,5 x derajat kesadaran) + ( 2 x Vomitus) + ( 2 x Nyeri kepala) + (0,1
x tekanan diastolic) – (3 x ateroma marker) – 12
: (2,5 x 0 ) + ( 2 x ) + (2 x 1) + (0,1 x 120) – (3 x 1) – 12
: 0 + 2 + 2 + 12 – 3 – 12
:1
Kesimpulan : meragukan
18

Lembar Follow-Up

Tanggal : 18 Mei 2016

Keluhan :
- Lengan dan tungkai kiri lemah

Status Generalis :
- GCS : E4M6V5
- TD : 200/120 mmHg
- P : 114 x/menit
- RR : 28 x/menit
- T : 37oC

Status Neurologikus :
Nn. Cranialis : Tidak ada kelainan
Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi
Gerakan :cukup tidak ada cukup Tidak ada
Kekuatan :5 0 5 0
Tonus :normal meningkat normal meningkat
Klonus :
Paha : tidak ada tidak ada
Kaki : tidak ada tidak ada
Refleks Fisisologis :
Biseps :normal meningkat
Triseps :normal meningkat
Periost radius :normal meningkat
Periost ulna :normal meningkat
KPR : normal meningkat
APR : normal meningkat
Refleks Patologis :
19

Refleks Patologis
- Babinsky Tidak ada ada
- Chaddock Tidak ada Tidak ada
- Oppenheim Tidak ada Tidak ada
- Gordon Tidak ada Tidak ada
- Schaffer Tidak ada Tidak ada
- Rossolimo Tidak ada Tidak ada
- Mendel Bechtreyev Tidak ada Tidak ada

Fungsi Sensorik : belum bisa dinilai


Fungsi Luhur : belum bisa dinilai
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi Gait dan keseimbangan:belum bisa dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
GRM : tidak ada

DK : Hemiplegi sinistra tipe spastik + parese N XII sinistra


central
DT : Korteks Hemisferium dextra
DE : Hemoragik Cerebri
Rencana Terapi :
o IVFD RL gtt XV/menit
o Inj. Citicolin 2x500 mg
o Inj. Ranitidin 2x50 mg
o Asam Traneksamat 3x500 mg
o Candesartan 1x8 mg
o Neurodex 1x1 tab
20

Lembar Follow-Up

Tanggal : 19 Mei 2016

Keluhan :
- Pasien mengeluh sulit tidur, Lengan dan tungkai kiri lemah

Status Generalis :
- GCS : E4M6V5
- TD : 180/90 mmHg
- P : 92 x/menit
- RR : 22 x/menit
- T : 36,8oC

Status Neurologikus :
Nn. Cranialis : Tidak ada kelainan
Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi
Gerakan :cukup tidak ada cukup Tidak ada
Kekuatan :5 0 5 0
Tonus :normal meningkat normal meningkat
Klonus :
Paha : tidak ada tidak ada
Kaki : tidak ada tidak ada
Refleks Fisisologis :
Biseps :normal meningkat
Triseps :normal meningkat
Periost radius :normal meningkat
Periost ulna :normal meningkat
KPR : normal meningkat
APR : normal meningkat
Refleks Patologis :
21

Refleks Patologis
- Babinsky Tidak ada ada
- Chaddock Tidak ada Tidak ada
- Oppenheim Tidak ada Tidak ada
- Gordon Tidak ada Tidak ada
- Schaffer Tidak ada Tidak ada
- Rossolimo Tidak ada Tidak ada
- Mendel Bechtreyev Tidak ada Tidak ada

Fungsi Sensorik : belum bisa dinilai


Fungsi Luhur : belum bisa dinilai
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi Gait dan keseimbangan:belum bisa dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
GRM : tidak ada

DK : Hemiplegi sinistra tipe spastik + parese N XII sinistra


central
DT : Korteks Hemisferium dextra
DE : Hemoragik Cerebri
Rencana Terapi :
o IVFD RL gtt XV/menit
o Inj. Citicolin 2x500 mg
o Inj. Ranitidin 2x50 mg
o Asam Traneksamat 3x500 mg
o Candesartan 1x8 mg
o Neurodex 1x1 tab
22

Lembar Follow-Up

Tanggal : 18 Mei 2016

Keluhan :
- Lengan dan tungkai kiri lemah

Status Generalis :
- GCS : E4M6V5
- TD : 160/90 mmHg
- P : 114 x/menit
- RR : 24 x/menit
- T : 36.9oC

Status Neurologikus :
Nn. Cranialis : Tidak ada kelainan
Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi
Gerakan :cukup tidak ada cukup Tidak ada
Kekuatan :5 0 5 0
Tonus :normal meningkat normal meningkat
Klonus :
Paha : tidak ada tidak ada
Kaki : tidak ada tidak ada
Refleks Fisisologis :
Biseps :normal meningkat
Triseps :normal meningkat
Periost radius :normal meningkat
Periost ulna :normal meningkat
KPR : normal meningkat
APR : normal meningkat
Refleks Patologis :
23

Refleks Patologis
- Babinsky Tidak ada ada
- Chaddock Tidak ada Tidak ada
- Oppenheim Tidak ada Tidak ada
- Gordon Tidak ada Tidak ada
- Schaffer Tidak ada Tidak ada
- Rossolimo Tidak ada Tidak ada
- Mendel Bechtreyev Tidak ada Tidak ada

Fungsi Sensorik : belum bisa dinilai


Fungsi Luhur : belum bisa dinilai
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi Gait dan keseimbangan:belum bisa dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
GRM : tidak ada

DK : Hemiplegi sinistra tipe spastik + parese N XII sinistra


central
DT : Korteks Hemisferium dextra
DE : Hemoragik Cerebri
Rencana Terapi :
o IVFD RL gtt XV/menit
o Inj. Citicolin 2x500 mg
o Inj. Ranitidin 2x50 mg
o Asam Traneksamat 3x500 mg
o Candesartan 1x8 mg
o Neurodex 1x1 tab
24

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Otak


Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat
berfungsi sebagai media komunikasi antar sel maupun organ dan dapat berfungsi
sebagai pengendali berbagai sistem organ lain yang berjalan relatif cepat
dibandingkan dengan sistem humoral, karena komunikasi berjalan melalui proses
penghantaran impuls listrik disepanjang saraf. Berdasarkan struktur dan
fungsinya, sistem saraf secara garis besar dapat dibagi dalam sistem saraf pusat
(SSP) yang terdiri dari otak dan medula spinalis dan sistem saraf tepi (SST).
Didalam sistem saraf pusat terjadi berbagai proses analisis informasi yang masuk
serta proses sintesis dan mengintegrasikannya. 1
Otak merupakan bagian sistem saraf pusat dimana dalam pembagiannya
digolongkan menjadi korteks serebri, ganglia basalis, thalamus dan hypothalamus,
mesenchepalon, batang otak, dan serebelum. Bagian ini dilindungi oleh tiga
selaput pelindung (meningens) yaitu duramater, arachnoidea, piamater dan
dilindungi oleh tulang tengkorak .2
Otak terdiri dari neuron – neuron, sel glia, cairan serebrospinalis, dan
pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama yaitu sekitar
100 miliar tetapi jumlah koneksi diantara berbagai neuron tersebut berbeda –
beda. Orang dewasa yang mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa
di dalam darah arterinya hanya membentuk sekitar 2% atau 1,4 kg koneksi neuron
dari berat tubuh total.3
25

Gambar 1. Sel Glia Pada Otak


Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi
normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis
interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke
bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua
adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum
anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu
sirkulus willisi.4

Gambar 2. Pembuluh Darah di Otak


26

Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-


fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat
sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke
atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang
berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan
serabut-serabut saraf ke target organ.4

Gambar 3. Bagian Otak dan Fungsi Otak


Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan
kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam
pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya
serangan stroke .4

2.2. Definisi
Definisi Stroke
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah manifestasi
klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung
dengan cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa
ditemukannya penyakit selain daripada gangguan vaskular 5. Secara umum, stroke
digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti
Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit
akibat gangguan peredaran darah otak. Stroke atau gangguan aliran darah di otak
27

disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat
(disabilitas, invaliditas).

2.3. Klasifikasi
Klasifikasi stroke
A. Berdasarkan kelainan patologik pada otak :
1. Stroke Hemoragik :
 Perdarahan intraserebral
 Perdarahan ekstraserebral (perdarahan subaraknoid)
2. Stroke non hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
Yang dibagi atas subtipe :
 Trombosis serebri
 Emboli serebri
 Hipoperfusi sistemik

Stroke non hemoragik dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan


proses patologik (kausal).
a. Berdasarkan Manifestasi Klinik1
- Serangan Iskemik Sepintas/ Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologi yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
- Defisit Neurologik Iskemik Sepintas (Reversible Ischemic Neurological
Deficit)
Gejala neurologi yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari satu minggu.
- Stroke Progresif (Progressive Stroke)
Gejala neurologi makin lama makin berat
- Stroke Komplet (Completed Stroke/permanent Stroke)
Kelainan neurologi sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
28

b. Berdasarkan Kausal
 Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar
dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik
terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan
darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya
kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan
pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke
pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit aterosklerosis
 Stroke Emboli
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

B. Berdasarkan penilaian terhadap waktu kejadiannya


1. Transient Iskemik Attack (TIA) atau serangan stroke sementara, gejala
defisit neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam.
2. Reversible Ischemic Neurolagical Deficits (RIND), kelainannya atau gejala
neurologis menghilang lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.
3. Stroke progresif atau Stroke in Evolution (SIE) yaitu stroke yang gejala
klinisnya secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin
berat.
4. Stoke komplit atau completed stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologis
yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi.
29

Beda klinis stroke infark dan perdarahan


Gejala atau pemeriksaan Infark otak Perdarahan intra serebral
Gejala yang mendahului TIA (+) TIA (-)
Beraktivitas/istirahat Istirahat, tidur atau segera Sering pada waktu aktifitas
setelah bangun tidur
Nyeri kepala dan muntah Jarang Sangat sering dan hebat
Penurunan kesadaran Jarang Sering
waktu onset
Hipertensi Sedang, normotensi Berat, kadang-kadang
sedang
Rangsangan meningen Tidak ada Ada
Defisit neurologis fokal Sering kelumpuhan dan Defisit neurologik cepat
gangguan fungsi mental terjadi
CT-Scan kepala Terdapat area hipodensitas Massa intrakranial dengan
area hiperdensitas
Angiografi Dapat dijumpai gambaran Dapat dijumpai aneurisma,
penyumbatan, penyempitan AVM, massa intrahemisfer
dan vaskulitis atau vasospasme

2.4. Epidemiologi
Insidens
Stroke adalah penyakit kematian tersering ketiga orang dewasa di Amerika
Serikat. Angka kematian stroke tiap tahun akibat stroke baru atau rekuren sekitar
200.000. Orang menderita stroke pada usia berapapun, dua pertiga stroke terjadi
pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Bedasarkan data dari seluruh dunia,
statistiknya bahkan lebih mencolok: penyakit jantung koroner dan stroke adalah
penyebab kematian tersering pertama dan kedua dan menempati urutan kelima
dan keenam sebagai penyebab utama kecacatan.18

Morbiditas
Stroke adalah penyebab utama kecacatan pada orang dewasa.
Kemungkinan meninggal akibat stroke inisial adalah 30%-35%, kemungkinan
30

cacatan mayor pada yang selamat adalah35-40%. Sekitar sepertiga dari semua
pasien yang selamat dari stroke akan mengalami stroke berikutnya dalam 5 tahun;
5%-14% dari mereka akan mengalami stroke ulangan dalam tahun pertama. 18

2.5. Etiologi
Sistem klasifikasi lama biasanya membagi stroke menjadi tiga kategori
berdasarkan penyebab, Trombotik, Embolik, dan Hemoragik. Ketegori ini sering
didiagnosis berdasarkan riwayat perkembangan dan evolusi gejala. Penyebab
antara thrombus dan embolus sebagai penyebab stroke iskemik masih belum
tegas sehingga saat ini keduanya digolongkan ke dalam kelompok yang sama –
”stroke iskemik”. Dengan demikian, dua kategori dasar gangguan sirkulasi yang
menyebabkan stroke adalah iskemia-infark (80%-85%) dan pendarahan
intrakranium (15%-20%) . 18
Iskemia serebrum disebabkan oleh berkurangnya aliran darah yang
berlangsung selama beberapa detik sampai bebrapa menit; apabila melebihi
beberapa menit, maka terjadi infark di jaringan otak. 20
Pendarahan intrakranium (hemoragik) dapat terjadi jaringan otak itu sendiri
(parenkim), ruang subaraknoid, atau ruang subdural atau eopidural. Hematom
subdural dan epidural biasanya disebabkan oleh trauma. Sebagaian besar
perdarahan intraserebrum berkaitan dengan hipertensi. Perdarahan subaraknoid
biasnaya terjadi akibat aneurysma sakular (Berry) atau, yang lebih jarang, suatu
malformasi arteriovena. 19

2.6. Faktor Resiko


Secara umum faktor resiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu
umur, jenis kelamin, ras/bangsa dan genetik, sedangkan faktor resiko yang dapat
dimodifikasi, yaitu hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, merokok, dan
hiperlpidemia.
Faktor resiko stroke dibagi atas faktor mayor dan faktor minor :
A. Faktor mayor
 Hipertensi
31

 Penyakit jantung
 Diabetes Melitus
 Pernah stroke

B. Faktor minor
 Hiperlipidemia
 Hematokrit tinggi
 Merokok
 Obesitas
 Hiperurisemia
 Kurang olahraga
 Fibrinogen tinggi

2.7. Patofisiologi

Gambar. Penyumbatan pembuluh darah

Penyumbatan pembuluh darah merupakan 80% kasus dari kasus


stroke. Penyumbatan sistem arteri umumnya disebabkan oleh terbentuknya
trombus pada ateromatous plaque pada bifurkasi dari arteri karotis. Erat
32

hubungannya dengan aterosklerosis (terbentuknya ateroma) dan


arteriolosclerosis.
Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinik dengan cara :
a. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan
insufisiensi aliran darah.
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus atau
perdarahan aterom
c. Merupakan terbentuknya trombus yang kemudian terlepas sebagai
emboli
d. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi
aneurisma yang kemudian dapat robek
Suatu penyumbatan total dari aliran darah pada sebagian otak akan
menyebabkan hilangnya fungsi neuron yang bersangkutan pada saat itu juga.
Bila anoksia ini berlanjut sampai 5 menit maka sel tersebut dengan sel
penyangganya yaitu sel glia akan mengalami kerusakan ireversibel sampai
nekrosis beberapa jam kemudian yang diikuti perubahan permeabilitas
vaskular disekitarnya dan masuknya cairan serta sel-sel radang.

Gambar. Iskemik penumbra

Disekitar daerah iskemi timbul edem glia, akibat berlebihannya H+


dari asidosis laktat. K+ dari neuron yang rusak diserap oleh sel glia disertai
33

rentensi air yang timbul dalam empat hari pertama sesudah stroke. Edem ini
menyebabkan daerah sekitar nekrosis mengalami gangguan perfusi dan timbul
iskemi ringan tetapi jaringan otak masih hidup. Daerah ini adalah iskemik
penumbra.
Bila terjadi stroke, maka di suatu daerah tertentu dari otak akan terjadi
kerusakan (baik karena infark maupun perdarahan). Neuron-neuron di daerah
tersebut tentu akan mati, dan neuron yang rusak ini akan mengeluarkan
glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri sel-sel disekitarnya. Glutamat ini
akan menempel pada membran sel neuron di sekitar daerah primer yang
terserang. Glutamat akan merusak membran sel neuron dan membuka kanal
kalsium (calcium channels). Kemudian terjadilah influks kalsium yang
mengakibatkan kematian sel. Sebelumnya, sel yang mati ini akan
mengeluarkan glutamt, yang selanjutnya akan membanjiri lagi neuron-neuron
disekitarnya.
Neuron-neuron yang rusak juga akan melepaskan radikal bebas,
yaitu charged oxygen molecules (seperti nitric acida atau NO), yang akan
merombak molekul lemak didalam membran sel, sehingga membran sel akan
bocor dan terjadilah influks kalsium.
Stroke iskemik menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak
yang menyebabkan kematian sel.

2.8. Gejala Stroke Hemoragik


a. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri
kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada
pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas.
Serangan sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat
emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65%
terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi
setelah 3 jam) 7.
34

b. Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)


Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di
leher dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik
dapat dilakukan dengan pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig
untuk mengetahui kondisi rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka
telah terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf
otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus
pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar
gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG 6
c. Gejala Perdarahan Subdural
Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam
penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda deficit
neurologik daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu
hingga berbulan-bulan setelah terjadinya trauma kepala 5.

2.9. Diagnosis Stroke Hemoragik


3. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis dari hasil
pemeriksaan. Untuk pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), Magnetic Resonance
Imaging (MRI), Elektrokardiografi (EKG), Elektroensefalografi (EEG),
Ultrasonografi (USG), dan Angiografi cerebral 11
4. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Diagnosis didasarkan atas gejala-gejala dan tanda klinis. Pemeriksaan
tambahan dapat dilakukan dengan Multislices CT-Angiografi, MR
Angiografi atau Digital Substraction Angiography (DSA) 10
5. Perdarahan Subdural
Diagnosis didasarkan atas pemeriksaan yaitu dilakukan foto tengkorak
anteroposterior dengan sisi daerah trauma. Selain itu, dapat juga dilakukan
dengan CT-Scan dan EEG 9
35

Oleh karena tidak seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat di atas, maka
untuk memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem lain,
misalnya sistem skoring yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis yang
ada pada saat pasien masuk Rumah Sakit 8.

Sistem skor
Perbedaan antara stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik sangat penting
dalam rangka pengobatan stroke, pengetahuan mengenai taraf ketepatan
pembuktian klinis terhadap stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik yang
dapat diandalkan akan sangat membantu para dokter yang bekerja di daerah
terpencil dengan fasilitas pelayanan medis yang sangat terbatas dan belum
tersedianya pemeriksaan penunjang yang memadai (misalnya CT-Scan). Untuk
itu beberapa peneliti mencoba membuat perbedaan antara kedua jenis stroke
dengan menggunakan tabel dengan sistem skor.

Skor Siriraj

1 Kesadaran ( x 2,5 ) Compos mentis 0


  Mengantuk 1
  Semi koma, koma 2
2 Muntah ( x 2 ) Tidak 0
  Ya 1
3 Nyeri kepala dalam Tidak 0
  2 jam ( x 2 ) Ya 1
Tekanan Diastolik
4 ( DBP ) DBP x 0,1
Atheroma markers ( x
5 3) Tidak 0
  diabetes, angina, Satu atau lebih 1
  claudicatio intermitten  
       
Konstanta   - 12
Total skor =    
Interpretasi skor  
  Skor ≤ -1 = Non hemoragik
    ≥1 = Hemoragik
Gambaran CT scan :  
   
   
36

5.9. Penatalaksanaan8,9,10
Umum
1. KIE : konsultasi,informasi,edukasi
- memberi informasi keadaan pasien (stroke,jenis,etiologi)
- penjelasan tentang stroke dan jenisnya
- penyebab stroke pada pasien ini
- pencegahan sekunder
1. modifikasi gaya hidup  diet rendah garam dan rendah kolesterol
2. peran keluarga
3. medikasi
- prognosis  kemungkinan cacat

Khusus
Medikamentosa
- Tatalaksana hipertensi
- Obat Koleterol (belum diberikan karena masih dalam border line, perlu
follow up )
- Operasi
- Fisioterapi

MEDIKAMENTOSA
1.1. Obat-obat antihipertensi dan mekanisme kerjanya :
Ace inhibitor : Captropil, enalapril, fosinopril, ramipril, quinapril
Mekanisme kerja : menurunkan tekanan darah dengan menurunkan tahanan
perifer tanpa meningkatkan cardiac output, rate, kontraktilitas. obat ini
memblokir angiotensin converting enzim yang merubah angiotensin I kepada
angiotensin II yang merpakan vasokonstriksi yang potent. obat ini juga
menurunkan inaktivasi bradikinin. Dengan menurunkan kadar angiotensi II
dalam darah,juga menurunkan sekresi aldosteron yang akhirnya menyebabkan
air dan Na diekskresi.
37

1.2. Beta bloker : atenolol, propanolon, timolol, metoprolol


Mekanisme kerja : obat ini menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
cardiac output, menghambat saraf simpatis dan menghambat pelepasan renin
dari ginjal. Dengan ini menurunkan pembentukan angiotensin II dan sekresi
aldosteron.
1.3. Kalsium channel blocker : nifedipine, verapamil
Mekanisme kerja : obat ini memblokir influx kalsium ke dalam sel dengan
mengikat di L-thype channel kalsium di jantung dan otot polos. Ini
menyebabkan relaksasi otot polos dan akhirnya arteriol berdilatasi.
1.4. Diuretik : bumetanid, furosemid, hidroclorothiazid, spironolactone,
triamterene
Mekanisme kerja : obat diuretik menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan volume darah dengan cara meningkatkan ekskresi air dan juga
Na, dengan ini cardiac output akan berkurang dan juga aliran darah ginjal.
1.5. Antiadrenergik : Prazosin, terazosin, doxazosin
Mekanisme kerja : obat ini menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
tahanan perifer dan juga menyebabkan relaksasi otot polos pada vena dan
arteri.

Prinsip pengobatan yaitu :


1. Dosis rendah dengan 1 obat (1x sehari),
2. Dosis obat 1 , atau kombinasi

OPERASI
Pertimbangkan konsultasi bedah saraf bila perdarahan serebelum diameter
lebih dari 3 cm atau volum lebih dari 50 ml untuk dekompresi atau
pemasangan pintasan ventrikulo-peritoneal bila ada hidrosefalus obstruktif
akut atau kliping aneurisma.
38

FISIOTERAPI & REHABILITASI MEDIK (Hernawati, 2009)


Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada pasien stroke meliputi: observasi
kesadaran, tanda vital, kognitif, dan komunikasi.
Tujuan rehabilitasi
Secara teori, tujuan rehabilitasi tidak terlepas dari pengertian sehat, yaitu
keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial, dan
bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Selain
itu program rehabilitasi bertujuan untuk memaksimalkan ability fungsional
pasien yang meliputi:
 Self-care skills
 Bowel and blader function
 Nutritional intake and swallowing
 Mobility and locomotion
 Speech and language
 Cognitive function and leisure skills

Prinsip-prinsip rehabilitasi
 Rehabilitasi dimulai sedini mungkin
 Tak ada seorang penderita pun yang boleh berbaring satu hari lebih lama
dari waktu yang diperlukan
 Rehabilitasi merupakan terapi secara multidisipliner terhadap seorang
penderita, dan rehabilitasi merupakan terapi terhadap seorang penderita
seutuhnya
 Salah satu faktor penting dari rehabilitasi adalah adanya kontinuitas
perawatan
 Perhatian rehabilitasi tidak dikaitkan dengan sebab kerusakan jaringan
otak, melainkan lebih dikaitkan dengan sisa kemampuan fungsi
neuromuskular yang masih ada.
39

 Program rehabilitasi harus bersifat individual, dan tidak ada atau tidak
dapat diberlakukan suatu standard hemiplegia regimen.
 Dalam pelaksaan rehabilitasi termasuk pula upaya untuk menanggulangi
terjadinya serangan ulang

5.10. Komplikasi8,9
Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)
1). Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya
menimbulkan kematian.
2). Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.

Komplikasi Jangka pendek (1-14 hari pertama)


1). Pneumonia: Akibat immobilisasi lama
2). Infark miokard
3). Emboli paru: Cenderung terjadi 7 -14 hari pasca stroke, seringkali pada
saat penderita mulai mobilisasi.
4). Stroke rekuren: Dapat terjadi pada setiap saat.

Komplikasi Jangka panjang


Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain: penyakit vaskular
perifer. Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke
yaitu:
- Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi
- Penurunan darah serebral
- Embolisme serebral.

2.12. Preventif dan Promotif 21


Adapun, untuk menghindari stroke seseorang bisa melakukan tindakan
pencegahan termasuk membiasakan diri menjalani gaya hidup sehat. Berikut
40

ada langkah yang dapat Anda lakukan guna menghindarkan diri dari serangan
stroke.
1. Hindari dan hentikan kebiasaan merokok.
Kebiasaan ini dapat menyebabkan atherosclerosis (pengerasan dinding
pembuluh darah) dan membuat darah Anda menjadi mudah menggumpal.
2. Periksakan tensi darah secara rutin.
Tekanan darah yang tinggi bisa membuat pembuluh darah Anda
mengalami tekanan ekstra. Walaupun tidak menunjukkan gejala, ceklah
tensi darah secara teratur.
3. Atasi dan kendalikan stres dan depresi.
Stres dan depresi dapat menggangu bahkan menimbulkan korban fisik.
Jika tidak teratasi, dua hal ini pun dapat menimbulkan problem jangka
panjang.
4. Makanlah dengan sehat.
Anda mungkin sudah mendengarnya ribuan kali, namun penting artinya
bila Anda disiplin memakan sedikitnya lima porsi buah dan sayuran setiap
hari. Hindari makan daging merah terlalu banyak karena lemak jenuhnya
bisa membuat pembuluh darah mengeras. Konsumsi makanan berserat
dapat mengendalikan lemak dalam darah.
5. Kurangi garam.
Karena garam akan mengikatkan tekanan darah.
6. Pantau berat badan Anda.
Memiliki badan gemuk atau obes akan meningkatkan risiko Anda
mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan diabetes, dan
semuanya dapat memicu terjadinya stroke.
7. Berolahraga dan aktif.
Melakukan aktivitas fisik secara teratur membantu Anda menurunkan tensi
darah dan menciptakan keseimbangan lemak yang sehat dalam darah.

8. Kurangi alkohol.
41

Meminum alkohol dapat menaikkan tensi darah, oleh karena itu


menguranginya berarti menghindarkan Anda dari tekanan darah tinggi.

5.12. Prognosis
Stroke berikutnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yang paling penting
adalah sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis yang dihasilkan. Usia pasien,
penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi bersamaan juga mempengaruhi
prognosis. Secara keseluruhan, agak kurang dari 80% pasien dengan stroke
bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat kelangsungan
hidup dalam 10 tahun sekitar 35%. Angka yang terakhir ini tidak mengejutkan,
mengingat usia lanjut di mana biasanya terjadi stroke. Dari pasien yang selamat
dari periode akut, sekitar satu setengah sampai dua pertiga kembali fungsi
independen, sementara sekitar 15% memerlukan perawatan institusional11,17
42

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M., Sidharta P. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat:


Jakarta.
2. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.6.
EGC, Jakarta. 2006.
3. Sacco, R.L., Cheun, J.F., Elkind, M.S., 2003. Abdominal Obesity And Risk
Of Ischemic Stroke The Northern Manhattan Stroke Study. Doi:
10.1161/01.Str.0000075294.98582.2f.
4. Martono, Hadi. Tuty Kuswardani, Ra. Strok Dan Penatalaksanaannya Oleh
Internis. Dalam: Sudoyo, Aru W. Dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I Edisi V. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam,
2009.
5. Snell, S. Richard,. 2006. Neuroanatomi Untuk Mahasiswa Kedokteran. Alih
Bahas;Liliana Sugiharto. Ed. 5. EGC;Jakarta.
6. Junaidi, I. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Penerbit Andi;Yogyakarta
7. World Health Organization. 2014. Global status report on noncommunicable
diseases. Available from : http://www.who.int/nmh/publications/ncd-status-
report-2014/en/. . [diakses 19 mei 2016].
8. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian RI.
9. Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf
RSUD Arifin Achmad/ FK UNRI. Pekanbaru 2007. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/29354/3/Bab_2.pdf
10. Layanto, A., 2014. ‘Beberapa Faktor Risiko Pasien yang Berpengaruh
terhadap In-Hospital Mortality Pasien Stroke Iskemik (Studi Kasus di RSUP
Dr. Kariadi)’. Available from: http://eprints.undip.ac.id/45313/. [diakses 20
mei 2016].
11. National Institutes of Health. 2014. What is a stroke?. Available from :
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/stroke#. [diakses 20 mei
2016].
43

12. Sudoyo, A. W. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, Jilid III.
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta
13. Kelompok Studi Serebrovaskuler. 2011. Guideline Stroke. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
14. Mansjoer, Arief et al. 2000. Strok dalam Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius FKUI, Jakarta. Hal 17-20
44

KEGIATAN KEPANITERAAN
SMF ILMU PENYAKIT SARAF

Hari / Tanggal :
Kegiatan :
Presentan : Putra Manggala Wicaksana, S.Ked
Judul Kasus : Hemiplegi Sinistra tipe Spastik
Peserta :
No. Nama NIM Tanda Tangan
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.

Mengetahui,
Kodik Ilmu Penyakit Saraf

dr. Budiman Juniwijaya, Sp. S

Anda mungkin juga menyukai