2005 03 Peraturan Perundang Undangan K3
2005 03 Peraturan Perundang Undangan K3
PELATIHAN
AHLI K3 KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Tujuan dari penyusunan Kerangka Modul ini adalah untuk menjadi acuan bagi peserta
pelatihan agar mengetahui dan memahami bahwa keselamatan dan kesehatan kerja untuk :
a. Memberikan perlindungan dan rasa aman bagi pekerja didalam melakukan pekerjaannya
sehingga tercapai tingkat produktifitas.
b. Memberikan perlindungan terhadap setiap orang yang berada di tempat kerja sehingga
terjamin keselamatannya akibat dari proses pekerjaan pada kegiatan konstruksi.
Penulisan modul ini mungkin masih banyak yang perlu disempurnakan agar dapat digunakan
oleh peserta pelatihan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran-saran untuk
kesempurnaan paper ini.
Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi yang telah banyak memberikan buku-buku peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja dan atas saran-saran untuk kesempurnaan modul ini. Kemudian kepada
pihak lain yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Tim Penyusun,
ii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
LEMBAR TUJUAN
iii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
DAFTAR ISI
iv
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
v
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli K3 Konstruksi“ dibakukan
dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah
dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen
kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-
batasan penilaian serta variabel-variabelnya.
2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan
dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan
sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan
Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan
dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.
vi
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
vii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
PANDUAN PEMBELAJARAN
A. BATASAN
4.
Waktu Kegiatan: 4 jam pelajaran teori (1 jp = 45 menit)
viii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
B. PROSES PEMBELAJARAN
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah : Pembukaan
Menjelaskan tujuan instruksional Mengikuti penjelasan TIU OHT1
(TIU & TIK.). dan TIK dengan tekun dan
Merangsang motivasi peserta aktif.
dengan pertanyaan atau Mengajukan pertanyaan-
pengalamannya dalam pertanyaan apabila kurang
menerapkan pengawasan dan jelas.
memantau pelaksanaan UU dan
peraturan K3.
Waktu : 10 menit
Waktu : 10 menit
3. Ceramah : Bab 2
Peraturan perundang-undangan
K3
Waktu : 30 menit
ix
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
Waktu : 60 menit
Waktu : 35 menit
6. Bab 4 Rangkuman
Rangkuman
Penutup Peserta diberi kesempatan OHT6
bertanya jawab / diskusi dan
Waktu = 20 menit ditanya oleh instruktur
secara lisan / tertulis
x
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
MATERI SERAHAN
xi
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
BAB 1
PENDAHULUAN
Diseluruh dunia ribuan kecelakaan terjadi dalam perusahaan setiap hari, khususnya
perusahaan industri. Dari kecelakaan yang terjadi tersebut ada yang mengakibatkan
kematian, cacat permanen atau mengakibatkan pekerja tidak mampu melakukan
pekerjaannya untuk sementara waktu. Setiap kecelakaan tersebut menyebabkan
penderitaan bagi korban maupun bagi keluarganya. Apabila kecelakaan tersebut
mengakibatkan kematian atau cacat permanen, maka keluarganya akan mengalami
penderitaan yang makin berkepanjangan.
Pengertian kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga dari semula dan tidak
dikehendaki yang mengganggu suatu proses dari aktivitas yang telah ditentukan dari
semula dan dapat mengakibatkan kerugianbaik korban manusia maupun harta benda.
Sedangkan pengertian keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala daya upaya
atau pemikiran yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga
kerja menuju masyarakat adil dan makmur.
Norma adalah kaidah-kaidah yang memuat aturan dan berlaku serta ditaati
masyarakat baik tertulis maupun tidak. Dengan demikian pengertian norma
keselamatan dan kesehatan kerja adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja yang ditujukan untuk melindungi tenaga kerja dari
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kerugian akibat kecelakaan dalam bentuk material dapat berupa uang, kerusakan
harta benda maupun kehilangan waktu kerja. Dilihat dari sisi perusahaan hal tersebut
merupakan pemborosan ekonomi perusahaan. Oleh karena itu pencegahan
kecelakaan di tempat kerja adalah merupakan tugas yang penting, baik dilihat dari
segi ekonomi maupun dari segi kemanusiaan.
Setiap orang pada dasarnya tidak ada yang ingin memperoleh kecelakaan terhadap
dirinya maupun terhadap segala harta benda yang dimilikinya. Keinginan untuk
mendapatkan jaminan keamanan terhadap dirinya, tidak adanya gangguan atau
kerusakan terhadap harta benda miliknya merupakan naluri setiap orang dimanapun di
1-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
dunia. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
adalah hal yang universal dan merupakan naluri setiap orang.
Semua kecelakaan kerja, baik langsung maupun tidak langsung dianggap berasal dari
kegagalan manusia. Karena manusia bukan mesin, maka tindakan manusia tidak
sepenuhnya dapat diramalkan. Manusia dalam melakukan perbuatan kadang-kadang
membuat kesalahan-kesalahan. Kesalahan dapat dilakukan pada saat perencanaan
pabrik, pengadaan bahan atau alat, pembelian maupun pemasangan suatu mesin atau
instalasi, penempatan seseorang dalam jabatan, pemberian instruksi atau penugasan,
perawatan maupun pengawasan.
4. Penelitian Teknik, yaitu meliputi penelitian terhadap benda dan karakteristik bahan-
bahan berbahaya, mempelajari pengaman mesin, pengujian alat pelindung diri,
penyelidikan tentang desain yang cocok untuk instalasi industri.
1-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
5. Penelitian Medis, yaitu meliputi hal-hal khusus yang berkaitan dengan penyakit
akibat kerja dan akibat medis terhadap manusia dari berbagai kecelakaan kerja.
11. Asuransi, yaitu upaya pemberian insentif dalam bentuk reduksi terhadap premi
asuransi kepada perusahaan yang melakukan usaha-usaha keselamatan dan
kesehatan kerja atau yang berhasil menurunkan tingkat kecelakaan di
perusahaannya.
12. Penerapan butir 1 s/d. 11 di tempat kerja, artinya efektivitas usaha keselamatan
dan kesehatan kerja sangat tergantung dengan penerapannya di tempat kerja
secara konsekwen.
1-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
BAB 2
PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN K3
2.1 Pengertian
Usaha penanganan masalah keselamatan kerja di Indonesia dimulai pada tahun 1847,
sejalan dengan dipakainya mesin-mesin uap untuk keperluan industri oleh Pemerintah
Hindia Belanda. Penanganan keselamatan kerja pada waktu itu pada dasarnya adalah
bukan untuk pengawasan terhadap pemakaian pesawat-pesawat uap tetapi untuk
mencegah terjadinya kebakaran yang ditimbulkan akibat penggunaan pesawat uap.
Pelaksanaan terhadap pengawasannya pada waktu itu diserahkan kepada instansi
Dienst Van het Stoomwezen. Dengan berdirinya Dinas Stoomwezen, maka untuk
pertama kalinya di Indonesia pemerintah secara nyata mengadakan usaha
perlindungan tenaga kerja dari bahaya kecelakaan.
Pengertian perlindungan tenaga kerja pada saat itu adalah tenaga kerja Belanda yang
bekerja di perusahaan-perusahaan di wilayah jajahan Belanda. Pada waktu itu
perlindungan tenaga kerja yang berasal dari orang-orang yang dijajah dianggap bukan
sebagai suatu kepentingan masyarakat oleh pihak pemerintah yang menjajah.
Untuk membantu kepentingan pengawasan pesawat uap, dirasakan perlunya suatu unit
penyelidikan bahan atau laboratorium yang merupakan bagian dari dinas Stoomwezen.
Laboratorium tersebut diserahkan kepada Sekolah Teknik Tinggi di Bandung pada
tahun 1912, untuk keperluan pendidikan. Laboratorium penyelidikan bahan tersebut kini
menjadi bagian dari Departemen Perindustrian dengan nama Balai Penelitian Bahan
(B4T).
Pada akhir abad 19 pemakaian pesawat uap meningkat dengan pesat dan disusul
dengan pemakaian mesin-mesin diesel dan listrik di pabrik-pabrik. Hal tersebut
menyebabkan timbulnya sumber-sumber bahaya baru bagi para pekerja dan
kecelakaan kerja bertambah sering terjadi.
Pada tahun 1905, akhirnya pemerintah mengeluarkan Staatsblad No. 521 yaitu
peraturan tentang keselamatan kerja yang disebut dengan nama Veiligheids Reglement
yang disingkat VR, dan kemudian diperbaharui pada tahun 1910 dengan Staatsblad No.
406 pengawasannya dilakukan oleh Dinas Stoomwezen.
Sesudah perang dunia kesatu proses mekanisasi dan elektrifikasi di perusahaan
industri berjalan lebih pesat. Mesin-mesin diesel dan listrik memegang peranan di
pabrik-pabrik, jumlah kecelakaan meningkat sehingga pengawasan terhadap pabrik-
pabrik dan bengkel-bengkel ditingkatkan. Pada tahun 1925 nama Dienst Van het
2-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
Stoomwezen diganti dengan nama yang lebih sesuai yaitu Dienst Van het
Veiligheidstoezight, disingkat VT atau Pengawasan Keselamatan Kerja.
Dengan berkembangnya model dan tipe pesawat uap yang didatangkan ke Indonesia
dimana tekanannya juga semakin tinggi, maka pada tahun 1930 pemerintah
mengeluarkan Stoomordinate dan Stoom Verordening dengan Staatsblad No. 225 dan
No. 339. Kemudian secara berturut-turut tugas VT ditambah sesuai dengan undang-
undang yang dikeluarkan, yaitu pada :
– Tahun 1931 :
pengawasan terhadap bahan-bahan yang mengandung racun di perusahaan (pabrik
cat, accu, percetakan, dll.) dengan Loodwit Ordonantie, Staatsblad No. 509
– Tahun 1932 dan 1933 :
pengawasan terhadap pabrik petasan dengan Undang-undang dan Peraturan
Petasan (Vuurwerk Ordonantie dan Vuurwerk Verordening Staatsblad No. 143 dan
No. 10).
– Tahun 1938 dan 1939 :
pengawasan terhadap jalan rel kereta api loko dan gerbongnya yang digunakan
sebagai alat pengangkutan di perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan dan
sebagainya selain dari jalan kereta api PJKA, yaitu melalui Industriebaan
Ordonantie dan Industriebaan Verordening Staatsblad nomor : 595 dan nomor : 29.
– Tahun 1940 :
untuk pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pengawasan Keselamatan Kerja,
para pengusaha ditarik biaya retribusi melalui Retibutie Ordonantie dan Retributie
Verordening, Staatsblad nomor 424 dan nomor : 425.
2-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
3. Undang-undang Timah Putih Kering (Loodwit Ordonantie, STBL No. 509 Tahun
1931)
2-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4. Undang-undang Petasan, STBL No. 143, Tahun 1932 jo STBL No. 10 Tahun 1933)
Mengatur tentang petasan buatan yang diperuntukkan untuk kegembiraan/
keramaian kecuali untuk keperluan pemerintah. Yang diatur dalam undang-undang
ini termasuk ketentuan tentang :
– pemasukan dari luar negeri
– pembuatan dan perdagangan
– petasan berbahaya
– persediaan/penyimpanan dan memasang petasan berbahaya.
5. Undang-undang Rel Industri (Industrie Baan Ordonantie, STBL No. 595 Tahun
1938)
Undang-undang ini mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-jalan rel
guna keperluan perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan, kerajinan dan
perdagangan. Materi yang diatur termasuk ganti rugi guna pemakaian bidang tanah
dan jalan-jalan raya, pemakaian jalan rel industri untuk pihak lain, pengangkutan
lewat jalan rel industri, persilangan dan persinggungan, perubahan pada jalan raya,
pengawasan.
7. Undang-undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Higiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
2-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
Selain dari itu di dalam pasal 11 menyebutkan bahwa, daftar jenis penyakit yang
timbul karena hubungan kerja serta perubahannya ditetapkan dengan Keputusan
Presiden. Tentang jaminan pemeliharaan kesehatan dapat dijelaskan bahwa :
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga
kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya
kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif). Oleh karena upaya penyembuhan
memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada
perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan
masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja.
Disamping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan
tenaga kerja yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehablitatif). Dengan demikian diharapkan
tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang
2-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
10. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran,
Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida.
Peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan untuk melindungi keselamatan manusia,
sumber-sumber kekayaan perairan, fauna dan flora alami serta untuk menghindari
kontaminasi lingkungan oleh pestisida.
Hal-hal yang secara langsung maupun tidak langsung menyangkut keselamatan
dan kesehatan manusia diatur oleh Menteri Kesehatan dan Menteri Tenaga Kerja
sesuai dengan bidang dan wewenang masing-masing (pasal 10).
11. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja terhadap
Radiasi.
Dalam peraturan ini terdapat satu Bab khusus yang mengatur kesehatan tenaga
kerja, meliputi :
a. Pemeriksaan kesehatan calon pekerja dan pekerja radiasi dilakukan satu kali
dalam setahun. Apabila dipandang perlu, pemeriksaan dapat dilakukan sewaktu-
waktu. Pemeriksaan secara teliti dan menyeluruh harus dilakukan kepada
pekerja radiasi yang memutuskan hubungan kerja (PHK) dengan instalasi atom.
b. Keharusan mempunyai Kartu Kesehatan (pasal 11 dan 12)
c. Penukaran tugas pekerjaan / mutasi (pasal 13).
2-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
Ahli Proteksi Radiasi diwajibkan memberi laporan kepada instansi yang berwenang
dan Menteri Tenaga Kerja secara berkala (pasal 7, ayat 2).
12. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan.
Dalam peraturan ini diatur tentang Keselamatan Kerja di bidang pertambangan
sehubungan dengan dikeluarkannya Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1
Tahun 1970. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut Menteri Pertambangan
berwenang melakukan pengawasan atas keselamatan kerja dalam bidang
pertambangan dengan berpedoman pada Undang-undang No. 1 Tahun 1970
beserta peraturan pelaksanaannya. Dalam pelaksanaan tugasnya dilakukan
kerjasama dengan petugas dari Departemen Tenaga Kerja baik di tingkat Pusat
maupun daerah.
Pengawasan keselamatan kerja tersebut tidak termasuk untuk pengawasan
terhadap ketel uap yang diatur dalam Undang-undang Uap tahun 1930 (STBL No.
225, 1930).
13. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja Pada
Pemurnian Dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
Dalam peraturan ini diatur tentang tata usaha dan pengawasan keselamatan kerja
atas pekerjaan serta pelaksanaan pemurnian dan pengolahan minyak dan gas
bumi. Peraturan ini merupakan pelaksanaan daripada Undang-undang Keselamatan
Kerja No. 1 Tahun 1970 dan PP. No. 19 Tahun 1973.
15. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja.
Di dalam peraturan ini tercantum daftar berbagai jenis penyakit yang ada kaitannya
dengan hubungan kerja.
2-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
Setelah bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, sudah barang tentu dasar filosofi
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja seperti tercermin di dalam peraturan
perundangan yang lama tidak sesuai lagi dengan falsafah Negera Republik Indonesia
yaitu Pancasila.
Pada tahun 1970 berhasil dikeluarkan Undang-Undang No. I tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja yang merupakan penggantian VR. 1910 dengan beberapa
perubahan mendasar, antara lain :
– Bersifat lebih preventif
– Memperluas ruang lingkup
– Tidak hanya menitik beratkan pengamanan terhadap alat produksi.
2.3.1 Tujuan
Pada dasarnya Undang-Undang No. I tahun 1970 tidak menghendaki sikap kuratif
atau korektif atas kecelakaan kerja, melainkan menentukan bahwa kecelakaan
kerja itu harus dicegah jangan sampai terjadi, dan lingkungan kerja harus
memenuhi syarat-syarat kesehatan. Jadi, jelaskah bahwa usaha-usaha
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja lebih diutamakan daripada
penanggulangan.
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai 'kejadian yang tidak diduga
sebelumnya". Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja dapat diramalkan atau diduga
dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena
itu, kewajiban berbuat secara selamat, dan mengatur perala serta perlengkapan
produksi sesuai standar yang diwajibkan oleh UU adalah suatu cara untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
H.W. Heinrich dalam bukunya The Accident Prevent mengungkapkan bahwa 80%
kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe act) dan hanya
20% oleh kondisi yang tidak aman (unsafe condition), dengan demikian dapat
disimpulkan setiap karyawan diwajibkan untuk memelihara keselamatan dan
kesehatan kerja secara maksimal melalui perilaku yang aman.
2-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
2-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
2-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
2-11
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
2.3.3 Pengawasan
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah unit
organisasi pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan
ketentuan pasal 10 UU No. 14 tahun 1969 dan pasal 5 ayat (a) UU No. 1 tahun
1970. Secara operasional dilakukan oleh Pegawai Pengawasan
Ketenagakerjaan berfungsi untuk :
a. Mengawasi dan memberi penerangan pelaksanaan ketentuan hukum
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Memberikan penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha dan
tenaga kerja tentang hal-hal yang dapat menjamin pelaksanaan secara
efektif dari peraturan-peraturan yang ada.
c. Melaporkan kepada yang berwenang dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja
tentang kekurangan-kekurangan atau penyimpangan yang disebabkan
karena hal-hal yang tidak secara tegas diatur dalam peraturan perundangan
atau berfungsi sebagai pendeteksi terhadap masalah-masalah keselamatan
dan kesehatan kerja di lapangan.
Fungsi pengawasan yang harus dijalankan oleh Direktur, para Pegawai
Pengawas dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus dapat dijalankan
sebaik-baiknya. Untuk itu diperlukan tenaga pengawas yang cukup besar
jumlahnya dan bermutu dalam arti mempunyai keahlian dan penguasaan teoritis
dalam bidang spesialisasi yang beraneka ragam dan berpengalaman di
bidangnya.
Untuk mendapatkan tenaga yang demikian tidaklah mudah dan sangat sulit
apabila hanya mengandalkan dari Departemen Tenaga Kerja sendiri.
Karena fungsi pengawasan tidak memungkinkan untuk dipenuhi oleh pegawai
teknis dari Departemen Tenaga Kerja sendiri, maka Menteri Tenaga Kerja dapat
mengangkat tenaga-tenaga ahli dari luar Departemen Tenaga Kerja maupun
swasta sebagai ahli K3 seperti dimaksud dalam pasal 1 ayat (6) UU No. tahun
1970.
Dengan sistem ini maka terdapat desentralisasi pelaksanaan pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja tetapi kebijaksanaan nasional tetap berada,
dan menjadi tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja guna menjamin pelaksanaan
Undang-undang Keselamatan Kerja dapat berjalan secara serasi dan merata di
seluruh wilayah hukum Indonesia.
Dalam pasal 6 diatur tentang tata cara banding yang dapat ditempuh apabila
terdapat pihak-pihak yang merasa dirugikan atau tidak dapat menerima putusan
Direktur dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja. Panitia banding adalah
2-12
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
panitia teknis yang anggotanya terdiri dari ahli-ahli dalam bidang yang
diperlukan. Tata cara, susunan anggota, tugas dan lain-lain ditentukan oleh
Menteri Tenaga Kerja.
Untuk pengawasan yang dilakukan oleh petugas Departemen Tenaga Kerja
dalam hal ini Pengawas Ketenagakerjaan maka pengusaha harus membayar
retribusi seperti yang diatur dalam pasal 7.
Agar setiap tenaga kerja mendapatkan jaminan terhadap kesehatannya yang
mungkin dapat diakibatkan oleh pengaruh-pengaruh lingkungan kerja yang
bertalian dengan jabatannya dan untuk tetap menjaga efisiensi dan produktivitas
kerja, maka diwajibkan untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap setiap
tenaga kerja baik secara awal maupun berkala.
2-13
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
2.3.6 Sangsi
Ancaman hukuman dari pada pelanggaran UU No. 1 Tahun 1970 merupakan
ancaman pidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan atau
denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-
2-14
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
2-15
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
2-16
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
Penanggulangan kebakaran
a) Undang-undang No 1 Th 1970 tentang Keselamatan Kerja
b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04/Men/1980 Tentang Syarat-syarat
pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
c) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 02/Men/1983 Tentang Instalasi
Alaram Kebakaran Otomatik
d) Peraturan Khusus EE
e) Peraturan Khusus K
f) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04/Men/1987 Tentang P2K3
g) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 05/Men/1996 Tentang SMK3
h) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No Kep 186/Men/1999 Tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di tempat kerja
i) Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. Ins. II/M/BW/1997.
2-17
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
2-18
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
PERATURAN MENTERI
1. Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan, Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
Di dalam Peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan antara lain tentang :
Menghindarkan bahaya keracunan,
Penularan penyakit, atau timbulnya penyakit,
Memajukan kebersihan dan ketertiban,
Mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup,
Menghindarkan gangguan debu, gas, uap dan bauan yang tidak
menyenangkan,
2-19
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
Penanggulangan sampah,
Persyaratan kakus (WC),
Kebutuhan locker (tempat penyimpanan pakaian),
Dll.
2-20
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
KEPUTUSAN MENTERI
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 33 Tahun 1989 Tentang Diagnosa
dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
Diagnosa penyakit akibat kerja dapat ditemukan atau didiagnosa sewaktu
melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan sewaktu
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja. Setelah penyakit akibat kerja
didiagnosa harus dilaporkan dalam waktu 2 x 24 jam.
2-21
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
2-22
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
a. Perencanaan Proyek
b. Pelaksanaan Fisik Proyek
1) Pekerjaan panggilan
2) Pekerjaan pondasi
3) Pekerjaan konstruksi beton
4) Pekerjaan konstruksi baja
5) Pekerjaan finishing
c. Serah Terima Proyek
d. Pemeliharaan Konstruksi
a. K3 listrik tersirat dalam Bab II Pasal 2 ayat (2) huruf q UU 1/70, yaitu
tertulis : di setiap tempat dimana dibangkitkan, diubah, dikumpulkan
disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air.
Dari ketentuan tersebut dapat digambarkan ruang lingkup K3 listrik, yaitu
mulai dari pembangkitan, jaringan transmisi Tegangan Ekstra Tinggi
(TET), Tegangan Tinggi (TT), Tegangan Menengah (TM) dan jaringan
distribusi Tegangan Rendah (TR) sampai dengan setiap tempat
pemanfaatannya, khususnya tempat kerja.
2-23
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
2-24
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
2-25
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
BAB 3
PENERAPAN INTERNATIONAL STANDARDS AND CODES
3.1 Umum
Dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang mulai banyak dikenal
dimasyarakat luas saat ini adalah diberikan sebagai berikut ini :
1. OHSAS 18001:1999, Occupational Health And Safety Assessment Series
2. OHSAS 18002:2000, Guideline for the implementation of OHSAS 18001:1999
3. COHSMS, Construction Industry Occupational Health and Safety Management
Systems
4. ILO, Guideline on Occupational Safety and Health Management System, 2001
5. Guidelines or Development and Application of Health, Safety and Environmental
Management Systems, Report No. 6.36/210, E & P Forum July1994, London
3-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
Persyaratan Administrasi
Pasal 2 :
Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib
dilaporkan kepada direktur atau pejabat yang ditunjuk.
Laporan harus memuat keterangan :
1) Identitas : Perencana Konstruksi
Pelaksana Konstruksi.
2) Penanggung jawab : Pelaksana Konstruksi
Pengawas Konstruksi
3) Perlindungan Jamsostek
4) Jenis-jenis Pekerjaan
5) Waktu pelaksanaan setiap jenis pekerjaan
6) Jumlah pekerja
7) Fasilitas pesawat, alat, mesin dan perlengkapan kerja yang tersedia.
8) Bahan-bahan Berbahaya
9) Fasilitas K3 yang tersedia.
10) Unit K3 (Susunan Pengurus)
11) Usaha-usaha K3 yang akan dilakukan.
Pengambilan Formulir:
1) Laporan pekerjaan/proyek konstruksi bangunan disediakan oleh
Kantor Depnakertrans/ Kantor Dinas Tingkat Kota/Kabupaten.
2) Laporan pekerjaan/ proyek konstruksi bangunan dibuat rangkap. 5
(lima) dengan menggunakan bentuk dan isi laporan sesuai dengan
Surat Dirjen Binawas No. B. 147/BW/KK/IV/1997.
Tata Cara Pengisian
1) Laporan pekerjaan/proyek konstruksi harus dibuat secara tertulis dan
disampaikan kepada Kepala Kantor Depnakertrans/Kadinas Tenaga
Kerja di tempat Proyek tersebut.
2) Cara penyampaian laporan pekerjaan / proyek konstruksi bangunan
disampaikan kepada Kepala Kantor Depnakertrans / Kadinas Tenaga
Jerha secara langsung atau melalui pos.
3) Kepala Kantor Depnakertrans/ Kadinas Tenaga Kerja menerima
laporan pekerjaan/proyek konstruksi bangunan wajib mencatat dan
3-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
Dialog Box:
a. Bahwa wajib lapor pekerjaan proyek/konstruksi bangunan wajib
dilaporkan oleh kontraktor/ pelaksana konstruksi.
b. Pemerintah Kabupaten/ Kota kemudian melakukan pencatatan/
register dari laporan tersebut.
c. Pelaksana konstruksi memahami tanggung jawab keselamatan dan
kesehatan kerja di bidang konstruksi bangunan.
d. Pemerintah Kabupaten/ Kota dapat memperoleh data-data teknis K3,
kemudian dapat dipakai untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan K3 konstruksi bangunan.
e. Isi materi :
1) Data-data Pelaksana Konstruksi/ Konsultan Pengawas/
Konsultan Perencana.
2) Data-data teknis proyek.
3) Tahapan pekerjaan konstruksi
4) Instalasi/pesawat/alat yang dipakai. 5) Unit K3 proyek
6) Kompetensi personil K3 7) Jumlah pekerjaan
8) Bahan-bahan berbahaya
9) Prosedur Kerja Aman tahapan pekerjaan konstruksi.
3-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
3-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
3-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4) Pengesahan Akte :
a) Setelah meneliti Wajib Lapor pekerjaan proyek/ konstruksi bangunan.
b) Melakukan pemeriksaan K3 proyek oleh Pengawas Spesialis K3
Konstruksi.
c) Menerbitkan Akte Pengawasan.
d) Melakukan pemeriksaan berkala, sampai proyek selesai.
Dialog Box:
a. Akte Pengawasan merupakan dokumen teknis K3.
b. Proyek/ konstruksi bangunan dengan lama proyek 6 (enam) bulan
atau lebih wajib diterbitkan Akte ini.
3-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
BAB 4
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENERAPAN K3
4-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
Ayat (3)
Proses pembuatannya harus memenuhi SNI atau Standar Internasional yang diakui
Ijin Pemasangan Lift
Pasal 24 Ayat (4)
Gambar rencana pemasangan lift terdiri :
– Denah ruang mesin dan peralatannya
– Konstruksi mesin dan penguatannya
– Diagram instalasi listrik
– Diagram pengendali
– Rem pengaman
– Bangunan ruang luncur dan pintu-pintunya
– Rel pemandu dan penguatannya
– Konstruksi kereta
– Governor dan peralatannya
– Kapasitas angkut, kecepatan, tinggi vertikal
– Perhitungan tali baja
4-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
e. Kompartemen
Amati jalur evakuasi, intu keluar atau tangga darurat apakah ada rintangan yang
dapat mengganggu, apakah ada petunjuk arah, apakah ada penerangan darurat,
panjang jarak tempuh mencapai pintu ke luar tidak melebihi 36 meter untuk resiko
berat.
f. Alat pemadam api ringan
Apakah ada pemadam api ringan telah sesuai jenis dan cukup jumlahnya. Apakah
penempatannya mudah dilihat dan mudah dijangkau serta muda untuk diambil.
Periksa pula masa efektif bahkan pemadamnya serta masa uji tabungnya.
g. Instalasi alarm
– Periksalah apakah memiliki pengesahan, ada dokumen teknis seperti gambar
pemasangan, katalog, dan petunjuk pemeliharaan;
– Periksa hasil pemeriksaan terakhir, apakah syarat-syarat yang diberikan
sebelumnya telah dilaksanakan;
– Periksalah indikator pada panel kontrol dalam status stand by;
– Lakukan test fungsi perlengkapan pada panel. Apakah telah dipasang
penandaan zone alarm;
– Lakukan test fungsi kerja sistem dengan mengaktifkan tombol manual dan
detektor pada setiap zona alarm sambil mencocokkan gambar dengan
pelaksanaannya. Amati konfirmasi indikasi lokal alarm dan indikasi pada panel
apakah berfungsi dan sesuai dengan nomor zonenya. Amati pula apakah
kekerasan suara alarm dapat didengar pada jarak terjauh pada zone tersebut;
– Lakukan test open circuit dengan cara membuka resistor pada rangkaian
detektor terakhir. Amati konfirmasi pada panel, apakah ada indikasi foult alarm;
– Catat semua penyimpangan yang ditemukan.
h. Instalasi Hydrant dan Sprinkler
– Periksalah apakah memiliki pengesahan, ada dokumen teknis seperti gambar
pemasangan, katalog, dan petunjuk pemeliharaan ;
– Periksa hasil pemeriksaan terakhir, apakah syarat-syarat yang diberikan
sebelumnya telah dilaksanakan ;
– Periksalah indikator pada panel kontrol apakah dalam status stand by ;
– Periksa ruang pompa dan catat data-data teknik pompa, motor penggerak dan
perlengkapan yang ada, panel kontrolnya dan lain-lain ;
– Periksa sistem persediaan air apakah dapat menjamin kebutuhan air untuk
operasi pemadaman dalam waktu sesuai standar waktu tertentu;
– Lakukan test kerja pompa dengan membuka kerangan uji yang disediakan
dalam ruang pompa dan amati tekanan pompa.
4-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-11
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-12
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-13
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-14
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-15
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-16
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-17
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-18
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-19
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-20
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-21
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4) SK Mutasi asli dengan dilampiri buku Pengesahan yang telah dicatat dalam
buku Register, disampaikan kepada Pemakai yang baru, tindasan pertama
disimpan di Dinas setempat dan tindasan kedua disampaikan kepada
Pemerintah.
m. Persyaratan Keselamatan Kerja dan Ketentuan Teknis Pelaksanaan Kegiatan
Pemeriksaan dan Pengujian serta Penertiban Pengesahan Pemakaian Bejana
Tekan
1) Persyaratan Keselamatan Kerja yang harus dipatuhi bejana tekan dan
ketentuan teknis pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan pengujian serta
penertiban Pengesahan Pemakaian Bejana Tekan sebagaimana dimaksud
dalam uraian terdahulu harus mentaati ketentuan-ketentuan yang telah diatur
dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970, Peraturan Menteri No
Per.01/Men/1982 dan Peraturan-peraturan pelaksanaannya serta standar
teknis pendukungnya.
2) Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud di atas, meliputi:
a) Ketentuan tentang kualitas konstruksi bejana tekan, pemipaan dan sarana
penunjangnya
b) Ketentuan tentang kualitas dan kuantitas alat perlengkapan/ alat
pengaman.
c) Ketentuan tentang kualifikasi perusahaan pembuat, perakit, pemasang,
reparator, perawatan dan operator bejana tekan.
d) Ketentuan teknis pemeriksaan dan pengujian.
e) Ketentuan teknis pesawat uap yang tidak perlu pengesahan pemakaian.
f) Ketentuan teknis yang berkaitan dokumen teknis bejana tekan, pemipaan,
sarana penunjang dan dokumen teknik pemeriksaan dan pengesahan
pemakaian.
4-22
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-23
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-24
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
– kencing manis
– asma, bronchitis, pneumonia
– gangguan jiwa
– penyakit kulit
– penyakit pendengaran
– penyakit pinggang
– penyakit kelainan pada kaki
– hernia
– hepatitis/penyakit hati
– ulkus peptikum
– anemia
– tumor
– dan lain-lain.
c) Pemeriksaan klinis :
Seperti pemeriksaan klinis untuk penyakit umum, hanya lebih
memperhatikan kemungkinan adanya pengaruh dari faktor-faktor dalam
lingkungan kerja.
– Pemeriksaan Mental
Keadaan kesadaran, sikap dan tingkah laku, kontak mental, perhatian,
inisiatif, intelegensia dan proses berfikir.
– Pemeriksaan Fisik
Fisik diagnostic dari seluruh bagian badan dengan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi, pengukuran tekanan darah, nadi, pernafasan,
tinggi badan, berat badan, pemeriksaan ketajaman penglihatan,
pendengaran, perabaan, reflek, kesegaran jasmani.
– Pemeriksaan Laboratorium
Untuk membantu menegakkan diagnosa (darah, urine, faeces)
– Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan untuk melihat dan menilai kondisi
kesehatan tenaga kerja dikatikan dengan jenis pekerjaan yang akan
dikerjakannya, misalnya; Rogent dada, alergi test, spirometri test,
E.C.G., buta warna dan lain-lain.
Hasil Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Awal
a. Sehat (tidak didapat kelainan) boleh bekerja tanpa syarat :
– boleh bekerja berat
– boleh bekerja ringan
– boleh bekerja diberbagai bagian
4-25
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-26
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-27
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
c. Tujuan P3K
Pertolongan pertama tersebut dimaksudkan untuk memberikan perawatan darurat
pada korban, sebelum pertolongan yang lebih lengkap diberikan oleh dokter atau
petugas kesehatan lainnya. P3K diberikan untuk; menyelamatkan nyawa korban,
meringankan penderitaan korban, mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah,
mempertahankan daya tahan korban dan mencarikan pertolongan yang lebih lanjut.
4-28
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-29
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
– Luka bakar yang disebabkan karena panas kering, kontak dengan aliran
listrik, gesekan dari roda yang berputar, asam dan basa kuat, panas yang
basah
Kesiapan pertolongan baik tenaga penolong maupun sarana dan peralatan yang
diperlukan. Pedoman tindakan :
– Petugas/ personil
– Buku petunjuk
– Kotak P3K
– Alat pengangkut penderita
– Isi kotak P3K
– Kotak khusus dokter
– Transportasi
– Peralatan darurat pada pabrik, seperti pancaran air dan tempat cuci.
2) Pelaksanaan P3K
Pertolongan gangguan sirkulasi :
Gangguan peredaran darah dengan tanda-tanda muka pucat, kulit basah dan
dingin, nadi cepat dan lemah, pernafasan cepat dan tak teratur serta gelisah
maka berikan pertolongan dengan cara :
– Bawa korban ke tempat yang teduh dan aman
– Tidurkan terlentang tanpa bantal atau posisi kepala lebih rendah dari kaki
– Longgarkan semua pakaiannya dan beri selimut agar hangat
– Apabila ada perdarahan hentikan perdarahan dengan pasang pembalut
Pertolongan gangguan pernafasan :
Gangguan pernafasan dapat ditolong dengan pernafasan buatan dari mulut ke
mulut atau dari mulut ke hidung, yang meliputi tahapan sebagai berikut :
– Baringkan korban terlentang
– Longgarkan pakaian korban
– Bersihkan mulut, hidung dan tenggorokan (dengan jari, pukulan punggung
dan tekanan perut). Pada pernafasan buatan dari mulut ke mulut, tutup
hidung korban dan pada pernafasan buatan dari mulut ke hidung gunakan
ibu jari satu tangan untuk menahan dagu dan menekan bibir bawah agar
mulut tertutup.
– Ambil nafas dan berikan 4 kali hembusan nafas dengan cepat sehingga
dada korban mengembang
– Lanjutkan pertolongan nafas 12 – 15 kali permenit
– Sesudah satu menit periksa kembali dan lakukan setiap beberapa menit
4-30
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
– Jika sudah bernafas awasi pernafasannya dan jika tidak bernafas dilanjutkan
bantuan pernafasan
Apabila nadi tidak teraba atau tidak ada denyut jantung maka dipilih teknik
kombinasi antara pernafasan buatan dengan pijit jantung dengan tahapan
sebagai berikut :
– Korban baringkan terlentang di atas dasar yang keras dan kuat
– Kepala korban ditengadahkan
– Letakkan salah satu tangan penolong pada 2 (dua) jari di atas ujung tulang
dada korban dan tangan yang lain diletakkan di atas tangan yang pertama
– Dengan kedua tangan tegak lurus terhadap tulang dada dilakukan tekanan
dengan bantuan berat badan sebanyak 60 kali permeint
– Bila penolong hanya seorang dilakukan dulu pernafasan buatan 2 (dua) kali
disusul dengan pijatan jantung luar 15 kali dan bila ada dua penolong maka
dilakukan bersama-sama dengan perbandingan 1 : 5
– Setelah beberapa menit lihat dan raba nadi
Pertolongan gangguan kesadaran :
Gangguan kesadaran dengan tanda-tanda keluar keringat dingin, muka pucat,
muntah dan hilang kesadaran maka dapat diberikan pertolongan dengan cara :
– Angkat penderita ke tempat yang teduh dan baik sirkulasi udaranya
– Tidurkan terlentang tanpa bantal dan longgarkan semua pakaian
– Bila penderita muntah, letakkan penderita dalam keadaan miring
– Berikan rangsangan dengan menciumkan bau-bauan misalnya; alcohol,
amoniak, minyak wangi dan lain-lain
– Bawa ke dokter, rumah sakit atau poliklinik terdekat.
Pertolongan Perdarahan Karena Luka :
Perdarahan karena luka nampak dari luar berupa terputusnya pembuluh darah,
maka dapat dilakukan pertolongan dengan cara :
– Tekan tempat perdarahan dengan kain kasa 5 – 15 menit dan bila perlu
tekan bagian pangkal dari tempat perdarahan
– Tinggikan anggota badan yang terluka atau berdarah lebih tinggi dari jantung
– Tidurkan korban dengan kepala lebih rendah kecuali pada perdarahan
kepala dan sesak nafas
– Tenangkan korban dan ajak bicara
– Segera bawa ke dokter, rumah sakit atau poliklinik
4-31
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-32
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
4-33
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
RANGKUMAN
Bab 1 :
1. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari perlindungan tenaga
kerja dari risiko kecelakaan yang berkembang secara pesat sejak Revolusi Industri.
Dalam sejarah perkembangannya keselamatan dan kesehatan kerja disamping ditujukan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan, juga ditujukan untuk menghindarkan terjadinya
kerugian akibat rusaknya bahan, mesin, alat maupun hilangnya waktu kerja. Aspek
perlindungan atas dasar kemanusiaan di satu pihak, juga mencakup aspek yang bersifat
ekonomis dari sisi pengusaha.
Bab 2 :
1. Peraturan perundang-undangan yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja
mempunyai peranan yang besar di dalam mendorong diterapkannya usaha-usaha
keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Sikap pimpinan kontraktor dan
komitmennya dalam memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
tenaga kerja seharusnya seimbang dengan tujuan pemikiran untuk mencegah kerugian
ekonomis akibat kecelakaan.
2. Di Indonesia secara historis peraturan keselamatan dan kesehatan kerja telah ada sejak
pemerintahan Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan dan diberlakukannya Undang-
undang Dasar 1945, maka beberapa peraturan termasuk peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja yang pada waktu itu berlaku yaitu Viligheids Reglement telah dicabut
dan diganti dengan Undang-undang Keselamatan Kerja, Lembaran Negara No. 1 Tahun
1970.
Bab 3 :
Sudah cukup banyak peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja) dari dalam negeri dan internasional yang harus dipatuhi dan apabila
dilanggar akan ada sangsinya.
Sehubungan dengan itu sudah saatnya penerapan ketentuan K3 diintensifkan agar
terbangun kesadaran dan kedisiplinan serta kepatuhan terhadap perundang-undangan yang
berlaku, sehingga kegiatan pembangunan konstruksi betul-betul tercapai nihil kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
Bab 4 :
1. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja konstruksi/ proyek sangat
tergantung dari kesadaran dan komitmen pimpinan kontraktor, disiplin para pekerja dan
pengawasan pemerintah. Penerapan sanksi yang konsekuen akan berpengaruh
terhadap kepatuhan ketentuan-ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Penggunaan teknologi maju untuk kepentingan kemajuan industri konstruksi akan terus
berkembang sesuai dengan kebutuhan pembanguanan setiap negara. Untuk
menghindarkan dampak yang dapat merugikan terhadap manusia, khususnya terhadap
para pekerja dan lingkungan, maka dibutuhkan peraturan-peraturan maupun standar-
standar yang sesuai dengan perkembangan. Peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja tersebut akan menciptakan rasa aman dan memberi rasa perlindungan terhadap
para pekerja.
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Peraturan Perundang-undangan K3
DAFTAR PUSTAKA