Anda di halaman 1dari 40

PENGEMBANGAN

4
SUMBERDAYA AIR
Foto: Direktorat Pengairan dan Irigasi, Bappenas dan PJT Jawa Barat

No Water
No Civilization

Air adalah peradaban dan tanpa air kehidupan akan musnah. Dapatkah peradaban dan eksistensi
suatu bangsa musnah? Pelajarilah sejarah kemanusiaan dan memang benar suatu bangsa dapat
musnah. Perhatikanlah bahwa Tuhan lah yang mempunyai kerajaan. Dia berikan kerajaan
kepada orang yang Dia kehendaki dan Dia cabut kerajaan dari orang yang Dia kehendaki. Dia
muliakan orang yang Dia kehendaki dan Dia hinakan orang yang Dia kehendaki. Di tangan Dia
lah segala kebajikan dan sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia masukan
malam ke dalam siang dan Dia masukan siang ke dalam malam. Dia keluarkan yang hidup dari
yang mati dan Dia keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Dia berikan rezeki siapa yang Dia
kehendaki tanpa batas. Perhatikan pula bahwa jika sumber air kamu menjadi kering, maka
siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu? (Al Qur'an 3:26-27 dan 67:50).
PSDA 1

1.1. PENDAHULUAN

A ir adalah asal muasal dari segala macam bentuk kehidupan di planet


bumi ini. Dari air bermula kehidupan dan karena air peradaban
tumbuh dan berkembang. Logika sederhananya, tanpa air peradaban akan surut dan bahkan
kehidupan akan musnah karena planet bumi akan menjadi sebuah bola batu dan pasir raksasa
yang luar biasa panas, masif, dan mengambang di alam raya menuju kemusnahan. Air
menopang kehidupan manusia, termasuk kehidupan dan kesinambungan rantai pangan mahluk
hidup di bumi. Karena itulah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mendeklarasikan bahwa air
merupakan hak azasi manusia; artinya, setiap manusia di muka bumi ini mempunyai hak dasar
yang sama terhadap pemakaian air.
Namun, inilah yang saat ini menjadi pokok masalah kita, umat manusia. Air secara sangat
cepat menjadi sumberdaya yang makin langka dan tidak ada sumber penggantinya. Walaupun
sekitar 70 persen permukaan bumi ditempati oleh air, namun 97 persen darinya adalah air asin dan
tidak dapat langsung dikonsumsi manusia. Dari jumlah yang sedikit yang mungkin dapat
dimanfaatkan tersebut, manusia masih menghadapi permasalahan yang amat mendasar. Pertama,
adanya variasi musim dan ketimpangan spasial ketersediaan air. Pada musim hujan, beberapa
bagian dunia mengalami kelimpahan air yang luar biasa besar dibandingkan dengan bagian lain
sehingga berakibat terjadinya banjir dan kerusakan lain yang ditimbulkannya. Pada musim kering,
kekurangan air dan kekeringan menjadi bencana yang mengerikan di beberapa bagian dunia
lainnya yang mengakibatkan terjadinya bencana kelaparan dan kematian. Sungai Gangga di India,
misalnya, mengakumulasi debit sampai dua juta kaki kubik per detik pada musim hujan dan
menyusut sampai kurang dari 10.000 kaki kubik per detik di musim kemarau. Beberapa bagian
dunia seperti Afrika Utara dan Timur Tengah yang mempunyai jumlah penduduk lebih dari lima
persen penduduk dunia hanya memiliki potensi sekitar kurang dari satu persen dari persediaan air
1
segar dunia dalam setahun .
Permasalahan mendasar yang kedua adalah terbatasnya jumlah air segar di planet bumi
yang dapat dieksplorasi dan dikonsumsi, sedangkan jumlah penduduk dunia yang terus bertambah
menyebabkan konsumsi air segar meningkat secara drastis, dan kerusakan lingkungan termasuk
kerusakan sumber daya air terjadi secara konsisten. Pemakaian air global meningkat lima kali
lipat pada abad yang lalu ketika penduduk dunia meningkat dari satu
1
Salman M.A. Salman. World Bank Technical Paper 524, 2002.
2 PSDA

setengah sampai enam miliar orang, dan ketersediaan air per kapita
diperkirakan akan menurun dengan sepertiganya pada beberapa dekade
mendatang ketika penduduk dunia mencapai hampir sembilan miliar orang di
tahun 2025. Peningkatan jumlah penduduk dunia ini tidak hanya akan
meningkatkan secara drastis konsumsi air segar dunia, akan tetapi juga
kebutuhan akan bahan pangan yang pada gilirannya juga membutuhkan lebih
banyak air untuk pertanian, industri, dan air bersih yang kesemuanya
berujung pada kebutuhan air yang lebih banyak lagi.
Planet bumi kita ini diperkirakan menyimpan sekitar 1.400 juta
kilometer kubik air, namun hanya 35 juta kilometer kubik di antaranya yang
tersedia dalam bentuk air segar (freshwater) yang dapat langsung dikonsumsi
manusia. Itupun, sebagian besar dari air segar tersebut tidak dapat diakses
langsung oleh manusia karena terperangkap dalam bentuk bongkahan dan
gunung-gunung es di kutub, glasier, dan air tanah sangat dalam. Air segar
yang langsung dapat dikonsumsi manusia adalah berupa air hujan yang
tercipta dari siklus hidrologi global yang jumlah rata-rata per tahunnya
hanya sekitar
119.000 kilometer kubik, namun 74.000 kilometer kubik di antaranya
menguap kembali ke atmosfir. Sisa air hujan sebesar 45.000 kilometer kubik
mengalir ke danau-danau, waduk dan sungai-sungai, atau meresap kembali ke
tanah untuk menggantikan air tanah yang
hilang. Dengan demikian, tidak semua
sumber air sebanyak 45.000 kilometer
kubik dapat dikonsumsi oleh manusia oleh
karena sebagian air tersebut mengalir
selama musim hujan atau berupa banjir ke
sungai-sungai yang terpencil jauh di
pedalaman dan di pelosok hutan belantara.
Diperkirakan dalam setahun hanya sekitar
9.000 sampai 14.000 kilometer kubik saja
air segar yang akhirnya tersedia dan dapat
Sumber: Luke Saffigna, Adventure Associates
dikonsumsi oleh manusia, suatu jumlah
Gambar 4.1 yang sangat kecil (0,26-0,40 persen) apabila dibandingkan dengan potensi air
segar di bumi. Sementara itu penarikan (withdrawals) air segar dari alam
Glasier Perito Moreno,
Argentina diperkirakan mencapai 5.950 kilometer kubik setahun terdiri dari penggunaan
air segar oleh manusia sebanyak 3.600 kilometer kubik dan jumlah air segar
yang masih harus dipertahankan untuk kesinambungan ekologi sungai dan
konservasi ekosistem air yang mencapai sekitar 2.350 kilometer kubik per
2
tahun .

2
FAO, 2002, Crops and Drops: making the best use of water for agriculture.
PSDA 3

Dengan memperhitungkan pertumbuhan penduduk dunia dan


kebutuhan akan air yang mengiringinya, masa depan neraca air global,
ketersediaan infrastruktur dan pelayanan sumber daya air nampaknya akan
menjadi sangat timpang dan sensitif. Sementara itu, penyebaran penduduk
dan ketersediaan sumber daya air segar yang tidak merata di permukaan bumi
menambah intensitas permasalahan kelangkaan air. Amerika dan Australia,
misalnya, mempunyai potensi air segar per kapita 100 kali lebih besar dari
Ethiopia. Di Eropah dan Amerika Utara, 70 Mata air Umbulan,
Jawa Timur
persen dari potensi sumber daya air telah
Gambar 4.2
diman faatkan untuk memban gun
pembangkit listrik tenaga air (PLTA),
sementara di Asia hanya 30 persen. Di
Afrika hanya menggunakan sekitar tiga
persen dari potensi air yang dapat
diperbaruinya, hanya sekitar enam persen
dari lahannya yang beririgasi, dan hanya
lima persen dari potensi airnya yang
dibangun untuk PLTA. Sementara itu 15
persen dari penduduk Amerika Latin dan
Karibia, 20 persen dari
penduduk Asia, dan 40 persen dari Sumber: Direktorat Pengairan dan Irigasi, Bappenas
3
penduduk Afrika tidak mempunyai akses terhadap air bersih dan sanitasi yang sehat . Disparitas
air dan penduduk dunia tersebut telah menyebabkan beberapa negara dan bagian dunia
telah berada dalam kondisi krisis air yang mendalam diiringi dengan meningkatnya kompetisi
dan konflik untuk memperebutkan sumber-sumber air.
Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water Forum II di
Denhaag tahun 2000, memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di
beberapa negara. Meskipun Indonesia termasuk 10 negara kaya air namun krisis air diperkirakan
akan terjadi juga, sebagai akibat dari kesalahan pengelolaan air yang tercermin dari tingkat
pencemaran air yang tinggi, pemakaian air yang tidak efisien, fluktuasi debit air sungai yang
sangat besar, kelembagaan yang masih lemah dan peraturan perundang-undangan yang tidak
memadai. Ketersediaan air di Indonesia mencapai 15.000 meter kubik per kapita per tahun
--masih di atas rata-rata dunia yang hanya 8.000 meter kubik per kapita per tahun-- namun jika
ditinjau ketersediaannya per pulau akan sangat lain dan bervariasi. Pulau Jawa yang luasnya
mencapai tujuh persen dari total daratan wilayah Indonesia hanya mempunyai empat setengah

3
J. Winpenny : Financing Water For All, World Water Council, March 2003
4 PSDA

persen dari total potensi air tawar nasional, namun


pulau ini dihuni oleh sekitar 65 persen total penduduk
Indonesia. Kondisi ini menggambarkan potensi kelangkaan
air di Pulau Jawa sangat besar. Jika dilihat ketersediaan air
per kapita per tahun, di Pulau Jawa hanya tersedia 1.750
meter kubik per kapita per tahun, masih di bawah standar
kecukupan yaitu 2000 meter kubik per kapita per tahun.
Jumlah ini akan terus menurun sehingga pada tahun 2020
diperkirakan hanya akan tersedia sebesar 1.200 meter kubik
per kapita per tahun. Apabila fenomena ini terus berlanjut
maka akan terjadi keterbatasan pengembangan dan
Sumber : PJT II, Jawa Barat pelaksanaan pembangunan di daerah-daerah tersebut karena
daya dukung sumberdaya air yang telah terlampaui. Potensi
4
Gambar 4.3 krisis air ini juga terjadi di Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan .
Hulu Sungai Citarum Masalah air di Indonesia ditandai juga dengan kondisi lingkungan
di Jawa Barat
yang makin tidak kondusif sehingga makin mempercepat kelangkaan air.
Kerusakan lingkungan antara lain disebabkan oleh terjadinya degradasi daya
Gambar 4.4
dukung daerah aliran sungai (DAS) hulu akibat kerusakan hutan yang tak
Sebuah Catchment Area
Yang Terancam terkendali sehingga luas lahan kritis sudah mencapai 18,5 juta hektar. Di
samping itu jumlah DAS kritis yang berjumlah 22 buah pada tahun 1984
telah meningkat menjadi 59 buah pada tahun 1998.
Fenomena ini telah menyebabkan turunnya kemampuan
DAS untuk menyimpan air di musim kemarau sehingga
frekuensi dan besaran banjir makin meningkat, demikian
juga sedimentasi makin tinggi yang menyakibatkan
Sumber : PJT II, Jawa Barat
pendangkalan di waduk dan sungai sehingga menurunkan
daya tampung dan pengalirannya. Pada tahun 1999
terdeteksi bahwa dari 470 DAS di Indonesia, 62 di antaranya dalam kondisi
Defisit Air DAS Citarum kritis, yang diprediksi dari perbandingan aliran maksimum dan minimum
sungai-sungai yang sudah jauh melampaui batas normalnya. Keadaan ini
Kotak 4.1
diperparah oleh degradasi dasar sungai
Sawah seluas 240.000 hektar yang diairi oleh Sungai Citarum akibat penambangan bahan galian
di Jawa Barat terancam kekeringan pada awal musim tanam
2004. Ancaman kekeringan ini disebabkan DAS Citarum
golongan C di berbagai sungai di Jawa,
mengalami defisit air hingga 787,91 juta m3. Selain itu Bali, Nusa Tenggara Barat, dan
hingga 28 Maret 2003, elevasi air Waduk Saguling menurun Sumatera Barat yang telah menyebabkan
7,64 meter dibandingkan elevasi air normal. Demikian juga
halnya dengan Waduk Cirata dan Jatiluhur yang elevasi airnya kerusakan struktur dan fungsi prasarana
turun masing-masing dengan 9,0 dan 17,0 meter dari elevasi dan sarana di sepanjang sungai.
normal (Kompas, 19 April 2003).

4
Isnugroho (2000) mengutip orasi Dyah R. Pangesti (2000) pada pengukuhan ahli peneliti utama bidang sungai
PSDA 5

Penyedotan air tanah terutama di beberapa kota besar di Indonesia


yang melebihi kemampuan alami untuk mengisinya kembali makin tidak
terkendali sejalan dengan perkembangan permukiman dan pertumbuhan
kegiatan ekonomi penduduk yang pada akhirnya
menyebabkan permukaan tanah turun, muka air
Kondisi muka air tanah (MAT) di kota Bandung
tanah menurun, dan terjadinya intrusi air laut.
mengalami penurunan antara 5 cm sampai 7,3 meter
Sebagai contoh, di wilayah Leuwigajah per tahun. Hingga tahun 2002, MAT berada sekitar
(Bandung) telah terjadi penurunan muka air 100 meter dibawah permukaan tanah. (Kompas, 22
April 2003).
tanah yang mencapai 60 meter sedangkan di
Jakarta muka air tanah turun rata-rata antara
setengah sampai dengan tiga meter per tahun dan intrusi air laut telah sampai Kotak 4.2
5
di wilayah Jakarta Pusat yaitu di daerah Monumen Nasional . Penurunan MAT Bandung Turun
100 Meter
muka air tanah tersebut telah menyebabkan turunnya permukaan tanah
dengan laju 2,3 sampai dengan 34 centimeter per tahun sehingga
meningkatkan kerentanan wilayah-wilayah tersebut terhadap banjir.
Salah satu implikasi terbesar dari kelangkaan air global dan lokal
adalah jaminan kesinambungan ketahanan pangan (food security). Sebagian
besar dari sekitar 800 juta penduduk dunia yang masih mengalami
kekurangan pangan dan kelaparan hidup di wilayah-wilayah yang mengalami
kekurangan air yang laten. Dari sekitar 3.600 kilometer kubik air yang
dikonsumsi manusia per tahun (ekivalen dengan 580 meter kubik per kapita
per tahun), sekitar 69 persen di antaranya dipergunakan untuk sektor
pertanian --bahkan di Asia mencapai rata-rata sekitar 83 persen-- sedangkan
sisanya sebesar 21 persen untuk industri, dan 10 persen untuk sektor
perkotaan. Ancaman kelangkaan air untuk kehidupan manusia ini menjadi
lebih kita pahami bila menyadari bahwa untuk memproduksi satu kilogram
6
beras diperlukan sekitar satu sampai tiga ton air . Di Indonesia, pada tahun
2020 kebutuhan air untuk keperluan irigasi masih mencapai 74,1 persen
dari total kebutuhan sedangkan lainnya digunakan untuk keperluan domestik,
perkotaan, dan industri (domestic, municipal and industries - DMI) sebanyak
11,34 persen, pemeliharaan sungai 11,53 persen, dan sisanya untuk
7
keperluan tambak dan peternakan .
Pemakaian air yang besar untuk produksi pertanian tersebut telah membawa
berkembang berada dalam keadaan krisis air. Dalam waktu beberapa tahun ke depan ini dunia
mempunyai kecenderungan akan mengalami kekurangan pangan yang
penggunaan air yang

5
Budi Santoso, 2000, Kondisi Sumberdaya Air serta Tantangan dalam Menunjang Pengembangan Agribisnis.
6
FAO, op cit, halaman 2.
7
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jendral Sumber Daya Air, 2003, halaman 3.
6 PSDA

sangat berlebihan dan tidak terkontrol. Kontaminasi dan kerusakan sumber


air tanah serta sistem irigasi yang sangat tidak efisien diperkirakan akan berakibat
kepada kurangnya produksi biji-bijian seperti padi dan gandum sampai dengan 10 persen
di tahun 2025, suatu angka yang sama dengan kehilangan produksi gandum selama
8
setahun di India . Jumlah tersebut setara dengan kehilangan seluruh produksi selama
setahun dari daerah Sub Sahara Afrika, Asia Barat, dan Afrika Utara.
Secara global, luas lahan irigasi meningkat secara tajam dari 50 juta hektar
di permulaan abad ke-20 menjadi lebih dari 250 juta hektar saat ini. Oleh karenanya
sektor pertanian dengan irigasi teknis dan non-teknis adalah pemakai terbesar air yang
diambil dari sumber air sungai, danau, dan air tanah, yang mencapai sekitar 73 persen
dari penarikan air segar dunia. Bahkan di negara-negara berkembang, khususnya Afrika,
pemakaian air irigasi pertanian jauh melampaui 73 persen dari total penarikan airnya
sedangkan di India jauh lebih besar yaitu 93 persen. Di sisi lain, harus diakui bahwa
irigasi yang secara tradisional dikelola oleh pemerintah merupakan sektor publik yang
paling tidak efisien dengan biaya investasi yang makin mahal dan jumlah subsidi yang
besar serta ditandai dengan transparansi dan akuntabilitas publik yang kurang atau tidak
9
ada samasekali terhadap kinerjanya .
Kekurangan air pada suatu kawasan juga akan memicu terjadinya konflik
di kawasan tersebut, baik konflik antarwilayah, antarsektor, maupun konflik antarpetani
dan pengguna air lainnya. Dalam skala tertentu, konflik penggunaan air secara
horizontal sudah terjadi di Indonesia terutama antara daerah hulu dan hilir. Sementara itu
kecepatan dan jumlah pemompaan air tanah yang sangat besar telah jauh melampaui
kecepatan alam untuk mengisinya kembali. PBB juga melaporkan perkiraan turunnya
lapisan akuifer di Cina bagian utara, Asia bagian barat, dan Afrika bagian utara. Cina
bahkan telah melaporkan penurunan muka air tanah yang besar, yakni sekitar enam
meter di dataran bagian utara yang memproduksi lebih dari separuh produksi gandum
dan sepertiga produksi jagung nasional. Banyak danau di wilayah tersebut juga telah
mengering, sementara sumur yang digali sekitar Beijing harus dibor sedalam 800 meter
untuk mendapatkan air. Fenomena ini kita kenali juga di tanah air pada beberapa tahun
terakhir, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan beberapa wilayah di kota
Bandung. Selain ekstraksi air tanah yang besar, pencemaran air permukaan dan air tanah
juga terjadi karena penggunaan pupuk dan pestisida yang salah dan berlebihan.

8
Mark W. Rosegrant, Ximing Cai, dan Sarah A. Cline, 2002, Water and Food to 2025: Policy Responses to the
Threat of Scarcity, halaman 4. International Herald Tribune, Oct. 17, 2002 juga memuat hal yang sama sesuai
laporan bersama International Food Policy Research Institute dan International Water Management Institute .
9
Salman, M.A. Salman, op cit.
PSDA 7

Defisit air global akan membawa konsekuensi katastropik bagi generasi yang
akan datang, apalagi defisit neraca air ini terjadi hampir pada seluruh bagian dunia.
Banyak negara pengimpor gandum seperti Iran, Jepang, dan Mesir sebenarnya juga telah
menjadi pengimpor air karena dibutuhkan 1.000 ton air untuk memproduksi 1 ton terigu
atau sereal. Besarnya pemakaian air tanah dan air permukaan saat ini telah mencapai dua
kali lipat dibandingkan pada tahun 1970 dan diramalkan akan meningkat sebesar 40
persen pada 20 tahun ke depan, akan menjadikan air sebagai sumber daya langka yang
menjadi sumber konflik. PBB juga meramalkan bahwa pada tahun 2025 sekitar separuh
penduduk dunia akan mengalami kelangkaan air yang sangat parah. Di Indonesia,
tampaknya kita tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menyaksikan terjadinya
kelangkaan air tersebut. Sudah banyak sungai yang kering dan tidak mengalirkan air ke
laut pada musim kemarau; delta dan rawa banyak yang mengering, apalagi situ dan
Kotak 4.3
embung-embung di daerah yang berdekatan dengan kota sudah
Three Gorges Dam
banyak diurug untuk kepentingan
permukiman. Kelangkaan tersebut
dapat juga diamati pada beberapa
konflik penggunaan dan distribusi
air. Sebagai contoh, saluran
pembawa air baku Klambu-Kudu
untuk air minum kota Semarang
telah dibobol oleh penduduk yang
merasa memerlukan untuk
memenuhi kebutuhan usaha taninya.
Fenomena kelangkaan air ini
juga akan sangat terasa di perkotaan.
Sumber: Model Three Gorges Dam
Penduduk perkotaan di negara- China Yangtze Three Gorges Project Development Corporation
negara berkembang akan menjadi
sekitar empat miliar orang --dua kali
Three Gorges Dam merupakan bendungan yang fenomenal dengan
lipat dari kondisi saat ini-- pada
panjang mencapai 2.309 meter dan tinggi 185 meter dan akan
kurun waktu dua dekade ke depan. menggenangi areal pertanian seluas 24.500 hektar. Pembangunan
Akan tetapi keperluan air untuk bendungan ini merupakan inisiatif presiden pertama China DR.
penduduk perkotaan ini, termasuk Sun Yat Sen pada tahun 1919 dan saat ini sedang dalam proses
konstruksi yang direncanakan akan selesai tahun 2009. Bendungan
sanitasi dan pembuangan air ini dapat menampung air hingga 22,1 miliar meter kubik ini. Selain
limbahnya, tidak a k a n d a p a t itu, pada bendungan yang terletak di sungai Yangtze di propinsi
d i c u k u p i o l e h ketersediaan air Hubei ini terdapat pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia
yang akan menghasilkan listrik hingga 84,7 juta MWh.
yang ada. Lebih dari satu miliar
orang miskin kota yang tinggal di
perumahan kumuh dan
8 PSDA

kotor tidak memiliki akses terhadap air bersih dan rentan terhadap
penyakit yang disebabkan oleh konsumsi air yang kotor dan terkontaminasi
bakteri. Bahkan kelangkaan air bersih dan sanitasi yang baik, merupakan
10
penyebab utama timbulnya penyakit dan kematian anak . Oleh karena itu, air
di perkotaan akan menjadi sumber konflik dan kerawanan sosial yang amat
mengkhawatirkan dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama lagi.
Bagaimanakah jalan keluar dari krisis air global dan regional yang
akan segera kita hadapi ini? Sebagian dari permasalahan, menurut berbagai
penelitian dapat diatasi dengan memberi harga kepada pemakaian air. Ini
tidak selalu dikonotasikan sebagai privatisasi pengelolaan sumber daya air.
Harga yang cukup tinggi yang dikenakan kepada pemakai air tidak hanya
akan memicu pemakaian air yang lebih efisien, namun juga akan
menghimpun dana bagi pemeliharaan infrastruktur sumberdaya air dan
pembangunan fasilitas yang baru. Akan tetapi karena alasan-alasan politis
dan sosial, tarif pemakaian air harus ditetapkan begitu rupa sehingga tidak
membebani petani dan konsumen air lainnya yang berpendapatan rendah.
Penerapan tarif air juga akan dapat memacu penggunaan teknologi yang lebih
efektif dalam penggunaan air seperti drip irrigation dan sprinkler irrigation
yang dikontrol oleh komputer atau teknik irigasi lain yang lebih efisien.
Penerapan tarif air yang proporsional, pemanfaatan teknologi yang
efisien, serta peningkatan aktivitas konservasi sumber daya air diyakini dapat
meningkatkan ketersediaan air untuk lingkungan hidup manusia. Dengan
Gambar 4.5
prinsip tarif air tersebut, maka subsidi pemakaian air, khususnya di kota-kota
Waduk Ir. Juanda,
Jawa Barat
besar, menjadi tidak relevan. Adalah tidak masuk akal memberikan subsidi
kepada masyarakat kaya di perkotaan yang
menggunakan air untuk mencuci mobil-mobil
mewah yang harganya sangat mahal.
Masyarakat kaya di kota harus membeli air
sesuai dengan harga keekonomiannya
sebagaimana mereka sudah mengkonsumsi air
mineral /kema-san untuk air minumnya dengan
harga yang cukup mahal. Subsidi hanya relevan
untuk masyarakat miskin, baik di kota apalagi di
perdesaan dan daerah tertinggal lainnya.
Sementara masih ada pihak berpendapat bahwa
Sumber: PJT II, Jawa Barat tidak benar meng- komersialkan air yang
selama ini dipandang
orang miskin di kota dan di desa pada musim
10
International Food Policy Research Institute, Press Release on New Report Projects Im pending Water Crisis,
Solution to Avert It, October 16, 2002.
PSDA 9

sebagai common, public goods, akan tetapi haruslah diingat kenyataan bahwa
banyak orang miskin di kota dan di desa pada musim kemarau yang membeli air dari
gerobak air dan truk tangki dengan harga yang jauh lebih mahal dari orang-orang
kaya di kota yang membeli air melalui pipa-pipa perusahaan air minum. Ketika
sungai mengering, waduk menyusut airnya, air tanah disedot secara hebat dan
menurunkan permukaannya jauh ke dalam bumi, maka air dapat berubah menjadi
barang langka yang bukan lagi public goods. Harganya dapat saja menjadi lebih
mahal dari minyak bumi karena manusia dapat bertahan hidup tanpa minyak namun
tidak dapat bertahan tanpa air. Fenomena ini sekarang sudah menjadi kenyataan
dengan lebih mahalnya harga air kemasan dibanding bahan bakar minyak.

1.2 KARAKTERISTIK
SUMBER DAYA AIR

Secara eksplisit karakteristik dasar sumberdaya air antara lain:

- Dapat mencakup beberapa wilayah administratif (cross-

administrative boundary) dikarenakan oleh faktor

topografi dan geologi

- Dipergunakan oleh berbagai aktor (multi-stakeholders)

- Bersifat sumberdaya mengalir (flowing/dynamic resources)

sehingga mempunyai keterkaitan yang sangat erat antara kondisi

kuantitas dengan kualitas, antara hulu dengan hilir, antara

instream dengan offstream, maupun antara air permukaan dengan

air bawah tanah.

- Dipergunakan baik oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang

(antar generasi).
10 PSDA

1.3 KONDISI SUMBER DAYA AIR DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA

Sumberdaya air merupakan sumberdaya alam yang dapat terbarukan (renewable resources), dengan volume

yang sama atau tetap. Secara teoritis volume sumberdaya air di bumi ini memang tidak berubah, dan

mengalami siklus yang tertutup atau berkesinambungan. Namun dinamika kegiatan manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya sedikit demi sedikit mempengaruhi siklus air tersebut. Perubahan yang dapat langsung

dirasakan adalah distribusi dan kualitas sumberdaya air yang dipakai oleh manusiauntuk kehidupannya. Para

ahli menyakini, secara kuantitas sumberdaya air di muka bumi ini adalah tetap, yang berbeda adalah masalah

distribusi dan kualitas air saja. Fetter C.W. “Applied Hydrogeology”, (2001), seorang ahli hidrologi yang

meneliti sumberdaya air di Bumi menyimpulkan bahwa jumlah sumberdaya air adalah tetap, namun distribusi

dan fasanya berbeda, dengan kesimpulan berikut : Hampir dua pertiga permukaan bumi ini ditempati oleh air,

dengan komposisi perbandingan lokasi dan fasa air sebagai berikut :

- 97,2 % merupakan air laut yang bersifat asin sebagai akibat terlarutnya berbagai jenis garam dan mineral

lainnya;

- 2,14 % sebagai es dan gletser yang membeku/fasa padat yang berada di puncak- puncak gunung yang

sangat tinggi (Puncak Jayawijaya di Indonesia);

- 0,16 sebagai air tanah yang berada di bawah permukaan tanah, berupa air tanah dalam dan dangkal;

- 0,009 % sebagai air permukaan yang menempati sungai, danau, situ, kolam, sawah, bendungan, dan lain-

lain;

- 0,005 % sebagai uap air yang berada dalam ruang antar butir tanah pucuk (top soil) yang dapat mendukung

perakaran dan pertumbuhan tanaman;

- 0,001 % sebagai uap air dan hujan yang berada di udara bebas.

Memperhatikan data umum perbandingan dan distribusi tersebut diatas, terlihat bahwa jumlah volume air

tawar yang dapat dimanfaatkan oleh manusia di muka bumi ini sangat terbatas (total sekitar 2,309 % saja),

apalagi saat ini kegiatan manusia telah menimbulkan berbagai bahan pencemar yang mencemari

sumberdaya air tawar

tersebut, sehingga jumlah air tawar yang dapat digunakan oleh manusia semakin kecil dan terbatas.
11 PSDA

1.4 PERMASALAHAN SUMBER


DAYA AIR

Kuantitas sumberdaya air di muka bumi bersifat tetap, demikian juga siklus air. Berbagai masalah

yang berkaitan dengan sumberdaya air di muka bumi selalu menyangkut dua aspek, yaitu kualitas

dan kuantitas sumberdaya air tersebut.

A.Banjir dan Kekeringan

Banjir di musim hujan adalah masalah klasik yang berulang kali terjadi terkait kuantitas

sumberdaya air. Bencana ini menimbulkan kerugian harta, benda serta menghilangkan jiwa.

Selain itu, kekeringan pada musim kemarau juga mengurangi kualitas hidup manusia. Bencana

banjir terjadi karena air hujan yang masuk ke sebuah wilayah daerah aliran sungai (DAS) tidak

dapat ditampung dan ditahan oleh tanah pada daerah resapan. Perubahan peruntukan dan fungsi

lahan resapan menjadi lahan yang kurang mampu menahan air, membuat air hujan dan air larian

dalam jumlah besar dan waktu singkat mengalir masuk ke sungai tanpa sempat tertampung oleh

sungai tersebut. Volume air sungai akan meningkat drastis dan mengalir dengan deras, lalu

menyapu dan menggenangi daerah-daerah yang dilaluinya.

Kondisi sebaliknya terjadi pada musim kemarau. Karena daerah resapan tidak dapat menampung

dan menahan air hujan/air larian pada saat musim hujan, pada saat musim kemarau tidak ada lagi

simpanan air yang dikeluarkan dalam bentuk air mata air dan sungai sebagai aliran air

permukaan. Sebagian besar volume air pada mata air dan sungai menyusut bahkan kering.

Sementara itu, kebutuhan masyarakat akan air bersifat tetap sehingga terjadi ketimpangan antara

kebutuhan dengan ketersediaan sumberdaya air.

Untuk memenuhi kebutuhan air, masyarakat akhirnya memakai sumberdaya

air yang terbatas dan tercemar, sehingga mendorong terjangkitnya berbagai penyakit yang

berkaitan dengan keterbatasan sumberdaya air seperti penyakit diare, kulit dan lain-lain.
12 PSDA

B. Pencemaran Sumberdaya Air

Secara alami kualitas air hujan yang belum bersentuhan dengan permukaan

tanah memiliki kualitas yang baik dan dapat digolongkan sebagai air bersih. Namun proses

pencemaran baik yang alami maupun akibat kegiatan manusia dimulai ketika air hujan

tersebut menyentuh permukaan tanah.

Proses pencemaran sumberdaya air menjadi semakin intensif ketika air mengalir

sebagai air permukaan/sungai yang melewati berbagai kawasan seperti pertanian, industri,

pemukiman dan perkotaan. Setiap kawasan tersebut menghasilkan berbagai materi dan sisa

hasil kegiatan manusia baik cair, padat, organik dan non organik yang menjadi polutan bagi

sumberdaya air. Pada akhirnya, beragam polutan tersebut mengurangi kualitas sumberdaya

air.

Berbagai bahan sisa aktifitas manusia tersebut adalah polutan yang mencemari

sumberdaya air. Polutan tersebut bersifat merugikan atau bahkan membahayakan kesehatan

dan keselamatan manusia apabila air yang mengandung bahan tersebut digunakan manusia.

Bukti pencemaran sumberdaya air adalah kasus keracunan pada manusia dan makhluk hidup

lain di air (biota air) serta berbagai penyakit pada manusia seperti diare, penyakit kulit dan

lain-lain.
13 PSDA

1.5 KONSEP - KONSEP PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Proses penataan ruang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kegiatan

permukiman dan pengelolaan sumberdaya air. Mengacu kepada Undang-undang No. 24 tahun 1992

tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa penataan ruang mencakup pengembangan lahan, air,

udara dan sumberdaya lainnya. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya air adalah bagian dari

penataan ruang.

Secara prinsip, sasaran strategis pengelolaan potensi sumberdaya air adalah

menjaga keberlanjutan dan ketersediaan potensi sumberdaya air melalui upaya konservasi dan

pengendalian kualitas sumber air baku. Sasaran strategis tersebut ditempuh melalui 4 (empat)

tahapan yang saling terkait, yaitu perencanaan, pemanfaatan, perlindungan, dan pengendalian.

Pendekatan penataan ruang yang bertujuan untuk mengatur hubungan antar

berbagai kegiatan dengan fungsi ruang guna tercapainya pemanfaatan sumberdaya alam secara

efisien, produktif dan berkelanjutan merupakan pendekatan yang fundamental di dalam pengelolaan

sumberdaya air sebagai bagian dari sumberdaya alam, terutama di dalam meletakkan sasaran

fungsional konservasi dan keseimbangan neraca air (water balance).

Didalam UU Nomor 24/1992 tentang Penataan Ruang, terdapat hirarki perencanaan

berdasarkan skala yang berbeda meliputi : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN),

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP), Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan

Kota (RTRWK). Selain itu, dikenal pula adanya rencana-rencana tata ruang yang sifatnya strategis-

fungsional, seperti Rencana Tata Ruang Pulau, Rencana Tata Ruang Kawasan, hingga Rencana

Detail Tata Ruang Kota.

Untuk skala Nasional, RTRWN memberikan arahan makro dalam pengelolaan sumber

daya air, dimana pengembangan sumber daya air harus selaras dengan pengembangan kawasan

permukiman dan kawasan andalan. Pengembangan sumber daya air harus memperhatikan

keseimbangan antara supply dan demand dalam mendukung aktivitas ekonomi pada kawasan-

kawasan tersebut.
14 PSDA

Untuk skala Pulau, maka Rencana Tata Ruang Pulau memberikan arahan bahwa pengembangan

sumber daya air harus selaras dengan sistem kota-kota (pusat-pusat permukiman), mengingat sistem

dan hirarki kota-kota memberikan implikasi pada pola pengembangan sumber daya air.

Untuk skala Propinsi, RTRWP memberikan arahan bahwa pengembangan sumber daya air bukan

hanya penting untuk mendukung kawasan permukiman, namun lebih diprioritaskan untuk mendukung

pengembangan kawasan-kawasan strategis dalam lingkup Propinsi, misalnya kawasan strategis

pertanian, industri, pariwisata, dan sebagainya.

Untuk skala kawasan, misalnya Jabotabek, pengelolaan sumber daya air dibedakan ke dalam

beberapa karateristik zona yang spesifik, yaitu :

 Zona I merupakan zona rendah sepanjang garis pantai, seringkali banjir, memiliki tanah yang

lembek dan adanya intrusi air laut ke air bawah tanah

 Zona II merupakan zona rendah, beresiko banjir, baik untuk budidaya tanaman pangan, dan air

tanah yang sensitif (rawan) terhadap polusi

 Zona III merupakan zona datar dengan muka tanah yang relatif tinggi, memiliki slope cukup,

kualitas air tanah yang baik, dan tidak ada resiko banjir, walaupun kerap tergenang.

 Zona IV merupakan zona berbukit, berlokasi pada dataran agak tinggi, tidak ada resiko banjir

maupun genangan, lahan relatif subur, namun ketersediaan air tanah sedikit karena merupakan

daerah tangkapan air (catchment area) bagi zona I, II, dan III.

 Zona V merupakan zona pegunungan dengan kelerengan (slope) yang tinggi dan kecepatan aliran

permukaan (fast flowing surface water) yang tinggi pula


15 PSDA

1.6 KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Kebijaksanaan dasar yang diterapkan dalam pengelolaan sumber daya air adalah:

a. Pengelolaan sumberdaya air secara nasional harus dilakukan secara holistik, terencana, dan

berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan nasional dan melestarikan lingkungan, untuk sebesar-

besar kemakmuran rakyat dan menjaga kesatuan dan ketahanan nasional.

b. Pengelolaan sumberdaya air harus dilakukan secara terdesentralisasi dengan berdasar atas

daerah pengaliran sungai (DPS) sebagai satu kesatuan wilayah pembinaan.

c. Pengelolaan sumber daya air harus berdasar prinsip partisipasi dengan melibatkan masyarakat

dalam pengambilan keputusan dalam seluruh aspek kegiatan (perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, pengendalian dan pembiayaan) untuk mendorong tumbuhnya komitmen semua pihak

yang berkepentingan.

d. Pengelolaan sumber daya air diprioritaskan pada sungai-sungai strategis bagi perkembangan

ekonomi, kesatuan, dan ketahanan nasional dengan memperhatikan tingkat perkembangan sosio-

ekonomi daerah, tuntutan kebutuhan serta tingkat pemanfatan dan ketersediaan air.

Masyarakat yang memperoleh manfaat/kenikmatan atas air dan sumber-sumber air secara

bertahap wajib menanggung biaya pengelolaan sumber daya air (users pay and cost recovery

principles).
16 PSDA

1.7 DASAR – DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

PENGERTIAN UMUM PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

A. PENGERTIAN UMUM

Perencanaan Pengembangan Sumber Daya Air diawali dengan merangkum kebutuhan masyarakat
untuk dirumuskan menjadi tujuan dari kebutuhan masyarakat pengguna Sumber Daya Air.

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan secara
koordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan Sumber Daya Air.

Pengembangan Sumber Daya Air pada wilayah sungai ditujukan untuk peningkatan kemanfaatan
fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tangga, pertanian,
industri, pariwisata, pertanahan, pertambangan, ketenagaan, perhubungan, dan untuk berbagai
keperluan lainnya.

Pengembangan sumber daya air meliputi :

a) air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya;

b) air tanah pada cekungan air tanah;

c) air hujan

d) air laut yang berada di darat.

Pengembangan air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya
dilaksanakan dengan memperhatikan karakteristik dan fungsi sumber air yang bersangkutan.

Ketentuan mengenai pengembangan sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
17 PSDA

Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat
mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.

Pengembangan air tanah pada cekungan air tanah dilakukan secara terpadu dalam pengembangan
sumber daya air pada wilayah sungai dengan upaya pencegahan terhadap kerusakan air tanah.

Ketentuan mengenai pengembangan air tanah diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pengembangan fungsi dan manfaat air hujan dilaksanakan dengan mengembangkan teknologi
modifikasi cuaca.

Badan usaha dan perseorangan dapat melaksanakan pemanfaatan awan dengan teknologi modifikasi
cuaca setelah memperoleh izin dari Pemerintah.

Ketentuan mengenai pemanfaatan awan untuk teknologi modifikasi cuaca diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.

Pengembangan fungsi dan manfaat air laut yang berada di darat dilakukan dengan memperhatikan
fungsi lingkungan hidup.

Badan usaha dan perseorangan dapat menggunakan air laut yang berada di darat untuk kegiatan usaha
setelah memperoleh izin pengusahaan sumber daya air dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

Ketentuan mengenai pemanfaatan air laut yang berada di darat diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.

Proyek Pengembangan Sumber Daya Air harus diselesaikan secara khusus dan unik, karena sangat
tergantung dari kondisi topografi setempat, kondisi sosial, politik dan budaya setempat dan harus
melibatkan berbagai bidang keahlian secara terpadu.

Dalam mempelajari pengendalian dan pengaturan pemanfaatan air maka akan timbul berbagai
pertanyaan, diantaranya adalah :

- Berapa banyak jumlah air yang dapat diharapkan? (dari aliran air minimum, maksimum, tahunan,
volume banjir, air tanah).

- Berapa banyak jumlah air yang dapat dimanfaatkan? (untuk air minum, irigasi, Pembangkit Listrik
Tenaga Air, industri, lalulintas dan sebagainya).

- Bagaimana pengendalian terhadap kelebihan air? (dengan pengaturan banjir, sistem drainase,
pengelolaan air limbah dan sebagainya).

- Bangunan apa saja yang diperlukan dalam Pengembangan Sumber Daya Air? (Waduk, Bendung,
Bendungan, Saluran, Pelimpah, Tanggul dan sebagainya).

- Bagaimana pengaruh Pengembangan Sumber Daya Air terhadap pelestarian lingkungan?


(margasatwa, tumbuhan, air tanah, budaya dan politik).

- Apakah Pengembangan Sumber Daya Air mempunyai nilai ekonomis dan finansial?

Dengan demikian dalam mempelajari Pengembangan Sumber Daya Air diperlukan pengetahuan dan
wawasan yang luas bagi perencana agar dapat diperoleh hasil harga yang optimal.
18 PSDA

B. JENIS DAN UNSUR PENGEMBANGAN AIR


Jenis dan unsur yang perlu diketahui dalam Pengembangan Sumber Daya Air (PSDA) diantaranya adalah :
1) Kwantitas Air

Seberapa banyak air yang dapat diharpkan dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
tujuan kegunaannya, untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut harus melalui
penerapan Hidrologi, yaitu Ilmu yang mempelajari kejadian - kejadian serta distribusi
air alamiah dibumi. Dengan mempelajari Hidrologi, dapat diketahui : daur hidrologi
(Cyclus Hidrologi) prakiraan aliran air sungai dimasa datang, air tanah dan sebagainya.
2) Kwalitas Air

Selain jumlah air yang cukup, diperlukan mutu air sesuai dengan standard dan
kegunaannya, misal air minum, air irigasi, air industri dan pambuangan air limbah.
Pengujian kimiawi serta bakteriologis biasa dilaksanakan untuk menetapkan jumlah
serta sifat - sifat kotoran didalam air.

3) Bangunan Air

Bentuk dan ukuran bangunan air seringkali tergantung pada sifat hidrolik dan harus
mengikuti azas mekanika fluida. Bangunan air sering kali mempunyai bentuk lengkap
untuk disesuaikan dengan tuntutan azas mekanika fluida sehingga memerlukan
perhitungan detail yang rumit, bahwa kadang kala diperlukan uji model didalam
laboratorium sebelum dilaksanakan pembangunannya dilapangan.

4) Lingkungan

Dalam Pengembangan Sumber Daya Air (PSDA) tidak dapat terlepas dari pengaruh
lingkungan disekitarnya. Kondisi daerah aliran sungai (DAS) sangat menentukan
kelestarian sumber daya air. Pengaruh bangunan air terhadap perkembangan morfologi
sungai, pengaruh lingkungan selama pembangunan, pengelolaan dan setelah masa usia
layannya selesai. Disamping itu pengaruh terhadap perubahan kondisi sosial, politik
dan budaya dilingkungan bangunan pengembangan sumber daya air.
19 PSDA

5) Lingkungan

Dalam Pengembangan Sumber Daya Air (PSDA) tidak dapat terlepas dari pengaruh
lingkungan disekitarnya. Kondisi daerah aliran sungai (DAS) sangat menentukan
kelestarian sumber daya air. Pengaruh bangunan air terhadap perkembangan morfologi
sungai, pengaruh lingkungan selama pembangunan, pengelolaan dan setelah masa usia
layannya selesai. Disamping itu pengaruh terhadap perubahan kondisi sosial, politik
dan budaya dilingkungan bangunan pengembangan sumber daya air.

6) Unsur Ekonomis dan Finansial

Setiap pengembangan sumber daya air harus dilakukan studi kelayakan untuk
mengevaluasi dari berbagai segi terhadap keuntungan yang diperoleh. Tinjauan
ekonomis adalah tinjauan terhadap nilai keekonomian suatu pengembangan sumber
daya air, bila dibandingkan dengan pembangunan lain yang mempunyai tujuan yang
sama, sedangkan tinjauan financial adalah suatu studi / tinjauan nilai ekonomian
pengembangan sumber daya air dengan membandingkan besaran investasi yang
diperlukan terhadap keuntungan yang diperoleh selama usia layan bangunan
pengembangan sumber daya air.

7) Unsur Sosial, Politik dan Budaya

Hampir semua pembangunan PSDA dibiayai oleh badan pemerintah tertentu, proyek
irigasi, pengendali banjir, pengelola air bersih, air limbah dan pembangkit listrik.
Pembangunan PSDA tergantung dari kebijakan / batasan perencana suatu daerah,
peraturan dan undang - undang yang ada. Pembangunan PSDA dapat tertunda karena
masyarakat dan adapt budaya setempat tidak menyetujuinya misal, merusak situs
peninggalan nenek moyang, masyarakat tidak mengijinkan daerahnya digunakan untuk
PSDA dan sebagainya.
20 PSDA

C. PROBLEMA YANG DITIMBULKAN OLEH PSDA

Mengingat air adalah merupakan bahan baku utama untuk memenuhi suatu kehidupan, maka
pemanfaatan sumber daya air berarti akan mempengaruhi seluruh tatanan pola aliran air yang
telah berlangsung lama.

Beberapa permasalahan yang mungkin timbul oleh PSDA :

- Perubahan pola pemanfaatan aliran air


- Perubahan pola hidup binatang pada aliran air (sungai)
- Perubahan pola distribusi sediment transport, missal timbulnya agradasi dan degradasi pada
bagian hulu dan hilir bangunan PSDA
- Perubahan pada aliran air tanah
- Perubahan pola hidup sosial budaya masyarakat.

8) Perubahan pola pemanfaatan aliran air

Perubahan pola pemanfaatan aliran air ini dapat mempengaruhi tatanan kehidupan pada
suatu daerah, bahkan dapat mempengaruhi hubungan antar wilayah kabupaten / propinsi,
mungkin malah antar Negara. Untuk itu perlu dibuat pengaturan pola pemakaian
pemanfaatan aliran air (sungai). Dengan mulai berjalannya peraturan pemerintah tentang
otonomi daerah, maka peraturan/perundangan yang mengatur pemakaian / pemanfaatan
aliran air sungai yang melibatkan lebih dari 1 (satu) wilayah kabupaten / propinsi dirasa
sangat mendesak.

9) Perubahan pola hidup binatang pada aliran air (sungai)

Pembangunan PSDA yang memerlukan bangunan air (bendung, waduk dan bendungan)
melintang / memotong sungai sehingga memutuskan migrasi suatu binatang air, misal
ikan / binatang air pada saat reproduksi harus dibagian hulu sungai dan setelahnya hidup
dibagian hilir sungai akan terputus, binatang air pada aliran deras harus berubah hidup
pada air kolam / waduk dan sebagainya.

10) Perubahan pola distribusi sediment transport

Sedimen transport secara alamiah dari hulu ke hilir akan menyebar sesuai kecepatan
aliran air sungai, misal sediment pasir dibagian hulu sungai yang diambil penduduk untuk
keperluan pembangunan, akan terisi ulang secara
21 PSDA

alami pada saat air besar (banjir) datang. Apabila dibangun PSDA (Bendung atau
Bendungan) maka dibagian hulu akan timbul agradasi, yaitu penumpukan material
sediment transport dibagian hulu bendung / bendungan, sedangkan dibagian hilir
mengalami degradasi yaitu penurunan permukaan dasar sungai dibagian hilir bangunan
PSDA, lebih lagi apabila terjadi pengmbilan material sediment (pasir) pada sungai. Hal
ini sangat membahayakan pondasi bangunan air disepanjang daerah aliran sungai
tersebut, seperti bengunan perkuatan tanggul, kolom (pier) dan abutment jembatan dan
lain-lain.

11) Perubahan pada aliran air tanah

Dengan dibangunnya PSDA maka merubah pola aliran sungai, maka dengan sendirinya
akan mempengaruhi pola rembesan / infiltrasi pada daerah aliran sungai sehingga
mempengaruhi elevasi tinggi muka air tanah. Dibagian hulu dari bendung / bendungan
akan mengalami penurunan elevasi tinggi muka air tanah dan hal ini juga akan
mempengaruhi terhadap besaran tekanan air tanah pada suatu bangunan air.

12) Perubahan pola hidup sosial budaya masyarakat

Perubahan pola ini akan terjadi apabila pembangunan PSDA yang besar, seperti
pembangunan bendungan dengan luas genangan / waduk yang cukup luas, misal
Saguling, Cirata, Jatiluhur, Karangkates, Kedung Ombo dan sebagainya. Akibat dari
genangan yang luas, maka diperlukan pemindahan penduduk, terpisahnya hubungan antar
desa, perubahan pola mata pencaharian dari pertanian menjadi usaha perikanan. Kesemua
contoh tersebut dapat menimbulkan perubahan sosial dan budaya penduduk disekitar
waduk.
22 PSDA

Proses Perencanaan Pengembangan Sumber Daya Air

a. Tahapan Pengembangan Sumber Daya Air

Kebutuhan Masyarakat

Tahap Kebijakan /
Tujuan Kebutuhan Politik (GBHN)
Masyarakat

Studi Peninjauan Awal (Reconnaisance Study)

tidak Seleksi Awal (Quantitative Study) Teknis

Tahap Studi Kelayakan

ya
Study Kelayakan (Feasibility Study)

Seleksi Teliti Kelayakan teknis Kelayakan ekonomis Kelayakan lingkungan


tidak

ya
23 PSDA

Perencanaan Detail Perhitungan


Gambar Spesifikasi Teknik Model Test
Tahap Desain

Penyusunan Dokumen Lelang Syarat Umum


Syarat Teknik Syarat Khusus Syarat Administrasi Tahap Pengadaan
(Procurements)

Proses Pelelangan Pengumuman


Kwalifikasi Pengikut Lelang Proposal Penawaran

tidak Evaluasi Pelelangan Teknis


Biaya

Keputusan Pemenang Lelang

Tahap
Konstruksi
Pelaksanaan Konstruksi

Pengoperasian Pemeliharaan
Tahap Operasi
Implementasi PSDA
24 PSDA

b. Tahap Kebijakan

Perencanaan PSDA diawali dari masukan masyarakat tentang prioritas kebutuhan dari masing - masing
daerah atau wilayah sungai.

Semua usulan kebutuhan jangka pendek (tahunan), jangka menengah (5 tahunan) dan jangka panjang
(25 tahunan) disusun didalam suatu perencanaan Daerah (tingkat II, tingkat I) dan perencanaan Pusat.

Untuk perencanaan tahunan atau sering disebut sebagai Rencana Anggaran Pendapatan Belanja (RAPB
- Daerah atau RAPB - Negara) yang ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR - Pusat) atau
DPRD tingkat I atau DPRD tingkat II.

RAPBN atau RAPBD yang telah diputuskan bersama antara wakil - wakil rakyat (DPR, DPRD)
dengan Pemerintah (Pusat, Provinsi, atau Daerah tingkat II / kota) menjadi dasar tahapan perencana
selanjutnya.

Misal : ditetapkan menaikkan produksi pangan dengan memperluas jaringan irigasi sebanyak 10.000
Ha, maka dalam tahapan selanjutnya diperlukan perencanaan lebih detail tentang studi ketersediaan air,
bangunan air yang diperlukan dan jaringan irigasi yang harus dibangun, dan seterusnya.

c. Tahap Studi Kelayakan

Tujuan dari studi kelayakan ini adalah untuk memperoleh hasil produksi yang layak terhadap nilai
teknis, ekonomis / finansial dan lingkungan.

Untuk memperoleh hasil produk yang paling layak maka diperlukan pemilihan alternatif - alternatif
usulan sehingga mendapatkan hasil produk terpilih yang terbaik.

Studi Kelayakan untuk PSDA diperlukan tahapan Studi Reconnaisance (Studi Peminjaman Awal) yaitu
studi alternatif didasarkan dengan tinjauan lapangan sesaat dengan menggunakan data sekundair (Desk
Study), diperoleh alternatif PSDA yang masih kasar (belum teliti).

Dari hasil rangking / Prioritas, Studi Reconnaisance dilanjutkan studi kelayakan lebih teliti lagi dengan
pengumpulan data lapangan untuk mendukung perencanaan dasar dari alternatif - alternatif prioritas.

Penyelidikan lapangan dimaksud diantaranya adalah survey topography, survey hidrologi dan
meteorology, investigasi geologi dan tes laboratorium mekanika
25 PSDA

tanah, model tes hidrolik, dan studi kelayakan lingkungan (Studi AMDAL atau UKL / UPL).

Dengan menggunakan data primer (dan data sekunder), dilakukan studi kelayakan teliti untuk
memperoleh hasil alternatif yang paling baik atau mempunyai bobot kelayakan teknis, finansial dan
lingkungan yang paling baik.

Dari hasil studi kelayakan yang paling baik dilanjutkan dengan Perencanaan Detail.

d. Tahap Desain

Detail desain bangunan PSDA dilaksanakan untuk bangunan PSDA yang terpilih dari hasil studi
kelayakan.

Pekerjaan detail desain dilaksanakan berdasarkan parameter - parameter desain sesuai dari hasil survey
investigasi dilapangan dan laboratorium tes serta model tes.

Semua hasil perhitungan disajikan kedalam gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai acuan utama
dalam pelaksanaan pembangunan.

e. Tahap pengadaan (Procurements)

Tahapan ini merupakan jembatan dari hasil tahapan detail desain untuk dapat di implementasikan
kedalam tahap pelaksanaan konstruksi.

Tata cara pelaksanaan pengadaan (Pelelangan) diatur didalam peraturan Presiden atau peraturan lain
yang berlaku didalam suatu Perusahaan (Misal : Peraturan Pelelangan yang ditetapkan oleh Direksi PT
PLN (Persero).

Didalam tata cara Pengadaan harus disiapkan data atau dokumen lelang yang diantaranya terdiri dari :

- Syarat Umum
- Syarat Administrasi
- Syarat Teknis
- Syarat Khusus
- Gambar
- Informasi untuk Peserta lelang
26 PSDA

Dari hasil evaluasi penawaran akan diperoleh Pemenang Lelang sebagai pelaksana Pembangunan /
Konstruksi.

f. Tahap Konstruksi

Pelaksana konstruksi harus membuat gambar konstruksi lebih detail dan metode pelaksanaan secara
rinci sehingga dapat menyiapkan semua kebutuhan tenaga kerja, material dan peralatan yang
diperlukan serta jadwal penyediaan biaya pelaksanaan.

Pelaksanaan konstruksi harus dimulai dari pekerjaan persiapan, uji kelaikan material dan alat,
pelaksanaan konstruksi, uji kwalitas produk konstruksi, uji keandalan mesin, uji pengoperasian, uji
masa pemeliharaan hingga serah terima hasil konstruksi.

g. Tahap Operasi

Hasil Pembangunan PSDA dioperasikan berdasarkan Buku Petunjuk Pengoperasian / Pemeliharaan,


agar menghasilkan optimum.

Didalam pengoperasiannya harus tetap memperhatikan kaidah yang telah ditetapkan didalam Studi
Amdal atau Upaya Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan (UKL / UPL).

Proses PSDA diatas sebagai acuan dasar didalam perencanaan PSDA, namun didalam kenyataan dilapangan
diperlukan sedikit modifikasi untuk disesuaikan dengan tingkat keruwetan (komplexitas) dari suatu
perencanaan PSDA.
27 PSDA

1.8 ISTILAH – ISTILAH YANG SERING DI GUNAKAN DALAM PERENCANAAN


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

A. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah suatu siklus atau sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke
bumi yang berlangsung secara terus menerus. Siklus hidrologi memegang peran penting bagi
kelangsungan hidup organisme bumi. Melalui siklus ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat
tetap terjaga, mengingat teraturnya suhu lingkungan, cuaca, hujan, dan keseimbangan
ekosistem bumi dapat tercipta karena proses siklus hidrologi ini.

Proses Terjadinya Siklus Hidrologi


Adapun pada praktiknya, dalam siklus hidrologi ini air melalui beberapa tahapan seperti dijelaskan
gambar di atas. Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi tersebut antara lain evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, dan infiltrasi. Berikut ini adalah
penjelasan dari masing-masing tahapan siklus tersebut.

1. Evaporasi
Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di permukaan bumi. Air-air yang
tertampung di badan air seperti danau, sungai, laut, sawah, bendungan atau waduk berubah
menjadi uap air karena adanya panas matahari. Penguapan serupa juga terjadi pada air yang
terdapat di permukaan tanah. Penguapan semacam ini disebut dengan istilah evaporasi. 

Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas sehingga memungkinkan ia
untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari (misalnya saat musim kemarau),
jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi juga akan semakin besar.

2. Transpirasi
Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan tanah. Penguapan air juga
dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan dan tumbuhan. Penguapan semacam
ini dikenal dengan istilah transpirasi.
Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam jaringan mahluk
hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer. Akan tetapi, jumlah air
yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi.
28 PSDA

3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh permukaan bumi,
baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada jaringan mahluk hidup.
Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus
hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut ke
atas permukaan atmosfer.

4. Sublimasi
Selain lewat penguapan, baik itu melalui proses evaporasi, transpirasi, maupun
evapotranspirasi, naiknya uap air dari permukaan bumi ke atas atmosfer bumi juga
dipengaruhi oleh proses sublimasi.

Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air tanpa
melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi juga tetap berkontribusi terhadap
jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi panjang. Akan
tetapi, dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan berjalan sangat
lambat.

5. Kondensasi
Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan
proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik ketinggian tertentu, uap air tersebut akan
berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat kecil melalui proses kondensasi.
Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat
rendah di titik ketinggian tersebut.

Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu sama lain
sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bergabung, awan yang
terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam.

6. Adveksi
Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami adveksi. Adveksi
adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus
angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi memungkinkan awan akan menyebar dan
berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan. Perlu diketahui bahwa, tahapan
adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.

7.  Presipitasi
Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi. Proses
prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada
proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi.
29 PSDA

Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat Celcius, presipitasi
memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung banyak air akan turun ke litosfer
dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat kita temui di daerah beriklim sub tropis.

8. Run Off
Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses run off pun terjadi.
Run off atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah di permukaan bumi. Pergerakan air tersebut misalnya terjadi melalui saluran-saluran seperti
saluran got, sungai, danau, muara, laut, hingga samudra. Dalam proses ini, air yang telah melalui
siklus hidrologi akan kembali menuju lapisan hidrosfer.

9. Infiltrasi
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan mengalir di permukaan bumi
melalui proses run off. Sebagian kecil di antaranya akan bergerak ke dalam pori-pori tanah,
merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah. Proses pergerakan air ke dalam pori tanah ini disebut
proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan secara lambat membawa air tanah kembali ke laut.

Nah, setelah melalui proses run off dan infiltrasi, air yang telah mengalami siklus hidrologi tersebut
akan kembali berkumpul di lautan. Air tersebut secara berangsur-angsur akan kembali mengalami
siklus hidrologi selanjutnya dengan di awali oleh proses evaporasi.

Macam Macam Siklus Hidrologi


Berdasarkan panjang pendeknya proses yang di alaminya siklus hidrologi dapat dibedakan menjadi
3 macam. Macam macam siklus hidrologi tersebut yaitu siklus hidrologi pendek, siklus hidrologi
sedang, dan siklus hidrologi panjang.

a. Siklus Hidrologi Pendek

Siklus hidrologi pendek adalah siklus hidrologi yang tidak melalui proses adveksi. Uap air
yang terbentuk melalui siklus ini akan diturunkan melalui hujan di daerah sekitar laut. Berikut
penjelasan singkat dari siklus hidrologi pendek ini:

 Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas
matahari.
 Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan.
 Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut.
30 PSDA

b. Siklus Hidrologi Sedang

Siklus hidrologi sedang adalah siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia. Siklus hidrologi
ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi membawa awan yang terbentuk ke atas
daratan. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi sedang ini:

 Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas
matahari.
 Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan.
 Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.
 Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan kembali ke
laut

c. Siklus Hidrologi Panjang

Siklus hidrologi panjang adalah siklus hidrologi yang umumnya terjadi di daerah beriklim
subtropis atau daerah pegunungan. Dalam siklus hidrologi ini, awan tidak langsung diubah
menjadi air, melainkan terlebih dahulu turun sebagai salju dan membentuk gletser. Berikut
penjelasan singkat dari siklus hidrologi panjang ini:

 Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas
matahari.
 Uap air yang terbentuk kemudian mengalami sublimasi
 Awan yang mengandung kristal es kemudian terbentuk.
 Awan mengalami proses adveksi dan bergerak ke daratan
 Awan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju.
 Salju terakumulasi menjadi gletser.
 Gletser mencair karena pengaruh suhu udara dan membentuk aliran sungai.
 Air yang berasal dari gletser mengalir di sungai untuk menuju laut kembali.
31 PSDA

B. Bangunan Air

1.Bangunan Pengambilan

Banguan pengambilan adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai yang menalirkan air sungai kedalam
jaringan irigasi. Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari
daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.

Bangunan pengambilan yang terletak di tepi sungai yang mengalir kan air sungai ke dalam jaringan irigasi

2.Bangunan Pembilas atau Penguras

Bangunan pembilas adalah bangunan dengan pintu yang dioperasikan dengan tangan, dipakai untuk
mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan. Untuk mengurangi tingginya biaya, banguanan ini
dapat digabung dengan bangunan pelimpah.

Bangunan pembilas dengan pintu yang difungsikan untuk mengosongkan seluruh ruas saluran
Kantong Lumpur
32 PSDA

3. Bangunan Bagi
Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik
cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.

Bangunan bagi yang terletak di saluran primer

4. Siphon
Siphon adalah bagian bendung yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan
gravitasi di bawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau sungai. Sipon juga dipakai untuk
melewatkan air dibawah jalan, jalan kereta api, atau bangunan-bangunan yang lain. Sipon
merupakan saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat
dipengaruhi oleh tinggi tekanan.

5.Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas saluran lainnya, saluran pembuang alamiah
atau cekungan dan lembah-lembah. Aliran didalam talang adalah aliran bebas.
33 PSDA

6.Gorong-Gorong
Gorong-gorong dipasang ditempat-tempat dimana saluran lewat dibawah bangunan (jalan, rel kereta
api) atau apabila pembuangan lewat  di bawah saluran. Aliran didalam gorong-gorong umumnya
aliran bebas.

Gorong-gorong dipasang ditempat dimana saluran lewat dibawah bangunan

7.Talud
Talud dipasang di sepanjang sungai yang berfungsi sebagai penjaga stabilitas tanah pinggiran sungai.

Talud di pasang di tebing sungai untuk menjaga stabilitas tanah


33 PSDA

C. DAERAH ALIRAN SUNGAI


 Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang merupakan kesatuan ekosistem yang dibatasi
oleh pemisah topografis dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan penyalur air, sedimen, unsur
hara melalui sistem sungai, megeluarkannya melalui outlet tunggal. Apabila turun hujan di daerah
tersebut, maka air hujan yang turun akan mengalir ke sungai-sungai yang ada disekitar daerah yang
dituruni hujan. Karena manfaan DAS adalah menerima, menyimpan, dan mengalirkan hujan yang jatuh
melalui sungai.

ISTILAH LAIN DAS


- Daerah aliran sungai (DAS)
- Daerah pengaliran sungai (DPS),
- River basin,
- Drainage basin,
- Cacthment area,
- Watershed.

Daerah Aliran Sungai yang biasa disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan. (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1)

DAS dalam bahasa Inggris disebut Watershed atau dalam skala luasan kecil disebut Catchment Area
adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh punggung bukit atau batas-batas pemisah topografi,
yang berfungsi menerima, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke alur-alur
sungai dan terus mengalir ke anak sungai dan ke sungai utama, akhirnya bermuara ke danau/waduk atau
ke laut.
A. Macam Macam DAS (Daerah Aliran Sungai)
1.Sub DAS adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak
sungai ke sungai uatama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS.
2.Sub DAS adalah suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, air hujan
meresap atau mengalir melalui cabang aliran sungai yang membentuk bagian wilayah DAS.
3.Sub-sub DAS adalah suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, dimana air
hujan meresap atau mengalir melalui ranting aliran sungai yang membentuk bagian dari Sub DAS.
4.Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah Daerah Tangkapan Air adalah suatu kawasan yang
berfungsi sebagai daerah penadah air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sumber air di wilayah daerah.
5.Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah kawasan di hulu danau yang memasok air ke danau.
6.Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairan sebagai hasil pengembangan satu atau
lebih daerah pengaliran sungai. (Permen No 39/1989 Tentang pembagian wilayah sungai Pasal 1
ayat 1)
7.Sungai adalah system pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi pada kanan
dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. (Permen No 39/1989 Tentang
pembagian wilayah sungai Pasal 1 ayat 2)
8.Bagian Hulu DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan
topografi bergelombang, berbukit dan atau bergunung, kerapatan drainase relatif tinggi,
merupakan sumber air yang masuk ke sungai utama dan sumber erosi yang sebagian terangkut
menjadi sedimen daerah hilir.
9.Bagian Hilir DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi
datar sampai landai, merupakan daerah endapan sedimen atau aluvial.
34 PSDA

B.Macam macam DAS berdasarkan fungsi Hulu, Tengah dan Hilir yaitu:


a. bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi
lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan
vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.
b.bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat
memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari
kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait
pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
c. bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan
manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air,
kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air
bersih, serta pengelolaan air limbah.

C.Fungsi DAS (Daerah Aliran Sungai)


Daerah Aliran Sungai sebagai suatu hamparan wilayah atau kawasan yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya ke laut atau danau.
Sehingga fungsi hidrologisnya sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima dan
geologi yang mempengaruhi bentuk lahan. Adapaun fungsi hidrologis yang dimaksud adalah sebagai
berikut:

1. Mengalirkan air
2. Menyangga kejadian puncak hujan
3. Melepas air secara bertahap
4. Memelihara kualitas air
5. Mengurangi pembuangan massa (seperti tanah longsor)

D.Manfaat Daerah Aliran Sungai


Sebagai tempat penampungan air hujan dan banyak manfaat lain dari DAS bagi kehidupan manusia,
hewan, dan tumbuhan, DAS harus selalu dijaga kelestariannya. Cara menjaga kelestarian DAS
antara lain tidak menggunduli hutan/tanaman-tanaman di areal DAS. Cara lainnya yaitu tidak
mendirikan bangunan di areal DAS sebagai tempat pemukiman atau keperluan lainnya. DAS ini
termasuk kedalam potensi gografis indonesia yang harus di manfaatkan agar mendapatkan
keuntungan dari alam.
36 PSDA

1.9 CONTOH INFRASTRUKTUR TENTANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DI


INDONESIA

1. Waduk Wonorejo

Bendungan Wonorejo, Kabupaten Tulungagung, Posted on June 16, 2013 by Pusaka Jawatimuran.


Bendungan Wonorejo terletak di yang berada di 12 km sebelah barat kota Tulungagung. Bendungan terbesar
di Asia Tenggara dengan debit 15.000 m3 perdetik, berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik, pengairan,
perikanan, olah raga air dan tempat rekreasi, yang dilengkapi dengan Gazebo, Home stay, Taman, area
pemancingan, speed boad penginapan dan tempat pementasan seni tradisional.

Gambar 8. Pintu Selamat Datang Waduk Wonorejo

Riak air bendungan yang tenang, berkilau dibawah sinar matahari dan berwama biru seolah-olah menyapa
pengunjung yang datang ke Bendungan Wonorejo. Suasana sejuk, jalan berkelok, dipagari pohon-pohon
rindang nan hijau, menaungi siapa pun yang lewat, agar panas tak terasa.

Waduk tersebut berkapasitas tampung 122 juta meter. Sarana pemasok air PDAM itu diresmikan oleh Wakil
Presiden (waktu itu) Megawati Soekamoputri, 21 Juni 2001, terletak di desa Wonorejo Kecamatan Pagerwojo
Kabupaten Tulungagung. Lokasi bendungan berada pada Kali Gondang, ± 400 meter di hilir pertemuan antara
Kali Bodeng dengan Kali Wangi. Hulu Kali Gondang berada di selatan Gunung Wilis. dibangun sebagai
pengendalian banjir di kota seluas 1.055,65 kilometer persegi itu.
37 PSDA

Gambar 9.Waduk Wonorejo

Pembangunan waduk sekaligus sebagai pembangkit tenaga listrik, terutama juga untuk menyediakan pasokan
air baku untuk Surabaya dan sekitarnya tersebut dimulai tahun 1992. Dalam sejarah pembangunannya,
sebanyak 995 keluarga telah dipindahkan dari tempatnya bermukim.

Total pembiayaan yang telah dikeluarkan untuk proyek ini mencapai Rp22,049 milyar, ditambah  18,71 milyar
yen dana bantuan Pemerintah Jepang. Setelah pembangunan waduk selesai, Perusahaan Listrik Negara (PLN),
melengkapi dengan membangun jaringan listrik, seluruh biaya untuk instalasi listrik sebesar Rp 10,9 milyar,
plus 577 juta yen dari Pemerintah Jepang.

Bendungan ini memiliki sejumlah fungsi penting antara lain, menyediakan air baku tmtuk Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) sebanyak ·delapan meter kubik per detik, mengusahakan pembangkit tenaga listrik 6,02
megawatt, mengendalikan banjir bagi daerah seluas 1.479 hektar, dan mendukung irigasi pertanian untuk sawah
seluas 1.200 hektar.  Maniaat lainnya adalah untuk masyarakat di sekitarnya. Seperti budidaya perikanan,
kawasan sabuk hijau untuk tanaman keras produktif, serta pariwisata. Untuk perikanan, Waduk Wonorejo dapat
200 ton ikan per tahun.

 Waduk Wonorejo merupakan salah satu penyuplai air baku Kota Surabaya sebesar 8 m 3/dt-11 m3/dt, juga
sebagai penyuplai air irigasi disekitar Waduk Wonorejo dan sebagai PLTA. Namun dikarenakan fungsi dari air
irigasi dan PLTA yang sangat kecil, sehingga Waduk Wonorejo seluruhnya dimanfaatkan untuk air baku Kota
Surabaya.
38 PSDA

2. Bendungan Bili-bili

Bendungan Bilibili adalah bendungan terbesar di Sulawesi Selatan, yang terletak di Kabupaten Gowa, sekitar
30 kimlometer ke arah timur Kota Makassar. Bendungan ini diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri
tahun 1999.

Gambar 10. Bendungan Bili-bili

Bendungan dengan waduk 40.428 hektare ini dibangun dengan dana pinjaman luar negeri sebesar Rp 780
miliar kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Bendungan Bilibili menjadi
sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Gowa dan Makassar.

Namun, bila musim hujan, lumpur eks longsor di kaki Gunung Bawakaraeng mengalir masuk ke waduk
Bilibili hingga air baku menjdi keruh. Jika tingkat kekeruhan tidak mampu lagi dijernihkan Instalasi
Penjernihan Air (IPA) PDAM Gowa dan Makassar, maka sebagian warga Makassar dan Sungguminasa Gowa
tidak bisa mendapatkan air bersih dari PDAM.

 Salah satu fungsi dari Bendungan Bili-bili adalah sebagai Irigasi, PLTA dan Air baku. Bnedungan Bili-bili ini
sebenarnya hanyalah sebagai deks study dimana bendungan ini hanyalah sebuah perencanaan atau hanya
sebatas pembelajaran, yang tidak untuk dituangkan atau diperaktekkan di atas lapangan.

Anda mungkin juga menyukai