JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015: 185-193 Akreditasi No: 540/AU1/P2MI-LIPI/06/2013
185
JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015
(Ministry of health Republic of Indonesia, 2000) beracun (ec. Amanita phalloides) serta
such as levels of drying shrinkage, ash content, penyakit autoimun1.
total plate count microbial contamination, levels of
water-soluble compounds, levels of compounds that Penyakit hepatitis banyak terdapat di
are soluble in ethanol, phytochemical test, total negara berkembang, namun teknologi dan
phenolic content, total flavonoid content and the
fasilitas pencegahan serta pengobatan lebih
determination of Pb and Cd weight.The results
showed that non-specific parameters for the banyak dimiliki oleh negara maju yang
ethanol extract of Centella asiatica were justru bukan merupakan daerah endemis
requirements based on Herbal Pharmacopoeia in hepatitis B. Akibatnya biaya pengobatan
2008 which includes parameters such as penyakit hepatitis masih merupakan beban
determination of shrinkage on drying ≤ 10%, ash
yang besar bagi masyarakat di negara
content ≤ 16.6% and negative microbial
contamination. Specific parameters for the ethanol berkembang. Oleh sebab itu upaya yang
extract of Centella asiatica have met the didorong oleh pemerintah adalah upaya
requirements of Herbal pharmacopeia in 2008. pencegahan.
Keywords: Centellaasiatica, hepatoprotective, Hepatoprotektor adalah suatu
standardized herbal medicine,
senyawa obat yang dapat memberikan
specificparameters, and non-specific
parameters perlindungan pada hati dari kerusakan
yang ditimbulkan oleh racun, obat, dan
lain-lain. Untuk mengetahui apakah terjadi
PENDAHULUAN kerusakan hati biasanya dilakukan
serangkaian pemeriksaan kandungan
senyawa-senyawa dalam tubuh sperti kadar
Hingga saat ini hepatitis virus A, B
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
dan C masih menjadi masalah kesehatan
transaminase), SGPT (Serum Glutamic
dunia karena berpotensi menimbulkan
Piruvic Transaminase), atau pemeriksaan
dampak morbiditas dan mortalitas.
imunokimia (bila diduga disebabkan oleh
Hepatitis yang ditandai oleh kerusakan
virus) dan pemeriksaan lainnya.SGPT atau
pada sel-sel hati disebabkan karena
AST (Aspartat Transaminase) dan SGOT
peradangan jaringan hati karena infeksi
atau ALT (Alanin Transaminase),
atau non infeksi. Hepatitis yang
keduanya merupakan enzim intraseluler
disebabkan karena infeksi biasanya terjadi
yang dalam keadaan normal berada
karena virus, terutama virus hepatitis A, B,
didalam sel2. Keduanya merupakan enzim
C, D, dan E. Berdasarkan data Riset
transaminase yang berfungsi mengkatalisis
Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh
reaksi kimia yang terjadi dalam sel.Ketika
Kementerian Kesehatan pada tahun 2007
terjadi serangan pada sel hati oleh senyawa
diketahui bahwa prevalensi HBsAg di
obat yang toksik terhadap hati,
Indonesia sebesar 9,7% pada pria dan 9,3%
mikroorganisme, dll, maka akan terjadi
pada wanita, dengan angka tertinggi pada
perubahan permeabilitas pada membran sel
kelompok usia 45-49 tahun sebesar 11,9%.
sehingga enzim-enzim yang seharusnya
Sementara prevalensi penderita hepatitis C
berada didalam sel akhirnya melarikan diri
sebesar 0,8%, dengan angka tertinggi pada
keluar sel dan berada dalam darah
kelompok usia 55-59 tahun, yaitu sebesar
sehingga disebut transminase serum karena
2,12%. Hepatitis B, C, D dapat
enzim tersebut terdeteksi berada didalam
menimbulkan keadaan infeksi yang
serum. Kadar SGOT normal berkisar
menetap yang akan menjadi hepatitis
antara 5-40 unit/L serum sementara kadar
kronis, sirosis, dan kanker hati.Kerusakan
SGPT normal berkisar antara 7-56 unit/L
hati juga dapat diakibatkan oleh alkohol,
serum.SGOT atau AST tidak hanya berada
obat-obatan (asetaminofen, allopurinol,
di hati, enzim ini juga terdapat dalam
parasetamol, eritromisin dll), bahan
organ lainnya seperti jantung, otot, ginjal,
dan otak. Sehingga, terjadinya kenaikan
186
Standardisasi Ekstrak Pegagan, Centella asiatica sebagai Obat Herbal Terstandar Hepatoprotektor
: Puspa Dewi N Lotulung, dkk.
kadar ini tidak serta merta menjadi perlakuan CCl4 menunjukkan bahwa
landasan bahwa seseorang mengalami penambahan ekstrak etil asetat dan butanol
kerusakan hati. Karena bisa saja jantung, pegagan menunjukkan efek
ginjal, atau otot yang mengalami hepatoprotektor dimana tidak tampak
kerusakan. Sementara SGPT atau AST adanya nekrosis dan pembentukan
berada di hati, sehingga pemeriksaan ini vakuola.Studi toksisitas akut terhadap
lebih valid untuk merujuk pada kerusakan ekstrak etil asetat dan butanol pegagan
hati.Disinilah peranan senyawa-senyawa pada mencit menunjukkan bahwa hingga
yang bersifat hepatoprotektor. Senyawa dosis 5 g/kg BB tidak tampak gejala
tersebut diberikan dengan harapan kadar toksisitas pada hewan uji5-9.
SGPT dan SGOT dapat berkurang dengan Hasil tersebut menunjukkan bahwa
signifikan(3). Berkurangnya kadar kedua tanaman pegagan berpotensi untuk
parameter tesebut menandakan bahwa sel dikembangkan sebagai obat herbal
yang mengalami kerusakan tidak terstandar hepatoprotektor.Standardisasi
bertambah, karena semakin banyak sel ekstrak pegagan yang dilakukan di dalam
yang mengalami kerusakan maka kadar penelitian ini adalah karakterisasi ekstrak
SGPT akan terdeteksi makin tinggi. berupa parameter non spesifik dan spesifik
Kerusakan yang terjadi pada sel-sel hati itu sesuai acuan dari PPOMN (Depkes RI,
biasanya karena reaksi oksidasi, sehingga 2000) meliputi; kadar susut pengeringan,
beberapa obat yang dirujuk sebagai kadar abu, cemaran mikroba angka
hepetoprotektor biasanya merupakan lempeng total, kadar senyawa yang larut
antioksidan. Salah satu contohnya adalah dalam air, kadar senyawa yang larut dalam
silimarin yang merupakan senyawa yang
etanol, uji fitokimia, kadar total fenolik,
terkandung dalam tumbuhan kadar total flavonoid dan penentuan logam
Sylibummarianum. Silimarin merupakan berat Pb dan Cd10,11,12,14.
campuran flavonolignan, yang
mengandung silibin(senyawa utama),
isosilibin, silidianin, dan silikristin1, 2, 4. BAHAN DAN METODE
Melalui kerjasama riset antara LIPI
dengan Zhejiang University, China dalam
hal pengembangan tanaman obat Bahan
Indonesia, telah terseleksi tanaman Herba pegagan dikumpulkan dari
pegagan Centella asiatica sebagai sumber daerah Bandung. Pelarut yang digunakan
senyawa hepatoprotektor. Uji in vivo dan adalah pelarut etanol teknis yang
in vitro terhadap ekstrak tanaman tersebut didestilasi. Untuk pemurnian ekstrak
telah menunjukkan hasil yang sangat baik. digunakan silika gel (E.Merck) dan untuk
Ekstrak etil asetat 17,5 mg/kg BB dan mengecek bercak/spot ekstrak digunakan
butanol 228,8 mg/kg BB pegagan kromatografi lapis tipis berderajat pro
dibuktikan mempunyai efek analisa silika gel GF254 (E. Merck).
hepatoprotektor pada uji in vivo Mikroba, quercetin, senyawa flavonoid,
menggunakan mencit yang diinduksi oleh standar Pb, standar Cd, CCl4, mencit,
CCl4. Ekstrak etil asetat mampu enzim AST, enzim ALT
menurunkan kadar enzim alanine
aminotransferase (ALT) dan aspartate
aminotransferase (AST) sebesar 56% dan Peralatan
44% berturut-turut, sementara ekstrak
Lampu UV CAMAG, neraca analitik,
butanol mampu menurunkan kadar enzim
spektrophotometer UV shimadzu,
AST sebesar 3%. Pemeriksaan
inkubator, evaporator, homogenizer,
histopatologi organ hati yang diberi
187
JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015
Laminar Air Flow, alat gelas untuk hingga menjadi 1000 mL dengan aquadest,
kebutuhan penelitian. LP = Larutan Pereaksi) menggunakan labu
bersumbat sambil berkali-kali dikocok
selama 6 jam dan kemudian dibiarkan
Metode
selama 18 jam. Saring, uapkan 20 mL
Penyiapan Ekstrak Pegagan filtrat hingga kering dalam cawan dangkal
Ekstraksi 5 kg simplisia pegagan berdasar rata yang telah ditara, panaskan
dengan etanol 70%. Ekstrak ini yang residu pada suhu 105 oC hingga bobot
digunakan untuk karakterisasi ekstrak dan tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa
untuk penentuan aktivitas ekstrak. Hal ini yang larut dalam air, dihitung terhadap
dikarenakan ekstrak yang nantinya ekstrak awal.
digunakan untuk formulasi sediaan yang
diperbolehkan oleh PPOMN-BPOM RI
adalah ekstrak etanol. Kadar senyawa yang larut dalam etanol14
Maserasi sejumlah 5.0 gram ekstrak
selama 24 jam dengan 100 mL ethanol (95
Pengujian Aktivitas Hepatoprotektor15,16 %), menggunakan labu bersumbat sambil
Menggunakan enam kelompok dan berkali-kali dikocok selama 6 jam dan
tiap kelompok terdiri dari tiga ekor mencit. kemudian dibiarkan selama 18 jam.Saring,
Kelompok ertama diberikan standar, kedua uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam
dan ketiga diberikan ekstrak etil asetat cawan dangkal berdasar rata yang telah
pegagan dan ekstrak butanol pegagan ditara, panaskan residu pada suhu 105 oC
berturut-turut. Hewan uji coba diberi hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam
sediaan selama tujuh hari berturut-turut persen senyawa yang larut dalam ethanol
dan pada hari kedelapan diberi CCl4 0,1 (95 %), dihitung terhadap ekstrak awal.
mL/kg BB dan pada hari kesembilan
dilakukan pengambilan sampel darah yang Cemaran mikro14
diikuti dengan pengambilan organ hati.
a. Metode Angka Lempeng Total (ALT)
Aktivitas hepatoprotektor tertinggi dinilai
dari kadar enzim alanin transaminase dan 1. Kapang/Fungi
aspartat transaminase. 0,1 gr ekstrak pegagan
disuspensikan dalam 10 mL air
tween 0,1 % steril, kemudian
Pengujian biokimi fungsi hati15,16
dilakukan pengenceran 10 -1 dan
Sampel darah diambil dari jantung, 10-2, diambil 1 ml dari setiap
sampel ini kemudian disentrifus dengan pengenceran kemudian
kecepatan 2500 rpm selama 10-15 menit, dihomogenkan dengan media
kemudian serum dipisahkan dan tumbuhnya ( PDA ) sebanyak 15
dimasukkan ke dalam ependorf. mL. Setelah beku, inkubasi dalam
Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar oven inkubator 30 oC. Semua
enzim alanin transaminase dan aspartat tahapan pekerjaan dilakukan secara
transaminase. aseptic. Pengamatan dilakukan
setelah inkubasi 24 jam dan 48 jam.
188
Standardisasi Ekstrak Pegagan, Centella asiatica sebagai Obat Herbal Terstandar Hepatoprotektor
: Puspa Dewi N Lotulung, dkk.
Uji Alkaloid14
Sampel + Ammonium 10% ,diekstraksi dengan CHCl3 + HCl 1 N.
- Larutan asam + pereaksi Dragendorf hasil positif , larutan kuning jingga
- Larutan asam + pereaksi Meyer hasil positif, terbentuk endapan putih
Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : + (positif), larutan kuning jingga
dan terbentuk endapan putih.
Uji Fenolik14
Sampel + FeCl3 1% (dalam air/ethanol) hasil positif, jika terjadi perubahan warna hijau,
merah ungu, biru/hitam. Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : + (positif)
warna merah ungu.
Uji Flavonoid14
Sampel + serbuk Mg + HCl 2N dipanaskan 100 oC dalam water bath selama 5 – 10 menit,
didinginkan, disaring , filtrat + Amil Alkohol hasil positif , larutan merah jingga.
Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : + (positif) larutan merah jingga.
Uji Saponin14
Sampel + air ,dididihkan dalam penangas selama 5 menit, disaring kemudian dikocok kuat
terbentuk busa stinggi 2 cm yang stabil selama 1 jam + HCl 0,1 N busa tetap hasil positif
Saponin.Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : + (positif), busa tetap
selama 1jam dan dengan penambahan HCl 0,1 N.
189
JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015
Tabel 1. Kadar enzim ALT dan AST dalam serum tikus jantan Sprague Dawley yang diberi Ekstrak
Centela asiatica
Perlakuan
Peubah
Ekstrak Etil Asetat Ekstrak butanol
Kadar Penurunan enzim ALT (alanin aminotransferase) 56 % -
Kadar Penurunan enzim AST (aspartate aminotransferase) 44 % 3%
190
Standardisasi Ekstrak Pegagan, Centella asiatica sebagai Obat Herbal Terstandar Hepatoprotektor
: Puspa Dewi N Lotulung, dkk.
191
JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015
192
Standardisasi Ekstrak Pegagan, Centella asiatica sebagai Obat Herbal Terstandar Hepatoprotektor
: Puspa Dewi N Lotulung, dkk.
193