Anda di halaman 1dari 9

ISSN 0853 – 2788

JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015: 185-193 Akreditasi No: 540/AU1/P2MI-LIPI/06/2013

STANDARDISASI EKSTRAK PEGAGAN, CENTELLA ASIATICA


SEBAGAI OBAT HERBAL TERSTANDAR HEPATOPROTEKTOR
STANDARDIZATION OF PEGAGAN EXTRACT, CENTELLA ASIATICA AS
HEPATOPROTECTIVEHERBAL MEDICINE

Puspa Dewi N Lotulung1), Sri Handayani2), Teni Ernawati1), Tri Yuliani1),


Nina Artanti1) dan Tjandrawati Mozef2)
1)
Pusat Penelitian Kimia-LIPI, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15314
2)
Pusat Penelitian Kimia-LIPI, Jl. Cisitu-Sangkuriang Bandung 40135
Email : puspade@yahoo.com

Diterima : 10 Agustus 2015, Revisi : 11 September 2015, Disetujui : 13 Nopember 2015

ABSTRAK parameter spesifik yang dilakukan untuk ekstrak


etanol pegagan, telah memenuhi persyaratan
Produk obat herbal/produk jamu yang Farmakope Herbal tahun 2008.
berasal dari tanamanakan dipengaruhi dari kualitas
bahan baku. Kualitas bahan baku tanaman juga Kata Kunci: Centella asiatica, pegagan,
akan dipengaruhi berbagai faktor; baik itu kondisi hepatoprotektor, obat herbal
tanah, budidaya, pasca panen maupun pada saat terstandar, parameter spesifik
pengolahan bahan baku menjadi simplisia ataupun dan parameter non spesifik
ekstrak. Oleh karena itu, untuk membuat obat
herbal diperlukan standarisasi ekstrak agar
dihasilkan obat herbal yang memiliki kualitas dan ABSTRACT
fungsi efektivitas yang sama dalam setiap
prosesnya.Dari studi pendahuluan yang telah Herbal medicinal products would be
dilakukan, Centella asiatica merupakan salah satu affected by the quality of raw materials. In turn, the
tanaman potensialsebagai sumber senyawa quality of raw material will also be influenced by
hepatoprotektor.Uji in vivo dan in vitro terhadap various factors such as soil conditions, cultivation,
ekstrak tanaman pegagan telah menunjukkan hasil post-harvest processing, and the processing of raw
yang sangat baik. Ekstrak etil asetat 17,5 mg/kg BB materials into crude drug or extract. Therefore, in
dan butanol 228,8 mg/kg BB pegagan dibuktikan order to make good herbal medicines, it is
mempunyai efek hepatoprotektor pada uji in vivo necessary to make standardization of herbal
menggunakan mencit yang diinduksi oleh CCl4. extracts that produced herbal medicines that have
Ekstrak etil asetat mampu menurunkan kadar enzim the same quality and functions of effectiveness in
alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate each process. From preliminary studies that have
aminotransferase (AST) sebesar 56% dan 44% been done, Centella asiatica is one of the potential
berturut-turut, sementara ekstrak butanol mampu plants as a source of hepatoprotective compounds.
menurunkan kadar enzim AST sebesar 3%. Test in vivo and in vitro against Centella asiatica
Standarisasi ekstrak pegagan yang dilakukan di extracts have shown very good results. Ethyl
dalam penelitian ini adalah karakterisasi ekstrak acetate extract with 17.5 mg/kg of doses body
berupa parameter non spesifik dan spesifiksesuai weight and butanol 228.8 mg/kgof doses body
acuan dari PPOMN (Depkes RI, 2000) meliputi; weight has been applied for in vivo test using mice
kadar susut pengeringan, kadar abu, cemaran induced by CCl4; theydemonstrated
mikroba angka lempeng total, kadar senyawa yang hepatoprotective effects. Ethyl acetate extracts
larut dalam air, kadar senyawa yang larut dalam were able to reduce levels of the enzyme alanine
etanol, uji fitokimia, kadar total fenolik, kadar total aminotransferase (ALT) and aspartate
flavonoid dan penentuan logam berat Pb dan aminotransferase (AST) by 56 % and 44 %
Cd.Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter respectively while butanol extract can reduce the
non spesifik untuk ekstrak etanol pegagan telah enzymes AST levels by 3%. Standardizationof
memenuhi persyaratan Farmakope Herbal tahun Centella asiatica extract performed in this study
2008 yang meliputi; penentuan kadar susut was the characterization of the extract in the form
pengeringan ≤ 10 %, kadar abu ≤ 16.6 % dan of non-specific and specific parameters
cemaran mikroba negatif. Demikian pula untuk corresponding to the reference of PPOMN

185
JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015

(Ministry of health Republic of Indonesia, 2000) beracun (ec. Amanita phalloides) serta
such as levels of drying shrinkage, ash content, penyakit autoimun1.
total plate count microbial contamination, levels of
water-soluble compounds, levels of compounds that Penyakit hepatitis banyak terdapat di
are soluble in ethanol, phytochemical test, total negara berkembang, namun teknologi dan
phenolic content, total flavonoid content and the
fasilitas pencegahan serta pengobatan lebih
determination of Pb and Cd weight.The results
showed that non-specific parameters for the banyak dimiliki oleh negara maju yang
ethanol extract of Centella asiatica were justru bukan merupakan daerah endemis
requirements based on Herbal Pharmacopoeia in hepatitis B. Akibatnya biaya pengobatan
2008 which includes parameters such as penyakit hepatitis masih merupakan beban
determination of shrinkage on drying ≤ 10%, ash
yang besar bagi masyarakat di negara
content ≤ 16.6% and negative microbial
contamination. Specific parameters for the ethanol berkembang. Oleh sebab itu upaya yang
extract of Centella asiatica have met the didorong oleh pemerintah adalah upaya
requirements of Herbal pharmacopeia in 2008. pencegahan.
Keywords: Centellaasiatica, hepatoprotective, Hepatoprotektor adalah suatu
standardized herbal medicine,
senyawa obat yang dapat memberikan
specificparameters, and non-specific
parameters perlindungan pada hati dari kerusakan
yang ditimbulkan oleh racun, obat, dan
lain-lain. Untuk mengetahui apakah terjadi
PENDAHULUAN kerusakan hati biasanya dilakukan
serangkaian pemeriksaan kandungan
senyawa-senyawa dalam tubuh sperti kadar
Hingga saat ini hepatitis virus A, B
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
dan C masih menjadi masalah kesehatan
transaminase), SGPT (Serum Glutamic
dunia karena berpotensi menimbulkan
Piruvic Transaminase), atau pemeriksaan
dampak morbiditas dan mortalitas.
imunokimia (bila diduga disebabkan oleh
Hepatitis yang ditandai oleh kerusakan
virus) dan pemeriksaan lainnya.SGPT atau
pada sel-sel hati disebabkan karena
AST (Aspartat Transaminase) dan SGOT
peradangan jaringan hati karena infeksi
atau ALT (Alanin Transaminase),
atau non infeksi. Hepatitis yang
keduanya merupakan enzim intraseluler
disebabkan karena infeksi biasanya terjadi
yang dalam keadaan normal berada
karena virus, terutama virus hepatitis A, B,
didalam sel2. Keduanya merupakan enzim
C, D, dan E. Berdasarkan data Riset
transaminase yang berfungsi mengkatalisis
Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh
reaksi kimia yang terjadi dalam sel.Ketika
Kementerian Kesehatan pada tahun 2007
terjadi serangan pada sel hati oleh senyawa
diketahui bahwa prevalensi HBsAg di
obat yang toksik terhadap hati,
Indonesia sebesar 9,7% pada pria dan 9,3%
mikroorganisme, dll, maka akan terjadi
pada wanita, dengan angka tertinggi pada
perubahan permeabilitas pada membran sel
kelompok usia 45-49 tahun sebesar 11,9%.
sehingga enzim-enzim yang seharusnya
Sementara prevalensi penderita hepatitis C
berada didalam sel akhirnya melarikan diri
sebesar 0,8%, dengan angka tertinggi pada
keluar sel dan berada dalam darah
kelompok usia 55-59 tahun, yaitu sebesar
sehingga disebut transminase serum karena
2,12%. Hepatitis B, C, D dapat
enzim tersebut terdeteksi berada didalam
menimbulkan keadaan infeksi yang
serum. Kadar SGOT normal berkisar
menetap yang akan menjadi hepatitis
antara 5-40 unit/L serum sementara kadar
kronis, sirosis, dan kanker hati.Kerusakan
SGPT normal berkisar antara 7-56 unit/L
hati juga dapat diakibatkan oleh alkohol,
serum.SGOT atau AST tidak hanya berada
obat-obatan (asetaminofen, allopurinol,
di hati, enzim ini juga terdapat dalam
parasetamol, eritromisin dll), bahan
organ lainnya seperti jantung, otot, ginjal,
dan otak. Sehingga, terjadinya kenaikan

186
Standardisasi Ekstrak Pegagan, Centella asiatica sebagai Obat Herbal Terstandar Hepatoprotektor
: Puspa Dewi N Lotulung, dkk.

kadar ini tidak serta merta menjadi perlakuan CCl4 menunjukkan bahwa
landasan bahwa seseorang mengalami penambahan ekstrak etil asetat dan butanol
kerusakan hati. Karena bisa saja jantung, pegagan menunjukkan efek
ginjal, atau otot yang mengalami hepatoprotektor dimana tidak tampak
kerusakan. Sementara SGPT atau AST adanya nekrosis dan pembentukan
berada di hati, sehingga pemeriksaan ini vakuola.Studi toksisitas akut terhadap
lebih valid untuk merujuk pada kerusakan ekstrak etil asetat dan butanol pegagan
hati.Disinilah peranan senyawa-senyawa pada mencit menunjukkan bahwa hingga
yang bersifat hepatoprotektor. Senyawa dosis 5 g/kg BB tidak tampak gejala
tersebut diberikan dengan harapan kadar toksisitas pada hewan uji5-9.
SGPT dan SGOT dapat berkurang dengan Hasil tersebut menunjukkan bahwa
signifikan(3). Berkurangnya kadar kedua tanaman pegagan berpotensi untuk
parameter tesebut menandakan bahwa sel dikembangkan sebagai obat herbal
yang mengalami kerusakan tidak terstandar hepatoprotektor.Standardisasi
bertambah, karena semakin banyak sel ekstrak pegagan yang dilakukan di dalam
yang mengalami kerusakan maka kadar penelitian ini adalah karakterisasi ekstrak
SGPT akan terdeteksi makin tinggi. berupa parameter non spesifik dan spesifik
Kerusakan yang terjadi pada sel-sel hati itu sesuai acuan dari PPOMN (Depkes RI,
biasanya karena reaksi oksidasi, sehingga 2000) meliputi; kadar susut pengeringan,
beberapa obat yang dirujuk sebagai kadar abu, cemaran mikroba angka
hepetoprotektor biasanya merupakan lempeng total, kadar senyawa yang larut
antioksidan. Salah satu contohnya adalah dalam air, kadar senyawa yang larut dalam
silimarin yang merupakan senyawa yang
etanol, uji fitokimia, kadar total fenolik,
terkandung dalam tumbuhan kadar total flavonoid dan penentuan logam
Sylibummarianum. Silimarin merupakan berat Pb dan Cd10,11,12,14.
campuran flavonolignan, yang
mengandung silibin(senyawa utama),
isosilibin, silidianin, dan silikristin1, 2, 4. BAHAN DAN METODE
Melalui kerjasama riset antara LIPI
dengan Zhejiang University, China dalam
hal pengembangan tanaman obat Bahan
Indonesia, telah terseleksi tanaman Herba pegagan dikumpulkan dari
pegagan Centella asiatica sebagai sumber daerah Bandung. Pelarut yang digunakan
senyawa hepatoprotektor. Uji in vivo dan adalah pelarut etanol teknis yang
in vitro terhadap ekstrak tanaman tersebut didestilasi. Untuk pemurnian ekstrak
telah menunjukkan hasil yang sangat baik. digunakan silika gel (E.Merck) dan untuk
Ekstrak etil asetat 17,5 mg/kg BB dan mengecek bercak/spot ekstrak digunakan
butanol 228,8 mg/kg BB pegagan kromatografi lapis tipis berderajat pro
dibuktikan mempunyai efek analisa silika gel GF254 (E. Merck).
hepatoprotektor pada uji in vivo Mikroba, quercetin, senyawa flavonoid,
menggunakan mencit yang diinduksi oleh standar Pb, standar Cd, CCl4, mencit,
CCl4. Ekstrak etil asetat mampu enzim AST, enzim ALT
menurunkan kadar enzim alanine
aminotransferase (ALT) dan aspartate
aminotransferase (AST) sebesar 56% dan Peralatan
44% berturut-turut, sementara ekstrak
Lampu UV CAMAG, neraca analitik,
butanol mampu menurunkan kadar enzim
spektrophotometer UV shimadzu,
AST sebesar 3%. Pemeriksaan
inkubator, evaporator, homogenizer,
histopatologi organ hati yang diberi

187
JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015

Laminar Air Flow, alat gelas untuk hingga menjadi 1000 mL dengan aquadest,
kebutuhan penelitian. LP = Larutan Pereaksi) menggunakan labu
bersumbat sambil berkali-kali dikocok
selama 6 jam dan kemudian dibiarkan
Metode
selama 18 jam. Saring, uapkan 20 mL
Penyiapan Ekstrak Pegagan filtrat hingga kering dalam cawan dangkal
Ekstraksi 5 kg simplisia pegagan berdasar rata yang telah ditara, panaskan
dengan etanol 70%. Ekstrak ini yang residu pada suhu 105 oC hingga bobot
digunakan untuk karakterisasi ekstrak dan tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa
untuk penentuan aktivitas ekstrak. Hal ini yang larut dalam air, dihitung terhadap
dikarenakan ekstrak yang nantinya ekstrak awal.
digunakan untuk formulasi sediaan yang
diperbolehkan oleh PPOMN-BPOM RI
adalah ekstrak etanol. Kadar senyawa yang larut dalam etanol14
Maserasi sejumlah 5.0 gram ekstrak
selama 24 jam dengan 100 mL ethanol (95
Pengujian Aktivitas Hepatoprotektor15,16 %), menggunakan labu bersumbat sambil
Menggunakan enam kelompok dan berkali-kali dikocok selama 6 jam dan
tiap kelompok terdiri dari tiga ekor mencit. kemudian dibiarkan selama 18 jam.Saring,
Kelompok ertama diberikan standar, kedua uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam
dan ketiga diberikan ekstrak etil asetat cawan dangkal berdasar rata yang telah
pegagan dan ekstrak butanol pegagan ditara, panaskan residu pada suhu 105 oC
berturut-turut. Hewan uji coba diberi hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam
sediaan selama tujuh hari berturut-turut persen senyawa yang larut dalam ethanol
dan pada hari kedelapan diberi CCl4 0,1 (95 %), dihitung terhadap ekstrak awal.
mL/kg BB dan pada hari kesembilan
dilakukan pengambilan sampel darah yang Cemaran mikro14
diikuti dengan pengambilan organ hati.
a. Metode Angka Lempeng Total (ALT)
Aktivitas hepatoprotektor tertinggi dinilai
dari kadar enzim alanin transaminase dan 1. Kapang/Fungi
aspartat transaminase. 0,1 gr ekstrak pegagan
disuspensikan dalam 10 mL air
tween 0,1 % steril, kemudian
Pengujian biokimi fungsi hati15,16
dilakukan pengenceran 10 -1 dan
Sampel darah diambil dari jantung, 10-2, diambil 1 ml dari setiap
sampel ini kemudian disentrifus dengan pengenceran kemudian
kecepatan 2500 rpm selama 10-15 menit, dihomogenkan dengan media
kemudian serum dipisahkan dan tumbuhnya ( PDA ) sebanyak 15
dimasukkan ke dalam ependorf. mL. Setelah beku, inkubasi dalam
Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar oven inkubator 30 oC. Semua
enzim alanin transaminase dan aspartat tahapan pekerjaan dilakukan secara
transaminase. aseptic. Pengamatan dilakukan
setelah inkubasi 24 jam dan 48 jam.

Kadar senyawa yang larut dalam air11 2. Bakteri

Maserasi sejumlah 5.0 gram ekstrak 0,1 gr ekstrak pegagan


selama 24 jam dengan 100 mL air disuspensikan dalam 10 mL NaCl
kloroform LP ( 2,5 mL CHCl3 addkan physologis 0,95 % steril, kemudian
dilakukan pengenceran 10 -1 dan

188
Standardisasi Ekstrak Pegagan, Centella asiatica sebagai Obat Herbal Terstandar Hepatoprotektor
: Puspa Dewi N Lotulung, dkk.

10-2, diambil 1 mL dari setiap b. Uji Nilai Duga Terdekat (MPN)


pengenceran kemudian di Coliform.
homogenkan dengan media 1 gram sampel dilarutkan dalam 10
tumbuhnya ( NA ) sebanyak 15 mL aquadest steril, dilakukan
mL. pengenceran bertingkat 10 ; 10 -2 ; 10
-1
-3
Setelah beku, inkubasi dalam oven . Kedalam 3 tabung pertama
inkubator 37 0C.Semua tahapan diinokulasi 1 mL sampel 10-1; 3
pekerjaan dilakukan secara tabung kedua dinokulasi 1 mL sampel
aseptik.Pengamatan dilakukan 10 -2 dan 3 tabung terakhir diinokulasi
setelah inkubasi 24 jam dan 48 jam. 1 mL sampel 10 -3.

Uji Alkaloid14
Sampel + Ammonium 10% ,diekstraksi dengan CHCl3 + HCl 1 N.
- Larutan asam + pereaksi Dragendorf  hasil positif , larutan kuning  jingga
- Larutan asam + pereaksi Meyer  hasil positif, terbentuk endapan putih
Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : + (positif), larutan kuning  jingga
dan terbentuk endapan putih.

Uji Fenolik14
Sampel + FeCl3 1% (dalam air/ethanol)  hasil positif, jika terjadi perubahan warna hijau,
merah ungu, biru/hitam. Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : + (positif)
warna merah ungu.

Uji Flavonoid14
Sampel + serbuk Mg + HCl 2N dipanaskan 100 oC dalam water bath selama 5 – 10 menit,
didinginkan, disaring , filtrat + Amil Alkohol  hasil positif , larutan merah jingga.
Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : + (positif) larutan merah jingga.

Uji Triterpenoid /steroid14


Sampel + asam asetat anhidrat (terendam) , biarkan 15 menit + 2 tetes H2SO4 pekat.
Hasil menunjukkan larutan hijau-biru  positif Steroid.
Hasil menunjukkan larutan unggu  positif Triterpenoid.
Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : (+) Triterpenoid,(-) Steroid.

Uji Saponin14
Sampel + air ,dididihkan dalam penangas selama 5 menit, disaring kemudian dikocok kuat
terbentuk busa stinggi 2 cm yang stabil selama 1 jam + HCl 0,1 N busa tetap  hasil positif
Saponin.Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : + (positif), busa tetap
selama 1jam dan dengan penambahan HCl 0,1 N.

Penentuan kadar Fenol14


100 µl ekstrak + 4,5 mL aquadest + 100 ul Folin Ciocal, dihomogenkan selama 3 menit + 300
µl Na2CO3. 2 % kemudian diinkubasi pada temperatur kamar selama 2 jam, diukur
absorbannya pada λ 760 nm.

Penentuan kadar flavonoid14


500 µl sampel + 500 µl AlCl3 2 % (dalam etanol) , dihomogenkan ,diinkubasi selama 1 jam
,kemudian diukur absorbannya pada λ 420 nm.

189
JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN akan mempengaruhi enzim enzim hati,


bilirubin dan protein dalam serum. Banyak
Hasil uji kemampuan berbagai dilaporkan dari penelitian penelitian
sediaan ekstrak pegagan dalam melindungi sebelumnya bahwa pemberian kadar CCl4 akan
sel sel hati dari efek hepatotoksik CCl4 meningkatkan kadar bilirubin total, enzim
ALT, AST dan ALP (alkalin posfatase) serta
menunjukkan bahwa sediaan ekstrak menurunkan kadar protein total dalam serum
pegagan menunjukkan hasil ekstrak etil (6)
. Daya proteksi suatu senyawa terhadap
asetat 17,5 mg/kg BB dan butanol 228,8 CCl4dapat dilihat dari kemampuannya dalam
mg/kg BB.Ekstrak etil asetat mampu menghambat peroksidase lipid(15) dan dapat
menurunkan kadar enzim alanine menekan aktivitas enzim ALT dan AST(16).
aminotransferase (ALT) dan aspartate Dilihat dari uji di atas dapat dilaporkan bahwa
aminotransferase (AST) sebesar 56% dan ekstrak pegagan dapat melindungi sel-sel hati
44% berturut-turut, sementara ekstrak dari CCl4 dengan kemampuannya dapat
butanol mampu menurunkan kadar enzim menekan aktivitas enzim ALT dan AST.
AST sebesar 3%. Pemeriksaan Standardisasi ekstrak pegagan yang
histopatologi organ hati yang diberi dilakukan di dalam penelitian ini adalah
perlakuan CCl4 menunjukkan efek karakterisasi ekstrak berupa parameter non
hepatoprotektor pada penambahan ekstrak spesifik dan spesifik sesuai acuan dari PPOMN
etil asetat dan butanol pegagan, dimana (Depkes RI, 2000) meliputi; kadar susut
tidak tampak adanya nekrosis dan pengeringan, kadar abu, cemaran mikroba
pembentukan vakuola.Studi toksisitas akut angka lempeng total, kadar senyawa yang larut
dalam air, kadar senyawa yang larut dalam
terhadap ekstrak etil asetat dan butanol
etanol, uji fitokimia, kadar total fenolik, kadar
pegagan pada mencit menunjukkan bahwa total flavonoid dan penentuan logam berat Pb
hingga dosis 5 g/kg BB tidak tampak dan Cd. Untuk ekstrak etanol pegagan baik
gejala toksisitas pada hewan uji. untuk parameter spesifik maupun parameter
Dari berbagai penelitian telah dilaporkan non spesifik telah memenuhi persyarataan
bahwa CCl4 dapat menyebabkan kerusakan Farmakope Herbal tahun 2008. Adapun data
hati sebagaimana yang ditimbulkan oleh virus data hasil standardisasi yang telah dilakukan di
hepatitis akut, ditandai dengan peradangan dalam penelitian ini bisa di lihat dalam Tabel 2
akut pada sel-sel hati(7,8). Kerusakan sel hati yang terlampir di bawah ini.

Tabel 1. Kadar enzim ALT dan AST dalam serum tikus jantan Sprague Dawley yang diberi Ekstrak
Centela asiatica
Perlakuan
Peubah
Ekstrak Etil Asetat Ekstrak butanol
Kadar Penurunan enzim ALT (alanin aminotransferase) 56 % -
Kadar Penurunan enzim AST (aspartate aminotransferase) 44 % 3%

Tabel 2. Data karakteristik Ekstrak Parameter non spesifik


No. Data Karakteristik Hasil Pengujian
1. Kadar susut pengeringan 4.430 %
2. Kadar abu 2.775 &
Cemaran mikroba :
- Angka lempeng total : kapang (-)
3.
- Angka lempeng total : bakteri (-)
- Uji nilai duga terdekat (-)

190
Standardisasi Ekstrak Pegagan, Centella asiatica sebagai Obat Herbal Terstandar Hepatoprotektor
: Puspa Dewi N Lotulung, dkk.

Untuk karakteristik parameter non pegagan sesuai dengan acuan Farmakope


spesifik kadar susut pengeringan ekstrak etanol herbal yaitu ≥ 28,3%.Untuk karakteristik
pegagan diperoleh hasil kadar rata-rata susut parameter spesifik kadar senyawa yang larut
pengeringan sekitar 4.430 % sedangkan hasil dalam etanol ekstrak etanol pegagan diperoleh
susut pengeringan yangsesuai dengan acuan hasil rata-rata kadar senyawa yang larut dalam
Farmakope herbal (2008) yaitu ≤ 10%. Jadi etanol sekitar 17.89 % sedangkan kadar
parameter kadar susut pengeringan senyawa senyawa yang larut dalam
untukekstrak etanol pegagan masih dalam etanolekstrak pegagan sesuai dengan acuan
range acuan Farmakope Herbal.Untuk Farmakope herbal yaitu ≥ 2,1%.Dari hasil uji
karakteristik parameter non spesifik kadar abu fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol
ekstrak etanol pegagan diperoleh hasil rata-rata pegagan positif mengandung senyawa alkaloid,
kadar abu sekitar 2.775 % sedangkan hasil fenolik, flavonoid, triterpenoid dan saponin
penetapan kadar abu total sesuai dengan akan tetapi ekstrak etanol pegagan tidak
acuan Farmakope herbal (2008) yaitu mengandung senyawa steroid (negatif).Secara
≤ 16,6%. Jadi parameter kadar abu untuk kuantitatif kandungan total fenol dalam ekstrak
ekstrak etanol pegagan masih dalam range sebesar 0.825 % b/b sedangkan untuk kadar
acuan Farmakope Herbal. total flavonoid sebesar 0.556 % b/b. Penentuan
kandungan kadar logam berat, diujikan pada 2
Oleh karena tidak ada satupun cawan jenis logam yaitu: Pb dan Cd. Kandungan
yang menunjukan jumlah koloni 30-300 logam dalam ekstrak pegagan sebesar 1.61
koloni, maka nilai angka lempeng total ppm untuk logam Pb dan 0.069 ppm untuk
kapang, bakteri maupun uji nilai duga terdekat logam Cd.Jadi parameter spesifik kadar
perkiraa nilainya diambil dari angka senyawa yang larut dalam air untuk ekstrak
sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah. etanol pegagan masih dalam range acuan
Nilai rata-rata angka lepeng total perkiraan Farmakope Herbal.
dari ekstrak etanol pegagan adalah 0,75±1,91
CFU/g. Nilai ini termasuk dalam batas aman Dari semua hasil data karakteristik
sesuai acuan SNI 19-2897-1992.Menurut SNI parameter spesifik dan non spesifik yang telah
19-2897-1992, batas jumlah cemaran mikroba dilakukan terhadap ekstrak etanol pegagan
dalam ekstrak yang dipersyaratkan adalah <106 menunjukkan bahwa ekstrak yang dibuat telah
CFU/g. Untuk karakteristik parameter spesifik memenuhi persyaratan Farmakope Herbal
kadar senyawa yang larut dalam air ekstrak tahun 2008, yang berarti ekstrak etanol
etanol pegagan diperoleh hasil rata-rata kadar pegagan yang dibuat telah memenuhi standar
senyawa yang larut dalam air sekitar 59.14 % sebagai ekstrak terstandar.
sedangkan kadar senyawa larut air ekstrak

Tabel 3.Data karakteristik Ekstrak Parameter spesifik


No. Data Karakteristik Hasil Pengujian
1. Kadar senyawa yang larut dalam air 59.14%
2. Kadar senyawa yang larut dalam air 17.89 %
3. Penentuan Fitokimia ekstrak etanol
- Alkaloid (+)
- Fenolik (+)
- Flavonoid (+)
- Triterpenoid (+)
- Steroid (-)
- saponin (+)
4. Penentuan kadar fenol 0.825 % b/b
5. Penentuan kadar flavonoid 0.556 % b/b
6. Penentuan kadar logam
- Pb 1.61 ppm
- Cd 0.069 ppm

191
JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Uji in vivo dan in vitro terhadap ekstrak 1. www.depkes.go.id/hepatitis, diakses pada


tanaman pegagan telah menunjukkan hasil tanggal 15 januari 2013.
yang sangat baik. Ekstrak etil asetat 17,5
2. H.U. Lee, E.A. Bae, M.J. Han, N.J. Kim,
mg/kg BB dan butanol 228,8 mg/kg BB
D.H. Kim: Hepatoprotective effect of
pegagan dibuktikan mempunyai efek
ginsenoside Rb1 and compound K on tert-
hepatoprotektor pada uji in vivo menggunakan
butyl hydroperoxide-induced liver injury.
mencit yang diinduksi oleh CCl4. Ekstrak etil
Liver International, 25: 1069–1073 (2005).
asetat mampu menurunkan kadar enzim
alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate 3. S. Singh, M.B. Thomas, S.P. Singh,
aminotransferase (AST) sebesar 56% dan 44% D.Bhowmik, Plants used in
berturut-turut, sementara ekstrak butanol Hepatoprotective Remedies in Traditional
mampu menurunkan kadar enzim AST sebesar Indian medicine, Indian Journal of
3%. Research in Pharmacy and Biotechnology
(online).
Parameter non spesifik untuk ekstrak
etanol pegagan telah memenuhi persyaratan 4. D. Tedesco, C. Domeneghini,
Farmakope Herbal tahun 2008 yang meliputi; D. Sciannimanico, M. Tameni, S.
penentuan kadar susut pengeringan ≤ 10 %, Steidler, S. Galletti, Silymarin, A possible
kadar abu ≤ 16.6 % dan cemaran mikroba hepatoprotector in dairy cows: biochemical
negative. Demikian pula untuk parameter and histological observations. J Vet Med A
spesifik yang dilakukan untuk ekstrak etanol Physiol Pathol Clin Med. Mar; 51(2):85-9
pegagan, telah memenuhi persyaratan (2004)
Farmakope Herbal tahun 2008 yang meliputi; 5. E.M. Williamson, D.T. Okpoko dan F.J.
kadar senyawa yang larut dalam air ≥ 28.3 %, Evans. Selection, “Preparation and
kadar senyawa yang larut dalam etanol ≥ 2.1 Pharmacology Evaluation of Plant
%. Untuk pengujian kadar kandungan kimia Material”. Pharmacological Method in
(fitokimia) yang dilakukan secara kualitatif, Phytotherapy Research, 1:155-167. John
ekstrak etanol pegagan positif mengandung Willey and Sons, Chichester. (1998)
senyawa alkaloid, fenolik, flavonoid,
triterpenoid dan saponin namun negatif untuk 6. G.M.M. Rao, C.V.Rao, P. Pushpangadan,
kandungan senyawa steroid. A. Shirwaikar. Hepatoprotective effects of
rubiadin, a major constituent of
Secara kuantitatif kandungan total fenol Rubiacordifolia Linn. Journal of
dalam ekstrak sebesar 0.825 % b/b sedangkan Ethnopharmacology. 103: 484-490. (2006)
untuk kadar total flavonoid sebesar 0.556 %
b/b. Penentuan kandungan kadar logam berat, 7. M.R. Venukumar, M.S. Latha.
diujikan pada 2 jenis logam yaitu: Pb dan Cd. Hepatoprotective effect of the methanol
Kandungan logam dalam ekstrak pegagan extract of Curligo orchioides in CCl4
sebesar 1.61 ppm untuk logam Pb dan 0.069 treated male rats. Indian Journal of
ppm untuk logam Cd. Pharmacology 34:269-275.(2002)
Dari semua hasil data karakteristik 8. C.C. Lin, P.C. Huang. Antioxidant and
parameter spesifik dan non spesifik yang telah hepatoprotective effects of
dilakukan terhadap ekstrak etanol pegagan Acanthopanaxsenticosus. Phytotheraphy
menunjukkan bahwa ekstrak yang dibuat telah Research 14 :489-494 (2000)
memenuhi persyaratan Farmakope Herbal 9. K. Heyne. “Tumbuhan Berguna
tahun 2008, yang berarti ekstrak etanol Indonesia”. Badan Penelitian dan
pegagan yang dibuat telah memenuhi standar Pengembangan Kehutanan. Departemen
sebagai ekstrak terstandar. Kehutanan. II: 1082 (1987)
10. D. Iswari. „Seri Pengalaman. Obat
Tradisional Sembuhkan Mereka” , Trubus
(2002)

192
Standardisasi Ekstrak Pegagan, Centella asiatica sebagai Obat Herbal Terstandar Hepatoprotektor
: Puspa Dewi N Lotulung, dkk.

11. H. Lullman, K. Mohr, A. Ziegler dan D.


Bieger. Color Atlas of Pharmacology,
Second edition, 2000.
12. H.H.J. Gerets, E. Hanon, M. Cornet, S.
Dhalluin, O. Depelchin, M. Canning, F.A.
Atienzar: Selection of cytotoxicity markers
for the screening of new chemical entities
in a pharmaceutical context: A preliminary
study using a multiplexing approach.
Toxicology in Vitro 23: 319–33. (2009)
13. Anonim. Pedoman Pengujian dan
Pengembangan Fitofarmaka. Penapisan
Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik. Pengembangan
Pemanfaatan Obat Bahan Alam. 1993.
14. Y.O. Teselkin, I.V. Babankova, V.K.
Kolhir, A.I. Baginskaya, N.A. Tjukavkina,
Y.A. Kolesnik, I.A. Selivanova, A.A.
Eichholz. Dihydroquercetin as a means of
antioxidative defence in rats with
tetrachloromethane hepatitis.
Phytotheraphy Research 14: 160-162.
(2000)
15. Sanmugapriya E, Venkataraman S. Studies
on hepatoprotective and antioxidant
actions of Strychnos potatorum Linn.
Seeds on CCl4-induced acute hepatic
injury in experimental rats. Journal of
Ethnopharmacology 105(1-2) : 154-160
(2006).

193

Anda mungkin juga menyukai