Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI CULTURE CARE DALAM KEPERAWATAN DAN SUNRISE


MODEL

DISUSUN OLEH :

Kelompok 5 kep 3 A

1. Cindy Claudya Putri 1914201001


2. Alifia Dafa Safitri 1914201006
3. Fadila Putri 1914201015
4. Melisa Andora 1914201019
5. Muthia Helmi 1914201022
6. Pramita Dewi 1914201029
7. Tiara 1914201041

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Weni Mailita, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai teori culture care
dalam keperawatan dan sunrise model

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini.Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Padang, 27 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS..........................................................................................
A. Sejarah Teori Culture Care......................................................................................
B. Paradigma Keperawatan..........................................................................................
C. Teori Keperawatan Leininger..................................................................................
D. Sunrise model..........................................................................................................
E. Kelebihan dan Kekurangan.....................................................................................
BAB III................................................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan,
dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang, menilai situasi
kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan
perawat peka terhadap apa yang terjadi dan apa yang harus dia lakukan.
Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik, penelitian dan proses belajar-
mengajar dalam bidang keperawatan sehingga perlu diperkenalkan, dikaji dan dikembangkan
untuk memperkuat profesi keperawatan.
Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik secara teoritis maupun empiris
terhadap teori-teori keperawatan yang ada sehingga perawat dapat memahami dan
mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien
sesuai keadaannya.Salah satu teori keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang
dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih dikenal dengan teori “Trans Cultural
Moden matahari terbit (sunrise model) melambangkan esensi keperawatan dalam
transcultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok , komunitas, lembaga) perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia tentang dimensi budaya serta struktur
social yang berkembang di berbagai belahan dunia maupun masyarakat dalam lingkup yang
sempit

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejerah teori culture care
2. Untuk mengetahui paradigma keperawatan
3. Untuk mengetahui keperawatan leininger
4. Untuk megetahui sunrise model
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Sejarah Teori Culture Care


Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin
dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia.
Ia adalah perawat professional pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu
antropologi social dan budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir
keperawatannya setelah tamat dari program diploma di “St. Anthony’s School of Nursing” di
Denver. 
Leininger melihat bahwa para perawat lain juga tidak menampilkan suatu asuhan yang
benar-benar adequat dalam menolong anak tersebut, dan ia dihadapkan pada berbagai
pertanyaan mengenai perbedaan budaya diantara anak-anak tersebut dan hasil terapi yang
didapatkan. Ia juga menemukan hanya sedikit staff yang memiliki perhatian dan pengetahuan
mengenai faktor-faktor budaya dalam mendiagnosa dan manangani klien.
Pada satu ketika, Prof. Margaret Mead berkunjung pada departemen psikiatri University
of Cincinnati dan Leiniger berdiskusi dengan Mead mengenai adanya kemungkinan
hubungan antara keperawatan dan antropologi. Meskipun ia tidak mendapatkan bantuan
langsung, dorongan, solusi dari Mead , Leininger memutuskan untuk melanjutkan studinya ke
program doktor (Ph.D) yang berfokus pada kebudayaan, sosial, dan antropologi psikologi
pada Universitas Washington.
Sebagai seorang mahasiswa program doktor, Leininger mempelajari berbagai macam
kebudayaan dan menemukan bahwa pelajaran antroplogi itu sangat menarik dan merupakan
area yang perlu diminati oleh seluruh perawat. Kemudia ia menfokuskan diri pada
masyarakat Gadsup di Eastern Highland of New Guinea, dimana ia tinggal bersama
masyarakat tersebut selama hampir dua tahun. Dia dapat mengobservasi bukan hanya
gambaran unik dari kebudayaan melainkan perbedaan antara kebudayaan masyarakat barat
dan non barat terkait dengan praktek dan asuhan keperawatan untuk mempertahankan
kesehatan. 
Dari studinya yang dalam dan pengalaman pertama dengan masyarakat Gadsup, ia terus
mengembangkan teori perawatan kulturalnya dan metode ethno nursing. Teori dan
penelitiannya telah membantu mahasiswa keperawatan untuk memahami perbedaan budaya
dalam perawatan manusia, kesehatan dan penyakit. Dia telah menjadi pemimpin utama
perawat yang mendorong banyak mahasiswa dan fakultas untuk melanjutkan studi dalam
bidang anthropologi dan menghubungkan pengetahuan ini kedalam praktik dan pendidikan
keperawatan transkultural. Antusiasme dan perhatiannya yang mendalam terhadap
pengembangan bidang perawatan transkultural dengan fokus perawatan pada manusia telah
menyokong dirinya selama 4 dekade.
Tahun 1950-an sampai 1960-an, Leininger mengidentifikasi beberapa area umum dari
pengetahuan dan penelitian antara perawatan dan anthropologi formulasi konsep keperawatan
transkultural, praktek dan prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and anthropology :
Two Words to Blend ; yang merupakan buku pertama dalam keperawatan transkultural,
menjadi dasar untuk pengembangan bidang keperawatan transkultural, dan kebudayaan yang
mendasari perawatan kesehatan. Buku yang berikutnya, ”Transcultural Nursing : Concepts,
theories, research, and practise (1978 )” , mengidentifikasi konsep mayor, ide-ide teoritis,
praktek dalam keperawatan transkultural, bukti ini merupakan publikasi definitif pertama
dalam praktek perawatan treanskultural. Dalam tulisannya, dia menunjukkan bahwa
perawatan treanskultural dan anthropologi bersifat saling melengkapi satu sama lain,
menkipun berbeda. Teori dan kerangka konsepnya mengenai Cultural care diversity and
universality dijelaskan dalam buku ini.
Sebagai perawat profesional pertama yang melanjutkan pendidikan ke jenjang doktor
dalam bidang antropologi dan untuk memprakarsai beberapa program pendidikan magister
dan doktor, Leininger memiliki banyak bidang keahlian dan perhatian. Ia telah memepelajari
14 kebudayaan mayor secara lebih mendalam dan telah memiliki pengalaman dengan
berbagai kebudayaan. Disamping perawatan transkultural dengan asuhan keperawatan
sebagai fokus utama , bidang lain yang menjadi perhatiannya adalah administrasi dan
pendidikan komparatif, teori-teori keperawatan, politik, dilema etik keperawatan dan
perawatan kesehatan, metoda riset kualitatif, masa depan keperawatan dan keperawatan
kesehatan, serta kepemimpinan keperawatan. Theory of Culture Care saat ini digunakan
secara luas dan tumbuh secara relevan serta penting untuk memperoleh data kebudayaan yang
mendasar dari kebudayaan yang berbeda

B. Paradigma Keperawatan
1. Manusia 
Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan.
Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada.
2. Kesehatan
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural
memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun
kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan
pola hidup.
3. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi
sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
4. Keperawatan
Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan
serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang
bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan
individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam cara yang
menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-
orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.

C. Teori Keperawatan Leininger


Teori ini diambil dari disiplin ilmu antropologi dan keperawatan. Ia mendefinsikan
keperawatan transkultural sebagai bagian utama dari keperawatan yang berfokus pada studi
perbandingan dan analisa perbedaan budaya serta bagian budaya di dunia dengan tetap
menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman sehat sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki
oleh masyarakat.
1. Konsep Utama dan definisi teori Leininger
a. Care mengacu kepeada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan
dengan pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan pemberian
pengalaman maupun perilaku kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya dan
bertujuan untuk memperbaiki kondisi maupun cara hidup manusia.
b. ”Caring”, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang ditujukan secara
langsung dalam pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan individu lain
dan kelompok didalam memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi
kehidupan manusia atau dalam menghadapi kematian.
c. Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan transmisis nilai,
keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam suatu kelompok tertentu yang
memberikan arahan kepada cara berfikir mereka, pengambilan keputusan, dan
tindakkan dalam pola hidup.
d. Perawatan kultural mengacu kepada pembelajaran subjektif dan objektif dan
transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu, mendukung, memfasilitasi
atau memungkinkan ndividu lain maupun kelompok untuk mempertahankan
kesjahteraan mereka, kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan
manusia atau untuk memampukan manusia dalam menghadapi penyakit,
rintangan dan juga kematian.
e. Cultural care diversity (perbedaan perawatan kultural) mengacu kepada variabel-
variabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup, ataupun simbol perawatan
di dalam maupun diantara suatu perkumpulan yang dihubungkan terhadap
pemberian bantuan, dukungan atau memampukan manusia dalam melakukan
suatu perawatan.
f. Cultural care universality (Kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu
pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman ang paling
dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau simbol-simbol yang
dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian
bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan
untuk menolong orang lain (Terminlogy universality) tidak digunakan pada suatu
cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan.
g. Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi
keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan
manusia yang bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi,
atau memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan
mereka dalam suatu cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada
kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi
rintangan dan kematian.
h. Pandangan dunia mengacu kepada cara pandang manusia dalam memelihara
dunia atau alam semesta untuk menampilkan suatu gambaran atau nilai yang
ditegakkan tentang hidup mereka atau lingkungan di sekitarnya.
i. Dimensi struktur sosial dan budaya mengacu pada suatu pola dinamis dan
gambaran hubungan struktural serta faktor-faktor organisasi dari suatu bentuk
kebudayaan yang meliputi keagamaan, kebudayaan, politik, ekonomi,
pendidikan, teknologi , nilai budaya dan faktor-faktor etnohistory serta
bagaimana faktor-faktor ini dihubungkan dan berfungsi untuk mempengaruhi
perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda.
j. Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan
interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan
kebudayaan.
k. ”Etnohistory ” mengacu kepada keseluruhan fakta-fakta pada waktu yang
lampau, kejadian-kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, kebudayaan
serta suatu institusi yang difokuskan kepada manusia/masyarakat yang
menggambarkan, menjelaskan dan menginterpretasikan cara hidup manusia
dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu dalam jangka waktu yang panjang
maupun pendek.
l. Sistem perawatan pada masyarakat tradisional mengacu kepada pembelajaran
kultural dan transmisi dalam masyarakat tradisional (awam) dengan
menggunakan pengetahuan dan keterampilan tradisonal untuk memberikan
bantuan, dukungan atau memfasilitasi tindakan untuk individu lain, kelompok
maupun suatu institusi dengan kebutuhan yang lebih jelas untuk memperbaiki
cara hidup manusia atau kondisi kesehatan ataupun untuk menghadapi rintangan
dan situasi kematian.
m. Sistem perawatan profesional mengacu kepada pemikiran formal, pembelajaran,
transmisi perawatan profesional, kesehatan, penyakit, kesejahteraan dan
dihubungkan dalam pengetahuan dan keterampilan praktek yang berlaku dalam
institusi profesional biasanya personil multi disiplin untuk melayani konsumen.
n. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara
kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu
maupun kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari,
keuntungan dan pola hidup
o. Mempertahankan perawatan kultural mengacu kepada semua bantuan, dukungan,
fasilitas atau pengambilan keputusan dan tindakan profesional yang
memungkinkan yang dapat menolong orang lain dalam suatu kebudayaan tertentu
dan mempertahankan nilai perawatan sehingga mereka dapat memperthanakan
kesejahteraannya, pulih dari penyakit atau menghadapi rintangan mapun
kematian.
p. Negosiasi atau akomodasi perawatan kultural mengacu pada semua bantuan,
dukungan, fasilitas, atau pembuatan keputusan dan tindakan kreatifitas
profesional yang memungkinkan yang menolong masyarakat sesuai dengan
adaptasi kebudayaan mereka atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain untuk
mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui petugas
perawatan yang profesional 
q. Restrukturisasi perawatan transkultural mengacu pada seluruh bantuan,
dukungan, fasilitas atau keputusan dan tindakan profesional yang dapat menolong
klien untuk mengubah atau memodifikasi cara hidup mereka agar lebih baik dan
memperoleh pola perawatan yang lebih menguntungkan dengan menghargai
keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai dengan budayanya.
r. Perawatan kultural yang konggruen mengacu kepada kemampuan kognitif untuk
membantu, mendukung, menfasilitasi atau membuat suatu keputusan dan
tindakan yang dapat memperbaiki kondisi individu, atau kelompok dengan nilai
budaya, keyakinan dan cara hidup yang berbeda, yang bertujuan untuk
memperoleh kesejahteraan dan kesehatan.
2. Asumsi Mayor
Asumsi mayor untuk mendukung teory cultural care : diversity and universality yang
dikemakan ole Leininger : 
a. “Care” adalah esensi keperawatan serta focus yang mempersatukan perbedaan
sentral dan dominant dalam suatu pelayanan
b. Perawatan (Caring) yang didasarkan pada kebudayaan adalah sutau aspek
esensial unuk memperoleh kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan dan ketahanan,
serta kemampuan untuk enghadapi rinangan maupun kematian.
c. Perawatan yang berdasarkan budaya adalah bagian yang paling komprehensif dan
holistic untuk mengetahui, menjelaskan, menginterprestasikan dan
memprediksikan fenomena asuhan keperawatan serta memberikan panduan
dalam pengambilan keputusan dan tindakan perawatan.
d. Keperawatan traskultural adalah disiplin ilmu perawatan humanistic dan profesi
yang
e. “Caring” yang berdasarkan kebudayaan adalah suatu aspek esensial untuk
mengobati dan menyembuhkan dimana pengobatan tidak akan mungkin
dilakukan tanpa perawatan, sebaliknya perawatan dapat tetap eksis tanpa
pengobatan.
f. Konsep keperawatan cultural, arti, ekspresi, pola-pola, proses dan struktur dari
bentuk perawatan transkultural yang beragam dengan perbedaan dan persamaan
yang ada.
g. Setiap kebudayaan manusia memiliki pengetahuan dan praktek perawatan
tradisional serta praktik professional yang bersifat budaya dan individual.
h. Praktek perawatan keyakinan dan nilai budaya dipengaruhi oleh dan cenderung
tertanam dalam pandangan dunia, bahasa, filosofi, agama, kekeluargaan, sosial,
politik, pendidikan, ekonomi, teknologi, etnohistory, dan lingkungan kebudayaan.
i. Keuntungan, kesehatan dan kepuasan terhadap budaya perawatan mempengaruhi
kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, komunitas di dalam
j. Kebudayaan dan keperawatan yang konggruen dapat terwujud apabila pola-pola,
ekspresi dan nilai-nilai perawatan digunakan secara tepat, aman dan bermakna.
k. Perbedaan dan persamaan perawatan cultural tetap berada diantara masyarakat
tradisioal dan professional pada setiap kebudayaan manusia.
l. Konflik cultural, beban praktek kebudayaan, stress kultural merefleksikan
kurangnya pengetahuan perawatan kultural untuk memberikan perawatan, rasa
aman, tangung jawab yang koggruen dengan kebudayaan.
m. Metode penelitian kualitatif ethnonursing memberikan intepretasi dan temuan
yang penting mengenai pemberian asuhan keperawatan dengan kebudayaan
komplek yang berbeda.
3. Esensi Keperawatan dan Kesehatan
a. Perbedaan-perbedaan interkultural terhadap keyakinan kepetrawatan, nilai dan
praktek akan merefleksikan perbedaan kemampuan identifikasi dan praktek
asuhan keperawatan yang bersifat umum.
b. Kebudayaan yang memiliki nilai iindividualisme yang tinggi dengan model
independen akan menunjukan tanda-tanda dari nilai dan praktek keperawatan diri,
dimana kebudayaan yang tidak memiliki nilai individualisme dan independen
akan menunjukan tanda terbatas dan praktek keperawatan diri.
c. Jika terdapat hubungan yang erat antara praktek dan keyakinan pemberi dan
penerima pelayanan praktek keperawatan , hasil yang diperoleh klien akan dapat
ditingkatkan dan lebih memuaskan .
d. Klien dari kebudayaan yang berbeda dapat mengidentifikasi nilai caring dan non
caring mereka serta keyakinan terhadap ethnonursing.
e. Perbedaan utama antara nilai perawatan tradisional dengan perawatan
profesional, merupakan tanda dari konflik budaya antara pemberi pelayanan
kesehatan profesional dan klien.
f. Praktek dan tindakan caring yang diterapkan dengan menggunakan teknologi
berbeda secara kultural dan memiliki perbedaan terhadap hasil dalam pencapaian
kesehatan dan kesejahteraan klien.
g. Tanda terpenting dari ketergantungan perawat terhadap teknologi merupakan
tanda dari depersonalisasi asuhan keperawatn humanistik pada klien.
h. Bentuk simbolis dan fungsi ritual dari praktek dan perilaku asuhan keperawatan
memiliki hasil dan makna berbeda dalam kebudayaan yang berbeda.
i. Politik, agama, ekonomi, hubungan kekeluargaan, nilai budaya dan lingkungan
memberikan pengaruh yang besar terhadap praktek budaya untuk mencapai
kesejahteraan individu, keluarga dan kelompok
4. Konsep Kebudayaan Menurut Leininger dalam Buku Transcultural Nursing;
Concept, theories and practices (1978 & 1995)
a. Kebudayaan yang mempersepsikan penyakit ke dalam bentuk pengalaman tubuh
internal dan bersifat personal (contohnya yang disebabkan oleh kondisi fisik,
genetic,stress dalam tubuh) lebih cenderung menggunakan teknik dan metode
keperawatan diri secara fisik dari pada melakukan perawatan berdasarkan budaya
yang memandang penyakit sebagai suatu keyakinan kultural dan ekstra personal
serta pengalaman budaya secara langsung.
b. Budaya sangat menekankan proses, prilaku dan nilai perawatan (caring),
memegang peranan yang lebih cenderung dilakukan wanita daripada pria.
c. Kebudayaan yang menekankan pada prilaku dan proses pengobatan (caring)
cenderung dilaksanakan oleh pria daripada wanita.
d. Klien (masyarakat umum / tradisional) yang membutuhkan pelayanan
keperawatan (caring), pertama sekali cenderung untuk mencari bantuan dari pihak
keluarga maupun relasinya dalam mengatasi masalahnya, baru kemudian mencari
pemberi pelayanan kesehatan professional apabila orang-orang terdekatnya tidak
mampu memeberikan kondisi yang efektif, keadaan klien semakin memburuk
atau jika terjadi kematian.
e. Kegiatan perawatan yang banyak dipraktekkan di masyarakat (ethno caring
activities), yang memiliki keuntungan terapeutik bagi klien dan keluarganya,
kurang dipahami oleh kebanyakan perawat professional di Werstern.
f. Jika terdapat prilaku perawatan yang efektif dalam suatu kebudayaan maka
kebutuhan pengobatan dan pelayanan dari petugas professional akan berkurang.
g. Perbedaan mendasar antara praktek keperawatan tradisional dan professional
mengakibatkan konflik budaya dan membebani praktek keperawatan.
h. Perawatan transkultural akan mempersiapkan perawat untuk dapat menyusun
asuhan keperawatan pada setiap budaya yang berbeda, dan dapat menentukan
hasil yang tepat sesuai dengan kebudayaan klien tersebut.
i. Keberhasilan dalam perawatan kesehatan akan sulit dicapai apabila pemberi
pelayanan tersebut tidak menggunakan pengetahuan dan praktek yang didasarkan
atas keyakinan dan nilai budaya klien

D. The Sunrise Model (Model Matahari Terbit)


Sunrise Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Matahari
terbit sebagai lambang/ symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari
model ini dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk
mempertimbangkan arah yang membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi
kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki berfokus pada keperawatan
profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum. Anak panah berarti mempengaruhi
tetapi tidak menjadi penyebab atau garis hubungan. Garis putus-putus pada model ini
mengindikasikan sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak
terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka.
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak
pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar
seluruh terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi
keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan
dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu
sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang
produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan
kebudayan serta penelitian ilmiah.
Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari konseptual model asuhan
keperawatan transkultural. Terdapat 7 (tujuh) komponen dalam sunrise model tersebut, yaitu :
1. Faktor Teknologi ( Technological Factors )
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk memilih
atau mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Berkaitan dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat
perlu mengkaji berupa persepsi individu tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari
kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan.
2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup ( Religous and Philosofical Factors)
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi
yang realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi kuat sekali
untuk menempatkan kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut,
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk
sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap
dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga,
hubungan klien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh
keluarga.
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang
dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-
nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan,
kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan
kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari.
5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan transkultural. Misalnya peraturan
dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang menunggu.
6. Faktor ekonomi ( Economical Faktor)
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada
umumnya dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya kantor, tabungan.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan.
7. Faktor pendidikan (Educational Factor)
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam menmpuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu,
maka keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
dapat beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan,
jenis pendidikan, serta kemampuan belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. 

E. Kelebihan dan Kekurangan


a. Kelebihan :
 Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan
kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang
berbeda.
 Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
 Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan
berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
 Penggunanan teori trancultural dapat membantu perawat untuk membuat
keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
 Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan
praktek keperawatan .
b. Kelemahan :
 Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan
hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model
lainnya.
 Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi
masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori ini dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
mempertimbangkan aspek budaya, nilai –nilai, norma dan agama.Teori ini dapat digunakan
untuk melengkapi teori konseptual yang lain dalam praktik asuhan keperawatan. 

B. Saran
Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu
antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.Pelaksanaan teori
Leinienger memerlukan penggabungan dari teori keperawatan yang lain yang terkait, seperti
teori adaptasi, self care dan lain-lain. 
DAFTAR PUSTAKA

1. Carol Taylor, Carol Lillis. (1997). Fundamentals of Nursing : the art and science of
nursing care. Vol I 3ed , Philadelphia, Lippincott.
2. http://proquest.umi.com/pqdweb?
did=650824831&sid=3&clientld=45625&RQT=309&VName
3. http://en.wikipedia.org/wiki/Madeleine Leininger.
4. http://www.culturediversity.org/thirdwrld.htm.

Anda mungkin juga menyukai