Anda di halaman 1dari 79

PENILAIAN AKTIVA TETAP BERDASARKAN PSAK NO 16

PADA PDAM TIRTA TUAH BENUA DI SANGATTA

ANITA RAHMAN AMIRULLAH


NPM :116120100123

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI - NUSANTARA


SANGATTA
2021
PENILAIAN AKTIVA TETAP BERDASARKAN PSAK NO 16
PADA PDAM TIRTA TUAH BENUA DI SANGATTA

ANITA RAHMAN AMIRULLAH


NPM :116120100123

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Akuntansi
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusantara Sangatta

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI - NUSANTARA


SANGATTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL SKRIPSI : PENILAIAN AKTIVA TETAP BERDASARKAN


PSAK NO 16 PADA PDAM TIRTA TUAH BENUA
DI SANGATTA.

NAMA : ANITA RAHMAN AMIRULLAH


NPM : 17622010100563
JURUSAN : AKUNTANSI
JENJANG STUDI : STRATA SATU (1)

Telah dipertahankan Di depan tim penguji


Pada tanggal,……………
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Amiruddin, S. E.,M. M Leny Susilawati Anggraini, S. Si.,M.B.A

Mengetahui :
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi – Nusantara
Ketua,

Dr. H. Amransyah, SE., M. Si

Yudisium Tanggal:………………..
RIWAYAT HIDUP

ANITA RAHMAN AMIRULLAH, Sangatta, 3 Desember 1998


putri dari Alm. Amirullah dan Ibu Fatimah anak kedua dari 2
(dua) bersaudara.

Penilaian aktiva tetap berdasarkan PSAK No 16 pada PDAM


Tirta Tuah Benua di Sangatta. (dibawah bimbingan Amiruddin,
SE, MM dan Leny Susilawati Anggraini, S. Si.,M.B.A).

RIWAYAT PENDIDIKAN :
Sekolah Dasar Negeri 003 Sangatta Utara dari tahun 2005 lulus tahun 2011.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sangatta Utara dari tahun 2011
lulus tahun 2014.
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sangatta Utara dari tahun 2014
lulus tahun 2017.
Saat ini sedang dalam penyelesaian Tugas Akhir Pada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi – Nusantara Sangatta.

RIWAYAT PEKERJAAN :
1. Admin Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Samsudin S. H. mulai tahun 2018
sampai tahun 2019.
2. Admin Satbinmas Polres Kutai Timur mulai tahun 2019 hingga tahun 2021.
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Dalam menjalankan oprasionalnya badan usaha tidak terlepas dari


penggunaan aset yang dimiliki oleh badan usaha tersebut untuk kelancaran
oprasionalnya. Aset yang dimiliki oleh badan usaha merupakan kekayaan
badan usaha dan salah satunya terdapat dalam aset tetap. Aset tetap
merupakan suatu barang yang memiliki wujud atau betuk fisik yang
digunakan untuk operasional badan usaha dan memiliki unsur atau
manfaatnya. Mengingat pentingnya peranan aset tetap dan besarnya dana
yang dibutuhkan untuk memperoleh aset tetap tersebut, maka dibutuhkan
penerapan-penerapan akuntansi aset tetap yang baik dan benar terhadap
setiap aset tetap, yang mencakup pengakuan aset tetap sampai penyajian
aset tetap dalam laporan keuangan, yang digunakan sebagai informasi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga keberadaannya memerlukan
penanganan yang sebaik-baiknya. Aktiva tetap dapat berupa tanah,
bangunan, mesin, kendaraan serta peralatan-peralatan lainnya. Aktiva tetap
yang dimiliki oleh suatu badan usaha dapat diperoleh dengan berbagai cara,
antara lain dengan membeli secara tunai, membeli secara kredit, dibangun
terlebih dahulu, sumbangan ataupun dengan cara yang lain.

Menurut PSAK No.16 (revisi 2011), aktiva tetap adalah aset berwujud
yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Dalam proses
pencatatan serta penyajian aktiva tetap harus sesuai dengan standar
akuntansi keuangan yang berlaku sekarang. Proses akuntansi aset tetap
dimulai saat aset itu diperoleh sampai aset itu dihapuskan. Aset tetap dapat
diperoleh dengan berbagai cara seperti pembelian, pertukaran,
pembangunan sendiri dan hibah. Penentuan pada harga perolehan aset tetap

1
2

sering terjadi permasalahan karena untuk menentukan harga perolehan suatu


aset tetap tidak hanya dipandang dari harga belinya saja, melainkan biaya
yang dikeluarkan sampai aset tetap tersebut dapat digunakan dalam operasi
normal perusahaan. (Hary,2011:2) Dengan demikian maka setiap aset tetap
yang sudah digunakan perlu dilakukan penyusutan terhadap harga
perolehannya.

Menurut PSAK No.16 (2011:16.3) “Penyusutan adalah alokasi


sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur
manfaatnya”. Besarnya nilai yang disusutkan antara selisih harga perolehan
dengan nilai sisa, yaitu nilai aset itu pada akhir masa manfaatnya. Dalam
mendapatkan besarnya beban penyusutan suatu aset tetap, ada beberapa
metode yang dapat digunakan, yaitu metode garis lurus, metode saldo
menurun dan metode unit produksi, serta metode lainnya . Apabila aset tetap
dicatat terlalu besar akan berpengaruh terhadap nilai penyusutannya, yang
mana nilai penyusutan akan terlalu besar pula, sehingga laba menjadi terlalu
kecil. Begitu juga sebaliknya, jika aset tetap dicatat terlalu kecil, maka nilai
penyusutan yang dilakukan akan menjadi terlalu besar. Hal seperti inilah
yang akan berpengaruh terhadap penyajian aset tetap dalam laporan
keuangan.

PDAM Tirta Tuah Benua memiliki aset tetap yang berupa tanah,
bangunan, peralatan, mesin – mesin, tanaman maupun alat administrasi
lainnya. Aset tetap tersebut sangat penting guna melancarkan kegiatan
operasional di PDAM Tirta Tuah Benua sehingga diperlukannya pencatatan
yang baik untuk memaksimalkan manfaat dari setiap aktiva tetap yang
dimiliki oleh PDAM Tirta Tuah Benua di Sangatta tidak hanya itu, sebagai
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maka pencatatan mengenai aktiva
tetap pada PDAM Tirta Tuah Benua haruslah sesuai dengan PSAK No.16.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas masalah
aktiva tetap ini dalam bentuk skripsi dengan judul “Penilaian Aktiva Tetap
berdasarkan PSAK No. 16 pada PDAM Tirta Tuah Benua di Sangatta”.
3

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai latar belakang masalah,


maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut:

Bagaimana penerapan penilaian aktiva tetap berdasarkan PSAK No 16


pada PDAM Tirta Tuah Benua di Sangatta?

1. 3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penerapan penilaian aktiva tetap berdasarkan


PSAK No 16 pada PDAM Tirta Tuah Benua di Sangatta.

1. 4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari peneliti ini adalah:

1. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam memahami


analisis aset tetap terhadap PSAK 16, menghitung dan menyajikan
hasil penilaian aset tetap pada PDAM Tirta Tuah Benua di Sangatta.

2. Bagi instansi terkait

Diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan


pemikiran dalam menciptakan kebijakan penerapan yang lebih baik
terhadap penggunaan aset tetap, pemeliharaan aset tetap, penentuan
nilai penyustan aset tetap hingga menentukan batas pakai aset tetap di
PDAM Tirta Tuah Benua di Sangatta.

3. Bagi akademi

Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pengembangan


untuk penelitian selanjutnya, serta sebagai penambah ilmu bagi para
mahasiswa.
4

4. Bagi pembaca

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah


wawasan dan pengetahuan bagi pembaca serta dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

1. 5 Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran skripsi ini dan agar mudah


dalam memahaminya, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

1.2. Perumusan Masalah

1.3. Tujuan Penelitian

1.4. Manfaat Penelitian

1.5. Sistematika Penulisan

BAB II KERANGKA DASAR TEORI

2.1. Teori dan Konsep

2.2. Hipotesis

2.3. Kerangka Pikir

2.4. Definisi Konsepsional

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

3.3. Definisi Operasional


5

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.5. Alat Analisis dan Pengujian Hipotesis

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

KERANGKA DASAR TEORI

2. 1. Teori dan Konsep

2. 1. 1 Akuntasi
Akuntansi adalah seni untuk mencatat, meringkas,
menganalisis, dan melaporkan data yang berkaitan dengan transaksi
keuangan dalam bisnis atau perusahaan. Untuk praktisi dalam
bidang ini disebut dengan akuntan. Akuntansi sendiri juga telah
disebut “bahasa bisnis”untuk mengukur hasil kegiatan ekonomi
dalam organisasi dan menyampaikan informasi ini kepada berbagai
pihak, termasuk investor, kreditor, manajemen, dan regulator.
Sejarah ilmu akuntansi sudah berusia ribuan tahun dan dapat
ditelusuri ke peradaban kuno. Perkembangan awalnya adalah pada
Mesopotamia kuno dan terkait erat dengan perkembangan dalam
penulisan, penghitungan dan sistem uang. Ada juga bukti bentuk
awal pembukuan berasal pada masa Iran kuno dan sistem audit
berawal oleh penduduk Mesir dan Babilonia kuno.
Pada masa Kaisar Augustus, pemerintah Romawi juga
memiliki akses ke informasi keuangan terperinci. Pembukuan entri
ganda dipelopori dalam komunitas Yahudi di Timur Tengah abad
pertengahan awal dan selanjutnya disempurnakan di Eropa abad
pertengahan. Karya pertama tentang sistem pembukuan entri
ganda diterbitkan di Italia, oleh Luca Pacioli yang dikenal sebagai
bapak akuntansi. Akuntansi mulai beralih ke profesi terorganisir
pada abad kesembilanbelas dan membentuk badan bernama
Institute of Chartered Accountants yang membawahi para
profesional di Inggris pada tahun 1880. Seperti yang dijabarkan
diatas, akuntansi adalah adalah sekumpulan proses yang berkaitan
dengan proses keuangan yang terjadi pada bisnis atau organisasi.

6
7

Prosesnya terdiri dari mencatat, meringkas, menganalisis, dan


melaporkan data. Berikut adalah penjelasan keempat proses
tersebut.
a. Mencatat
Proses pertama dan terpenting dalam sebuah proses
akuntansi adalah pencatatan berbagai transaksi yang dibuat
dalam perusahaan. Ini juga dapat disebut sebagai pembukuan
yang merupakan proses mengenali transaksi dan memasukannya
sebagai catatan. Pembukuan hanya berkaitan dengan segmen
pencatatan dan tidak ada yang lain. Dalam akuntansi sendiri
biasanya terdiri dari banyak pembukuan guna kepentingan
pencatatan yang terperinci. Pemeliharaan prosedur ini terjadi
secara sistematis. Berikut adalah 3 tahap pencatatan transaksi
keuangan :
1. Menggunakan sistem yang akan membantu Anda dalam
mengelola catatan keuangan.
2. Melacak transaksi keuangan secara terperinci.
3. Menggabungkan laporan untuk menyajikan dalam satu set
pada akhir laporan keuangan.
b. Meringkas
Data mentah umumnya merupakan hasil pencatatan
transaksi. Namun, data mentah ini tidak terlalu penting bagi
organisasi. Data mentah tidak memiliki arti yang berarti dalam
proses pengambilan keputusan. Disinilah kerja seorang akuntan,
membagi data mentah ini menjadi beberapa kategori dan
menerjemahkannya.
c. Pelaporan
Urusan di perusahaan adalah sepenuhnya tanggung jawab
manajemen. Pemilik bisnis harus tahu tentang berbagai operasi
yang terjadi dalam perusahaan dan bagaimana perusahaan
menggunakan uang mereka. Untuk mengatasi hal ini, pemilik
8

menerima laporan keuangan. Mereka menerima laporan ini


setiap bulanan, tiga bulanan dan laporan tahunan yang
merangkum semua kinerja mereka.
d. Menganalisa
Menganalisa adalah akhir dari setiap proses yang telah
Anda lakukan. Setelah merekam dan ringkasan, sangat penting
untuk menarik kesimpulan dalam sebuah bisnis. Manajemen
bertanggung jawab untuk memeriksa poin positif dan negatif.
Oleh karena itu, untuk menganalisis semua ini, akuntansi
memperkenalkan konsep perbandingan. Membandingkan laba,
penjualan, ekuitas, dan sebagainya satu sama lain untuk
menentukan dan menganalisis kinerja, mengambil keputusan
dan membuat pertumbuhan suatu organisasi bisnis.
Dalam mempelajari akuntansi, kita harus mengerti tentang
istilah ALOE. istilah yang memiliki peran penting dalam dunia
akuntansi dan pemahaman tentang seluruh pengertiannya. Berikut
adalah pengertian dari “A-L-O-E”.

A – Assets (Aset)

L – Liabilities (Kewajiban)

O E- Owner’s Equity (Ekuitas Pemilik)

Ini adalah salah satu konsep dasar dalam akuntansi.


Persamaan dasar akuntansi juga berlaku seperti ini:

Aset = Kewajiban + Ekuitas Pemilik

Dibawah ini adalah arti dari setiap istilah yang ada terdapat
pada ALOE.
a. Assets: Aset adalah barang-barang milik Anda dan Anda adalah
pemiliknya. Barang-barang ini sesuai dengan “nilai” dan dapat
9

memberi Anda uang sebagai imbalannya. Contoh Aset adalah


Mobil, Rumah, dll.
b. Liabilities: Apa pun yang Anda miliki adalah kewajiban.
Bahkan pinjaman yang Anda ambil dari bank untuk membeli
segala jenis aset adalah kewajiban.
c. Owner’s Equity : Jumlah total uang tunai yang diinvestasikan
seseorang dalam suatu organisasi adalah Ekuitas Pemilik.
Investasi yang dilakukan tidak selalu berupa uang, bisa saja
dalam bentuk stok produk juga.
Berikut adalah beberapa tujuan yang diterapkan dalam
banyak bisnis:
a. Pencatatan yang Terperinci
akuntansi adalah bahasa bisnis, bahasa dari transaksi yang
telah terjadi. Otak manusia tidak dapat menyimpan informasi
tanpa akhir, dengan demikian, proses akuntansi bertanggung
jawab untuk menyimpan catatan semua transaksi yang dilakukan
dalam suatu perusahaan.
b. Laba rugi
Bisnis harus berbanding lurus dengan keuntungan. Ini
semua tentang menghasilkan laba. Bagan akuntansi laba rugi
menentukan apakah ada untung atau rugi yang dibuat dalam
bisnis. Penghasilan dan pengeluaran menentukan untung dan
rugi.
c. Utilitas Sumber Daya
Sumber daya adalah bagian yang sangat penting dari
sebuah organisasi mana pun dan agar perusahaan berfungsi
dengan lancar, sumber daya memainkan peran penting. Dengan
melakukan pencatatan, berarti sudah melakukan tanggung jawab
untuk melaporkan kepada perusahaan tentang setiap kegiatan
keuangan beserta waktunya. Karenanya, menjadi mudah bagi
manajemen untuk melihat laporan keuangan karena akuntan
10

sudah mencatat perinciannya sebelum memasukkan atau


membelanjakan uang.
d. Estimasi Posisi Keuangan Bisnis
Seorang pebisnis tidak hanya tertarik untuk mengetahui
Untung dan Rugi dari bisnisnya, tetapi dia juga ingin tahu
berapa banyak dia berutang kepada kreditornya dan berapa
banyak dia harus membayar kepada debitornya. Untuk tujuan
ini, ia menyiapkan pernyataan di mana semua rincian tersebut
dicatat. Pernyataan ini dikenal sebagai Neraca. Dengan bantuan
Neraca, posisi keuangan bisnis dapat dipahami.
e. Membantu dalam Pengambilan Keputusan
Dengan bantuan semua catatan keuangan yang telah
dibuat dengan mengikuti prosedur akuntansi, keputusan dapat
dibuat berdasarkan semua informasi yang pada akhirnya
membantu kelancaran fungsi organisasi dan pengembangan
bisnis yang lebih baik.
Akuntansi sendiri memiliki bidang yang berbeda dan sesuai
peruntukannya. Di bawah ini adalah contoh dan pengertian setiap
bidang :
a. Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan berfokus pada pelaporan informasi
keuangan organisasi kepada pengguna informasi eksternal, seperti
investor, calon investor dan kreditor. Juga untuk menghitung dan
mencatat transaksi bisnis dan menyiapkan laporan keuangan
untuk pengguna eksternal sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku di Indonesia
b. Akuntansi Manajemen
Bidang ini berfokus pada pengukuran, analisis, dan
pelaporan informasi yang dapat membantu manajer dalam
membuat keputusan untuk memenuhi tujuan organisasi. Dalam
akuntansi manajemen, tindakan dan laporan internal didasarkan
11

pada analisis biaya-manfaat, dan tidak diharuskan untuk


mengikuti standar akuntansi di Indonesia.
c. Audit
Audit adalah verifikasi asersi yang dibuat oleh orang lain
mengenai suatu laporan keuangan. Dalam konteks akuntansi,
audit juga berarti “akuntansi pemeriksaan” yang tidak memihak
dan evaluasi laporan keuangan dalam suatu organisasi yang
berupa layanan profesional yang sistematis dan konvensional.
d. Sistem Informasi Akuntansi
Bidang akuntansi ini adalah bagian dari sistem informasi
organisasi yang berfokus pada pemrosesan data keuangan.
Banyak perusahaan menggunakan sistem informasi berbasis
kecerdasan buatan. Industri perbankan dan keuangan
menggunakan AI sebagai pendeteksi penipuan. Industri ritel
menggunakan AI untuk layanan pelanggan. AI juga digunakan
dalam industri keamanan siber.
e. Akuntansi Pajak
Untuk akuntansi perpajakan adalah struktur metode yang
berfokus pada pajak daripada tampilan laporan keuangan. Standar
perpajakan juga berbeda dengan standar akuntansi keuangan atau
PSAK, hal ini dikarenakan dalam perpajakan tidak ada namanya
akuntansi, yang ada hanya pencatatan pembukuan saja. Untuk
penjelesan lengkap tentang ini, Anda bisa membacanya melalui
artikel ini.
f. Akuntansi Forensik
Bidang ini adalah perpaduan antara bidang ilmu akuntansi
dengan kemampuan investigatif untuk memecahkan suatu
masalah/sengketa keuangan atau dugaan fraud yang pada
akhirnya akan diputuskan oleh pengadilan/ arbitrase/ tempat
penyelesaian perkara lainnya.
12

Perkembangan Akuntansi di Indonesia


Seiring perkembangan ilmu akutansi yang terus berlanjut,
Indonesia sendiri juga sudah membentuk Dewan standar akuntansi
keuangan (DSAK) dibawah Ikatan Akuntan Indonesia atau IAI.
Badan ini menentukan dan merancang setiap standar yang nantinya
harus dipatuhi oleh perusahaan negara dan swasta. Pendekatan
Indonesia terhadap adopsi standar IFRS atau International Financial
Reporting Standards terus dilakukan untuk meminimalkan perbedaan
perbedaan yang signifikan. IFRS sendiri adalah adalah standar
dasaryang diadaptasi oleh Badan Standar Akuntansi Internasional
atau International Accounting Standards Board (IASB). Sejumlah
standar yang dibentuk sebagai bagian dari IFRS dikenal dengan
nama terdahulu Internasional Accounting Standards (IAS). IAS
dikeluarkan antara tahun 1973 dan 2001 oleh Badan Komite Standar
Akuntansi Internasional Internasional Accounting Standards
Committee.
Saat ini, DSAK berkomitmen untuk mempertahankan selisih
satu tahun dengan IFRS yang dikeluarkan oleh IASB sampai
Indonesia memutuskan kapan akan digunakan untuk adopsi penuh.
Oleh karena itu, harapannya adalah untuk menyatukan pernyataan
standar akuntansi keuangan (PSAK) dengan IFRS saat mereka
berdiri pada tanggal 1 Januari 2014 diimplemantasikan pada tanggal
1 Januari 2015, lalu dengan IFRS saat pada 1 Januari 2015
diimplementasikan pada 1 Januari 2016, dan seterusnya. Kecuali ada
alasan untuk tidak melakukan begitu. Misalnya, IFRS 9 tidak akan
diadopsi sedikit demi sedikit; Indonesia sedang menunggu sampai
semua fase selesai sebelum mempertimbangkan untuk mengadopsi
seluruh standar yang berlaku. Indonesia juga akan
mempertimbangkan hasil dari penerapan gelombang pertama standar
yang dihasilkan dari proses konvergensi sebelum standar baru
dikembangkan. Yurisdiksi ini juga akan menyediakan periode
13

transisi tiga hingga empat tahun untuk standar baru, namun,


Indonesia pada saat yang sama berusaha untuk menjaga kesenjangan
antara tanggal efektif IFRS baru dan IFAS baru yang didasarkan
pada pengimplementasian secepat mungkin.
Teknologi Mendorong Kemudahan dalam Proses Akuntansi
Kemajuan teknologi membuat cara lama mulai ditinggalkan.
Dengan adanya software accounting membuat proses pencatatan,
pengelolaan keuangan dan membuat laporan keungan menjadi
mudah dan lebih cepat. Terlebih lagi dengan sistem terkini, seperti
cloud accounting. Dengan cloud accounting kita bisa memantau
pengelolaan keungan kapan saja dan dimana saja. Proses pencatatan
transaksi dan keuangan menjadi lebih praktis dan juga minim
kesalahan. Kita bisa mengakses laporan keuangan secara harian,
mingguan dan bulanan tanpa harus pergi ke kantor atau
menghubungi akuntan.
Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan adalah berkas yang berisi
pencatatan uang. Maksudnya adalah laporan yang berisi segala
macam transaksi yang melibatkan uang, baik transaksi pembelian
maupun penjualan dan kredit. Biasanya laporan ini dibuat dalam
periode tertentu. Penentuannya ditentukan oleh kebijakan perusahaan
apakah dibuat setiap bulan atau setiap satu tahun sekali. Terkadang
perusahaan juga menggunakan keduanya.
Laporan keuangan dibuat semata untuk mengetahui kondisi
finansial perusahaan. Sehingga pihak atasan bisa mengevaluasi
dengan tepat jika kondisi keuangan usaha mengalami masalah. Maka
dari itu laporan ini harus dibuat dengan tepat dan cermat. Karena ini
berupa laporan tentu ada pertanggungjawaban yang diserahkan
secara mutlak kepada operator keuangan. Dia yang harus
mempresentasikan laporan yang telah dibuatnya dengan detail di
depan atasan. Biasanya ini dilakukan pada saat evaluasi.
14

Jika melihat dari penjelasan di atas tentu bisa ditarik


kesimpulan kalau pengertian laporan keuangan adalah berkas yang
berisi data transaksi keuangan perusahaan pada periode tertentu.
Yang mana berkas tersebut harus dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan sebagai pembahasan evaluasi untuk
perkembangan usaha ke depan.

2. 1. 2 Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan adalah berkas yang berisi
pencatatan uang. Maksudnya adalah laporan yang berisi segala
macam transaksi yang melibatkan uang, baik transaksi pembelian
maupun penjualan dan kredit. Biasanya laporan ini dibuat dalam
periode tertentu. Penentuannya ditentukan oleh kebijakan
perusahaan apakah dibuat setiap bulan atau setiap satu tahun sekali.
Terkadang perusahaan juga menggunakan keduanya. Laporan
keuangan dibuat semata untuk mengetahui kondisi finansial
perusahaan. Sehingga pihak atasan bisa mengevaluasi dengan tepat
jika kondisi keuangan usaha mengalami masalah. Maka dari itu
laporan ini harus dibuat dengan tepat dan cermat. Karena ini berupa
laporan tentu ada pertanggungjawaban yang diserahkan secara
mutlak kepada operator keuangan. Dia yang harus
mempresentasikan laporan yang telah dibuatnya dengan detail di
depan atasan. Biasanya ini dilakukan pada saat evaluasi. Jika
melihat dari penjelasan di atas tentu bisa ditarik kesimpulan kalau
pengertian laporan keuangan adalah berkas yang berisi data
transaksi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Yang mana
berkas tersebut harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
sebagai pembahasan evaluasi untuk perkembangan usaha ke depan.
Jenis-jenis Laporan Keuangan
15

Jenis-jenis laporan keuangan sangat banyak. Semuanya


disesuaikan dengan bentuk transaksi yang terjadi di dalam
perusahaan. Karena ini memiliki fungsi yang prinsip, tentu operator
harus bisa membuat jenis-jenis laporan tersebut. Berikut ini
dijelaskan tentang jenis-jenis laporan keuangan. Silakan dibaca dan
dipelajari terutama untuk Anda yang masih fresh graduated dalam
urusan pencatatan finansial perusahaan. Karena dengan belajar
yang rajin kemampuan membuat seluruh laporan keuangan akan
semakin berbobot. Berikut adalah penjelasannya:
a. Laporan Laba Rugi
Jenis Laporan yang pertama adalah laporan laba rugi.
Laporan laba rugi adalah berkas yang di dalamnya berisi data-
data pemasukan dan pengeluaran perusahaan. Jika lebih banyak
pemasukan dibandingkan pengeluaran maka disebut laba
perusahaan. Sebaliknya jika yang lebih besar adalah
pengeluaran, tentu perusahaan merugi. Karena tidak ada profit
atau keuntungan yang masuk ke badan usaha. Ini yang dimaksud
kerugian usaha. Terdapat dua jenis laporan laba rugi yang biasa
digunakan oleh bisnis pertama adalah single step dan kedua
adalah multiple step. Laporan laba rugi single step adalah
laporan keuangan yang menyajikan pendapatan, pengeluaran,
dan pada akhirnya laporan laba atau rugi yang dihasilkan oleh
bisnis, tetapi laporan ini hanya melaporkan informasi dengan
menggunakan hanya satu persamaan untuk menghitung laba.
Persamaan yang digunakan dalam laporan laba rugi single step
adalah:
Penghasilan Bersih = (Pendapatan + Keuntungan) – (Beban +
Kerugian)
Laporan laba rugi single step menggunakan persamaan
dasar akuntansi langsung dari aktivitas keuangan bisnis Anda.
Mudah dipahami dan relatif mudah dibuat dan cocok untuk
16

bisnis berskala kecil. Laporan laba rugi multiple step berisi


lebih banyak informasi umum daripada yang disertakan dalam
laporan laba rugi single step, tetapi laporan ini menggunakan
banyak persamaan untuk menentukan keseluruan perhitungan
laba rugi. Laporan laba rugi multiple step memecah pendapatan
operasional dan biaya operasional versus pendapatan non-
operasional dan biaya non-operasional. Laporan keuangan ini
memisahkan pendapatan dan pengeluaran yang terkait langsung
dengan operasi bisnis dari yang tidak terkait langsung dengan
operasinya. Laporan laba rugi multi-langkah menggunakan tiga
formula akuntansi yang berbeda untuk mengrtahui nilai akhir
pada laba bersih:
Gambar 2.1 Perhitungan Laba Rugi

Sumber : https://manajemenkeuangan.net/laporan-laba-rugi/

Pendapatan operasional ditambahkan ke pendapatan non-


operasional bersih, keuntungan, beban dan kerugian. Angka
17

terakhir ini memberikan laba bersih atau rugi bersih bisnis untuk
periode pelaporan. Tujuan dibuatnya laporan laba rugi baik
single step maupun multiple step adalah untuk mengetahui
apakah perusahaan mendapatkan keuntungan atau justru
kerugian. Efeknya ialah mempertahankan yang untung dan
sebisa mungkin mencari solusi bagaimana yang rugi bisa
tertutup.
b. Laporan Arus Kas
Jenis laporan yang kedua adalah laporan arus kas. Di
dalam laporan ini biasanya berisi data terkait arus keluar
masuknya uang perusahaan dalam periode tertentu. Sedangkan
tujuan laporan ini untuk mengetahui perputaran keuangan
sebelumnya. Laporan arus kas digunakan sebagai bahan evaluasi
yang penting. Karena ini menjadi penentu sistem perputaran
uang di periode selanjutnya yang akan dilakukan. Bisa jadi jika
di periode pertama banyak kerugian, akan terjadi perubahan
sistem arus kas di periode terbaru. Laporan arus kas juga harus
dibuat oleh operator keuangan. Setelah itu diserahkan kepada
pihak pimpinan agar ditindaklanjuti dalam bentuk kebijakan
sistem arus kas yang anyar. Jangan lupa operator juga harus
menjelaskan laporan dengan sejelas-jelasnya.
c. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal juga jenis laporan keuangan
perusahaan. Maka dari itu, operator keuangan harus bisa
membuatnya jika tidak ingin dianggap tidak becus kerja oleh
pimpinan. Laporan perubahan modal berisi tentang data-data
modal perusahaan. Biasanya laporan ini juga dibuat untuk
periode tertentu, bisa enam bulan atau satu tahun. Karena di
dalam waktu-waktu tersebut perputaran modal juga berubah-
ubah sehingga perlu pencatatan. Jika pun terjadi perubahan
modal maka harus dijelaskan dengan detail. Baik dari segi
18

nominal serta dari arah mana modal tersebut bisa masuk ke


perusahaan. Apakah dari investor atau dari kredit. Laporan
perubahan modal tidak dibuat sembarangan. Minimal harus
diselesaikan setelah laporan laba rugi perusahaan sudah
rampung dibuat. Karena biasanya perusahaan menjadikan laba
perusahaan sebagai suntikan modal terbaru jika modal yang asli
sedang kolaps.
d. Laporan Neraca
Laporan perusahaan yang selanjutnya adalah Laporan
Neraca. Laporan Neraca biasanya berisi data-data keuangan
perusahaan yang lebih detail dibandingkan laporan sebelumnya.
Bahkan di laporan ini juga di-input aktiva, kewajiban dan
modal. Intinya laporan neraca adalah gabungan dari segala
laporan keuangan. Ini juga dibuat dalam waktu tertentu yang
normalnya adalah satu tahun sekali. Tujuannya adalah untuk
menentukan langkah terkait finansial di tahun selanjutnya.
Laporan Neraca juga menjadi prioritas di perusahaan. Minimal
untuk mengetahui apakah data laporan secara akumulatif
memang sesuai dengan data-data yang terpisah di laporan-
laporan sebelumnya. Data bahkan nominal uang di Laporan
Neraca tidak boleh selisih serupiah pun. Karena patokannya
adalah laporan-laporan keuangan. Jika ada selisih berarti ada
yang salah dan harus dirubah. Ini merupakan tugas operator
keuangan yang harus melakukan revisi sampai waktu yang
ditentukan. Jika tidak di revisi akan terjadi ambiguitas ketika
membaca semua laporan keuangan perusahan.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan mengacu pada informasi
tambahan yang membantu menjelaskan bagaimana perusahaan
sampai pada angka laporan keuangannya.Catatan ini juga
membantu menjelaskan penyimpangan atau anggapan
19

inkonsistensi dalam metodologi akun tahun ke tahun. Catatan


catatan laporan keuangan bukanlah hal yang wajib , hanya
untukmemberikan kejelasan kepada mereka yang
membutuhkannya tanpa memiliki informasi yang ditempatkan di
kolom pernyataan. Namun demikian, informasi yang termasuk
dalam catatan atas laporan keuangan seringkali penting karena
apat mengungkapkan masalah mendasar terhasap kesehatan
keuangan perusahaan.
Fungsi Laporan Keuangan Untuk Bisnis

Laporan keuangan dibuat untuk fungsi tertentu. Yang jelas


sebagai sarana untuk menentukan kebijakan pimpinan terkait
perusahaan di periode selanjutnya. Berikut ini akan dijelaskan fungsi
yang lebih lengkap:
1. Untuk Menilai Kondisi Usaha
Seluruh laporan ini berguna sebagai penilai kondisi usaha.
Maksudnya jika dari catatan keuangan terlalu banyak kerugian,
berarti perusahaan sedang mengalami kemunduran. Sebaliknya
jika di dalam laporan tersebut banyak data profit, berarti usaha
sedang berkembang. Dengan penilaian ini tentu pihak pimpinan
bisa menentukan sikap melanjutkan usaha atau malah
menutupnya karena kerugian usaha yang kronis.
2. Sebagai Bahan Evaluasi
Laporan keuangan diperlukan untuk bahan evaluasi. Bisa
dipastikan jika tidak ada laporan tersebut, evaluasi yang
dilakukan tidak akan maksimal bahkan membuang energi saja.
Seluruh laporan ini adalah patokan evaluasi untuk menjelaskan
permasalahan dan solusinya. Maksudnya jika terjadi
kemunduran perusahaan, maka bisa ditentukan apa penyebab
kemunduran tersebut dan bagaimana jalan keluarnya. Jika
evaluasi ini berjalan maksimal, tentu kebijakan selanjutnya lebih
20

mudah. Karena sudah ditemukan penyebab masalahnya dan


solusi terbaiknya. Maka bolehlah berharap di periode
selanjutnya masalah tidak akan lagi terulang.
3. Bentuk Pertanggung Jawaban Pemerintah
Laporan keuangan juga berfungsi sebagai
pertanggungjawaban perusahaan. Baik kepada investor maupun
kepada pemerintah yang terkait dengan pajak dan lain
sebagainya. Jika ada laporan yang detail, berarti perusahaan
memang kredibel. Paling tidak manajemen di dalamnya
memang berjalan dengan baik sesuai degan porsinya masing-
masing. Sebaliknya perusahaan dengan laporan keuangan
amburadul bisa dikatakan badan usaha yang tidak kredibel.

2. 1. 3 Definisi Aktiva Tetap


Aktiva adalah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan
dikuasai oleh suatu perusahaan sebagai hasil dari transaksi masa
lalu, salah satunya adalah aktiva tetap yang digunakan perusahaan
dalam kegiatan operasional perusahaan dalam menghasilkan
produk. Untuk menghasilkan produk ini maka peranan aktiva tetap
sangat besar, seperti lahan sebagai tempat berproduksi, bangunan
sebagai tempat pabrik dan kantor, mesin dan peralatan sebagai alat
untuk berproduksi dan lain-lain. Aktiva tetap juga merupakan
bagian utama dalam penyajian posisi keuangan perusahaan. Untuk
memahami tentang aktiva tetap, terdapat beberapa pendapat yang
akan dikemukakan antara lain sebagai berikut: Menurut Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 paragraf 5
menyebutkan bahwa: “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu,
yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan
untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. (Ikatan Akuntan
21

Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta,


2004, No 16 Paragraf 5).
Dari pengertian aktiva tetap di atas, yang dimaksud dengan
aktiva tetap adalah:
1. Merupakan aktiva berwujud
2. Memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun
3. Digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan
4. Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali
Menurut pendapat Sofyan Safri H menyatakan bahwa
pengertian aktiva tetap adalah sebagai berikut: “Aktiva tetap adalah
aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara
terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa
perusahaan”. (Sofyan Safri H. Akuntansi Aktiva Tetap. PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2002, Hal 20).

2. 1. 4 Penggolongan Aktiva Tetap


Aktiva tetap dikelompokkan karena memiliki sifat yang
berbeda dengan aktiva lainnya. Kriteria aktiva tetap terdiri dari
berbagai jenis barang maka dilakukan penggelompokkan lebih
lanjut atas aktiva-aktiva tersebut. Pengelompokkan itu tergantung
pada kebijaksanaan akuntansi perusahaan masing-masing karena
umumnya semakin banyak aktiva tetap yang dimiliki oleh
perusahaan maka semakin banyak pula kelompoknya. Aktiva tetap
yang dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai jenis dan bentuk,
tergantung pada sifat dan bidang usaha yang diterjuni perusahaan
tersebut. Aktiva tetap sering merupakan suatu bagian utama dari
aktiva perusahaan, karenanya signifikan dalam penyajian posisi
keuangan. Nilai yang relatif besar serta jenis dan bentuk yang
beragam dari aktiva tetap menyebabkan peusahaan harus hati-hati
dalam menggolongkannya.
22

Dari macam-macam aktiva tetap, untuk tujuan akuntansi


dilakukan penggolongan sebagai berikut:
1. Aktiva tetap yang umumnya tidak terbatas seperti tanah untuk
letak perusahaan, pertanian dan peternakan.
2. Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis
masa penggunaannya dapat diganti dengan aktiva yang sejenis,
misalnya bangunan, mesin, alat-alat, mebel dan lain-lain.
3. Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis
masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang
sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti hasil tambang dan
lain-lain.
Menurut Sofyan Safri H aktiva tetap dapat dikelompokkan
dalam berbagai sudut antara lain : (Sofyan safri H, op.cit., Hal 22)

1. Sudut substansi, aktiva tetap dapat dibagi :


a. Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin,
gedung, dan peralatan.
b. Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti
Goodwill, Patent, Copyright, Hak Cipta, Franchise dan lain-
lain.
2. Sudut disusutkan atau tidak:
a. Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan
seperti Building (Bangunan), Equipment (Peralatan),
Machinary (Mesin), Inventaris, Jalan dan lain-lain.
b. Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva yang tidak dapat
disusutkan, seperti land (Tanah).
3. Berdasarkan Jenis
Aktiva tetap berdasarkan jenis dapat dibagi sebagai berikut:
a. Lahan - Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang
merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong.
23

Dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan


diatasnya harus dipisahkan pencatatan dari lahan itu sendiri.
b. Bangunan gedung - Gedung adalah bangunan yang berdiri di
atas bumi ini baik di atas lahan/air. Pencatatannya harus
terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung.
c. Mesin - Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi
bagian dari mesin yang bersangkutan.
d. Kendaraan - Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkut,
truk, grader, traktor, forklift, mobil, kendaraan bermotor dan
lain-lain.
e. Perabot - Dalam jenis ini termasuk perabotan kantor, perabot
laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu
bangunan
f. Inventaris - Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat
besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris
kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris
gudang dan lain-lain.
g. Prasarana - Prasarana merupakan kebiasaan bahwa
perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti:
jalan, jembatan, roil, pagar dan lain-lain.

2. 1. 5 Pengakuan, Pengukuran, Penyusuan, Penghentian dan Pelepasan


Aktiva Tetap.
A. Pengukuran Aktiva Tetap
Aset Tetap pada prinsipnya dinilai dengan biaya
perolehan. Apabila biaya perolehan suatu aset adalah tanpa
nilai atau tidak dapat diidentifikasi, maka nilai Aset Tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Biaya
perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk
memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi
24

sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang


siap untuk digunakan. Sedangkan, nilai wajar adalah nilai
tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang
memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi
wajar. Nilai wajar digunakan untuk mencatat aset tetap yang
bersumber dari donasi/hibah atau rampasan/sitaan yang tidak
diketahui nilai perolehannya. Penggunaan nilai wajar pada
saat tidak ada nilai perolehan atau tidak dapat diidentifikasi
bukan merupakan suatu proses penilaian kembali (revaluasi).
Suatu aset dapat juga diperoleh dari bonus pembelian,
contohnya beli tiga gratis satu. Atas aset hasil dari bonus
tersebut biaya perolehan aset adalah nilai wajar aset tersebut
pada tanggal perolehannya. Terkait dengan pengukuran Aset
Tetap, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Komponen Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset terdiri dari:
a. Harga pembelian atau biaya konstruksinya, termasuk
bea impor dan pajak pembelian, setelah dikurangi
dengan diskon dan/atau rabat;
b. Seluruh biaya lainnya yang secara langsung dapat
dihubungkan/diatribusikan kepada aset sehingga dapat
membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset
dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.
Demikian juga pengeluaran untuk belanja perjalanan
dan jasa yang terkait dengan perolehan Aset Tetap atau
aset lainnya. Hal ini meliputi biaya konsultan perencana,
konsultan pengawas, dan pengembangan perangkat lunak
(software), dan harus ditambahkan pada nilai perolehan.
Meskipun demikian, tentu saja harus diperhatikan nilai
kewajaran dan kepatutan dari biaya-biaya lain di luar
harga beli Aset Tetap tersebut. Contoh biaya yang secara
25

langsung dapat dihubungkan/diatribusikan dengan aset,


antara lain:
a. biaya persiapan tempat;
b. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya
simpan dan bongkar muat (handling cost);
c. biaya pemasangan (installation cost);
d. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur;
e. biaya konstruksi;
f. biaya pengujian aset untuk menguji apakah aset telah
berfungsi dengan benar (testing cost). Contoh: biaya
pengujian aset pada proses pembuatan/karoseri mobil
pada suatu kementerian.
Ketika pembelian suatu aset dilakukan secara kredit
dimana jangka waktu kredit melebihi jangka waktu
normal, biaya perolehan yang diakui adalah setara dengan
harga kas yang tertera (nilai rupiah harga perolehan) pada
dokumen kontrak/perjanjian. Perbedaan/selisih antara nilai
rupiah harga perolehan dengan total pembayaran yang
dikeluarkan diakui sebagai beban bunga selama jangka
waktu kredit kecuali selisih tersebut dapat dikapitalisasi
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Biaya
administrasi dan biaya overhead lainnya bukan merupakan
komponen dari biaya perolehan suatu aset kecuali biaya
tersebut dapat diatribusikan secara langsung pada biaya
perolehan aset untuk membawa aset ke kondisi kerjanya
(siap pakai). Demikian pula biaya permulaan (start-up
cost) dan biaya lain yang sejenis adalah bukan merupakan
komponen dari biaya suatu aset kecuali biaya tersebut
diperlukan untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.
Biaya perolehan dari masing-masing Aset Tetap
yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan
26

mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan


perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang
bersangkutan. Biaya perolehan Aset Tetap yang dibangun
dengan cara swakelola meliputi:
a. biaya langsung untuk tenaga kerja dan bahan baku;
b. biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa
peralatan; dan
c. semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan
pembangunan/perolehan Aset Tetap tersebut.
Pengukuran Aset Tetap harus memperhatikan
kebijakan pemerintah mengenai ketentuan nilai satuan
minimum kapitalisasi Aset Tetap. Jika nilai perolehan
Aset Tetap di bawah nilai satuan minimum kapitalisasi
maka atas Aset Tetap tersebut tidak dapat diakui dan
disajikan sebagai Aset Tetap, namun tetap diungkapkan
dalam Catatan Atas Laporan Keuangan dan Catatan atas
Laporan BMN. Khusus Aset Tetap berupa tanah, jalan,
irigasi dan jaringan tidak memiliki nilai satuan minimum
kapitalisasi. Oleh karena itu, berapa pun nilainya akan
dikapitalisasi.
2. Pengeluaran Setelah Tanggal Perolehan
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu Aset Tetap yang
memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan
besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan
datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, peningkatan
mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus
ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan
(carrying amount). Pengeluaran lainnya yang timbul
setelah perolehan awal (selain pengeluaran yang memberi
nilai manfaat tersebut) diakui sebagai beban pengeluaran
27

(expenses) pada periode dimana beban pengeluaran


tersebut terjadi. Pengeluaran setelah perolehan awal suatu
Aset Tetap hanya dapat dikapitalisasi pada nilai aset jika
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya
masa manfaat, kapasitas, kualitas, dan volume aset
yang telah dimiliki; dan
b. Pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimal nilai
kapitalisasi Aset Tetap/ aset lainnya.
Terkait dengan kriteria pertama di atas, perlu
diketahui tentang pengertian atau istilah berikut ini:
a. Pertambahan masa manfaat adalah bertambahnya umur
ekonomis yang diharapkan dari Aset Tetap yang sudah
ada. Misalnya sebuah gedung semula diperkirakan
mempunyai umur ekonomis 10 (sepuluh) tahun. Pada
tahun ke-7 pemerintah melakukan renovasi dengan
harapan gedung tersebut masih dapat digunakan 8
tahun lagi. Dengan adanya renovasi tersebut maka
umur gedung berubah dari 10 (sepuluh) tahun menjadi
15 (lima belas) tahun.
b. Peningkatan kapasitas adalah bertambahnya kapasitas
atau kemampuan Aset Tetap yang sudah ada. Misalnya,
sebuah generator listrik yang mempunyai output 200
(dua ratus) KW dilakukan renovasi sehingga
kapasitasnya meningkat menjadi 300 (tiga ratus) KW.
c. Peningkatan kualitas aset adalah bertambahnya kualitas
dari Aset Tetap yang sudah ada. Misalnya, jalan yang
masih berupa tanah ditingkatkan oleh pemerintah
menjadi jalan aspal.
d. Pertambahan volume aset adalah bertambahnya jumlah
atau satuan ukuran aset yang sudah ada, misalnya
28

penambahan luas bangunan suatu gedung dari 400


(empat ratus) m2 menjadi 500 (lima ratus) m2.
Beban yang dikeluarkan untuk perbaikan atau
pemeliharaan Aset Tetap yang ditujukan untuk
memulihkan atau mempertahankan economic benefit atau
potensi service atas aset dimaksud dari performa standar
yang diharapkan maka diperlakukan sebagai beban pada
saat dikeluarkan atau pada saat terjadinya. Pengeluaran
setelah perolehan awal Aset Tetap, yang oleh karena
bentuknya, atau lokasi penggunaannya memiliki risiko
penurunan nilai dan/atau kuantitas, yang mengakibatkan
ketidakpastian perolehan potensi ekonomi di masa depan,
maka tidak dikapitalisasi melainkan diperlakukan sebagai
biaya pemeliharaan (expense).
Komponen utama beberapa jenis Aset Tetap
memerlukan penggantian secara periodik. Contoh: interior
pesawat seperti kursi dan toilet yang membutuhkan
penggantian beberapa kali sepanjang umur pesawat.
Beberapa komponen aset tetap dimaksud harus
diperhitungkan sebagai aset terpisah karena memiliki
umur yang tidak sama dengan aset induk. Oleh karenanya,
sepanjang kriteria pengakuan Aset Tetap terpenuhi, biaya
penggantian atau biaya untuk memperbarui aset dimaksud
diakui sebagai perolehan aset yang terpisah.
B. Pengakuan aktiva tetap
Perusahaan harus segera mengakui setiap aktiva yang
dimiliki dan mengelompokkannya sebagai aktiva tetap,
apabila aktiva yang dimaksud memenuhi pengertian dan
memiliki sifat-sifat sebagai aktiva tetap. Mengenai
pengakuan aktiva tetap ini, Ikatan Akuntan Indonesia
memberikan pernyataan dalam PSAK Nomor 16 paragraf 06,
29

yaitu: (Ikatan Akuntan Indonesia, op.cit., No 16 paragraf 6).


Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan
dikelompokkan sebagai aktiva tetap apabila : Besar
kemungkinan bahwa manfaat keekonomisan di masa yang
akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan
mengalir dalam perusahaan; untuk dapat menilai apakah
manfaat keekonomisan di masa yang akan datang tersebut
akan mengalir ke dalam perusahaan maka harus di nilai
tingkat kepastian terjadinya aliran manfaat keekonomisan
tersebut, yang juga memerlukan suatu kepastian bahwa
perusahaan akan menerima imbalan dan menerima resiko
terkait. Biaya perolehan aktiva dapat di ukur secara handal;
sedangkan kriteria kedua mengarah kepada bukti-bukti yang
diperlukan untuk mendukungnya. Dalam kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan ditekankan pula
masalah pengendalian manfaat yang diharapkan dari suatu
aktiva. Agar aktiva yang digunakan dapat memberikan
manfaat yang optimal terhadap kegiatan operasi perusahaan.
Dengan demikian satu hal yang penting yang berkaitan pula
dengan pengakuan suatu aktiva adalah perusahaan memiliki
kendali atas manfaat yang diharapkan dari aktiva tersebut.
C. Penyusutan Aset Tetap
Di samping pengeluaran dalam masa penggunaannya,
masalah penyusutan merupakan masalah yang penting selama
masa penggunaan aktiva tetap. Yang dimaksud dengan
penyusutan menurut Akuntansi Perpajakan terapan adalah
sebagai berikut : “Proses alokasi sebagian harga perolehan
aktiva menjadi biaya (costallocation), sehingga biaya tersebut
mengurangi laba usaha” (Prabowo, Yusdianto, Op.cit, Hal
22). Pengertian penyusutan ini tidak sama seperti pengertian
dalam ekonomi perusahaan yang menekankan bahwa
30

penyusutan itu merupakan cadangan untuk pembelian aktiva


tetap baru setelah aktiva tetap yang lama tidak dipakai lagi.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Nomor 17 paragraf 2 tentang Akuntansi Penyusutan
menyatakan bahwa : “Penyusutan adalah alokasi jumlah
suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat
yang diestimasi, penyusutan untuk periode akuntansi
dibebankan kependapatan baik secara langsung maupun tidak
langsung”. (Ikatan Akuntan Indonesia, Op.cit, No 17 Paragraf
2).
Akuntansi penyusutan merupakan suatu sistem
akuntansi yang bertujuan untuk mendistribusikan harga
perolehan atau nilai dasar lain, setelah dikurangi nilai sisa
(jika ada) dari harga aktiva berwujud, terhadap masa
pemakaian yang ditaksir untuk harga tetap yang
bersangkutan. Penyusutan merupakan proses alokasi dan
penilaian (valuation). Penyusutan untuk tahun berjalan
merupakan bagian dari biaya total yang dialokasikan pada
tahun tersebut menurut sistem yang berlaku. Meskipun
alokasi secara wajar dapat mempertimbangkan kejadian yang
timbul selama tahun berjalan, tetapi penyusutan bukanlah
dimaksudkan untuk mengukur pengaruh dari kejadian itu.
Tujuan dari penyusutan adalah untuk menyajikan informasi
tentang penyusutan yang dilaporkan sebagai alokasi biaya
yang diharapkan dapat berguna bagi para pemakai laporan
keuangan. Informasi tentang penyusutan merupakan hal
yangcukup penting bagi pemakai laporan keuangan, terutama
dalam kaitannya earning power, yaitu mengenai :
a. Proses perbandingan beban terhadap pendapatan untuk
menghitung laba periodik.
31

b. Tingkat keefektifan manajemen dalam menggunakan


sumber daya.
Kebijakan pajak untuk penyusutan harus
mempertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu : (Erly Suandy,
Perencanaan Pajak, Edisi 3, Salemba empat, Jakarta, 2006,
Hal 30)
a. Keadilan pajak, dengan adanya penyusutan, maka
perusahaan manufaktur dan jenis usaha yang padat modal
(capital intensive) akan sangat diuntungkan dibandingkan
perusahaan jasa ataupun jenis usaha padat karya (labor
intensive).
b. Kebijakan ekonomi, dengan adanya penyusutan membawa
akibat pada peningkataninvestasi (capital growth)
sehingga EAT/ROI/CF menjadi meningkat.
c. Administrasi, pemilihan jenis penyusutan harus
disesuaikan dengan beberapa hal, yaitu besarnya biaya
administrasi, sumber daya manusia, dan kepatuhan wajib
pajak.
Menurut Zaki Baridwan faktor-faktor yang
menyebabkan penyusutan bisa dikelompokkan menjadi dua
yakni: ( Zaki Baridwan, Intermediate Acounting, Edisi 8,
BPFE Yogyakarta, 2004, Hal 306).
a. Faktor-faktor fisik
b. Faktor-faktor fungsional
Hal-hal yang menyebabkan terbatasnya masa
penggunaan aktiva tetap tersebut antara lain karena adanya
faktor-faktor fisik yang mengurangi atau bahkan tidak
dipergunakan lagi, yang disebabkan karena :
a. Aus karena dipakai - Oleh karena pemakaian aktiva tetap
dalam proses produksi tidak hanya sekali saja, tetapi
berlangsung terus menerus secara kontiyu mengakibatkan
32

kapasitas dan produktivitas yang dimiliki aktiva itu akan


semakin berkurang nilainya sehingga kualitas dan
kuantitas yang dihasilkan dalam proses produksi semakin
berkurang pula hasilnya.
b. Aus karena umur - Setiap aktiva dapat aus seiring dengan
perjalanan waktu. Sekalipun aktiva tetap ini belum pernah
dipakai, namun dengan adanya faktor kimia yang
diakibatkan oleh pengaruh alam seperti hujan, panas dan
udara terhadap aktiva tersebut akan menyebabkan
kerusakan dan mungkin tidak efisien untuk dipergunakan
lagi.
c. Kerusakan-kerusakan - Kerusakan suatu aktiva dapat
disebabkan oleh kurang hati-hati atau kurang tepat dalam
cara pengguanaan aktiva tetap, juga yang disebabkan oleh
bencana seperti; gempa bumi, banjir atau kebakaran yang
tidak sepenuhnya dapat dipergunakan kembali atau bahkan
aktiva tetap itu tidak dapat dipergunakan sama sekali.
Adapun faktor lain, selain faktor fisik yang
menyebabkan perlunya diadakan penyusutan adalah faktor
fungsional yang juga dapat mengurangi atau mengakibatkan
suatu aktiva tetap tidak dapat dipergunakan lagi, yaitu :
a. Ketidaklayakan
Dengan meningkatkan daya beli konsumen yang
melampui kemampuan alat produksi yang tersedia akan
mengakibatkan alat-alat produksi yang tersedia secara
teknis masih dapat dipergunakan, tetapi secara ekonomis
telah menunjukkan kemunduran, karena tidak lagi
memenuhi syarat-syarat yang menunjang skala ekonomis.
Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan konsumen
perlu adanya penggantian alat-alat produksi baru yang
33

mempunyai kapasitas produksi lebih besar dibanding alat-


alat lama.
b. Keusangan
Kemajuan dan pembaharuan teknis yang terus menerus
membawa akibat alat-alat produksi yang lama secara
ekonomis dianggap sudah kuno. Perbaikan dan
pembaharuan teknis yang datang terus menerus dengan
cepat dapat mengakibatkan daya guna ekonomis alat-alat
produksi lama akan semakin berkurang atau secara
ekonomis tidak dapat dipergunakan lagi dan perlu di ganti
dengan peralatan yang baru.
c. Penghentian permintaan
Suatu alat produksi tidak akan mempunyai nilai karena
hasil produksinya tidak dapat dipertahankan lagi di
pasaran. Ini disebabkan karena perubahan selera atau
kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Barang-
barang hasil produksi tersebut dianggap kuno oleh
konsumen, sehingga tidak dapat diandalkan lagi untuk
merebutkan pangsa pasar.
Karakteristik dari aktiva tetap yang dapat disusutkan
antara lain ialah :
a. Digunakan dalam kegiatan usaha.
b. Nilainya menurun secara bertahap.
c. Beberapa aktiva yang tidak dapat disusutkan karena
nilainya tidak menurun adalah tanah, aktiva pendanaan,
barang dagangan, dan persediaan.
d. Disusutkan jika masa manfaat lebih dari satu tahun. Untuk
aktiva tetap tak berwujud, penyusutannya disebut
amortisasi.
1. Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah:
34

2. Pihak yang menggunakan aktiva tetap tersebut dalam


kegiatan usaha.
e. Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial
owner.
f. Saat dilakukan penyusutan pada saat pertama kali
digunakan.
g. Dasar penyusutan dalah harga perolehan atau harga
revaluasi. Harga penggantian tidak boleh menjadi dasar
penyusutan.
Kriteria aktiva tetap yang akan disusutkan ialah
diantara lain :
a. Diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode
akuntansi.
b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas.
c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam
proses produksi atau memasok barang atau jasa, untuk
disewakan, atau tujuan administrasi.
D. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang tidak bermanfaat lagi mungkin akan
dibuang, dijual, ditukar atau dinon-aktifkan walaupun masa
manfaatnya belum berakhir. Rincian ayat jurnal untuk
mencatat pelepasan suatu aktiva dapat berbeda-beda, tetapi
dalam semua kasus intinya adalah penghapusan nilai buku
aktiva tersebut dari perkiraan buku besar.
Penghentian Pengakuan dan Pelepasan Aset Tetap.
PSAK 16 (paragraf 67) revisi 2016 menyatakan jumlah
tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya :
a. Pada saat pelepasan; atau
b. ketika tidak terdapat lagi manfaat eknomik masa depan
yang diharapkan dari penggunaan dan pelepasannya.
Sehingga, apabila sebuah aset tetap dipertimbangkan tidak
35

lagi memberikan manfaat ekonomi atau mengalami


kerusakan, maka aset tetap tersebut dapat dihentikan (baik
dalam atau sesudah umur manfaat), dijual kepada pihak
lain, disewakan atau ditukar dengan aset baru, baik aset
sejenis maupun tidak.
1. Pembuangan Aktiva Tetap
Perusahaan yang akan membuang aktivanya, maka
perkiraan aktiva tetap dan akumulasi penyusutan harus
dihapuskan dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap
yang bersangkutan sebesar harga perolehan dan mendebet
perkiraan akumulasi penyusutan sampai saat
pelepasannya. Apabila ada nilai sisa, maka jurnal yang
dicatat sebagai rugi atau pelepasan. Misalnya: perusahaan
membeli peralatan dengan harga Rp 10.000.000,- telah
disusutkan penuh per 31 Desember 2016, dan sekarang
kondisi peralatan tersebut sudah rusak dan tidak dapat
dipakai lagi. Maka jurnal yang dibuat adalah:
Akumulasi penyusutan peralatan Rp 10.000.000,-
Peralatan Rp 10.000.000,-
2. Penjualan Aktiva Tetap
Jika perusahaan menjual aktiva tetap tersebut maka
yang perlu diperhatikan adalah nilai buku aktiva tersebut
pada tanggal terjadinya transaksi penjualan. Selisih antara
nilai buku dan nilai uang yang diterima diakui sebagai
laba atau rugi atas penjualan aktiva tetap. Misalnya:
perusahaan membeli mesin seharga Rp 15.000.000,- pada
1 Februari 2011 dengan penyusutan 15% per tahun. Pada
tanggal 1 Februari 2016 mesin tersebut dijual tunai. Harga
jual mesin tersebut senilai Rp 3.000.000,-.
3. Penonaktivan Aktiva Tetap
36

Aktiva tetap yang tidak dipakai lagi dalam operasional


perusahaan dicatat sebagai aktiva lain-lain. Misalnya: dari
contoh diatas (dicatat seharga nilai buku) dimisalkan pada
tahun ke-5, karena sesuatu hal mesin tidak dapat dipakai
lagi dalam kegiatan operasional perusahaan sehingga
mesin tersebut dinon-aktifkan. Maka jurnal yang dicatat
adalah :
Aktiva tetap yang dinon-aktifkan Rp 3.750.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 11.250.000,-
Mesin Rp 15.000.000,-

2. 1. 6 PSAK NO 16
Tujuan
01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi
aset tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami
informasi mengenai investasi entitas di aset tetap, dan
perubahan dalam investasi tersebut. Isu utama dalam
akuntansi aset tetap adalah pengakuan aset, penentuan jumlah
tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilai
atas aset tetap.
Ruang Lingkup
02. Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi aset tetap kecuali
Pernyataan lain mensyaratkan atau mengizinkan perlakuan
akuntansi yang berbeda.
03. Pernyataan ini tidak diterapkan untuk:
(a) aset tetap diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai
dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang
Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan;
(b) pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi
(Lihat PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada
Pertambangan Sumber Daya Mineral);
37

(c) hak penambangan dan cadangan mineral dari minyak, gas


alam dan sumber daya tidak terbarui lainnya. Namun
demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang
digunakan untuk mengembangkan atau memelihara aset yang
dijelaskan dalam (b) – (c).
04. Pernyataan lain bisa saja mensyaratkan pengakuan aset tetap
berdasarkan pendekatan yang berbeda dari Pernyataan ini.
Misalnya, PSAK 30 (revisi 2011): Sewa mensyaratkan suatu
entitas untuk mengevaluasi pengakuan aset tetap sewaan atas
dasar pemindahan risiko dan imbalan. Namun demikian,
dalam aspek perlakuan akuntansi tertentu lainnya untuk aset
tersebut, termasuk penyusutan, diatur oleh Pernyataan ini.
05. Entitas yang menggunakan model biaya untuk properti
investasi sesuai PSAK 13 (revisi 2011): Properti Investasi
menggunakan model biaya dalam Pernyataan ini.
Definisi
06. Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam
Pernyataan ini:
Aset tetap adalah aset berwujud yang:
(a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada
pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
(b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan
untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehanatau
konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang
diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai
dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain, misalnya
PSAK 53 (revisi 2010): Pembayaran Berbasis Saham.
38

Jumlah tercatat adalah nilai aset yang diakui setelah


dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai.
Jumlah terpulihkan adalah jumlah yang lebih tinggi
antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai
pakainya.
Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau
jumlah lain yang merupakan pengganti biaya perolehan,
dikurangi nilai residunya.
Nilai spesifik entitas adalah nilai kini dari arus kas
entitas yang diharapkan timbul dari penggunaan aset secara
berkelanjutan dan dari pelepasan aset tersebut pada akhir
umur manfaatnya atau yang diharapkan terjadi saat
penyelesaian liabilitas.
Nilai residu aset adalah jumlah estimasian yang dapat
diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah
dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset telah mencapai
umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur
manfaatnya.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk
mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam
suatu transaksi dengan wajar.
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat
disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.
Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang
merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atas jumlah
terpulihkannya.
Umur manfaat adalah:
(a) periode suatu aset yang diharapkan dapat digunakan oleh
entitas, atau
39

(b) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan


diperoleh dari suatu aset oleh entitas.
PENGAKUAN
07. Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika
dan hanya jika:
(a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh
manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut;
dan
(b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
08. Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service
equipment) biasanya dicatat sebagai persediaan dan
diakui dalam laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun
demikian, suku cadang utama dan peralatan siap pakai
memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas
memperkirakan akan menggunakan aset tersebut selama
lebih dari satu periode. Sama halnya jika suku cadang
dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan
untuk suatu aset tetap tertentu, hal ini juga dicatat
sebagai aset tetap.
09. Pernyataan ini tidak menentukan unit ukuran dalam
pengakuan suatu aset tetap. Oleh karena itu, diperlukan
pertimbangan dalam penerapan kriteria pengakuan yang
sesuai dengan kondisi tertentu entitas. Pertimbangan
tersebut tepat terhadap agregasi unit-unit yang secara
individual tidak signifi ifi kan, seperti i cetakan dan
perkakas, kemudian menerapkan kriteria atas nilai
agregrat tersebut.
10. Entitas harus mengevaluasi berdasarkan prinsip
pengakuan ini terhadap semua biaya perolehan aset tetap
pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya
awal untuk memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap
40

dan biaya-biaya selanjutnya yang timbul untuk


menambah, mengganti, atau memperbaikinya.
Biaya Perolehan Awal
11. Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau
lingkungan. Perolehan aset tetap semacam itu, walaupun
tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomik
masa depan dari suatu aset tetap yang ada, mungkin
diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat
ekonomik masa depan dari aset lain yang terkait. Dalam
keadaan ini, perolehan aset tetap semacam itu memenuhi
i kualifi ifi kasi i untuk diakui i sebagai i aset, karena aset
tersebut memungkinkan entitas memperoleh manfaat
ekonomik masa depan yang lebih besar dari aset-aset
terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomik yang
dihasilkan seandainya aset tersebut tidak diperoleh.
Sebagai contoh, pabrik kimia mungkin menerapkan
proses penanganan kimiawi yang baru dalam rangka
memenuhi ketentuan lingkungan yang berlaku untuk
produksi dan penyimpanan zat kimiawi berbahaya;
perbaikan pabrik yang terkait diakui sebagai aset karena
tanpa perbaikan tersebut entitas tidak dapat
memproduksi dan menjual zat-zat kimiawi. Namun
demikian, jumlah tercatat aset tersebut dan aset lain yang
terkait harus di-review untuk menguji apakah telah
terjadi penurunan nilai sesuai dengan PSAK 48 (revisi
2009): Penurunan Nilai Aset.
Biaya-biaya Setelah Perolehan Awal
12. Sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 07,
entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan sehari-hari
aset tetap sebagai bagian dari aset bersangkutan. Biaya-
biaya ini diakui dalam laba rugi saat terjadinya. Biaya
41

perawatan sehari-hari terutama terdiri atas biaya tenaga


kerja dan bahan habis pakai (consumables) termasuk di
dalamnya suku cadang kecil. Pengeluaran-pengeluaran
untuk hal tersebut sering disebut “biaya pemeliharaan
dan perbaikan” aset tetap.
13. Bagian-bagian tertentu aset tetap mungkin perlu diganti
secara periodik. Contoh, tungku pembakaran perlu
diganti lapisannya setelah digunakan sekian jam,
demikian juga interior pesawat terbang seperti tempat
duduk dan dapur perlu diperbarui beberapa kali sepanjang
umur rangka pesawat. Entitas dapat juga memperoleh
komponen aset tetap tertentu untuk melakukan penggantian
yang tidak terlalu sering dilakukan, seperti mengganti dinding
interior suatu bangunan, atau melakukan suatu penggantian
yang tidak berulang. Sesuai dengan prinsip pengakuan dalam
paragraf 07, entitas mengakui biaya penggantian komponen
suatu aset dalam jumlah tercatat aset saat biaya itu terjadi jika
pengeluaran tersebut memenuhi kriteria untuk diakui sebagai
bagian dari aset. Jumlah tercatat komponen yang diganti
tersebut tidak lagi diakui apabila telah memenuhi ketentuan
penghentian pengakuan (lihat paragraf 67-73).
14. Agar aset tetap dapat beroperasi secara berkelanjutan, perlu
dilakukan inspeksi teratur terlepas apakah ada komponen yang
diganti. Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya inspeksi
diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu
penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Sisa
jumlah tercatat biaya inspeksi yang terdahulu, jika ada (yang
dibedakan dari komponen fisiknya), dihentikan
pengakuannya. Hal ini terjadi terlepas apakah biaya inspeksi
terdahulu teridentifikasi dalam transaksi perolehan atau
konstruksi aset tetap tersebut. Jika diperlukan, estimasi biaya
inspeksi sejenis yang akan dilakukan di masa depan dapat
42

digunakan sebagai indikasi biaya inspeksi saat aset tersebut


diperoleh atau dibangun.
PENGAKUAN AWAL
15. Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui
sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya
perolehan.
Komponen Biaya Perolehan
16. Biaya perolehan aset tetap meliputi:
(a) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah
dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan
lain;
(b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang
diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan
intensi manajemen;
(c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan
aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas
biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh
atau karena entitas menggunakan aset tersebut
selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk
menghasilkan persediaan.
17. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
adalah:
(a) biaya imbalan kerja (seperti didefinisikan dalam
PSAK 24 (revisi 2010): Imbalan Kerja) yang timbul
secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset
tetap;
(b) biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
(c) biaya handling dan penyerahan awal;
(d) biaya perakitan dan instalasi;
43

(e) biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan


baik, setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk
yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian
tersebut (misalnya, contoh produk dihasilkan dari
peralatan yang sedang diuji); dan
(f) komisi profesional.
18. Entitas menerapkan PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan
terhadap biaya-biaya yang terkait dengan kewajiban
untuk membongkar, memindahkan, dan merestorasi
lokasi aset yang terjadi dalam suatu periode tertentu
sebagai akibat dari pemakaian aset tersebut untuk
menghasilkan persediaan selama periode tersebut. Biaya-
biaya yang terkait dengan PSAK 14 (revisi 2008) atau
Pernyataan ini diukur dan diakui sesuai dengan PSAK 57
(revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi.
19. Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya
perolehan aset tetap adalah:
(a) biaya pembukaan fasilitas baru;
(b) biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan
dan aktivitas promosi);
(c) biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau
kelompok pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan
staf); dan
(d) administrasi dan biaya overhead umum lainnya.
20. Pengakuan terhadap biaya-biaya dalam jumlah tercatat
suatu aset tetap dihentikan ketika aset tersebut berada
pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap
digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Oleh
karena itu, biaya pemakaian dan pengembangan aset
tidak dimasukkan ke dalam jumlah tercatat aset tersebut.
44

Sebagai contoh, biaya-biaya berikut ini tidak termasuk di


dalam jumlah tercatat suatu aset tetap:
(a) biaya-biaya yang terjadi ketika suatu aset telah
mampu beroperasi sesuai dengan intensi manajemen
namun belum dipakai atau masih beroperasi di
bawah kapasitas penuhnya;
(b) kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan
terhadap keluaran (output) masih rendah; dan
(c) biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh
operasi entitas.
21. Sebagian kegiatan terjadi sehubungan dengan
pembangunan atau pengembangan suatu aset tetap, tetapi
tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap
digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Kegiatan
insidental ini mungkin terjadi sebelum atau selama
kontruksi atau aktivitas pengembangan. Contoh,
penghasilan yang diperoleh dari pengunaan lahan lokasi
bangunan sebagai tempat parkir mobil sampai
pembangunan dimulai. Karena kegiatan insidental ini
tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap
digunakan sesuai dengan intensi manajemen,
penghasilan dan beban yang terkait dari kegiatan
insidental diakui dalam laba rugi dan diklasifikasikan
dalam penghasilan dan beban.
22. Biaya perolehan suatu aset yang dibangun sendiri
ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama
sebagaimana perolehan aset dengan pembelian. Jika
entitas membuat aset serupa untuk dijual dalam usaha
normal, biaya perolehan aset biasanya sama dengan
45

biaya pembangunan aset untuk dijual (lihat PSAK 14


(revisi 2008): Persediaan). Oleh karena itu, dalam
menetapkan biaya perolehan maka setiap laba internal
dieliminasi. Demikian pula jumlah abnormal yang terjadi
dalam pemakaian bahan baku, tenaga kerja, atau sumber
daya lain dalam proses konstruksi aset yang dibangun
sendiri tidak termasuk biaya perolehan aset. PSAK 26
(revisi 2008): Biaya Pinjaman menetapkan kriteria yang
harus dipenuhi sebelum biaya bunga dapat diakui sebagai
suatu komponen biaya perolehan aset tetap.
Pengukuran Biaya Perolehan
23. Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai
tunai yang diakui pada saat terjadinya. Jika pembayaran
suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu
kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dengan
pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama
periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK
26 (revisi 2008): Biaya Pinjaman.
24. Satu atau lebih aset tetap mungkin diperoleh dalam
pertukaran aset nonmoneter, atau kombinasi aset moneter
dan nonmoneter. Pembahasan berikut mengacu pada
pertukaran satu aset nonmoneter dengan aset nonmoneter
lainnya, tetapi hal ini juga berlaku untuk semua
pertukaran yang dijelaskan dalam kalimat sebelumnya.
Biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada nilai
wajar kecuali:
(a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi
komersial; atau
(b) nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan
tidak dapat diukur secara andal.
46

Aset yang diperoleh diukur dengan cara seperti di


atas bahkan jika entitas tidak dapat dengan segera
menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika aset
yang diperoleh tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka
biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset
yang diserahkan.
25. Entitas menentukan apakah suatu transaksi pertukaran
memiliki substansi komersial atau tidak dengan
mempertimbangkan sejauh mana arus kas masa depan
diharapkan dapat berubah sebagai akibat dari transaksi
tersebut. Suatu transaksi pertukaran memiliki substansi
komersial jika:
(a) konfigurasi (contohnya risiko, waktu, dan jumlah)
arus kas atas aset yang diterima berbeda dari
konfigurasi dari aset yang diserahkan; atau
(b) nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang
dipengaruhi oleh perubahan transaksi sebagai akibat
dari pertukaran; dan
(c) selisih di (a) atau (b) adalah relatif signifikan
terhadap nilai wajar dari aset yang dipertukarkan.
Untuk tujuan menentukan apakah transaksi
pertukaran memiliki substansi komersial, nilai spesifi k
entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh
transaksi mencerminkan arus kas setelah pajak. Hasil
analisis ini dapat menjadi jelas tanpa entitas melakukan
perhitungan lebih rinci.
26. Nilai wajar aset dapat diukur secara andal meskipun
tidak ada transaksi pasar yang sejenis, jika:
(a) variabilitas rentang estimasi nilai wajar yang masuk
akal (wajar) untuk aset tersebut tidak signifi kan;
atau
47

(b) probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang


tersebut dapat dinilai secara rasional dan digunakan
dalam mengestimasi nilai wajar.
Jika entitas dapat menentukan nilai wajar secara andal,
baik dari aset yang diterima atau diserahkan, maka nilai wajar
dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya
perolehan dari aset yang diterima kecuali jika nilai wajar aset
yang diterima lebih jelas.
27. Biaya perolehan aset tetap yang dicatat oleh lessee dalam
sewa pembiayaan ditentukan sesuai dengan PSAK 30
(revisi 2011): Sewa.
28. Nilai tercatat aset tetap dapat dikurangi dengan hibah
pemerintah sesuai dengan PSAK 61: Akuntansi Hibah
Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah.
PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN AWAL
29. Entitas memilih model biaya dalam paragraf 30 atau
model revaluasi dalam paragraf 31 sebagai kebijakan
akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut
terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.
Model Biaya
30. Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar
biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai aset.
Model Revaluasi
31. Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya
dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah
revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang
cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat
48

tidak berbeda secara material dari jumlah yang


ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir
periode pelaporan.
32. Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan
melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang
memiliki kualifi kasi profesional berdasarkan bukti
pasar. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya
menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai.
33. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan
nilai wajar karena sifat dari aset tetap yang khusus dan
jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari
bisnis yang berkelanjutan, maka entitas mungkin perlu
mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan
penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan
(depreciated replacement cost approach).
34. Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari
suatu aset tetap yang direvaluasi. Jika nilai wajar dari
aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.
Beberapa aset tetap mengalami i perubahan nilai i wajar
secara signifi ifi kan dan fluktuatif, sehingga perlu
direvaluasi i secara tahunan. Revaluasi tahunan seperti
itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar
tidak signifi ifi kan. Namun demikian, aset tersebut
mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun
sekali.
35. Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi
penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan
salah satu cara berikut ini:
(a) disajikan kembali secara porposional dengan
perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset sehingga
49

jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan


jumlah revaluasiannya. Metode ini sering digunakan
apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks
untuk menentukan biaya pengganti yang telah
disusutkan.
(b) dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan
jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan
kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset
tersebut. Metode ini sering digunakan untuk
bangunan.
Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali
atau eliminasi akumulasi penyusutan membentuk bagian dari
kenaikan atau penurunan dalam jumlah tercatat yang
ditentukan sesuai dengan paragraf 39 dan 40.
36. Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap
dalam kelompok yang sama harus direvaluasi.
37. Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokkan aset yang
memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi
normal entitas. Berikut adalah contoh dari kelompok aset yang
terpisah:
(a) tanah;
(b) tanah dan bangunan;
(c) mesin;
(d) kapal;
(e) pesawat udara;
(f) kendaraan bermotor;
(g) perabotan; dan
(h) peralatan kantor.
38. Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus
direvaluasi secara bersamaan untuk menghindari
revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya
perolehan dan nilai lainnya pada saat yang berbeda-beda.
50

Namun, suatu kelompok aset dapat direvaluasi secara


bergantian (rolling basis) sepanjang revaluasi dari
kelompok aset tersebut dapat diselesaikan secara lengkap
dalam waktu yang singkat dan sepanjang revaluasi
dimutakhirkan.
39. Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi,
maka kenaikan tersebut diakui dalam pendapatan
komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada
bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut
harus diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah
penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui
sebelumnya dalam laba rugi.
40. Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka
penurunan tersebut diakui dalam laba rugi. Namun,
penurunan nilai tercatat diakui dalam pendapatan
komprehensif lain selama penurunan tersebut tidak
melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset
tersebut. Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan
komprehensif lain mengurangi akumulasi dalam ekuitas
pada bagian surplus revaluasi.
41. Surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam
ekuitas dapat dipindahkan langsung ke saldo laba pada
saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini
meliputi pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada
saat penghentian atau pelepasan aset tersebut. Namun,
sebagian surplus revaluasi tersebut dapat dipindahkan
sejalan dengan penggunaan aset oleh entitas. Dalam hal
ini, surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba
adalah sebesar perbedaan antara jumlah penyusutan
berdasarkan nilai revaluasian aset dengan jumlah
penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut.
51

Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak


dilakukan melalui laba rugi.
42. Dampak atas pajak penghasilan, jika ada, yang
dihasilkan dari revaluasi aset tetap diakui dan
diungkapkan sesuai dengan PSAK 46 (revisi 2010):
Pajak Penghasilan.
43. Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model
biaya ke model revaluasi dalam pengukuran aset tetap
maka perubahan tersebut berlaku prospektif.
Penyusutan
44. Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya
perolehan cukup signifikan terhadap total biaya
perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah.
45. Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset
pada bagian aset tetap yang signifi ifi kan dan
menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut.
Misalnya, adalah tepat untuk menyusutkan secara
terpisah antara badan pesawat dan mesin pada pesawat
terbang, baik yang dimiliki sendiri maupun yang berasal
dari sewa pembiayaan. Sama halnya, jika entitas
memperoleh aset tetap yang disewakan dalam sewa
operasi, maka entitas sebagai lessor mungkin akan lebih
tepat untuk menyusutkan secara terpisah jumlah yang
terefleksikan dalam biaya perolehan aset tersebut yang
dapat diatribusikan langsung kepada ketentuan sewa,
baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan
secara relatif terhadap kondisi pasar.
46. Suatu bagian yang signifi kan dari aset tetap mungkin
memiliki umur manfaat dan metode penyusutan yang
sama dengan umur manfaat dan metode penyusutan
bagian signifi kan lainnya dari aset tersebut. Bagian-
52

bagian tersebut dapat dikelompokkan menjadi satu dalam


menentukan beban penyusutan.
47. Sepanjang entitas menyusutkan secara terpisah beberapa
bagian dari aset tetap, maka entitas juga menyusutkan
secara terpisah bagian yang tersisa. Bagian yang tersisa
terdiri i atas bagian yang tidak signifi ifi kan secara i i
ndividual. Jika entitas memiliki ekspektasi bervariasi
untuk bagian tersebut, maka teknik penaksiran tertentu
diperlukan untuk menentukan penyusutan bagian yang
tersisa sehingga mampu mencerminkan pola penggunaan
dan atau umur manfaat dari bagian tersebut.
48. Entitas dapat juga memilih untuk menyusutkan secara
terpisah bagian dari aset yang biaya perolehannya tidak
signifi kan terhadap total biaya perolehan aset tersebut.
49. Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui
dalam laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan
dalam jumlah tercatat aset lainnya.
50. Beban penyusutan untuk setiap periode biasanya diakui
dalam laba rugi. Namun, manfaat ekonomik di masa
depan dari suatu aset adalah untuk menghasilkan aset
lainnya. Dalam hal ini, beban penyusutan merupakan
bagian dari biaya perolehan aset lain dan dimasukkan
dalam jumlah tercatatnya. Misalnya, penyusutan pabrik
dan peralatan dimasukkan dalam biaya konversi dari
persediaan (lihat PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan).
Sama halnya, penyusutan aset tetap untuk aktivitas
pengembangan mungkin dimasukkan dalam biaya
perolehan aset takberwujud yang diakui sesuai dengan
PSAK 19 (revisi 2010): Aset Takberwujud.
Jumlah Tersusutkan dan Periode Penyusutan
53

51. Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara


sistematis sepanjang umur manfaatnya.
52. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap di-review
minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata
hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka
perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan
estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009):
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan
Kesalahan.
53. Penyusutan diakui walaupun nilai wajar aset melebihi
jumlah tercatatnya, sepanjang nilai residu aset tidak
melebihi jumlah tercatatnya. Perbaikan dan pemeliharaan
aset tidak meniadakan keharusan untuk menyusutkan
aset.
54. Jumlah tersusutkan suatu aset ditentukan setelah
mengurangi nilai residualnya. Dalam praktik, nilai residu
aset terkadang tidak signifi kan sehingga tidak material
dalam penghitungan jumlah tersusutkan.
55. Nilai residu aset dapat meningkat ke suatu jumlah yang
setara atau lebih besar dari jumlah tercatatnya. Jika hal
tersebut terjadi, maka beban penyusutan aset tersebut
adalah nol, hingga nilai residu selanjutnya berkurang
menjadi lebih rendah dari jumlah tercatatnya.
56. Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap
untuk digunakan, misalnya pada saat aset tersebut berada
pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap
digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Penyusutan
aset dihentikan lebih awal ketika aset tersebut diklasifi
kasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual (atau aset
tersebut termasuk dalam kelompok aset lepasan yang
diklasifi kasikan sebagai dimiliki untuk dijual) sesuai
54

dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang


Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan
pada saat aset tersebut dilepaskan. Oleh sebab itu
depresiasi tidak dihentikan pengakuannya ketika aset
tidak digunakan atau dihentikan penggunaannya kecuali
telah habis disusutkan. Namun, apabila metode
penyusutan yang digunakan adalah usage method
(seperti unit of production method) maka beban
penyusutan menjadi nol bila tidak ada produksi.
57. Manfaat ekonomi masa depan melekat pada aset yang
dikonsumsi oleh entitas terutama melalui penggunaan
aset itu sendiri. Namun, beberapa faktor lain seperti
keusangan teknis, keusangan komersial dan keausan
selama aset tersebut tidak terpakai, sering mengakibatkan
menurunnya manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari
aset tersebut. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas,
seluruh faktor berikut ini diperhitungkan dalam
menentukan umur manfaat dari setiap aset:
(a) ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau
daya guna tersebut dinilai dengan merujuk pada
ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fi sik dari
aset;
(b) ekspektasi i tingkat keausan fi fi sik, yang
tergantung pada faktor pengoperasian aset tersebut
seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset
dan program pemeliharaan aset dan perawatannya,
serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset
tersebut tidak digunakan (menganggur);
(c) keusangan teknis dan keusangan komersial yang
diakibatkan oleh perubahan atau peningkatan
produksi, atau karena perubahan permintaan pasar
55

atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh aset


tersebut; dan
(d) pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum
atau peraturan tertentu, seperti berakhirnya waktu
penggunaan sehubungan dengan sewa.
58. Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan
yang diharapkan oleh entitas. Kebijakan manajemen aset
suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang
bersangkutan setelah jangka waktu tertentu atau setelah
pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari manfaat
ekonomik masa depan yang melekat pada aset. Oleh
karena itu, umur manfaat dari suatu aset dapat lebih
pendek dari umur manfaat dari aset tersebut. Estimasi
umur manfaat suatu aset merupakan hal yang
membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman
entitas terhadap aset yang serupa.
59. Tanah dan bangunan merupakan aset yang dapat
dipisahkan dan harus dicatat terpisah meskipun keduanya
diperoleh sekaligus. Pada umumnya tanah memiliki
umur manfaat tidak terbatas sehingga tidak disusutkan,
kecuali entitas meyakini umur manfaat tanah terbatas
misalnya tanah yang ditambang dan tanah digunakan
untuk tempat pembuangan akhir. Bangunan memiliki
umur manfaat terbatas sehingga merupakan aset yang
disusutkan. Peningkatan nilai tanah dengan bangunan
diatasnya tidak memengaruhi penentuan jumlah yang
dapat disusutkan dari bangunan tersebut.
60. Jika biaya perolehan tanah yang di dalamnya termasuk
biaya untuk membongkar, memindahkan dan memugar,
dan manfaat yang diperoleh dari pembongkaran,
pemindahan dan pemugaran tersebut terbatas, maka
56

biaya tersebut harus disusutkan selama periode manfaat


yang diperolehnya. Dalam beberapa kasus, tanah itu
sendiri memiliki umur manfaat yang terbatas, dalam hal
ini disusutkan dengan cara yang mencerminkan manfaat
yang diperoleh dari tanah tersebut.
Metode Penyusutan
61. Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan
ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan
dari aset oleh entitas.
62. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset di-review
minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi
perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola
konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset
tersebut, maka metode penyusutan diubah untuk
mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan
metode penyusutan diperlakukan sebagai perubahan
estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009):
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan
Kesalahan.
63. Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk
mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara
sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya.
Metode tersebut antara lain metode garis lurus (straight
line method), metode saldo menurun (diminishing
balance method), dan metode jumlah unit (sum of the
unit method). Metode garis lurus menghasilkan
pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika
nilai residunya tidak berubah. Metode saldo menurun
menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur
manfaat aset. Metode jumlah unit menghasilkan
pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output
57

yang diharapkan dari suatu aset. Metode penyusutan aset


dipilih berdasarkan ekspektasi pola konsumsi manfaat
ekonomik masa depan dari aset dan diterapkan secara
konsisten dari periode ke periode kecuali ada perubahan
dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa
depan dari aset tersebut.
Penurunan Nilai
64. Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami
penurunan nilai, entitas menerapkan PSAK 48 (revisi
2009): Penurunan Nilai Aset. Pernyataan tersebut
menjelaskan bagaimana entitas me-review jumlah
tercatat asetnya, bagaimana menentukan jumlah
terpulihkan dari aset dan kapan mengakui atau membalik
rugi penurunan nilai.
Kompensasi untuk Penurunan Nilai
65. Kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang
mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan
dimasukkan dalam laba rugi pada saat kompensasi diakui
menjadi piutang.
66. Penurunan nilai atau kerugian aset tetap, klaim atas atau
pembayaran kompensasi dari pihak ketiga dan pembelian
atau konstruksi selanjutnya atas penggantian aset adalah
peristiwa ekonomi yang terpisah dan dicatat secara
terpisah dengan ketentuan sebagai berikut:
(a) penurunan nilai aset tetap diakui sesuai dengan
PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset;
(b) penghentian pengakuan aset tetap yang usang atau
dilepas ditentukan sesuai dengan Pernyataan ini;
(c) kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang
mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan
harus dimasukkan dalam penentuan laba rugi pada
58

saat kompensasi diakui pada saat menjadi piutang;


dan
(d) biaya perolehan aset tetap yang diperbaiki, dibeli
atau dikonstruksi sebagai penggantian ditentukan
sesuai dengan Pernyataan ini.
PENGHENTIAN PENGAKUAN
67. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada
saat:
(a) dilepas; atau
(b) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa
depan yang diharapkan dari penggunaan atau
pelepasannya.
68. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian
pengakuan aset tetap dimasukkan dalam laba rugi pada
saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali
PSAK 30: Sewa mengharuskan perlakuan yang berbeda
dalam hal transaksi jual dan sewa-balik). Keuntungan
tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.
69. Namun, entitas yang aktivitas normal rutinnya adalah
menjual aset yang sebelumnya disewakan, maka entitas
mentransfer aset tetap tersebut menjadi persediaan sesuai
nilai tercatat ketika aset tidak lagi disewakan dan
menjadi aset dimiliki untuk dijual. Imbalan dari
penjualan aset tersebut diakui sebagai pendapatan sesuai
dengan PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan. PSAK 58
(revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk
Dijual dan Operasi yang Dihentikan tidak diterapkan
ketika aset yang dimiliki untuk dijual dalam keadaan
bisnis normal dipindahkan ke persediaan.
70. Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai
cara (misalnya: dijual, disewakan berdasarkan sewa
59

pembiayaan, atau disumbangkan). Dalam menentukan


tanggal pelepasan aset, entitas menerapkan kriteria dalam
PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan untuk mengakui
pendapatan dari penjualan barang. PSAK 30 (revisi
2011): Sewa diterapkan untuk pelepasan melalui jual dan
sewa-balik.
71. Jika, berdasarkan prinsip pengakuan dalam paragraf 07,
suatu entitas mengakui biaya perolehan dari penggantian
sebagian aset tetap dalam jumlah tercatat aset tetap
tersebut, maka selanjutnya entitas tersebut juga
menghentikan pengakuan jumlah tercatat dari bagian
yang digantikan tanpa memperhatikan apakah bagian
yang digantikan telah disusutkan secara terpisah. Jika hal
ini tidak praktis bagi entitas untuk menentukan jumlah
tercatat dari bagian yang digantikan, entitas dapat
menggunakan biaya perolehan dari penggantian tersebut
sebagai indikasi biaya perolehan dari bagian yang
digantikan pada saat diperoleh atau dikonstruksi.
72. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian
pengakuan suatu aset tetap ditentukan sebesar
pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada,
dan jumlah tercatat dari aset tersebut.
73. Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal
sebesar nilai wajarnya. Jika pembayaran untuk hal
tersebut ditangguhkan, perhitungan yang akan diterima
diakui pada saat awal sebesar nilai tunainya. Perbedaan
antara jumlah nominal piutang dan nilai tunainya diakui
sebagai pendapatan bunga sesuai dengan PSAK 23
(revisi 2009): Pendapatan yang mencerminkan imbalan
efektif atas piutang.
PENGUNGKAPAN
60

74. Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap


kelompok aset tetap:
(a) dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan
jumlah tercatat bruto;
(b) metode penyusutan yang digunakan;
(c) umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
(d) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan
(dijumlahkan dengan akumulasi rugi penurunan
nilai) pada awal dan akhir periode; dan
(e) rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode yang menunjukkan:
(i) penambahan;
(ii) aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual
atau termasuk dalam kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual
sesuai PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan
Operasi yang Dihentikan dan pelepasan
lainnya;
(iii) akuisisi melalui kombinasi bisnis;
(iv) peningkatan atau penurunan akibat dari
revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40 serta
dari rugi penurunan nilai yang diakui atau
dijurnal balik dalam pendapatan komprehensif
lain sesuai PSAK No. 48 (revisi 2009):
Penurunan Nilai Aset;
(v) rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba
rugi sesuai PSAK 48;
(vi) rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam
laba rugi sesuai PSAK 48;
(vii) penyusutan;
61

(viii) selisih nilai tukar neto yang timbul dalam


penjabaran laporan keuangan dari mata uang
fungsional menjadi mata uang pelaporan yang
berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan
usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan
dari entitas pelapor; dan
(ix) perubahan lain.
75. Laporan keuangan juga mengungkapkan:
(a) keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan
aset tetap yang dijaminkan untuk liabilitas;
(b) jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah
tercatat aset tetap yang sedang dalam pembangunan;
(c) jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset
tetap; dan
(d) jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap
yang mengalami penurunan nilai, hilang atau
dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika
tidak diungkapkan secara terpisah pada pendapatan
komprehensif lain.
76. Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur
manfaat aset adalah hal-hal yang memerlukan
pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode
yang digunakan dan estimasi umur manfaat atau tarif
penyusutan memberikan informasi bagi pengguna
laporan keuangan dalam me-review kebijakan yang
dipilih manajemen dan memungkinkan perbandingan
dengan entitas lain. Untuk alasan yang serupa, juga perlu
diungkapkan:
(a) penyusutan, apakah diakui dalam laba rugi atau
diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset lain,
selama suatu periode; dan
62

(b) akumulasi penyusutan pada akhir periode.


77. Sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan
entitas mengungkapkan sifat dan dampak perubahan
estimasi akuntansi yang berdampak material pada
periode berjalan atau diperkirakan berdampak material
pada periode berikutnya. Untuk aset tetap, pengungkapan
tersebut dapat muncul dari perubahan estimasi dalam:
(a) nilai residu;
(b) estimasi biaya pembongkaran, pemindahan atau
restorasi suatu aset tetap;
(c) umur manfaat; dan
(d) metode penyusutan.
78. Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal
berikut diungkapkan:
(a) tanggal efektif revaluasi;
(b) apakah penilai independen dilibatkan;
(c) metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam
mengestimasi nilai wajar aset;
(d) penjelasan mengenai nilai wajar aset yang
ditentukan secara langsung berdasarkan harga
terobservasi (observable prices) dalam suatu pasar
aktif atau transaksi pasar terakhir yang wajar atau
diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya;
(e) untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat
aset seandainya aset tersebut dicatat dengan model
biaya; dan
(f) surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan
selama periode dan pembatasan-pembatasan
distribusi kepada pemegang saham.
63

79. Sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai


Aset entitas mengungkapkan informasi penurunan nilai
aset tetap sebagai tambahan informasi yang disyaratkan
dalam paragraf 74(e)(iv) sampai (vi).
80. Informasi berikut mungkin relevan dengan kebutuhan
pengguna laporan keuangan:
(a) jumlah tercatat aset tetap yang tidak dipakai
sementara;
(b) jumlah tercatat bruto dari setiap aset tetap yang telah
disusutkan penuh dan masih digunakan;
(c) jumlah tercatat aset tetap yang dihentikan dari
penggunaan aktif dan tidak diklasifi ifi kasikan
sebagai i tersedia untuk dijual sesuai dengan PSAK
58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki
untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan; dan
(d) jika model biaya digunakan, nilai wajar aset tetap
apabila berbeda secara material dari jumlah tercatat.
Oleh karena itu, entitas dianjurkan mengungkapkan
jumlah-jumlah tersebut.
KETENTUAN TRANSISI
81. Entitas menerapkan perubahan ruang lingkup terkait
akuntansi properti yang dikonstruksi atau dikembangkan
untuk digunakan dimasa depan sebagai properti investasi
secara prospektif sesuai dengan perubahan dalam PSAK
13 (revisi 2011): Properti Investasi.
TANGGAL EFEKTIF
82. Pernyataan ini berlaku efektif untuk periode tahun buku
yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012.
PENARIKAN
83. Pernyataan ini menggantikan:
(a) PSAK 16 (2007): Aset Tetap
64

(b) PSAK 47: Akuntansi Tanah

2. 2 Hipotesis
Pada Penelitian ini, tidak terdapat hipotesis dikerenakan pada
penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel dan merupakan penelitian
eksporatif.

2. 3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel


yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan, kemudian
dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa
tentang hubungan variabel tersebut yang selanjutnya digunakan untuk
merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2009). Hal ini merupakan jaringan
hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan
dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi (Kuncoro,
2013). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan hanyalah laporan
keuangan Polres Kutai Timur.

Gambar 2. 2 Kerangka Pikir


65

2. 4. Definisi Konsepsional
Aset tetap adalah aset dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau
untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih
dari satu periode (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011 : 16.2). Berdasarkan
definisi di atas, suatu aset berwujud memiliki ciri digunakan dalam operasi
usaha dan tidak untuk dijual kembali, bersifat jangka panjang dan biasanya
dapat disusutkan, serta memiliki wujud fisik. PSAK 16 tidak berlaku untuk
properti investasi (PSAK 13) dan hak penambangan maupun reservasi
tambang. Namun, termasuk ke dalam definisi aset tetap adalah tanaman
produktif (bearer plants). Tanaman produktif adalah tanaman hidup yang
digunakan dalam produksi atau penyediaan produk agrikultur, diharapkan
untuk menghasilkan produk untuk jangka waktu lebih dari satu periode
dan memiliki kemungkinan yang sangat jarang untuk dijual sebagai
produk agrikultir, kecuali untuk penjualan sisa yang insidental (incidental
scrap). Yang termasuk dalam komponen biaya perolehan aset tetap
meliputi harga perolehan, biaya yang dapat diatribusikan langsung dan
estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi (dismantling cost). Yang dimaksud dengan biaya yang dapat
distribusikan langsung meliputi:
a. biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dalam pembangunan
atau akuisis aset tetap
b. biaya penyiapan lahan untuk pabrik
c. biaya penanganan dan penyerahan awal
d. biaya perakitan dan instalasi
e. biaya pengujian aset
f. komisi profesional
jika biaya yang dikeluarkan terkait aset memenuhi kriteria
kemungkinan besar manfaat ekonomis aset akan mengalir ke perusahaan
di masa mendatang dan biaya perolehannya dapat diukur secara andal,
maka biaya lanjutan tersebut dapat dikapitalisasi ke dalam nilai aset.
66

Sedangkan jika biaya lanjutan tersebut tidak memenuhi dia kriteria di atas,
maka biaya tersebut langsung dibebankan misalnya biaya perawatan
sehari-hari. Aset tetap dapat diukur melalui dua model, yaitu cost model
atau revaluasian model. Pada model cost/biaya, aset tetap dicatat pada
biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai. Sedangkan pada model revaluation, aset tetap dicatat pada
nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu
aset pada saat perolehanatau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah
yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan
persyaratan tertentu dalam PSAK lain, misalnya PSAK 53 (revisi 2010):
Pembayaran Berbasis Saham (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011 : 16.2).
Jumlah tercatat adalah nilai aset yang diakui setelah dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai(Ikatan Akuntansi
Indonesia, 2011 : 16.3). Jumlah terpulihkan adalah jumlah yang lebih
tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai
pakainya(Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011 : 16.3). Jumlah tersusutkan
adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan pengganti
biaya perolehan, dikurangi nilai residunya (Ikatan Akuntansi Indonesia,
2011 : 16.3). Nilai spesifik entitas adalah nilai kini dari arus kas entitas
yang diharapkan timbul dari penggunaan aset secara berkelanjutan dan
dari pelepasan aset tersebut pada akhir umur manfaatnya atau yang
diharapkan terjadi saat penyelesaian liabilitas.
Nilai residu aset adalah jumlah estimasian yang dapat diperoleh
entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya
pelepasan, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan
pada akhir umur manfaatnya (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011 : 16.3).
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset
antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai
67

dalam suatu transaksi dengan wajar(Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011 :


16.3).
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan
dari suatu aset selama umur manfaatnya (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011
: 16.3). Penyusutan dimulai pada saat aset tersebut SIAP digunakan, yakni
pada saat aset berada di lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap
digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. Tidak ada
definisi yang lebih jelas mengenai penjabaran kata SIAP pada paragraf
tersebut, mengingat PSAK saat ini menganut principal base, bukan lagi
rule base. Oleh karena itu definisi siap tersebut pada dasarnya diserahkan
kepada manajemen.
Nilai wajar menurut PSAK adalah jumlah yang dipakai untuk
mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan
memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar
(Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011 : 16.3). Nilai wajar bukanlah nilai yang
akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang
dipaksakan, lukuidasi yang dipaksakan atau penjualan akibat kesulitan
keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011 : 16.3) Rugi penurunan nilai
adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu
aset atas jumlah terpulihkannya (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011 : 16.3)
Umur manfaat adalah periode suatu aset yang diharapkan dapat digunakan
oleh entitas, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan
diperoleh dari suatu aset oleh entitas(Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011 :
16.4)
BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan padatanggal 10 April 2021 sampai dengan
tanggal 10 Mei 2021 di PDAM Tirta Tuah Benua.

3. 2 Populasi, Sample dan Teknik Sampling


3. 2. 1 Populasi
Populasi merupakan sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber
penelitian berbentuk benda-benda, manusia ataupun yang terjadi
sebagai objek/sasaran penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013 : 80) Populasi
penelitian ini adalah Laporan Keuangan PDAM Tirta Tuah Benua di
Sangatta.

3. 2. 2 Sample
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil yang
diteliti). Pengertian lain sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Riduwan &
Kuncoro, 2012 : 39). Sampel adalah bagian dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti
(Sugiyono, 2008 : 81). Karena tidak semua data dan informasi akan
diproses dan tidak semua orang akan diteliti melainkan cukup dengan
menggunakan sampel. Penelitian ini menggunakan metode
Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. (Sugiyono, 2011: 66).
Yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah pencatatan

68
69

aktiva tetap pada laporan keuangan PDAM Tirta Tuah Benua di


Sangatta.

3. 2. 3 Teknik Sampling
Teknik penarikan sampel adalah suatu cara mengambil sampel
yang representative dari populasi (Riduwan & Kuncoro, 2012:40).
Teknik sampling juga bermakna teknik yang dilakukan untuk
menentukan sampel. Jadi, sebuah penelitian yang baik haruslah
memperhatikan dan menggunakan sebuah teknik dalam menetapkan
sampel yang akan diambil sebagai subjek penelitian. Dalam penelitian
ini akan digunakan teknik sampling Nonprobability. Nonprobability
Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. (Sugiyono, 2011: 66). Lebih
tepatnya menggunakan jenis Sampling Purposive. Sampling purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2011 : 68). Biasanya digunakan untuk penelitian kualitatif
yang tidak melakukan generalisasi.

3. 3 Definisi Oprasional
Variabel yang dapat diambil dari penulisan ini adalah satu variabel,
yaitu PSAK No.16 tahun 2011 tentang akuntansi aset tetap. Aset tetap adalah
aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyedia
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif dan diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
(Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011 : 16.2). Aset semacam ini biasanya
memilki masa pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberikan
manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun. Oleh karna itu perlu
dilakukannya perhitungan dan pencatatan mengenai perolehan aset tetap,
pengukuran aset tetap, penyusutan aset tetap, pelepasan aset tetap, serta
pengungkapan dan penyajian aset tetap.
70

3. 4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data sesuai
tata cara penelitian sehingga diperoleh data yang dibutuhkan. Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan data (Sugiyono,
2012 : 224). Teknik pengumpulan data merupakan salah satu metode yang
ada di dalam pengumpulan data dengan menggunakan teknik atau cara yang
digunakan oleh para peneliti untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2010 :
51). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi, observasi, dan wawancara.
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode mengkaji dan mengolah data dari
dokumen-dokumen yang sudah ada sebelumnya dan mendukung data
penelitian. Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri
historis (Burhan, 2008 : 122). Metode dokumentasi digunakan Metode ini
digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masa
manfaat, metode penyusutan aset tetap dan penerapan akuntansi aset tetap
pada Polres Kutai Timur.
2. Wawancara
Wawancara dalam penelitian terjadi dimana peneliti sedang
berbincang-bincang dengan narasumber dengan tujuan menggali informasi
melalui pertanyaan-pertanyaan dan mengunakan teknik tertentu.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dua
orang, pewawancara sebagai yang mengajukan pertanyaan dan
narasumber yang memberikan jawaban, (Moleong, 2007 : 186). Metode
wawancara ini digunakan untuk melengkapi metode dokumentasi yang
belum jelas.

3. 5 Alat Analisis
Metode analisis data adalah salah satu komponen penting dalam
proses Data Analysis. Metode analisis data merupakan bagian dari proses
71

analisis dimana data yang dikumpulkan lalu diproses untuk menghasilkan


kesimpulan dalam pengambilan keputusan. Metode ini dibagi menjadi dua
bagian besar, kualitatif dan kuantitatif. Analisis data dengan menggunakan
teknik statistik adalah istilah untuk metode analisis kuantitatif, dan analisis
data menggunakan analisis tematik dengan pengkodean dan berupa teks
merupakan metode analisis kualitatif. Dalam penelitian ini akan digunakan
metode penelitian kualitatif dimana Analisis data merupakan tahapanyang
sangat penting, yaitu sebuah kegiatan untuk mengukur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya,
sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin
dibawa (Wiratna Sujarweni. V, 2015 : 33)
1. Pengumpulan Data
Merupakan proses yang berlangsung sepanjang penelitian, dengan
menggunakan seperangkat instrument yang telah disiapkan, guna
memperoleh informasi data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi (Muri Yususf, 2014 : 407) . Dalam proses pengumpulan
data ini peneliti melakukan analisis secara langsung sesuai dengan
informasi data yang diperoleh di lapangan.
2. Redukasi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Reduksi data merupakan
suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya
dapat ditarik dan diverifikasi (Muri Yususf, 2014 : 407)
3. Penyajian Data
Yaitu sebagi sekumpulan informasi tersusun yang memperbolehkan
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono,
2008 : 249).
72

4. Kesimpulan dan Verifikasi


Dengan demikian pekerjaan mengumpulkan data bagi penelitian
kualitatif harus langsung diikuti dengan pekerjaan menuliskan,
mengedit, mengklasifikasi, mereduksi dan menyajikan data serta
menarik kesimpulan sebagai analisis data kualitatif (Muri Yusuf, 2014 :
409) Keilmiahan dalam penelitian dengan metode kualitatif sangat
diutamakan sehingga demi menjaga keilmiahan data yang diperoleh
dalam proses penelitian maka dianggap sangat perlu akan adanya
pengecekan kembali atau verifikasi data ulang yang dimaksudkan untuk
menghindari kesalahan dalam laporan hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

A. Muri Yusuf. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian


Gabungan. Jakarta, prenadamedia group.

Baridwan, Zaki. (2004). Intermediate Accounting. Edisi 8. Yogyakarta, BPFE

Bungin, Burhan. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta, Prenadamedia.

Enda (Februari 201). Pengertian Aktiva Tetap& Penggolongan Serta Penyusutan.


Dikutip 13 Maret 2021 dari :
http://endastoner.blogspot.com/p/pengertian-aktiva-tetap-
penggolongan.html

Harry. (2011). Akuntansi Perusahaan Dagang dan Jasa. Bandung, Alfa Beta

Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta, Salemba


Empat

Jogloabang (6 april 2020). Kebijakan. Dikutip Tanggal 13 Maret 2021 dari :


https://www.jogloabang.com/ekbis/kebijakan-akuntansi-
aset#:~:text=PENGUKURAN,nilai%20wajar%20pada%20saat%20pero
lehan.

Kuncoro, Mudrajad. (2013). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3.
Jakarta, Erlangga.

Kuncoro, Mudrajad. (2013). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 4.
Jakarta, Erlangga.

Kuncoro, Mudrajad. (2013). Strategi : Bagaimana Meraih Keunggulan


Kompetotif. Jakarta, Penerbit Erlangga.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.


Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

Riduwan & Kuncoro. ( 2012). Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis
(Analisis Jalur). Bandung, Alfabeta.

72
74

Riduwan (2010). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung,


Alfabeta

Suandy, Erly. (2006). Perencanaan Pajak Edisi 3. Jakarta, Salemba Empat

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R&D. Bandung ,


Alfabeta

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung,


Alfabeta.

Sugiyono, (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta.

Sofyan Syafri Harahap.( 2000). Akuntansi Aktiva Tetap. Edisi Satu. Jakarta, Raja
Grafindo Persada.

V. Wiratna Sujarweni. (2015) Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonom.


Yogyakarta, Pustaka Baru Press.

Wadiyo ( 9 Juli 2020 ). Cara Sederhana dan Mudah Membuat Laporan Laba
Rugi. Dikutip Dari : https://manajemenkeuangan.net/laporan-laba-rugi/

Anda mungkin juga menyukai