Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN SEMENTARA FARMAKOLOGI

GATRITIS DAN ANTI EMETIK


Instruktur: Apt. Dyah Anggraeni, S.Farm, M.Sc

DISUSUN OLEH:
NAMA: Ayu Febrianty
NIM: 34200321
HARI / TANGGAL: 21 Maret 2021

PRODI DIII FARMASI LABORATORIUM FARMAKOLOGI


STIKES SURGA GLOBAL
YOGYAKARTA
2021
DIARE DAN LAKSATIF

A. Tujuan praktikum
1. Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme kerja, indikasi,
kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai jenis obat Diare.
2. Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme kerja, indikasi,
kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai jenis obat Laksatif

B. Dasar Teori
1. Diare
Diare didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang mengalami buang air
besar (BAB) dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dan frekuensi lebih sering (lebih dari 3 kali dalam 24 jam).
Berdarakan Depkes RI, 2011, diare dibedakan atas 2 jenis :
 Diare akut, memiliki gejala yang datang tiba-tiba dan berlangsung kurang
dari 14 hari. Akibatnya dapat terjadi dehidrasi yang menjadi penyebab
utama kematian bagi penderita diare
 Diare kronik (persisten), berlangsung lebih dari 14 hari yang disebabkan
oleh virus, bakteri dan parasit, maupun non infeksi. Akibatnya akan terjadi
penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

Diare yang berlangsung hanya sesekali tidak berbahya dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Namun diare yang berat akan menyebabkan dehidrasi dan
dapat mengancam jiwa. Dehidrasi sendiri diartikan sebagai kurangnya cairan
tubuh yang bisa berakibat fatal pada kematian, terutama pada anak atau bayi
jika tidak segara diatasi.

Gejala yang dapat terjadi saat diare

1. Frekuensi buang air besar melebihi normal


2. Kotoran/tinja encer atau cair
3. Sakit atau kejang perut (pada beberapa kasus)
4. Demam dan muntah (pada beberapa kasus)
5. Warna tinja berwarna kehijauan akibat bercampur dengan empedu
6. Lecet pada anus
7. Nafsu makan menurun
8. Dehidrasi

Penatalaksanaan dalam diare


1. Rehidrasi
2. Indentifikasi penyebab diare
3. Terapi simptomatik

Penggolongan obat dalam diare


1. Antisecretory dan Antimotility
Obat anti diare yang termasuk golongan Antisecretory dan Antimotility
adalah; opioid dan derivatnya,  alpha 2 agonis misalnya clonidine dan
somatostatin. Salah satu dari opioid adalah loperamide. Loperamide
merupakan turunan phenylpiperidine dengan struktur kimia yang mirip
dengan agonis reseptor opiat seperti diphenoxylate. Loperamide sebagai
antidiare bekerja dengan beberapa mekanisme yang berbeda, yaitu
mengurangi peristaltik dan sekresi cairan. Loperamide merupakan obat
agonis opiate sintetis yang dapat mengaktivasi μreceptors pada pleksus
myenterik usus besar. Aktivasi terhadap receptors tersebut akan
menghambat pelepasan acetylcholine sehingga terjadi relaksasi otot pada
saluran cerna. Disamping itu, penghambatan terhadap acetylcholine juga
menimbulkan efek anti sekretori sehingga mengurani sekresi air dan
dapat mencegah kekurangan cairan dan elektrolit.
2. Absorbent
Beberapa contoh obat yang termasuk kelompok adsorbent adalah:
bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol), kaolin-pectin, activated charcoal,
attapulgite (Kaopectate). Walaupun pemberian adsorbent pada diare
misalnya pada penderita HIV tidak memberikan hasil yang lebih baik
dari placebo, namun pemberian absorben masih direkomendasikan.
Mekanisme kerja secara umum dari adsorben adalah melapisi
permukaan mukosa pada dinding saluran pencernaan sehingga toksin
dan mikroorganisme tak bisa masuk menembus dan merusak mukosa.
Selain itu, absorben juga mengikat bakteri penyebab atau racun, yang
kemudian dieliminasi melalui tinja
3. Bismuth subsalicylate
Bismuth subsalicylate menunjukkan efek terapi melalui efek anti
inflamasi oleh salicylic acid juga antibiotika ringan oleh bismuth
4. Kaolin dan Pectin
Mekanisme kerja dari obat ini adalah dengan merubah viskositas feses
sehingga nampak lebih kental

2. Laksatif
Laksatif adalah obat-obatan yang dapat menyembuhkan konstipasi yaitu dengan
memfasilitasi defekasi. Laksatif meningkatkan kadar cairan dalam usus dan secara
langsung maupun tidak langsung.
KonstipasiKonstipasi biasa disebut sembelit atau susah buang air besar.
Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses
menjadi keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi.

C. CARA KERJA
1. Diare
Cara kerja obat diare yaitu memperlambat gerakan usus dan membuat feses
menjadi lebih padat. Dengan mengonsumsi obat ini, frekuensi buang air besar
dapat berkurang.
2. Laktasif
Laksatif tersebut bekerja dengan cara yang berbeda-beda, yaitu:
 Laksatif yang bekerja untuk memberi bentuk massa pada feses umumnya
dianggap paling aman tetapi dapat mengganggu absorpsi beberapa obat.
 Beberapa stimulan menyebabkan konstraksi otot pada usus menjadi lebih
beritme.
 PelunakPelunak feses memberikan kelembapan pada feses dan mencegah
dehidrasi. Penggunaan laksatif jenis ini sering direkomendasikan setelah
kelahiran atau pembedahan.
 Minyak pelumas feses memungkinkan feses untuk bergerak lebih mudah di
sepanjang usus halus, seperti minyak mineral.
 Laksatif asin bekerja seperti spons yaitu menarik air ke dalam kolon sehingga
feses lebih mudah dikeluarkan.
 Bulking agents , Jenis-jenis bulking agents adalah psilium, metilselulosa, dan
polikarbofil. Bulking agents ini bekerja melalui penambahan serat pada tinja.

Anda mungkin juga menyukai