Laporan Praktikum Kimia Dasar Standarisasilarutan Naoh
Laporan Praktikum Kimia Dasar Standarisasilarutan Naoh
IDENTITAS MAHASISWA
Instruktur:RR Handaruwati,S.Si,M.Si
II.TUJUAN :
[Type here]
[Type here]
III.DASAR TEORI
Reaksi netralisasi merupakan reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion
hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat
juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa)
(Shochichah, 2010).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa- senyawa yang
bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan
kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa (Shochichah, 2010).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa
berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa
dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar
titrant (Shochichah, 2010).
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa. Yaitu yang
pertama dengan cara memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik
ekuivalent”. Yang kedua dengan memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada
titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen
terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan (Shochichah, 2010).
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan
titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan
titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan
warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi” (Shochichah, 2010).
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan
pengamatan dengan indicator bila pH pada titi ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir
titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat
dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH
[Type here]
[Type here]
larutan berubah secara khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya mencapai titik
ekivalen (Shochichah, 2010).
Analisa titrimetri atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu
zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara
teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara
kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara
teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas)
(Shochichah, 2010).
Larutan baku ada dua yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer
adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan jalan menghitung dari berat zat
terlarut yang dilarutkan dengan tepat. Larutan baku primer harus dibuat dengan penimbangan
dengan teliti menggunakan neraca analitik dan dilarutkan dalam labu ukur (RhacaRhiatra, 2013).
Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan membuat larutan standar primer harus benar-
benar dalam keadaan murni, stabil secara kimiawi, mudah dikeringkan dan tidak bersifat
higroskopis, serta memiliki berat ekivalen besar, sehingga meminimalkan kesalahan akibat
penimbangan (RhacaRhiatra, 2013).
Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku primer adalah H2C2O4.
2H2O (asam oksalat). Asam oksalat adalah zat padat , halus, putih, larut baik dalam air. Asam
oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya selalu sampai terbentuk garam normalnya. berat
ekivalen asam oksalat adalah 63 (RhacaRhiatra, 2013).
Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara
titrasi terhadap larutan baku primer. Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai
larutan baku sekunder adalah NaOH. Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder
yang bersifat basa. Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah
sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan secara
spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan
melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun
kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut
dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya (RhacaRhiatra, 2013).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada
berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara
stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana
terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang
dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu
[Type here]
[Type here]
diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat
mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. (Shochichah, 2010).
IV.ALAT DAN BAHAN
Alat :
a. Gelas ukur
b. Erlenmeyer
c. Buret
d. Corong
e. Pipet tetes
f. Pipet ukur
g. Gelas piala
h. Labu ukur
i. Pipet gondok
j. Ball pipet
Bahan:
a.Asam oksalat (H2C2O4)
b.Aquadest
c.Larutan NaOH 0,1 N
d.Asam cuka (CH3COOH)
Replikasi
[Type here]
[Type here]
Ml NaOH = 9,51 ml
9,85 ml
9,65 ml
Rata rata ml NaOH
N H2C2O4 = 9,67 ml
Ml H2C2O4 = 10 ml
(N x V) H2C2O4 = (N x V) NaOH
(0,05 x 10) = (N x 9,67 ml) NaOH
0,5 = N x 9,67
N = 9,67
0,5
N = 0,0517
= 0,05 N
VI.CARA KERJA
Ditimbang dengan seksama 300 mg kalium biftalat, dimasukan kedalam labu Erlenmeyer 250
ml, kemudian ditambah dengan +- 10 ml aquadest dan dikocok hingga larut sempurna .
tambahkan 2 tetes indicator fenoftalein.
Disiapkan buret 50ml, dicuci dengan aquadest , dibilas dengan sedikit larutan
NaOH,Kemudian diisi penuh dengan larutan NaOH yang telah disiapkan (oleh laboran)
[Type here]
[Type here]
Titrasi larutan kalium biftalat ( no1)dengan larutan NaOH (no2) hingga timbul warna merah
jambu stabil
VII.HASIL PRAKTIKUM
Normalitas
Normalitas Jumlah Larutan Hasil
H2C2O4 100 ml Aquades 0,05 N
Replikasi
Replikasi Jumlah Larutan PP Volume Hasil
NaOH 0,0517 N Aquades 3 tetes 10 ml Cairan bening
[Type here]
[Type here]
Kesimpulan
Nilai normalitas H2C2O4 yang diperoleh yaitu 0,05 N. Kadar replikasi ml NaOH
sebanyak 0,0517 N. asam asetat dalam larutan cuka dapat ditentukan dengan melakukan
standarisasi larutan asam cuka perdangangan dengan larutan standar NaOH yang melalui
proses pengenceran. Kadar asam cuka yang diperoleh yaitu 49,504%.
Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya pada saat melakukan titrasi, lebih teliti
lagi. Agar tidak terjadi kesalahan pada saat menitrasi.
[Type here]
[Type here]
DAFTAR PUSTAKA
Pandang, Iloan., Yos Pawer Ambanta., dan Seri Maulina.2016. Pembuatan Asam Oksalat
Dari Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis guneensis) Dengan Hidroksida. Jurnal Teknik Kimia
USU. Vol.5 No.1
Tim. Farmasi. 2020. Modul Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Stikes Surya Global;
Yogyakarta
[Type here]