Anda di halaman 1dari 18

MENGHITUNG PERPINDAHAN PANAS KONDUKSI PADA SILINDER

A. Teori Dasar
Perpindahan panas adalah, ilmu yang mempelajari perpindahan energy karena perbedaan
temperature diantara benda atau material. Disamping itu, perpindahan panas juga meramalkan laju
perpindahan panas yang terjadi pada kondisi tertentu. Persamaan fundamental didalam
perpindahan panas merupakan persamaan kecepatan yang menghubungkan kecepatan perpindahan
panas diantara dua system dengan sifat termodinamika dalam system tersebut. Gabungan
persamaan kecepatan, kesetimbangan energy, dan persamaan keadaan termodinamis menghasilkan
persamaan yang dapat memberikan distribusi temperature dan kecepatan perpindahan panas. Jadi,
pada dasarnya teori perpindahan panas adalah termodinamika dengan persamaan kecepatan yang
ditambahkan.
Perpindahan panas konduksi yaitu perpindahan energi panas (kalor) tidak di ikuti dengan zat
perantaranya. Misalnya saja menaruh batang besi membara ke batang besi lain yang dingin. kita
tidak akan melihat besi membara itu bergerak namun tiba-tiba besi yang semula dingin akan
menjadi panas.
Contoh yakni satu logam panjang yang dipanaskan. Satu ujung logam panjang yang di beri
nama A dipanaskan maka beberapa saat kemudian ujung yang lain (kita sebut ujung B) juga akan
ikut panas. Pemanfaatan Konduksi dalam kehidupan sehari-hari sendiri bisa dengan mudah kita
temukan, misalnya saja saat memasak air maka kalor berpindah dari api (kompor) menuju panci
dan membuat air mendidih.

1. Perpindahan Perpindahan Panas Konduksi Konduksi pada Silinder Silinder


Berongga Berongga
Suat u silinder panjang berongga dengan jari-jari dalam ri, jari-jari luar ro dan panjang L dialiri
panas sebesar q. Suhu permukaan dalam Ti dan suhu permukaan luar T o.
Analogi listrik :

Aliran panas hanya berlangsung ke arah radial (arah r) saja. Luas bidang aliran panas dalam system
silinder ini adalah : A 𝑟 = 2 𝜋𝑟L

Sehingga hukum Fourier menjadi :


Kondisi batas (Boundary Condition, BC) :

(i) r = 𝑟𝑖 T = T1
(ii) r = 𝑟𝑜 T = To
Dengan kondisi batas di atas, persamaan aliran panas untuk koordinat silinder adalah :

Dalam hal ini tahanan thermalnya adalah:

Jika D adalah diameter silinder maka :


Persamaan aliran panas dapat ditulis,

Jika diameter dalam silinder (Di) > 0,75 diameter luar (Do), aliran panas bisa dicari dengan :

2. Perpindahan Perpindahan Panas Konduksi pada Dinding Dinding Lapis Rangkap


Berbentuk Berbentuk Silinder.
Sebuah silinder yang suhu permukaannya relatif tinggi dapat diisolasi dengan beberapa macam
bahan yang disusun seri.

Persamaan aliran panas untuk dinding lapis rangkap berbentuk silinder adalah :

q input = q output
Konduksi pada silinder tunggal.

Gambar II-4 Konduksi tunak pada silinder

Tinjau sebuah dinding silinder radial di mana masing-masing permukaannya bertemperatur


T1 dan T2 Gambar VI.4, dimana T1 lebih besar dari T2. Laju perpindahan panas konduksi q
adalah:
dT
q = -kA dr

Untuk mendapatkan laju perpindahan panas, perhatikan silinder infestisimal dengan jari-jari r
dan tebal dr. Luas permukaan pada silider infestisimal adalah:
A = 2p.r.L
Dengan demikian:
dT
q = -2p.r.L
dr
Integrasi persamaan di atas dari r1 sampai r2 menghasilkan:

❖ Contoh perpindahan panas secara konduksi pada slilinder dalam dunia otomotif, adalah:

1. Pada selang radiator , panas air yg telah melewati silinder blok berpindah dari bagian dalam
selang radiator menuju bagian luar selang radiator.
2. Pada knalpot , panas yg dikeluarkan dari sistem pembakaran mengalir melalui leher knalpot
dalam proses ini akan terjadib perpindahan panas melalui dinding leher knalpot

Konversi satuan :
• 1 m = 3.28084 feet
• 1 feet = 0.3048 m Suhu(T)
1. konversi dari celcius ke kelvin= Celcius + 273
2. konversi dari celcius ke reamur= Celcius x 0,8
3. konversi dari reamur ke celcius= Rheamur x 1,25
4. konversi dari celcius ke fahrenheit= (Celcius x 1,8) + 32
5. konversi dari fahrenheit ke celcius= (Fahrenheit – 32) / 1,8
6. konversi dari rheamur ke fahrenheit= (Rheamur x 2,25) + 32 Kecepatan aliran
panas (Q)
✓ 1 W = 1 Nm/s = 1 J/s =3600 J/h
✓ 1 W = 3,412142 Btu/h
✓ 1 W = 0,000948 Btu/s
✓ 1 ft lb/s = 1.3558 W
✓ 1 Btu/s = 1055,1 W
✓ 1 Btu/h = 0,293 W

Contoh soal 1
Air panas mengalir melalui sebuah pipa yang mempunyai 𝑟𝑜 =25mm dan 𝑟1 = 40 mm seperti
terlihat pada gambar di bawahh. Temperature air dalam pipa 300°𝑐 temperature udara sekeliling
20°𝑐 . konduktifitas panas pipa adalah 40 (w/m°K), hitunglah laju aliran panas per meter panjang
pipa.

Jawab:

Diketahui: 𝑟𝑜=25mm =0,025 m


r₁= 40mm = 0,04 m
tₒ= 300 OC = 573 °K
t₁= 20 OC = 293 °K
k = 40 W/n ° K
Ditanya : q/L = ¼….?
Asumsi
• Steady state
• Sifat fisik pipa konsten tidak di pengaruhi temperature
• Temperature airmasuk pipa sama dengan temperature keluar pipa.

Penyelesian:
Untuk penyelesaian soal ini digunakan persamaan fourier sbb;

Jika persamaan ini di intergralkan akan menjadi.


Contoh soal 2

Sebuah pipa uap panas mempunyai suhu dalam 250 oC. Diameter dalam pipa adalah 8 cm,
tebalnya 5,5 mm.Pipa itu dilapisi dengan lapisan isolasi yang mempunyi k = 0,5 W/m.oC setebal
9 cm, diikuti dengan lapisan lain dengank = 0,25 W/m.oCsetebal 4 cm. Suhu luar isolasi adalah 20
oC. Hitunglah kehilangan kalorper satuan panjang andaikan k = 47 W/m.oC untuk pipa!

Contoh soal 3

Uap panas lanjut pada 300oF mengalir pada pipa baja diameter 6-in schedule 40. Kemudian
pipa baja tersebut diisolasi dengan bahan 85% magnesia dan tebal 3-in. Hitunglah laju rugi aliran
energi panas per panjang pipa (dalam ft) dan tahanan thermalnya, dimana koefisien perpindahan
panas konveksi pada sisi dalam dan luar pipa masing-masing adalah h1 = 30 Btu/h. ft2. oF dan h2
= 5 Btu/h. ft2. oF.

Diketahui : seperti soal dan gambar 3.4


Ditanya : laju rugi aliran perpindahan panas pada pipa dan tahanan thermalnya
Diasumsikan : pipa baja dalam kondisi steady state dan satu dimensi, konduktivitas thermalnya
adalah konstan dan pipa adalah 1% baja karbon
Penyelesaian: Dari tabel pipa dengan diameter nominal 6-in schedule 40 diperoleh:

Dari tabel material pada temperatur 68oF diperoleh nilai konduktivitas:


Contoh soal 4

Uap panas lanjut pada temperatur 575oC dari boiler dan dialirkan ke turbin uap untuk
menghasilkan daya melalui pipa baja (kpipa = 35 W/m. K), seperti gambar 3.5, yang diameter
dalamnya 300 mm dan tebal dinding 30 mm. Untuk mengurangi rugi energi panas ke lingkungan
dan untuk menjaga temperatur permukaan luar pipa dalam kondisi aman, maka dipasang material
isolasi yaitu calcium silicate (kisolasi = 0,1 W/m. K) terhadap permukaan luar pipa, sementara
bahan isoalsi tersebut dibungkus dengan pelat aluminium tipis yang memiliki emisivitas = 0,20.
Sementara itu, temperatur udara linkungan dan dinding power plant adalah 27oC. Asumsikan
bahwa temperatur permukaan dalam pipa sama dengan temperatur uap dan koefisien konveksi
dinding luar pelat aluminium adalah 6 W/m. K, berapa tebal minimum bahan isolasi yang
dibutuhkan untuk menjaga temperatur aluminium tidak lebih dari 50oC?. Dan berapa rugi energi
panas per satuan panjang pipa?.

Diketahui: seperti soal dan gambar 3.5.

Ditanya : seperti soal


Diasumsikan : Sistem dalam kondisi steady sate-satu dimensi, perpindahan panas konduksi
sistem radial, abaikan tahanan thermal konduksi untuk pelat aluminium, sifat-sifat
thermodinamika sistem dan fluida adalah konstan, abaikan tahanan thermal
konveksi pada sisi uap dan sistem berada dalam ruangan yang besar.
Penyelesaian : Berdasarkan persoalan dan gambar 3.5 dapat ditentukan persamaan keseimbangan
energi pada sisi luar pelat aluminium:
persamaan persoalan tersebut dapat diselesaikan melalui proses trial and error, dengan batas
maksimum error 10−5 maka dihasilkan : r₃= 0,39442065 = m ≈ r₃= 0,39442 , dan tebal isolasi
adalah:

Sehingga laju perpindahan panas konduksinya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
(b):
Daftar Refrensi

Frank Kreith, Raj M. Manglik, Mark S. Bohn, “Principles of Heat Transfer”, Seventh
Edition, Cengage Learning, Inc, 2011.
PERPINDAHAN PANAS KONDUKSI PADA SISTEM SILINDRIS

Sistem termal berbentuk silinder banyak dipergunakan pada beragam jenis instalasi industri
untuk berbagai keperluan proses pemanasan, pendinginan, penguapan, dan lain-lain. Proses
pertukaran energi panas di dalam peralatan penukar kalor untuk keperluan berbagai proses tersebut
pada umumnya didominasi oleh mekanisme perpindahan panas konduksi dan konveksi. Fokus
utama para pelaku industri adalah bagaimana memperoleh rancangan sistem termal yang baik
sehingga dapat beroperasi pada kinerja dan efektifitas perpindahan panas yang tinggi. Apabila hal
tersebut terealisasi maka dapat memberikan kontribusi terhadap efisiensi energi pada instalasi
industri. Agar dapat memberikan kontribusi terhadap upaya tersebut, maka diperlukan pemahaman
yang baik tentang konsep dan prinsip perpindahan energi panas pada sistem termal silindris, dan
materi pada postingan ini akan mengulas tentang konsep dan prinsipprinsip tersebut beserta contoh
penerapannya.
PERPINDAHAN PANAS KONDUKSI PADA SISTEM SILINDRIS
Pada bagian pertama akan dibahas konsep perpindahan panas konduksi pada sebuah sistem
termal silindris dengan geometri yang sederhana. Kemudian pada bagian selanjutnya akan diulas
prinsip untuk memperkirakan lamanya energi panas dipindahkan pada suatu bahan tertentu dari
suatu permukaan lainnya yang bertemperatur lebih rendah, serta konsep tahanan termal bahan.
Kebanyakan sistem termal yang dipergunakan di industri adalah sistem termal berjenis tubular,
yaitu sistem termal dengan komponen utama berbentuk kumpulan pipa atau tube dengan
permukaan perpindahan panas berbentuk silinder sebagai media tempat terjadinya pertukaran
energi panas. Pada Gambar 1 adalah salah satu contoh sederhana tentang gambar proses pertukaran
energi panas yang berlangsung pada salah satu pipa yang terdapat di dalam sebuah alat penukar
kalor tubular.
Pada gambar tersebut, aliran fluida yang mengalir di bagian dalam pipa adalah aliran fluida
pendingin yang akan menyerap sejumlah tertentu energi panas yang berasal dari aliran fluida yang
lebih panas yang bersirkulasi dan berkontak dengan permukaan luar pipa.Karena adanya perbedaan
temperatur antara aliran fluida di luar pipa dengan aliran fluida yang bersirkulasi di dalam pipa
maka terdapat sejumlah tertentu energi panas yang ditransmisikan dari aliran fluida panas ke arah
aliran fluida dingin di dalam pipa melalui perantaraan dinding pipa bagian luar ke permukaan
dinding pipa bagian dalam.
Jika perpindahan panas konduksi dianggap hanya berlangsung dalam arah tegak lurus permukaan
atau dalam arah radial maka laju perpindahan panas konduksi radial (Qw) per satuan luas
permukaan dapat dinyatakan oleh persamaan:
Qw/Ar = -k dT/dr (Persamaan 1)
Dimana:
Ar = Luas permukaan perpindahan bagi permukaan yang memiliki jari – jari
sebesar r k = konduktivitas termal bahan pipa
dT/dr = Gradien atau perubahan tempeatur dalam arah r
Sementara itu, karena harga r bervariasi sepanjang arah radial maka luas permukaan Ar dapat
dinyatakn dengan persamaan:
Ar = 2 π r L (Persamaan 2)

Kemudian dengan menggunakan persamaan (2) maka persamaan (1) dapat ditulis sebagai berikut:
Qw = -K (2π r L)dT/dr (Persamaan 3)
Atau
Qw dr/r = -k (2π L)dT (Persamaan 4)
Selanjutnya, apabila persamaan tersebut diintegrasikan dari mulai permukaan dalam yang berjari
– jari sebesar ri dan bertemperatur Twi, ke permukaan luarnya yang berjari – jari ro dan
bertemperatur Two maka kita akan memiliki persamaan
Qw ln (ro/ri) = 2 π k L (Twi – Two) (Persamaan
5) Integral dari ri sampai ro) dan (Integral dari Twi sampai ke Two)
Indeks w artinya wall atau dinding.
Kemudian, karena besarnya laju perpindahan panas Qw dan harga konduktivitas termal bahan pipa,
k dapat dianggap konstan, maka persamaan 5 dapat disederhakan menjadi berbentuk:
Qw ∫dr/r = – 2 π k L∫ dT (Persamaan 6)
Selanjutnya, jika persamaan 6 tersebut kita integrasikan maka kita akan memiliki persamaan:
Qw ln (ro/ri) = – 2 π k L (Two – Twi) (Persamaan 7)
Di sini, karena permukaan bagian dalam pipa lebih panas maka Twi lebih besar daripada Two,
maka persamaan 7 dapat ditulis menjadi:
Qw ln (ro/ri) = 2 π k L (Twi – Two) (Persamaan 8)
Persamaan 8 tersebut juga dapat dituliskan dalam bentuk yang lain:

Qw = (Twi – Two)/ [ln(ro/ri)/ 2 π k L] (Persamaan 9)


Atau
Qw = (Twi – Two)/Rw (Persamaan 10)
Dengan Rw adalah tahanan termal dinding pipa:

Rw = ln (ro/ri) /2 π k L (Persamaan
11)
Persamaan 11 memperlihatkan bahwa semakin tebal dinding pipa maka akan semakin besar pula
tahanan termal konduksi yang dimilikinya, sehingga laju perpindahan panasnya atau juga
efektifitas perpindahan panasnya dapat menjadi lebih rendah.
Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mantab tentang prinsip perpindahan panas yang
dibahas di atas maka marilah kita tinjau contoh soal 1 di bawah ini:
Contoh Soal 1:
Pada contoh soal ini kita akan menghitung seberapa besar laju perpindahan energi panas
secara konduksi dari permukaan dalam pipa ke permukaan luar sebuah pipa penukar kalor. Dalam
hal ini dinding pipa penukar kalor kita anggap terbuat dari bahan tertentu yang memiliki
konduktivitas termal bahan 52 W/mK.
Pipa tersebut berdiameter dalam 16 mm, diameter luar 20 mm, dan panjang pipa 3 m. Sementara
itu, di bagian dalam pipa bersirkulasi aliran fluida oli panas yang menyebabkan temperatur
permukaan bagian dalam pipa 80 °C. Sementara itu, temperatur permukaan luar pipa diketahui
sebesar 30 °C.

Pembahasam:
Besarnya laju perpindahan energi panas secara konduksi dari permukaan dalam pipa ke
permukaan pipa penukar kalor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 9
Qw = (Twi – Two)/ [ln(ro/ri)/ 2 π k L]
Sebelum menggunakan persamaan tersebut, terlebih dahulu kita identifikasi besaran-
besaran apa saja yang sudah diketahui, kemudian menyetarakan satuan-satuannya.
Di sini kita memilih bekerja dengan satuan SI, sehingga kita memiliki data berikut:
Temperatur dalam pipa, Twi = 80 °C = (80 + 273) K = 353 K
Temperatur luar pipa, Two = 30 °C = (30 + 273) K = 303 K
Konduktivitas termal bahan pipa, k = 52 W/mK
Panjang pipa, L = 3 m
Jari-jari dalam pipa, ri = 16 mm/2 = 8 mm = 0,008 m
Jari-jari luar pipa, ri = 20 mm/2 = 10 mm = 0,01 m
Setelah semua besaran tersebut telah berada dalam sistem satuan standar yang sama, maka
barulah kita melakukan perhitungan.
(Twi – Two) = 353 K – 303 = 50 K
ln (ro/ri) = 0,22
Selanjutknya dengan menggunakan persamaan:

Qw = (Twi – Two)/ [ln(ro/ri)/ 2 π k L]


Perhitungan memberikan hasil:
Qw = 219.518 W = 219.518 J/s
Hal tersebut berarti bagi sistem termal dengan kondisi termal seperti yang diberikan di atas,
laju perpindahan panasnya adalah sebesar 219.518 J/s atau 219,5 kJ/s. Dalam arti yang lain,
pada sistem termal tersebut terdapat sejumlah energi panas sebesar 219.518 Joule yang
ditransmisikan per detik dari permukaan bagian dalam ke permukaan bagian luar pipa.

Anda mungkin juga menyukai