Anda di halaman 1dari 17

507

PERJANJIAN BUILD AND TRANSFER ANTARA PEMERINTAH DAERAH


DENGAN PIHAK SWASTA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
(Studi Di Nusa Tenggara Barat)
Zainal Asikin
Fakultas Hukum Unram
E-mail: asikinzainal@yahoo.com

Abstract

Undergoing local authority does not always bring with it advantage to the local government, but this
may challenge the local government to make efforts to support and fund its governmental develop-
ment. On of the ways out is by working in cooperation with private enterprises based the law of
local execution. This study is intended to analize the cooperative agreement of local government
with build and transfer model which is adopted widely by some local governments in Indonesia.
Through normative juridical study along with statute and case approaches, it is found the coopera-
tive agreement of build and transfer in Indonesia is ruled by some official regulations which have
different substantive points and have conflicted norms and vague rules related to legal subyect,
procedures or mechanism of having agreement. In the future it is needed to issue legal decision re-
lated to cooperative agreement between the local government and private enterprises which is
more comprehensively in order to resolve the legal affairs or disputes.

Key words: build and transfer, infrastructure, bouwheer

Abstrak

Pemberian otonomi membawa tantangan bagi daerah untuk mencari dan mengusahakan sendiri
sumber keuangan untuk pembiayaan pembangunan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
melalui kerjasama daerah dengan pihak swasta sebagaimana yang diatur dalam Pasal 192 UU No.32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara yuridis
dan empiris perjanjian kerjasama daerah dengan model build and transfer yang banyak dilakukan di
berbagai daerah. Melalui penelitian yuridis normatif, serta dengan pendekatan perundang undangan
(statute approach) dan pendekatan kasus (case approach), maka penelitian ini menunjukkan bahwa
perjanjian kerjasama build and transfer di Indonesia diatur dalam berbagai perturan hukum yang
satu sama lain memiliki substansi yang berbeda dan mengandung konflik norma dan kekaburan hukum
yang berkaitan dengan subyek hukum dan mekanisme pembuatan perjanjian. Pada masa yang akan
datang diperlukan unifikasi hukum yang mengatur tentang perjanjian kerjasama Pemerintah dalam
bentuk Peraturan Pemerintah yang lebih komprehensif agar dapat menjawab persoalan hukum yang
terjadi dalam praktik.

Kata kunci: build and transfer, infrastruktur, bouwheer

Pendahuluan daerah dalam mencapai sasaran pembangunan


Pembangunan daerah merupakan bagian nasional secara efisien dan efektif, termasuk
intergral dan merupakan penjabaran dari pem- penyebaran hasilnya secara merata di seluruh
bangunan nasional dalam rangka pencapaian Indonesia dan tujuannya yang hakiki dapat ter-
sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan wujud.
potensi, aspirasi dan permasalahan pembangun- Secara filosofis dua tujuan utama yang
an di daerah. Kunci keberhasilan pembangunan ingin dicapai dari penerapan kebijakan desen-

tralisasi dan otonomi daerah adalah tujuan: de-
Penelitian ini hasil Kerjasama dengan Lembaga Pene-
litian Unram (LPM Unram) Tahun 2010-2011 No. Kontrak mokrasi dan kesejahteraan. Tujuan demokrasi
010/LPM-Unram/2011 adalah memposisikan daerah sebagai instru-
508 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

men pendidikan politik di tingkat lokal yang se- batasan yang ditentukan oleh undang-undang.
cara agregat akan menyumbang terhadap pen- Otonomi mengandung pengertian kemandirian
didikan politik secara nasional sebagai elemen (zelfstandigheid) untuk mengatur dan meng-
dasar dalam menciptakan kesatuan dan persa- urus sendi-ri sebagian urusan pemerintahan
tuan bangsa serta mempercepat terwujudnya yang diserahkan atau dibiarkan sebagai urusan
masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. rumah tangga satuan pemerintahan yang lebih
Suatu negara yang menganut kebijakan rendah. Berdasarkan hal tersebut, esensi oto-
publik desentralisasi dan otonomi daerah, seca- nomi adalah kemandirian, yaitu kebebasan un-
ra prinsip ditandai dengan adanya penyerahan tuk berinisiatif dan bertanggung jawab sendiri
seba-gian urusan pemerintah (devolution of mengatur dan mengurus pemerintahan yang
power) yang sebelumnya menjadi kewenangan menjadi urusan rumah tangganya.2 Dalam rang-
pusat kemudian menjadi kewenangan daerah. ka agar Pemerintah daerah mampu melaksana-
Ada dua pola yang lazim dipergunakan secara kan otonominya secara maksimal sebagai ins-
universal, pola pertama yaitu pola otonomi ter- trumen demokratisasi dan kesejahteraan di
batas yaitu kewenangan daerah hanya terbatas tingkat lokal, maka ada 7 elemen dasar yang
pada urusan urusan pemerintahan yang ditetap- membentuk pemerintah daerah sebagai suatu
kan secara limitatif oleh peraturan perundang entitas pemerintahan, yaitu urusan pemerinta-
undangan yang ada sebagaimana dianut oleh han, kelembagaan, keuangan daerah, perwakil-
Inggris. Urusan pemerintahan yang diserahkan an daerah, pelayanan publik dan pengawasan.
dalam pola otonomi terbatas secara empiris Ketentuan Pasal 1 angka 5 Undang-un-
merupakan urusan yang terkait dengan penye- dang No. 32 Tahun 2004, menyebutkan otonomi
lenggaraan pelayanan dasar (basic services) se- daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban
perti pendidikan, kesehatan, lingkungan, trans- daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
portasi, perumahan dan urusan yang menyang- sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
kut kepentingan lokal lainnya. Pola kedua ada- masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
lah pola otonomi luas (general competence) ya- perundangan. Dalam penjelasan atas UU No. 32
itu daerah diberikan kewenangan yang luas un- Tahun 2004 butir 6 ditegaskan prinsip otonomi
tuk mengatur dan mengurus urusan pemerin- daerah menggunakan prinsip otonomi yang se-
tah yang terkait dengan kepentingan masyara- luas luasnya dalam arti daerah diberikan kewe-
kat daerah, kecuali urusan pemerintah yang nangan mengurus dan mengatur urusan peme-
menimbulkan dampak nasional dan internasio- rintahan diluar yang menjadi urusan Pemerin-
nal.1 Indonesia menganur prinsip desentralisasi tahan yang ditetapkan dalam undang-undang
dan otonomi luas, artinya daerah diberikan ke- ini. Daerah memiliki kewenangan membuat ke-
wenangan yang luas untuk mengatur dan me- bijakan daerah untuk memberi pelayanan, pe-
ngurus urusan pemerintahan yang menjadi ke- ningkatan peran serta, prakarsa dan pemberda-
pentingan masyarakat daerah kecuali, urusan yaan masyarakat yang bertujuan pada pening-
pertahanan, urusan keamanan, urusan politik katan kesejahteraan rakyat dan dilaksanakan
luar negeri, urusan moneter dan fiscal nasional, secara bertanggungjawab. Daerah dapat mem-
urusan yustisi, urusan agama. buat perjanjian bahkan kerjasama luar negeri
Pelaksanaan otonomi merupakan perwu- untuk memajukan daerahnya sendiri.3 Kewena-
judan dari semangat Pasal 18 Undang Undang ngan Pemerintah (daerah) membuat perjanjian
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI sesuai dengan prinsip kebebasan berkontrak.4
1945). Menurut Bagir Manan, otonomi merupa-
kan pengakuan atas kebebasan daerah untuk 2
Ibid, hlm. 14.
berprakarsa mengatur dan mengurus urusan pe- 3
Noer Indriati, “Perjanjian Internasional Oleh Daerah Se-
bagai Kewenangan Otonomi Daerah”, Jurnal Dinamika
merintahan sesuai dengan tata cara dan pem- Hukum, Vol 10 No.1, Januari 2010, Purwokerto: FH Un-
soed, hlm. 40.
1 4
BAPPENAS, 2006, Penyelenggaran Pemerintahan dan Widya Sari, “ Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Hukum
Pembangunan Daerah, Jakarta: BAPPENAS, hlm. 12–13. Perjanjian Indonesia”, Jurnal Ilmiah Pendidikan, Seja-
Perjanjian Build and Transfer antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Swasta dalam… 509

Kemampuan pemerintah untuk membangunan kanal, waduk, tanggul, pengelolahan limbah,


daerah dengan mempergunakan sumber ke- perlistrikan, telekomunikasi, pelabuhan secara
uangan tersebut sangatlah terbatas, untuk itu- fungsional, infrastruktur selain fasilitasi akan
lah diperlukan upaya pemerintah daerah melak- tetapi dapat pula mendukung kelancaran akti-
sanakan fungsinya dengan efektif dan efisien vitas ekonomi masyarakat, distribusi aliran pro-
mencari sumber-sumber pendanaan melalui duksi barang dan jasa sebagai contoh bahwa ja-
kerjasama dengan pihak ketiga. Berdasarkan lan dapat melancarkan transportasi pengiriman
berbagai pandangan di atas maka tersimpul bahan baku sampai ke pabrik kemudian untuk
bahwa tanpa adanya biaya yang cukup tidak distribusi ke pasar hingga sampai kepada ma-
mungkin suatu daerah dapat menyelenggarakan syarakat. Dalam beberapa pengertian, istilah
tugas, kewajiban serta kewenangan yang ada infrastruktur termasuk pula infrastruktur sosial
padanya dalam mengatur dan mengurus rumah kebutuhan dasar seperti antara lain termasuk
tangganya secara lebih maksimal. sekolah dan rumah sakit. 5
Sebagai solusi mengatasi kesulitan terse- Berdasarkan amanat undang-undang di
but, maka pada ketentuan Pasal 195 UU No. 32 atas, maka terlihat bahwa format hukum yang
Tahun 2004 ditetapkan sebagai berikut: di-amanatkan secara normatif bagi pemerintah
daerah adalah perjanjian kemitraan dengan pi-
a. Dalam rangka peningkatan kesejahte- hak ketiga. Dalam prakteknya pemerintah dae-
raan rakyat, daerah dapat mengada- rah kerapkali membuat perjanjian perjanjian
kan kerjasama dengan daerah lain
yang didasarkan pada pertimbangan dengan pihak ketiga dalam bentuk build and
efisiensi dan efektivitas pelayanan transfer (BT), desain bangun (design build)
publik, sinergi dan saling menguntung- atau full finance sharing.6
kan; Definisi tentang build and ransfer dalam
b. Kerjasama sebagaimana dimaksud pa- literatur hukum perdata tidak dijumpai secara
da ayat (1) dapat diwujudkan dalam
bentuk badan kerjasama antar daerah tegas. Build and transfer yang merupakan sis-
yang diatur dengan keputusan bersa- tem pembiayaan dapat dipergunakan dalam
ma proses pengembangan infrastruktur sektor
c. Dalam penyediaan pelayanan publik, swasta atau yang disebut dengan sistem pe-
daerah dapat bekerjasama dengan pi- ngembangan infrastruktur. Dalam makalah yang
hak ketiga.
d. Kerjasama sebagimana dimaksud pada disampaikan dalam National Planing Commision
ayat (1) dan ayat (3) yang membebani Nepal, Singa Durbar menjelaskan bahwa
masyarakat dan daerah harus menda-
patkan persetujuan DPRD. “Any one of the following systems (here
after called Infrastructure Development
Keterlibatan pemerintah dalam bidang system) can be adopted in the process of
ekonomi dengan membuat pejanjian atau kon- infrastructure development from the pri-
trak bisnis tidak lepas dari tujuan pemerintah vate sector :
untuk memperkuat negara dengan jalan aku- a. Build, operate and transfer ;
b. Build own and operate;
mulasi kekayaan atau kapital, oleh sebab itu c. Build own, operateand transfer ;
pembangunan ekonomi harus diprioritaskan ter- d. Build, own, operate and sell;
utama dengan membangun sarana prasarana e. Build ,Transfer and operate;
untuk pelayanan publik (infrastruktur publik). f. Lease in develop and operate ;
Istilah ini umumnya merujuk kepada hal infra-
struktur teknis atau fisik yang mendukung jari-
ngan struktur seperti fasilitas antara lain dapat 5
Sullivan Arthur, “Economics: Principles in action”,
berupa jalan, kereta api, air bersih, bandara, Journal Economic, Upper Saddle River: New Jersey
Pearson Prentice Hall., August, 2003, hlm. 474.
6
Mahmudi, “Kemitraan Pemeritah Daerah Dan Efek-
rah dan Sosial Budaya, Vol. 10, No. 3, Januari 2009, tifitas Pelayanan Publik“, Jurnal Sinergi-Kajian Bisnis
hlm. 232-247. dan Menejemen, Vol.9 No.1, Januari 2007, hlm 56
510 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

g. Rehabilitate, operate and Trans- rana umum dengan biaya yang relatif besar
fers.”7 yang tidak mampu dibiayai oleh pemerintah
daerah, sehingga pemerintah daerah memberi-
Build and transfer atau design build ada-
kan kesempatan kepada pihak swasta untuk
lah bentuk desain bangun antara pemerintah
membangunnya dengan nilai atau harga yang
(daerah) dengan swasta untuk melakukan de-
disepakati dan setelah bangunnya selesai, maka
sain dan membangun fasilitas sesuai dengan
pihak swasta menyerahkan bangunan tersebut
standar kinerja yang dibutuhkan pemerintah
kepada pemerintah daerah dan kemudian pe-
(daerah) dan ketika fasilitas layanan telah jadi,
merintah daerah akan membayar secara menci-
fasilitas itu diserahkan kepada pemerintah dan
cil nilai atau harga bangunan tersebut menurut
menjadi milik pemerintah.
kesepakatan. Keterlibatan pihak swasta tentu-
Build and transfer dan lembaga lainnya
nya didasarkan untuk keinginan mencari keun-
seperti build operate and transfer8 merupakan
tungan dengan menghindari resiko yang besar
fasilitas swasta resmi yang pertama kali dite-
dan tanggung jawab yang berlebihan, sehingga
rapkan di Turki pada tahun 1984 sebagai bagian
pihak swasta cenderung menerapkan prinsip ke-
dari program privatisasi dalam pengembangan
hati-hatian dalam melakukan kerjasama dengan
infrastruktur untuk negara-negara Asia, privati-
pemerintah (yang seluruh modalnya dari swas-
sasi tersebut menjelma dalam bentuk keterli-
ta), serta adanya pendeapat kewajaran ten-
batan swasta yang melayani kontrak dengan pe-
tang bisnis tersebut.10
merintah. Hal teresebut terungkap dalam The
Beberapa persoalan hukum kontrak ter-
Role of Build Operate Transfer in Promoting
utama build and transfer yang menjadi kajian
RES project, sebagai berikut :
ini semakin terlihat adanya penomena hukum
At the some time, Asia was experiencing yang menyelimuti aspek hukum dari build and
an economic boom that opened the doors transfer, yaitu adanya suatu kekaburan hukum
for new forms of project delivery, based dan kekosongan norma,11 karena berbagai as-
on the principle of privatization. Ernis pek yang mengatur build and transfer belum
and Pham (1994) refer to privatization as diatur secara khusus, akibatnya praktik praktik
a process in which the delivery of goods
and services, usually administered by the kemitraan dan perjanjian yang dilakukan oleh
government, is shifted to the private pemerintah (daerah) dalam membuat perjanji-
sector. Privatization can be divided in to an build and transfer cenderung menimbulkan
primarily three areas: the selling of go- persoalan hukum. Fenomena hukum di Indone-
vernmental holding, the subcontracting sia yang masih tertinggal, bukan saja pada sek-
of government services to private under-
takers, and the subcontracting of finan- tor perjanjian (kontrak), bahkan pada sektor
cing and developing publict facilities.9 lainnya pun memerlukan pembaruan. A Ende-
shaw menyatakan:
Kontrak atau perjanjian yang dibuat oleh pe-
merintah daerah dengan pihak swasta dengan “The persisting ignorance of developing
sistem build and tranfer, dimana pihak swasta countries, including Indonesia policy ma-
menyediakan sejumlah dana untuk membangun kers and so called experts in Indonesia
that the forms and scope of IP need to
suatu proyek infrastruktur berupa sarana prasa-
10
Maryann Waryhas, “It Looks Like a Good Deal- But Is It
7
Singa Durbar, 2000, National Planing Commision, Kath- a Fair Deal “, The Journal Publication of Stout Risius
mandu, hlm. 1. Ross, Fall 2005, SRR, hlm 2; Lyman PQ Jhonson,
8
Nyoman Marta Jaya, “Analisis Perbandingan Kerjasama “Corporate Officer and Business Jugmen Rule”, Journal
Proyek Antara Sistem BOT dan Turn Key (Studi Kasus The Business Lawyer, Vol. 60, February 2005, Was-
Pro-yek Multi Investmen PT.Pesero Pos Indonesia), hington and Lee University, hlm 119; Tambosso P.Eng ,
Jurnal Ilmiah Tehnik Sipil, Vol.12, No.01, Januari 2008, “Fairness Opinion- Why- or Why Not”, Journal Dailly,
hlm. 14. April, 2008, hlm. 15.
9 11
Europen Comission (Directorate General for Energy and Lalu Hadi Adha, “Kontrak Build Operate Transfer
Transport) Contract No. NNE52002/52: OPET CHP/DH Sebagai Perjanjian Kebijakan Pemerintah Dengan Pihak
cluster: The role of Build Operate Transfer in Promo- Swasta”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol.11 No.3.
ting RES project, Desember 2003, hlm. 16. September 2011, Purwokerto: FH Unsoed, hlm. 536.
Perjanjian Build and Transfer antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Swasta dalam… 511

be congruent with the level and type of bahan hukum (legal materials) dan analisa kri-
cultural, social economic and technolo- tis (critical analysys) terhadap bahan hukum
gical substructure within a society has dengan melakukan penelusuran (explorative),
left them prey to transplant of law and
rules that meet the requirements of the pengkajian mendalam (inquiry) dan penafsiran
most industrially developed nations.”12 (interpretation)). Dalam melakukan penelitian
ini disamping menggunakan metode normatif
Menurut Yudi Kristiana, kehadiran hukum bukan juga akan dilakukan pendekatan kasus. Oleh se-
untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu bab itu, di samping mengumpulkan bahan hu-
yang lebih luas, untuk itulah jika terjadi per- kum berupa beberapa peraturan baik undang
masalahan dalam hukum maka hukumlah yang undang sampai peraturan daerah, juga dikum-
harus diperbaiki.13 pulkan beberapa bahan dokumen kontrak yang
Berdasarkan persoalan hukum di atas, terkait dengan objek penelitian di NTB.
maka penelitian ini menjadi penting untuk
mengkaji bagaimana hukum di Indonesia meng- Pembahasan
atur tentang perkembangan kontrak build and Konsep Kerjasama Build and Transfer antara
transfer dan bagaimana praktek build and Pemerintah Daerah dengan Pihak Swasta
transfer itu dilakukan oleh pemerintah daerah. Secara teoritis ada beberapa model pela-
Hasil penelitian ini tentunya akan sangat ber- yanan yang dilakukan oleh pemerintah.14 Perta-
manfaat baik secara teoritis bagi pengemba- ma, governance service di mana pemerintah
ngan ilmu hukum kontrak dan secara praktis da- memberikan semua jenis pelayanan publik ke-
pat menjadi masukan bagi pemerintah dalam pada masyarakat. Pemerintah menjalankan
menyusun peraturan hukum yang sesuai dengan fungsi sebagai pengatur pelayanan (service ar-
perkembangan masyarakat. ranger) dan produsen pelayanan (service produ-
cer); kedua, intergogovernmental agreement,
Permasalahan dimana pemerintah pusat dapat mendelegasi-
Berdasarkan atas pemahaman dan pokok kan kewenangan kepada pemerintah daerah
pikiran yang tersirat dalam pendahuluan, maka untuk memberikan pelayanan. Dalam model ini
ada dua permasalahan yang akan dibahas pada konsumen membayar secara langsung biaya
artikel ini. Pertama, mengenai pengaturan hu- pelayanan kepada pemerintah daerah atau yang
kum perjanjian antara pemerintah daerah de- menjalankan fungsi provisi, sedangkan fungsi
ngan pihak swasta terutama build and trans- produksinya tetap berada pada pemerintah pu-
fers; dan kedua mengenai konsep build and sat; ketiga, government vending, dalam hal ini
transfer dan penerapannya di dalam praktik di konsumen (individu/organisasi) bertindak seba-
Nusa Tenggara Barat. gai pengatur (service arranger) dan membayar
kepada pemerintah atas sejumlah pelayanan
Metode Penelitian publik, misalnya seorang individu dapat meng-
Penelitian hukum (legal research) Ini di- gunakan tenaga polisi untuk mengontrol (me-
lakukan sesuai dengan kekhasan yang dimiliki ngawasi) penonton dalam pertandingan olah ra-
oleh ilmu hukum (jurisprudence) yang tentunya ga yang dimiliki secara pribadi; keempat, con-
berbeda dengan ilmu sosial (social science) dan tract, dimana pemerintah dapat mengontrak
ilmu alam (natural science). Metode penelitian atau memberikan mandat kepada perusahaan
hukum mempunyai ciri yang khusus penggalian negara (perusahaan daerah) untuk memberikan
pelayanan. Pihak yang dikontrak adalah perusa-
12 haan swasta, misalnya pemerintah mengontrak
A.Endeshaw, “Intellectual Property and the WIPO Deve-
lopment Agenda”, Journal of Information Law and Te- perusahaan swasta untuk penyapuan jalan, pe-
chnology, Special Issue, No,1, June, 2007, hlm. 15; “”
( Dr.)
meliharaan lampu jalan, pemeliharaan traffic
13
Yudi Kristiana, “Ketika Hukum Tidak lagi Otentik”,
14
Jurnal Supremasi Hukum, Jakarta: Universitas Sahid, Nurdjaman Arsyad, 1992, Keuangan Negara, Jakarta:
Vol IV No.1, Oct-Maret 2011, hlm. 7. Intermedia, hlm. 38.
512 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

light dan lain lain, konsumen membayar secara masyarakat, adalah sebagai berikut. 16 Pertama,
langsung biaya pelayanan yang diterima kepada model classical public adminstration, yang
produsen; keempat, grand, pemerintah mem- memberikan perhatian bagaimana pemerintah
berikan subsidi kepada produsen dengan tujuan melakukan tindakan administrasi secara demo-
menurunkan harga barang dan jasa pelayanan, krasi, efisien, efektif dan bebas dari manipulasi
misalnya pemerintah memberikan penurunan kekuasaan, serta bagaimana pemerintah dapat
nilai pajak kepada produsen agar nilai barang beroerasi secara tepat, cepat dan berhasil; ke-
yang akan dibeli oleh konsumen akan murah; dua, model menejemen publik baru (new public
kelima, voucher artinya konsumsi barang ter- managemen), yaitu suatu model bagaimana
tentu diarahkan pada konsumen tertentu, per- mentrasformasikan manajemen sektor swasta
usahaan memberikan pelayanan dibayar secara ke dalam organisasi publik serta mengembang-
langsung oleh pemerintah; keenam, franchise kan inisiatif pengaturan sistem seperti dere-
dimana pemerintah memberikan hak monopoli gulasi, privatisasi dan kontrak menejemen; mo-
kepada suatu perusahaan swasta untuk mem- del new public manajemen ini berkembang
berikan pelayanan dalam suatu batas geografis menjadi beberapa model, yaitu: (a) efficeincy
tertentu dan pemerintah memberi tarif yang drive yaitu model yang menekankan pentingnya
harus dibayar oleh konsumen. Dalam kasus ini efisiensi dengan menekankan betapa penting-
pemerintah melakukan fungsi sebagai pengatur nya sector public berperilaku seperti swasta,
perusahaan swasta, sedangkan konsumen mem- sehingga usaha ke arah itu harus dilakukan de-
bayar secara langsung kepada perusahaan swas- ngan cara meningkatkan pengawasan meneje-
ta itu; ketujuh, market, yaitu suatu sistem di- men keuangan, penghematan atau efisiensi,
mana kon-sumen memilih produsen barang dan penguatan fungsi penganggaran, penciptaan sis-
jasa yang dikehendaki sesuai dengan kualitas- tem informasi. Model ini terkait dengan gaya e-
nya tanpa campur tangan pemerintah. Peme- konomi politik Margaret Tactcher yang anti dan
rintah sama sekali tidak berperan baik sebagai mengeliminasi pemborosan dan pemerintahan
penyedia jasa maupun sebagai pengatur pelaya- yang birokratis. (b) Down sizing yaitu model
nan jasa (services arranger), semuanya tergan- yang memperkecil lingkup sektor publik de-
tung pada konsumen dan produsen; kedelapan, ngan menciptakan fleksibelitas organisasi, me-
voluntary service, yaitu suatu sistem dimana ngembangkan pola pelayanan yang fleksibel
lembaga swada-ya secara sukarela memberikan dan variatif, memperkuat desentralisasi tang-
pelayanan yang dibutuhkan masyarakat. Lem- gung jawab kegiatan dan anggaran ke tingkat
baga swadaya tersebut bertindak sebagai pe- bawah. Model ini akan memberikan perhatian
ngatur (service arranger) dan penyedia jasa terhadap pentingnya jaringan kerja (network)
(service producer); kesembilan, self service dengan organsasi lain diluar pemerintah, pen-
yaitu dimana penyediaan pelayanan dilakukan tingnya pembentukan aliansi strategis dengan
sendiri oleh individu/masyarakat; badan badan lain diluar pemerintah sebagai
Model pelayanan publik di atas merupa- bentuk baru kordinasi yang lebih luas. (c) In
kan ilustrasi aktivitas penyediaan pelayanan pu- search of excellence, yaitu model yang mene-
blik yang biasa dilakukan di Amerika. Model pe- kankan pentingnya pengaruh nilai, budaya, ri-
layanan publik di Indonesia telah muncul berba- tus dan simbol yang dapat mempengaruhi peri-
gai pola alternative pemenuhan pelayanan pub- laku individu dalam bekerja. Model ini memilik
lik dengan melibatkan sektor swasta yaitu build 2 (dua) pendekatan utama yaitu pendekatan
ope-rate and transfer (BOT), build operate and bottom–up dan pendekatan top down. Pende-
own (BOO) dan sebagainya.15 Tiga model inter- katan bottom-up memberikan penekanan pada
aksi kerjasama antara pemerintah, swasta dan
16
Antonius Tarigan, “Tranformasi Model New Governan-
15
Lalu Hadi Adha, “Kontrak BOT Sebagai Perjanjian Kebi- ce Sebagai Kunci Menuju Optimalisasi Pelayanan Publik
jakan (Beleid Overeenskomst)”, Jurnal Law Reform, di Indonesia”, Jurnal Usahawan, No.02 Th XXXII, Feb-
Vol. 4 No. 1, 2009, hlm 1. ruari 2003, hlm. 31.
Perjanjian Build and Transfer antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Swasta dalam… 513

pengembangan organisasi sebagai organisasi diaan pelayanan yang bersifat toll goods dapat
pembelajaran (learning organitation). Sedang- diserahkan kepada swasta dan masyarakat. Da-
kan top-down menekankan upaya upaya untuk lam kondisi ini pemerintah akan lebih berperan
memperlancar perubahan budaya organisasi, sebagai regulator atau fasilitator dan bukan se-
proyeksi visi secara top down dan kepemim- bagai produser.
pinan secara kharismatik dan menekankan pada Berdasarkan gambaran di atas, tampak
penekanan fungsi menejemen sumber daya masih ada keraguan antara sikap pemerintah
manusia. (d) Public service oriented suatu mo- yang ingin melepaskan persoalan penyediaan
del merefleksikan penyelarasan ide-ide dalam sarana publik kepada swasta dengan keinginan
manajemen sektor swasta ke dalam manajemen peme-rintah untuk mengatur secara lebih men-
sektor publik, serta penguatan kembali peran dalam tentang sistem pengadaan infrastruktur
manajer sektor publik dengan menerapkan ma- pulik tersebut. Keraguan itulah yang kemudian
najemen yang berkualitis tinggi secara lebih memunculkan model lain yang disebut new go-
meyakinkan yang sebelumnya telah dirusak vernance.
oleh berbagai malpraktik dan patologi. Karak- Ketiga, model new governance,17 suatu
ter model ini adalah memberikan pelayanan model dimana penyelenggaraan pemerintahan
yang berkualitas tinggi (prima), proses mana- dibangun berdasarkan pola interaksi baru anta-
jemen yang lebih merefleksikan kepentingan ra pemerintah dan masyarakat untuk mengem-
pengguna (user) lebih dari sekedar kepentingan bangkan dan menyediakan kebijakan dan pela-
konsumen, penekanan pada pembelajaran ma- yanan publik. Pada model manajemen publik
syarakat daripada sekedar penyediaan pelayan- baru menekankan ide pembaruan peran peme-
an rutin, serta menjamin partisipasi masyarakat rintah secara incremental melalui peningkatan
dan prinsip akuntabilitas. efisiensi ma-najemen sektor publik yang meng-
Beberapa gagasan di atas memiliki visio- andalkan pola hubungan kerja antar organisasi
ner yang baik dalam perbaikan pelayanan pub- di dalam, sedangkan pada new governance me-
lik, tetapi upaya untuk menerapkan dan meng- nekankan ide pembaruan proses pemerintah
adopsi model dan gagasan di atas ternyata ma- secara transformatif melalui peningkatan kapa-
sih diragukan. Keraguan itu muncul diakibatkan sitas pemerintah dan sistem pengaturan yang
oleh beberapa pertanyaan yaitu sejauhmana mengandalkan pola hubungan kerja dan inter-
prinsip prinsip manajemen sektor swasta dapat aksi antara organisasi pemerintah, swasta dan
diterapkan ke dalam manajemen sektor publik masyarakat secara kooperatif atau kemitraan.
dan bagaimana menggeser peran dan logika pe- Sistem pengaturan hukum kontrak dapat
merintah, serta mengembangkan hubungan ker- dibedakan menjadi dua macam yaitu closed
ja baru antara pemerintah, swasta dan ma- system dan open system. Sistem tertutup (clo-
syarakat dalam kultur yang lebih egaliter dan sed system) menentukan bahwa setiap orang
partisipatif. Pertanyaan pertama muncul kare- tidak diperkenankan untuk mengadakan hak
na pada dasarnya terdapat perbedaan karakter hak kebendaan baru selain yang sudah diatur
antara sektor swasta dan pemerintah. Perbeda- dalam undang-undang. Sistem terbuka (open
an itu berkaitan dengan pilihan publik (public system) adalah setiap orang bebas untuk me-
choice), kepentingan publik (public interest), ngadakan perjanjian baik yang sudah diatur
pemilikan publik (public ownership) dan kebu- maupun belum diatur dalam undang undang se-
tuhan kolektif dan keadilan. bagaimana diatur dalam Pasal 1338 ayat (1)
Ada pendapat yang sangat umum, bahwa KUH Perdata yang mengatur bahwa semua per-
peran pemerintah seyogyanya hanya dibatasi janjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
pada masalah masalah yang tidak bisa ditangani undang undang bagi mereka yang membuatnya.
swasta dan masyarakat seperti masalah perta- Lahirnya perjanjian baru build and transfer,
hanan dan keamananm, penegakan hukum dan
hubungan luar negeri. Penyelenggaraan penye- 17
Ibid, hlm. 32.
514 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

yang belum dikenal dalam Kitab Undang-undang muanya sudah menjadi kesatuan dalam kon-
Hukum Perdata atau disebut dengan perjanjian traktor.
innominaat, merupakan konsekwensi logis dari Berdasarkan ciri build and transfer atau
dianutnya sistem terbuka (open system) dalam kontak design and build, maka terlihat bebe-
sistem hukum kontrak di Indonesia. rapa kelebihan dan kekurangan dalam sistem
Build and Transfer adalah suatu perjanji- BT dibandingkan dengan kontrak pemborongan
an dimana kedudukan kontraktor hanya mem- yang konesional. Tanggung jawab hukum pihak
bangun proyek tersebut, setelah selesai diba- kontraktor bersifat single point responsibility
ngunnya proyek tersebut maka proyek yang dimana tang-gung jawab kontraktor bersifat ke-
bersangkutan di-serahkan kembali kepada pihak seluruhan. Tentu saja tanggung jawab seperti
bouwheer tanpa hak kontraktor untuk mengelo- itu akan sangat memudahkan dan memuaskan
la/memungut hasil atau revenue dari proyek bagi pihak bouw-heer (pemilik proyek). Penera-
tersebut. Sebaliknya sebagai imbalan untuk pan prisip tanggung jawab seperti itu mengaki-
membangun proyek tersebut, pihak bouwheer batkan bouwheer tidak lagi menyandarkan diri
memberikan imbalan tertentu sesuai dengan pada pendapat luar, misalnya tidak ada lagi di-
kesepakatan dan bisa dihitung dengan cost plus bedakan kesalahan yang disebabkan design
fee atau secara lumsum, sehingga build and fault, workmanship fault, manufacturing fault,
transfer dalam praktek disebut dan dipadankan atau assembly fault. Semua kesalahan menjadi
dengan kontrak design and build atau dalam tanggung jawab kontraktor tanpa dipisah pisah-
kontrak yang dibuat oleh Pemerintah Daerah di kan dan hal ini akan menghemat dalam penye-
NTB disebut full finance sharing. Selain itu, itu lesaian. Begitu besar tanggung jawab kontrak-
dikenal pula istilah turn key project sebagai tor secara tunggal (single liability), maka hal
padanan dari build and tranfer yaitu untuk me- tersebut dapat menjadi pendorong bagi kon-
nyamakannya dengan pemborongan biasa na- traktor untuk bekerja lebih bertanggung jawab
mun dengan sistem pambayaran dalam jangka terhadap ketepatan waktunya. Waktu pelaksa-
waktu yang lebih panjang dari pemborongan naan proyek akan lebih cepat dan lebih efisien
biasa. karena komunikasi antara bouwheer dengan
Ciri kontrak design and build (DB) atau kontraktor berjalan lebih intensif
build and transfer adalah sebagai berikut. Per- Namun demikian, secara teoritis dijum-
tama, syarat terhadap bangunan (proyek) yang pai pula beberapa kelemahan dengan sistem
akan dibangun ditetapkan oleh bouwheer, se- build and transfer atau design and build. Per-
lanjutnya berdasarkan persyaratan tersebut tama, pihak kontraktor harus mendesain atau
maka pihak kontraktor akan menyusun suatu bertanggung jawab untuk mendesain suatu pro-
contractor‘s proposal yang didalamnya sudah yek, sehingga menyebabkan usaha untuk men-
termasuk fabrikasi dan design proyek. Dalam desain biasanya tidak dilakukan secara maksi-
penyusunan desain proyek tersebut cenderung mal. Bisa jadi adanya kekurangan pengalaman
terjadi negosiasi antara bouwheer dengan kon- untuk mendesain atau prioritas utama bukan
traktor mengenai hal hal yang menyangkut pro- ditempatkan soal desainn tetapi pada soal
yek. Kedua, harga kontrak diajukan penawaran fabrikasi. Artinya, apabila ada unsur aestetika
oleh Kontraktor dan kemudiaan dilakukan nego- bertentangan dengan unsur fabrikasi, maka un-
siasi untuk mencapai harga proyek yang disepa- sur fabrikasi lebih dimenangkan dan unsur kein-
kati bersama. Negosiasi tersebut mencakup re- dahan dikalahkan; kedua, kualitas pekerjaan
siko atas kenaikan harga harga bahan bangunan menjadi kurang terjamin, karena dengan sistem
dikemudian hari menjadi tanggung jawab ini tanggung jawab pekerjaan bersifat tunggal
kontraktor. Ketiga, Peranan para professional maka ada kecendrungan pihak kontraktor me-
sangat kecil atau tidak banyak para pihak yang ngerjakan sendiri seluruh pekerjaan tanpa mau
terlibat, misalnya keterlibatan pihak konsultan menyewa atau membayar tenaga tenaga profe-
independen, arsitek dan lain lain, karena se- sional yang lebih mampu untuk mendisgn, me-
Perjanjian Build and Transfer antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Swasta dalam… 515

rancang dan mengawasi pekerjaan oleh tenaga kerjasama yaitu: pembelian saham, pemben-
arsitek dan konsultan. tukan perseroan terbatas dan kerjasama dalam
Pada build operate tranfer pihak swasta bentuk kontrak.
setelah membangun proyek tersebut kemudian Berlakunya Perpres No.13 Tahun 2010
berhak mengelola atau mengoperasikan proyek tentang Perubahan Peraturan Presiden No.65
tersebut dalam waktu tertentu dan dengan pe- Tahun 2007 tentang Kerjasama Pemerintah de-
ngoperasian tersebut pihak swasta memperoleh ngan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infra-
keuntungan dan setelah jangka waktu disepaka- struktur tergambar lebih terinci para pihak
ti kemudian proyek tersebut diserahkan kepada (subjek hukum) dalam kerjasama antara peme-
pihak swasta tanpa memperoleh pembayaran rintah dengan swasta. Para pihak tersebut ada-
dari pemerintah, sedangkan dalam build trans- lah: pertama, Badan Usaha yaitu badan hukum
fer, pihak swasta tidak memiliki kesempatan Indonesia yang dimiliki oleh sponsor dan yang
untuk mengopersaikan proyek yang dibangun- akan menanda tangani Perjanjian Kerjasama
nya, karena langsung diserahkan kepada peme- (Coopration Agreement) dengan pemerintah;
rintah dan pemerintah selanjutnya akan mem- kedua, Bank Bank Komersial, baik bank lokal
bayar harga pembangunan proyek tersebut se- maupun asing yang menyediakan pendanaan
cara mencicil. Pilihan pemerintah (daerah) me- bagi kegiatan proyek. Termasuk di dalamnya
lakukan pola kerjasama build and transfer ka- Bank Pembangunan Asia, Bank Dunia dan afi-
rena perjanjian dengan model build operate liasinya (Asosiasi Penjamin Investasi seperti
and transfer ternyata secara ekonomis tidak Multilateral Investment Guarantee Associa-
menguntungkan, sebab apabila bangunan itu di- tion); ketiga, Para sponsor proyek yang meru-
serahkan dalam jangka waktu 30 tahun, maka pakan para pemegang saham dari badan usaha
nilai dan manfaat bangunan telah berkurang.18 yang biasa disebut developers; keempat, Pen-
Tindakan Pemerintah Pusat ataupun Pe- jamin Infrastruktur yang dikenal sebagai PT.
merintah Daerah yang melakukan perjanjian Penjamin Infrastruktur Indonesia (PT. PII) yang
atau kontrak dengan pihak ketiga merupakan didirikan oleh Pemerintah untuk menjamin ke-
bentuk kemitraan daerah. Bentuk kemitraan wajiban kewajiban pemerintah; kelima, Pihak
daerah tersebut untuk masing masing daerah Ketiga Pemberi Jasa yang diikutkan oleh pihak
dikelompokan dalam berbagai bentuk. Kabupa- Badan Usaha dalam rangka perencanaan kons-
ten Mataram NTB, misalnya membedakan kemi- truksi dan perawatan (operation and mainte-
traan itu antara lain: penyertaan modal daerah nance); keenam, Badan yang Mengeluarkan Per-
pada pihak ketiga, pembelian surat berharga, ijinan seperti Badan Kordinasi Penanaman Mo-
pendirian Perseroan Terbatas (PT) dan kerjasa- dal (BKPM); ketujuh, Badan Kontrak Pemerin-
ma dengan pihak ketiga. Peraturan Daerah Kota tah (Governement Contracting Agency) terdiri
Mataram No. 4 Tahun 2004 tentang Pedoman dari Kementerian, Pemerintah Propinsi maupun
Kerjasama Daerah, Pasal 7 mengelompokkan Kabupaten/Kota; kedelapan, Komite Kebijakan
kontrak bangun, kelola, sewa, serah/build, Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI)
operate, leassehold, and transfer sebagai ben- suatu lembaga yang bertugas melakukan koor-
tuk kerjasama dengan pihak ketiga. Banding- dinasi atas percepatan pembangunan infra-
kan dengan Peraturan Daerah Kota Subang No. struktur yang diketuai oleh Menko Perekonomi-
10 Tahun 2001 tentang Kerjasama Daerah de- an; kesembilan, Unit Pusat Kerjasama Pemerin-
ngan Pihak Ketiga, membagi 3 (tiga) kelompok tah dan Swasta (Public Private Partenrship
Central Unip atau P3CU) suatu unit di Bappenas
18 yang bertugas memberikan bantuan kepada KK-
Hari Nugraha Nurjaman, “Analisis Perbandingan Ke-
mitraan build operate transfer (BOT) dan Konsesi Pada PPI dan Pemerintah dalam menyusun kebijak-
Pembiayaa Pada Pembangunan Boulevars Jodoh dan
Rumah Susun Sewa Kota Batam”, Jurnal Rekayasa Dan
an, serta menyusun buku panduan daftar pro-
Menejemen Pembiayaan Perumahan, Jakarta: Universi- yek yang dapat dikerjasamakan; kesepuluh, Ke-
tas Persada Indonesia YAI, Vol.1 No.1, Tahun 2008,
hlm. 37.
516 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

menterian Kemuangan memberikan persetujuan menurut Encyclopaedia of thesocial sciences,21


atas jaminan pemerintah dan insentif pajak. yaitu:

Bentuk Infrastruktur Publik yang Dikerjasa- The term public ultilitiesis commonly
makan used to designate industries whoses ser-
vices, particularly in supplying electrici-
Peraturan perundangan di Indonesia tidak ty, gas, water, telephone, street railway
dijumpai pengertian infrastruktur, tetapi diper- and bus transportation, operate chiefly
gunakan istilah fasilitas umum atau untuk ke- whitin municipal areas, under municipal
pentingan umum. Dalam konteks pembangunan permits or franchises. In a broader sense,
yang mempergunakan pola build operate and both practical and theoretical, the trem
has come increasingly to include railro-
transfer (BOT) dan build and transfer, maka ads, telegraph and other enterprises to
Gerald I Katz menyebutkan antara lain: jalan which special public interest may be as-
raya, pengelolaan limbah/sampah dan tenaga cribed. Covering some of the must im-
listrik, perkeretaapian.19 Donald Hagman, mes- portant and must heavily capitalized in-
kipun tidak menjelaskan makna public use, dustries, the public utility concept also
involves some of the must fundamental
tetapi memberikan contoh yang disebut public theoretical aspect of the modern econo-
use seperti city parking, fire engine house, mic system.
highway-roadways, airport, side-walk, sewers,
local streets-major roads, schools. Dikategori- Rumusan social interest atau kepenting-
kan public use, apabila ditujukan untuk publik an umum yang selama ini masih kabur peng-
(public purposes), membawa manfaat bagi pub- aturannya dalam berbagai peraturan akhirnya
lik (public benefit) atau membawakan kemak- dapat ter-pecahkan setelah pemerintah menge-
muran publik (public welfare) dan meskipun luarkan Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010
Donald Hagman sudah memberikan petunjuk tentang Perubahan Perpres No. 65 Tahun 2007.
untuk dapat disebut sebagai public use rupanya Dalam Perpres ini telah diatur beberapa infra-
Donald Hagman tidak merumuskan public use struktur yang boleh dikerjasamakan. Pertama,
secara memadai, akhirnya dikatakan what infrastruktur transportasi, meliputi pelayanan
constitutes a public use is ultimately a judicial jasa kebandarudaraan, penyediaan dan/ atau
question. The term is an elastic one in order to pelayanan jasa kepelabuhanan, sarana dan pra-
keep abreast of changing social condition.20 sarana perkeretaapian; kedua, infrastruktur ja-
Anthony J. Catanese (et.al) meskipun tidak lan, meliputi jalan tol dan jembatan tol; ke-
memberikan perumusan makna public utility, tiga, infrastruktur pengairan, meliputi saluran
namun memberikan beberapa contoh jenis pembawa air baku; infrastruktur air minum
pembangunan yang masuk dalam public utility yang meliputi bangunan pengambilan air baku,
yakni jalan raya, kereta api, saluran air, kantor jaringan transmisi, jaringan distribusi, instalasi
pemerintah, parkir umum yang disediakan oleh pengolahan air minum; keempat, infrastruktur
pemerintah dengan peraturan pemerintah. Kon- air limbah yang meliputi instalasi pengolah air
sep public utility berkembang di Amerika Se- limbah, jaringan pengumpul dan jaringan uta-
rikat dan Canada yang kemudian diperluas ma, dan sarana persampahan yang meliputi pe-
cakupannya dengan penambahaan aktivitas lo- ngangkut dan tempat pembuangan; kelima, in-
kal seperti listrik, gas, telepon, transit yang frastruktur telekomunikasi dan informatika,
meliputi jaringan telekomunikasi dan infra-
struktur e-government; keenam, infrastruktur
19
ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, terma-
Geral I Karz and Stephen W Smith, “Build Operate
Transfer, The Future of Public Construction”, Journal suk pengembangan tenaga listrik yang berasal
of Construction Accounting and Taxation, March/ April
2003, hlm. 47.
20 21
Donald G Hagman, “Public Planning and Control of Edwin R.A. Seligman, 2005, Encyclopaedia of the social
Urban and Development”, Cases and Material Journal, sciences, vol. 11, New York: the Macmillan, hlm. 674-
No.2 West Publishing, 2008, hlm. 68. 675.
Perjanjian Build and Transfer antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Swasta dalam… 517

dari panas bumi, transmisi, atau distribusi te- rintah Kabupaten/Kota. Pengadaan infrastruk-
naga listrik; dan ketujuh, infrastruktur minyak tur publik yang menyangkut kepentingan ma-
dan gas bumi, meliputi transmisi dan/atau dis- syarakat seperti rumah sakit (kesehatan), pa-
tribusi minyak dan gas bumi. sar (perdagangan) dan gedung-gedung sekolah
(pendidikan) merupakan tanggung jawab peme-
Landasan Hukum Perjanjian Build and Trans- rintah daerah. Oleh karena itu, potensi penga-
fer di Indonesia daan infrastruktur publik tersebut dapat diada-
Perjanjian kerjasama kemitraan antara kan dengan menggunakan mekanisme build and
Pemerintah (Daerah) dengan Pihak Swasta telah transfer (BT), jika pemerintah daerah kesulitan
mendapat pengaturan di berbagai peraturan dana untuk mengadakan sendiri fasilitas terse-
perundang-undangan di Indonesia. UU No. 32 but.
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pengadaan infrastruktur melalui suatu
memberikan wewenang kepada pemerintah da- kerjasama tersebut tentunya memerlukan pe-
erah dalam hal ini Gubernur/Bupati/Walikota ngaturan yang lebih khusus. Oleh karena itu,
untuk menjalin kerjasama dengan pihak ketiga Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan
untuk membangun infrastruktur publik didaerah Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Kerja-
(Pasal 195 ayat (3) dan (4). Dalam penyediaan sama Pemerintah dengan Pihak Ketiga. Sebelum
pelayanan publik, daerah dapat bekerjasama keluarnya PP No.50 Tahun 2007 sebenarnya Pe-
dengan pihak ketiga. Ketentuan tersebut, per- merintah sudah mengeluarkan Peraturan Presi-
nah diatur dalam Pasal 87 ayat (3) dan (4), UU den No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pe-
No. 22 Tahun 1999, yang menentukan: merintah dengan Badan Usaha Dalam Penyedia-
an Infrastruktur yang kemudian diperbaharui
(3) Daerah dapat mengadakan kerjasa- dengan Peraturan Presiden No 13 Tahun 2010 .
ma dengan badan lain yang diatur Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 jo
dengan keputusan berasama ;
(4) Keputusan bersama dan/atau badan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 meng-
kerjasama sebagaimana dimaksud atur tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
ayat 1, ayat 2 dan ayat 3 yang mem- Barang dan Jasa Pemerintah yang berlaku se-
bebani masyarakat dan Daerah harus cara umum untuk pengadaan jasa pemborongan
mendapatkan persetujuan DPRD yang didasarkan telah tersedianya dana Peme-
masing masing.
rintah. Dalam Peraturan Presiden No. 67 Tahun
Terdapat perbedaan prinsip antara kedua un- 2005 jo Perpres No. 13 Tahun 2010 diatur seca-
dang-undang di atas, yaitu UU No. 32 Tahun ra khusus tentang mekanisme pencarian mitra
2004 hanya membatasi kerjasama daerah de- kerjasama yang bisa membantu Pemerintah
ngan pihak ketiga pada kerjasama pembangu- untuk membangun inftrastruktur publik dalam
nan sarana pelayanan publik, sedangkan UU No. mana Pemerintah tidak memiliki dana untuk
22 Tahun 1999 tidak ada pembatasan bagi Dae- membangun prasarana tersebut. Oleh karena
rah dalam membuat kerjasama dengan pihak itu, mekanisme pengadaan barang dan jasa
ketiga. atau pengadaan badan usaha yang akan ber-
Pemerintah Daerah tidak dapat sewe- mitra dengan Pemerintah dapat saja terjadi
nang-wenang membuat kerjasama tanpa mem- melalui dua cara yaitu karena adanya inistiatif
perhatikan batas kewenangan yang berada pa- dari Pihak Swasta dan inisiatif dari Pihak Pe-
da kewenangannya, sehingga diatur pembagian merintah.
urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pe- Terdapat beberapa tahap yang perlu dila-
merintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Ka- kukan, apabila proyek tersebut merupakan ini-
bupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Pera- siatif berasal dari Pemerintah (solicited), yaitu:
turan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang pemilihan proyek atau identifikasi proyek oleh
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Peme- GCA, konsultasi publik untuk mendapat masu-
rintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Peme- kan dari masyarakat, studi kelayakan yang dila-
518 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

kukan oleh GCA, dukungan Pemerintah untuk nilai proyek sebesar sepuluh persen dari nilai
memperoleh perijinan dan insntif pajak, penga- tender yang dimenangkan oleh Pemrakarsa.
daan (Tender), pelaksanaan dan pemantauan, Apabila ditelusuri lebih jauh sebelum di-
sedangkan apabila proyek tersebut merupakan keluarkannya Peraturan Presiden No. 67 Tahun
inisiatif swasta (unsolicited), maka proses pe- 2005 Jo. Perpres No. 13 Tahun 2010, Pemerin-
milihan proyek tahap pertama sampai dengan tah telah mengantisipasi perlunya peraturan
tahap keempat menjadi tugas swasta dan tahap tentang kerjasama daerah dengan pihak swasta
kelima sampai tahap ketujuh menjadi tugas pe- dalam pembangunan infrastruktur Keputusan
merintah. Dalam hal inisiatif atau prakarsa itu Presiden No. 7 Tahun 1998 tentang Kerjasama
datang dari pihak Swasta (Badan Usaha), maka Pemerintah dan Badan Usaha Swasta Dalam Pe-
pihak swasta akan melakukan sendiri proses mbangunan dan Pengelolaan Infrastruktur. Ke-
(Pasal 11 Peraturan Presiden No. 67 Tahun putusan Presiden tersebut telah menggariskan
2005), seperti: studi kelayakan, rencana bentuk beberapa ketentuan yang prinsip tentang kerja-
kerjasama, rencana pembiayaan proyek dan sama antara pemerintah dengan badan usaha.
sumbernya dan rencana penawaran kerjasma Pertama, kerjasama pemerintah dengan badan
yang mencakup jadwal, proses, serta cara pe- hukum swasta itu haruslah dengan badan hu-
nilaian. kum swasta yang berbentuk badan hukum In-
Penawaran pihak Swasta tersebut akan donesia; kedua, infrastruktur yang akan diba-
dinilai oleh Pemerintah apakah telah sesuai ngun harus benar-benar strategis antara lain:
dengan beberapa hal sebagaimana diatur pada pembangkit tenaga listrik, transmisi dan pen-
Pasal 7 Perpres No. 67 Tahun 2005. Pertama, distribusian gas alam, penyaluran dan penyim-
kesesuaian dengan rencana pembangunan jang- panan, distribusi atau, pengelolaan air bersih,
ka menengah dan rencana strategis sektor in- pengelolaan air limbah dan sampah, pembangu-
frastruktur; kedua, kesesuaian lokasi proyek nan jalan tol, jembatan, dermaga dan bandara
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah; ketiga, dan pengadaan sarana pengoperasian sarana
keterkaitan antar sektor infrastruktur dan antar telekomunikasi atau infrastruktur lainnya yang
wilayah; dan keempat, analisa biaya dan man- ditentukan dengan Keputusan Presiden (Pasal 2
faat. Badan Usaha, apabila telah memenuhi Keputusan Presiden No. 7 Tahun 1998); ketiga,
berbagai persyaratan di atas, maka barulah di- pengikutsertaan badan usaha swasta dalam
lanjutkan kepada proses selanjutnya yaitu pe- pembangunan dan pengelolaan infrastruktur
nandatanganan memorandum of understanding harus dilakukan dengan penawaran yang terbu-
(MOU), permohonan persetujuan dprd dan pe- ka dan transparan, sehingga mendorong sema-
nandatanganan kerjasama. kin berkembangnya iklim investasi (Pasal 3 Ke-
Dokumen tawaran kerjasama yang diaju- putusan Presiden No. 7 Tahun 1998); keempat,
kan oleh pihak Badan Usaha tersebut, apabila rencana pembangunan dan atau pengelolaan
tidak tercapai kesepakatan lebih lanjut, maka infrastruktur tersebut jika merupakan proyek
dokumen kajian yang diprakarsai pihak Badan Pemerintah Daerah, maka perjanjian kerjasama
Usaha tersebut akan dilakukan pelelangan tersebut dibuat oleh gubernur kepala daerah
umum kepada badan usaha lain yang mungkin atau bupati/walikota; kelima, perjanjian kerja-
bersedia mengerjakan proyek yang sudah di- sama tersebut harus memuat hal-hal, sebagai
rancang oleh badan usaha pertama tadi, maka berikut: lingkup pekerjaan, jangka waktu, tariff
badan usaha pemrakarsa berhak memperoleh pelayanan dalam hal menyangkut pengelolaan,
imbalan atas hak kekayaan Intelektual terhadap hak dan kewajiban termasuk risiko, sanksi yang
rencana bangunan proyek yang telah dirancang. harus dipikul jika para pihak tidak memenuhi
Pihak pemrakarsa, apabila ikut juga dalam kewajiban, penyelesaian perselisihan, pemutus-
proses tender, maka jika pihak pemrakrsa me- an atau pengakhiran perjanjian dan pengemba-
menangkan tender tersebut, maka kepada pi- lian infrastruktur dan atau pengelolaanya (Pasal
hak pemrakarsa berhak memperoleh tambahan 10 ayat (2).
Perjanjian Build and Transfer antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Swasta dalam… 519

Perpres No. 65 Tahun 2007 jo Perpres No. tinya bahwa Pemerintah Daerah dapat
13 Tahun 2010 telah menyempurnakan meka- melakukan kerjasama dengan pihak ke-
nisme kerjasama pembuatan perjanjian kerja- tiga sepanjang mendapat persetujuan
dari DPRD untuk memanfaatkan kekayaan
sama (Cooperation Agreement) di atas dengan Negara yang ada agar lebih produktif.”
dibentuknya beberapa lembaga di tingkat pusat
dengan nama Komite Kebijakan Percepatan Pe- Sebagai pelaksanaan UU No.1 Tahun 2004, ma-
nyediaan Infrastruktur (KKPPI) yang bertugas ka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah No. 6
melakukan koordinasi dengan intansi terkait Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
dan memberikan jaminan yang diperlukan bagi Negara/ Daerah jo Peraturan Pemerintah No.
Badan Usaha yang akan melakukan kerjasama. 38 Tahun 2008. Peraturan Pemerintah ini se-
Selain KKPPI, terdapat pula lembaga dengan makin menegaskan tentang bentuk perjanjian
nama Unit Pusat Kerjasama Pemerintah dan yang boleh dilakukan pemerintah daerah dalam
Swasta atau Public Private Partnership Central rangka memanfaatkan kekayaan negara, meli-
Unit (P3CU) yang bertugas membantu dan puti: sewa, pinjam pakai, kerjasama peman-
memberikan nasihat kepada KKPPI dalam me- faatan dan bangun guna serah dan bangun se-
nyusun perencanaan kebijakan strategis yang rah guna (Pasal 20 UU No. 1 Tahun 2004).
menyangkut pengadaan infrastruktur publik. Ketentuan Pasal 27 Peraturan Pemerin-
Keberadaan lembaga lembaga ini, yang di tah No. 6 Tahun 2006, mengatur bahwa bangun
katagorikan sebagai state auxiliary organ (lem- guna serah dan bangun serah guna barang milik
baga yang sifatnya komplementer dalam pelak- negara/daerah dapat dilaksanakan dengan be-
sanaan undang-undang)22 tentunya akan sangat berapa persyaratan. Pertama, pengguna barang
membantu pemerintah dalam mempercepat memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penye-
proses dan pencarian mitra kerjasama dan pe- lenggaraan pemerintahan negara/ daerah untuk
laksanaan berbagai peraturan peraturan yang kepentingan pelayanan umum dalam rangka pe-
berkaiatan dengan kerjasama, sehingga kerja- nyelenggaraan tugas pokok dan fungsi; kedua,
sama yang dilakukan oleh pemerintah sesuai tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapat-
hukum yang berlaku. Namun sayang sekali di an dan Belanja Negara/Daerah untuk penyedia-
tingkat daerah, lembaga sejenis ini tidak ada an bangunan dan fasilitas dimaksud; dan keti-
dan tidak mendapat pengaturan. Padahal kebe- ga, bangun guna serah dan bangun serah guna
radaan lembaga seperti ini akan dapat mem- dilaksanakan oleh pengelola barang setelah
bantu peme-rintah daerah agar membuat per- mendapat persetujuan gubernur/bupati/ wali-
janjian kerjasama (cooperation agreement) ti- kota;
dak melanggar ketentuan hukum yang berlaku. Salah satu sumber hukum yang tidak bo-
Pemerintah daerah dalam melakukan tin- leh diabaikan dalam membuat perjanjian kerja-
dakan hukum sebagaimana diatur dalam UU No. sama antara pemerintah daerah dengan pihak
32 Tahun 2004 harus memperhatikan ketentu- swasta atau badan hukum swasta adalah Kepu-
an hukum yang lainnya yang mengatur tentang tusan Pre-siden No. 80 Tahun 2003 Tentang Pe-
pemindahtanganan kekayaan daerah. Ketentu- laksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
an Pasal 45 ayat (2) UU No. 1 Tahun 2004 ten- yang telah dirubah dengan Perpres No. 54 Ta-
tang Perbendaharaan Negara mengatur, bahwa: hun 2010. Ketentuan Pasal 3 Perpres No. 54 Ta-
hun 2010 tersebut diatur dua model pengadaan
“Pemindah tanganan kekayaan daerah barang dan jasa yaitu dengan mempergunakan
melalui jual beli, hibah maupun penyer- Penyedia Barang/Jasa dan dengan swakelola.
taan modal hanya dapat dilakukan sete-
lah mendapat persertujuan DPRD. Itu ar- Berdasarkan uraian di atas jelaslah bah-
wa payung hukum kerjasama pemerintah de-
22
Budi L Kagramanto, “Implementasi UU No.5 Tahun
ngan pihak swasta dalam membuat perjanjian
1999 oleh KPPU”, Jurnal Ilmu Hukum Justitia, 2007, build and transfer untuk membangun fasilitas
Poso: Fakultas Hukum Universitas Sintuwu Maroso, hlm.
umum belum mendapat pengaturan yang khu-
2.
520 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

sus. Kelihatannya Pemerintah kurang menyada- Kekaburan norma bahkan konflik norma
ri bahwa pembaruan hukum yang dapat menun- tersebut mengakibatkan dalam praktik proses
jang terciptanya pembangunan nasional yang perjanjian build and transfer yang dilakukan
berkelanjutan seharusnya dilakukan secara le- oleh Pemda Lombok Barat dengan Pihak Swata
bih selektif.23 Akibat perbedaan hukum, budaya ada yang dilakukan dengan penunjukan lang-
dan social, mengakibatkan masyarakat dunia sung, seperti dalam Pembangunan Rumah Sakit
menginginkan sutu hukum yang dapat mengatur Daerah dan ada yang melalui proses tender, se-
kehidupan global.24 Namun demikian, dapat sa- perti dalam pembangunan Pasar Umum Narma-
ja peraturan yang terkait dengan kemitraan da (Surat Perjanjian Kerjasama antara Pemda
dan kerjasama daerah dipergunakan dengan Lombok Barat dengan PT. Damai Indah No.161/
menggunakan penafsiran hukum (interpretasi) VL1VIII/2003 dan No. 045/610/TU/VIII/2003, 8
maupun analogi. Agustus 2003).
Penggunaan interpretasi dan analogi ti- Persoalan lain yang muncul dalam praktik
dak selamanya mudah, karena beberapa keten- akibat kekaburan norma adalah ketidak jelasan
tuan atau pasal yang menyangkut proses kerja- tentang siapa yang menjadi subyek dan berhak
sama tersebut mengandung kekaburan norma menandatangani kontrak kerjasama. Hal ini ter-
terutama yang menyangkut tentang proses pe- jadi, karena diberbagai peraturan muncul isti-
nentuan mitra kerjasama tersebut, apakah me- lah menteri (UU No.1 Tahun 2004 tentang Per-
lalui tender atau penunjukan langsung. Inter- bendaharaan Negara), Kepala Daerah ( UU No.
pretasi hukum ini muncul, karena menurut Per- 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah),
aturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang sekretaris daerah (selaku pengelola barang dae-
Perjanjian Kerjasama Pemerintah dengan Ba- rah) dan kepala dinas (selaku penggguna barang
dan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Pub- milik daerah-PP No.6 Tahun 2006 tentang Pe-
lik, Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 ngelolaan Barang Milik Negara/Daerah), badan
tentang Kerjasama dengan pihak ketiga dan kontrak pemerintah (Governement Contracting
terakhir dengan Perpres No. 13 Tahun 2010 se- Agency) sebagaimana diatur dalam Perpres No.
bagai Pengganti Perpres No. 67 Tahun 2005 ter- 13 Tahun 2010.
kesan bahwa Pemerintah (Daerah) dapat me- Kekaburan hukum lainnya adalah dalam
nunjuk langsung mitra kerjasama yaitu badan bentuk apakah akta perjanjian Kerjasama itu
usaha yang memprakarsi proyek tersebut atau dituangkan, apakah dalam bentuk akta notaris
badan usaha yang merancang pembangunan atau cukup akta di bawah tangan? Muh. Ilham
infrastruktur. Pemerintah (daerah) baru mela- Arisaputra dalam penelitiannya mengemukakan
kukan pelelangan umum apabila pihak yang me- bahwa sebaiknya perjanjian kerjasama antara
rancang proyek tersebut tidak berhasil mela- pemerintah dengan pihak swasta dalam bentuk
kukan negosiasi terhadap kesepakatan harga akta notaris, agar mempunyai kekuatan hukum
dan persyaratan lainnya yang diatur dalam ran- yang sempurna.25 Pilihan agar perjanjian kerja-
cangan kerjasama. Hal ini artinya bahwa proses sama (cooperation agreement) dibuat notaris,
pelelangan bukanlah menjadi pilihan utama pa- agar perjanjian tersebut secara subtansi benar-
dahal menurut Perpres No. 54 Tahun 2010 bah- benar memenuhi syarat subyektif dan obyektif
wa semua proses pengadaan barang dan jasa dalam perjanjian dan memenuhi prinsip kese-
yang nilainya di atas Rp. 100.000.000 (seratus imbangan para pihak, dan menghindari format
juta rupiah) harus melalui tender. dan kontrak baku dari perjanjian yang dibuat
pemerintah yang kurang memberikan ruang me-
23
St Laksanto Utomo, “Pembaharuan Hukum Penanaman
25
Modal Undang-undang No. 25 Tahun 2007”, Jurnal Muh. Ilham Arisaputra, “Analisis Hukum Build, Operate,
Supremasi Hukum, Volume III No.1, Oct-Maret 2010, and Transfer Pada perjanjian Bangun, Guna, Serah pada
Jakarta: Universitas Sahid Jakarta, hlm. 5. Investasi PT. Tosan Permai Dalam Rangka Revitalisasi
24
Liza Marina, “Budaya Hukum Kontrak Bisnis Interna- Lapangan Karebosi”, Jurnal Penelitian Hukum, Vol. 1,
sional”, Jurnal Supremasi Hukum, Vol. 1 No.2, Apr-Sept No.1, September 2011, Makassar: Fakultas Hukum
2008, Jakarta: Universitas Sahid Jakarta, hlm. 19. Universitas Hasanudin, hlm. 203.
Perjanjian Build and Transfer antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Swasta dalam… 521

milih bagi kontraktor.26 Penggunaan perjanjian adalah UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbenda-
standar walaupun dapat menghemat waktu dan haraan Negara, UU No. 32 Tahun 2004 tentang
mempercepat proses terjadinya transaksi tran- Pemerintahah Daerah yang masing-masing di-
saksi, namun demikian ditinjau dari aspek hu- laksanakan dengan PP No. 6 Tahun 2006 dan
kum, pengaplikasian perjanjian standar banyak Perpres No. 13 Tahun 2010 dengan mengguna-
pula menimbulkan masalah, terutama dalam kan interpretasi dan analaogi dalam mengisi ke-
pembuatan klausul dalam perjanjian yang cen- kaburan dan kekosongan hukum yang ada.
derung mengutamakan pihak yang merancang.27
Oleh sebab itu pembuatan perjanjian kerjasa- Saran
ma build and transfer dihindari dalam bentuk Saran yang disampaikan adalah sebegai
perjanjian standar. berikut. Pertama, perlu segera dibentuk pera-
Hasil penelitian penulis terhadap kontrak turan hukum yang mengatur perjanjian kerjasa-
yang dibuat antara Pemerintah Daerah di NTB, ma antara pemerintah dengan pihak swasta
bahwa akta perjanjian kemitraan build and menyangkut penyediaan infrastruktur dalam
transfer seluruhnya dibuat dalam bentuk akta bentuk undang-undang, sehingga dengan demi-
yang tidak dibuat di notaris. Akibatnya bahwa kian multi tafsir terhadap berbagai peraturan
berbagai format dan isi kontrak tersebut sangat yang selama ini tersebar di berbagai tempat
bervariasi dan tidak memenuhi kaidah hukum dan tingkatan akan terhindari dan sekaligus
kontrak yaitu legalitas para pihak yang mem- akan menghindari terjadinya penerapan hukum
buat kontrak dan syarat-syarat yang tidak se- yang keliru; dan kedua, perlu adanya lembaga
imbang antara para pihak. yang khusus menangani persoalan kemitraan di
daerah yang jika di pusat dinamakan Komite
Penutup Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Simpulan (KKPPI), maka di daerah dinamakan KKPPI-Dae-
Beberapa simpulan yang dapat diberikan rah dan Pusat Kerjasama Pemerintah dan Swas-
adalah sebagai berikut. Pertama, di Indonesia ta atau Public Private Partnership Central Unit
tidak ditemukan peraturan yang khusus meng- (P3CU) yang di pusat berada di Bappenas, maka
atur tentang perjanjian kerjasama (cooperation di Daerah dibentuk P3CPU–Daerah yang berada
agreement) yang berkaitan dengan build and di bawah BAPPEDA.
transfer atau design and build; kedua, meski-
pun belum ada peraturan khusus, ternyata da- Daftar Pustaka
lam praktek di Nusa Tenggara Barat, Pemerin-
Adha, Lalu Hadi. “Kontrak BOT Sebagai Perjan-
tah Daerah telah melakukan perjanjian kerja- jian Kebijakan (Beleid Overeenskomst)”.
sama (cooperation agreement) yang sejenis Jurnal Law Reform, Vol. 4 No. 1. 2009.
build and transfer atau design and build yang Padang: Program Studi Ilmu Hukum (S2)
dalam kontrak disebut full finance sharing; ke- Universitas Bung Hatta;
tiga, sumber hukum yang dipergunakan dalam -------. “Kontrak Build Operate Transfer Sebagai
membuat perjanjian full finance sharing itu Perjanjian Kebijakan Pemerintah Dengan
Pihak Swasta”. Jurnal Dinamika Hukum.
Vol. 11 No.3. September 2011. Purwoker-
26
Bambang Poerdiyatmono, “Asas Kebebasan Berkontrak to: FH Unsoed;
(Contractvrijheid Beginselen) dan Penyalahgunaan Ke- Amalia, Nanda. “Kontrak Baku dan Badan Pe-
adaan (Misbruik van Omstanddigheden) pada Kontrak
Jasa Kosntruksi”, Jurnal Tehnik Sipil, Volume 6 No.1 , nyelesaian Sengketa dalam Kontrak Bisnis
Oktober 2005, hlm 48.; Nanda Amalia, “Kontrak Baku Internasional”. Suloh: Jurnal Penelitian
dan Badan Penyelesaian Sengketa dalam Kontrak Bisnis dan Pengkajian Hukum, Vol 3 No.1 Tahun
Internasional”, Suloh: jurnal Penelitian dan Pengkajian 2005. Aceh: Fakultas Hukum Universitas
Hukum, Aceh: Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh,
Vol 3, No.1 Tahun 2005, hlm. 76. Malikussaleh;
27
Hendra Tanu Atmadja, “Dinamika Hukum Perjanjian Anonim. 2006. Penyelenggaran Pemerintahan
Yang Dikaitkan dengan Perjanjian Standar”, Jurnal
Supremasi Hukum, Jakarta: Universitas Sahid, Vol. V, dan Pembangunan Daerah. Jakarta: BA-
No.1, Oktober-Maret 2012, hlm. 1. PPENAS;
522 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

Arisaputra, Muh. Ilham. “Analisis Hukum Build, kum Justitia, 2007, Poso: Fakultas Hukum
Operate, and Transfer Pada perjanjian Universitas Sintuwu Maroso;
Ba-ngun, Guna, Serah pada Investasi PT. Karz, Geral I and Stephen W Smith. “Build Ope-
Tosan Permai Dalam Rangka Revitalisasi rate Transfer. The Future of Public Cons-
Lapangan Karebosi”. Jurnal Penelitian truction”. Journal of Construction Acco-
Hukum. Vol. 1 No. 1. September 2011. unting and Taxation, March/ April 2003;
Makassar: Fakultas Hukum Universitas
Hasanudin; Kristiana, Yudi. “Ketika Hukum Tidak lagi Oten-
tik”. Jurnal Supremasi Hukum. Jakarta:
Arsyad, Nurdjaman. 1992. Keuangan Negara. Universitas Sahid, Vol IV No.1. Oct-Maret
Jakarta: Intermedia; 2011;
Arthur, Sullivan. “Economics: Principles in ac- Mahmudi. “Kemitraan Pemeritah Daerah dan
tion”, Journal Economic, August, 2003, Efektifitas Pelayanan Publik“, Jurnal Si-
Upper Saddle River: New Jersey Pearson nergi-Kajian Bisnis dan Menejemen. Vol.
Prentice Hall.; 9 No.1, Januari 2007;
Atmadja, Hendra Tanu. “Dinamika Hukum Per- Marina, Liza. “Budaya Hukum Kontrak Bisnis In-
janjian Yang Dikaitkan dengan Perjanjian ternasional”. Jurnal Supremasi Hukum.
Standar”, Jurnal Supremasi Hukum, Vol. Vol. 1 No. 2. April-September 2008, Ja-
V No. 1. Oktober-Maret 2012. Jakarta: karta: Universitas Sahid Jakarta;
Universitas Sahid;
Nurjaman, Hari Nugraha. “Analisis Perban-
Durbar, Singa. 2000. National Planing Com- dingan Kemitraan Build Operate Transfer
mision, Kathmandu;. (BOT) dan Konsesi Pada Pembiayaa Pada
Endeshaw, A. “Intellectual Property and the Pem-bangunan Boulevars Jodoh dan Ru-
WIPO Development Agenda”, Journal of mah Susun Sewa Kota Batam”, Jurnal Re-
Information Law and Technology, Special kayasa Dan Menejemen Pembiayaan Peru-
Issue, No,1, June, 2007, hlm. 15; mahan, Vol.1 No.1, Tahun 2008Jakarta:
Eng, Tambosso P. “Fairness Opinion-Why or Universitas Persada Indonesia YAI;
Why Not”, Journal Dailly, April, 2008; Poerdiyatmono, Bambang. “Asas Kebebasan
Europen Comission (Directorate General for Berkontrak (Contractvrijheid Beginselen)
Energy and Transport) Contract No. dan Penyalahgunaan Keadaan (Misbruik
NNE52002/ 52: OPET CHP/DH cluster: van Omstanddigheden) pada Kontrak Jasa
The role of Build Operate Transfer in Kos-ntruksi”. Jurnal Tehnik Sipil. Vol. 6
Promoting RES project, Desember 2003; No. 1. Oktober 2005;
Hagman, Donald G. “Public Planning and Con- Sari, Widya. “Asas Kebebasan Berkontrak Dalam
trol of Urban and Development”. Cases Hukum Perjanjian Indonesia”. Jurnal Il-
and Material Journal, No.2 2008. West miah Pendidikan, Sejarah dan Sosial Bu-
Publishing; daya. Vol. 10 No. 3. Januari 2009;
Indriati, Noer. “Perjanjian Internasional Oleh Seligman, Edwin RA. 2005. Encyclopaedia of
Daerah Sebagai Kewenangan Otonomi Da- the social sciences. Vol. 11, New York:
erah”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol 10 the Macmillan;
No. 1, Januari 2010, Purwokerto: FH Un- Tarigan, Antonius. “Tranformasi Model New
soed; Governance Sebagai Kunci Menuju Op-
Jaya, Nyoman Marta. “Analisis Perbandingan timalisasi Pelayanan Publik di Indonesia”.
Kerjasama Proyek Antara Sistem BOT dan Jurnal Usahawan. No. 02 Th XXXII. Feb-
Turn Key (Studi Kasus Proyek Multi In- ruari 2003;
vestmen PT.Pesero Pos Indonesia)”. Jur- Utomo, St Laksanto. “Pembaharuan Hukum Pe-
nal Ilmiah Tehnik Sipil; Vol. 12 No. 01. nanaman Modal Undang-undang No. 25
Januari 2008; Tahun 2007”. Jurnal Supremasi Hukum.
Jhonson, Lyman PQ. “Corporate Officer and Bu- Vol. III No. 1, Oktober-Maret 2010. Jakar-
siness Jugmen Rule”, Journal The Bu- ta: Universitas Sahid Jakarta;
siness Lawyer, Vol. 60, February 2005, Waryhas, Maryann. “It Looks Like a Good Deal-
Wa-shington and Lee University; But Is It a Fair Deal”, The Journal Pub-
Kagramanto, Budi L. “Implementasi UU No.5 lication of Stout Risius Ross, Fall 2005.
Tahun 1999 oleh KPPU”, Jurnal Ilmu Hu-
523

Anda mungkin juga menyukai